Gereja Puhsarang: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Kota Kediri
k Pranala luar: clean up
 
(8 revisi perantara oleh 5 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
[[Berkas:Gereja di Pohsarang, Kediri.jpg|jmpl|Gereja Pohsarang]]
'''Gereja Pohsarang''' atau '''Puhsarang''' adalah sebuah [[Gereja Katolik Roma]] yang terletak di [[Puhsarang, Semen, Kediri|Desa Puhsarang]], [[Semen, Kediri|Kecamatan Semen]], [[KotaKabupaten Kediri]], [[Provinsi Jawa Timur]], [[IndonesiaJawa Timur]]. Gereja Pohsarang terletak di lereng [[Gunung Wilis]] dan berada pada ketinggian 400 meter di atas permukaan laut dengan suhu udara yang cukup sejuk, yakni rata-rata 21-25 derajat [[Celcius]]. Di kompleks Gereja Pohsarang juga terdapat [[Gua Maria Pohsarang]].
 
== Sejarah ==
Baris 71:
 
=== Gereja "Di antara" Dua "Dunia" ===
Dalam inkulturasi dikenal istilah "locus theologicus" atau konteks teologi. Beriman Kristiani mendasarkan diri pada kebenaran-kebenaran Wahyu dan komunikasi dengan bahasa dan nilai-nilai luhur kebudayaan yang menjadi "locus" hidup sehari-hari. Gereja Pohsarang bukan sekadar sebuah bangunan indah, tetapi juga tempat dimana umat Katolik bersimpuh dengan penuh iman, beribadat dengan ketakwaan dan menyembah Allah secara khusuk. Gereja adalah wilayah "perjumpaan" Tuhan dengan umat-Nya. Menarik untuk memperhatikan pilihan Romo Jan Wolters mengenai tempat pembangunan Gereja Kraton Jawa yang megah ini di sebuah desa Pohsarang yang pada waktu itu terbilang wilayah terpencil. Mengapa Pohsarang? Armada Riyanto CM<ref>[{{Cite web |url=http://www.stftws.org/ |title=Armada CM-STFT Widya Sasana] |access-date=2021-03-24 |archive-date=2018-03-16 |archive-url=https://web.archive.org/web/20180316022647/http://www.stftws.org/ |dead-url=yes }}</ref> dalam ''Membangun Gereja dari Konteks'' (2004) mengatakan bahwa perjumpaan dengan Tuhan akan memiliki makna yang mendalam, indah, dan inkulturatif bila dijalankan di wilayah pergumulan rohani peradaban hidup manusia-manusia setempat.<ref>Armada Riyanto CM, ''Membangun Gereja dari Konteks'', Dioma dan STFT Widya Sasana, Malang, hlm. 37-43.</ref> Pohsarang sebagai sebuah desa memang memiliki keistimewaan tersembunyi, terletak "di antara" kota Kediri dan gunung Wilis. Dahulu Kediri adalah emblem peradaban dunia, sebab pernah mengukir peradaban tinggi kejayaan manusia dalam kerajaan Kediri yang sangat termasyhur itu. Kediri seolah mengukir peradaban keluhuran kebudayaan tinggi manusia. Sementara, "gunung" dalam kitab-kitab kuno dipadang sebagai tempat suci "para dewa" (konon Raja Erlangga wafat dengan bersemedi di gunung Wilis ini). Gunung lantas seolah mengukir peradaban keabadian, wilayah kemuliaan dan tempat tinggal "para dewa." Sementara Pohsarang berada "di antaranya" (bila mengutip istilah postmodern, "in between"). Pohsarang sebagai wilayah seolah memiliki karakter rohani "di antara" dunia manusia ("di bawah") dan dunia "di atas". Maka, Pohsarang sebagai wilayah terpencil memang memiliki "makna rohani" yang dipandang sebagai tempat perjumpaan antara Tuhan dan manusia; dan hal itu ditangkap ''providentially'' oleh Romo Jan Wolters CM dan diwujudkannya dalam sebuah Gereja megah nan indah, sebuah Gereja Keraton Jawa, sebuah Gereja dimana manusia-manusia bersimpuh, bermeditasi, memuji, berjumpa dengan Tuhan, Rajanya.<ref>''St. Vincentius a Paulo, Missietijdschrift der Lazaristen'', 15 Juli 1937, hlm. 108-110.</ref> Pohsarang seolah-olah menjadi sebuah tempat dimana manusia "meninggalkan" wilayah kesehariannya untuk menyatukan diri dengan Tuhan dalam sebuah perjumpaan meditatif. Secara simbolik, desa Pohsarang lantas seakan merupakan wilayah yang "menyatukan" manusia dan Tuhan, Sang Rajanya.
 
== Renovasi Gereja ==
Baris 82:
Pada tahun 1974 kerusakan gereja Pohsarang sudah mencapai taraf yang membahayakan. Kondisinya sudah begitu parah sehingga setiap saat bisa runtuh menimpa u mat yang sedang beribadah, maka renovasi tak dapat ditunda lagi. Berhubung waktu itu keuangan paroki sangat lemah begitu pula keadaan keuangan Keuskupan Surabaya juga tidak mencukupi maka Romo Kumoro, Pr yang waktu itu menjadi Pastor Paroki punya gagasan untuk mengganti dinding gereja yang terbuat dari kayu dengan tembok biasa dari batu bata. Demikian pula bentuk atapnya yang unik itu akan diganti dengan konstruksi blandar, usuk, reng dan berbentuk seperti layaknya kapel atau sebuah kelas. Dengan demikian diharapkan jangka waktu untuk renovasi berikutnya menjadi lebih lama. Untunglah hal ini tidak terjadi, andaikata ini terjadi hilanglah keindahan dan keunikan gereja Puh Sarang.
 
Ir. [[Johan Silas]] yang mendengar hal ini berpendapat bahwa gereja Pohsarang ini bukan hanya monumen kebudayaan Gereja Katolik tetapi juga monumen negara Indonesia, sebuah warisan budaya yang layak dipertahankan. Maka atas bantuan Ir. [[Johan Silas]] bersama mahasiswanya dimulailah renovasi kedua Gereja Puh Sarang dengan konstruksi besi siku dan usuk jati tipis. Karena minimnya beaya maka Romo FX. Wartadi, CM , Romo Stasi Puh Sarang waktu itu minta agar bagian gereja yang terpaksa diganti supaya bentuk aslinya tetap dipertahankan. Misalnya dinding yang dulu aslinya dari batang-batang kayu jati yang dibelah dua diganti dengan tembok yang dibentuk mirip kayu jati yang dibelah. Lantai dalam gereja, baik di panti imam maupun di tempat umat, yang dulu terbuat dari batu diganti dengan semen biasa supaya bisa dipakai tempat duduk bersila dengan enak. Bagian Pendopo yang dulu terbuka ditutup dengan papan, pendapa yang dulu sempit diperluas.
 
=== Renovasi Ketiga Tahun 1986 ===
Baris 102:
 
== Pranala luar ==
* Gereja Puhsarang di situs http://www.east-java.com/books/puh-sarang/gereja-unik.html {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20221126195725/https://www.east-java.com/books/puh-sarang/gereja-unik.html |date=2022-11-26 }}.
 
{{Commonscat|Pohsarang Church}}
 
{{DEFAULTSORT:Puhsarang}}
[[Kategori:TempatBangunan wisatagereja Katolik di KediriJawa Timur|Puhsarang]]