Jalan Malioboro: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Fachrian Muzaqi (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Apri DAV (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
(28 revisi perantara oleh 16 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{for|Filmfilm dengan judul Malioboro|Malioboro (film)}}
{{untuk|namalayanan [[kereta api]] yang dioperasikan oleh [[PT Kereta Api Indonesia]] dan [[Daerah Operasi VI Yogyakarta]]|kereta api Malioboro Ekspres}}
{{Infobox street
| name = Jalan Malioboro
Baris 44:
| junction =
| north =Jalan Margo Utomo
| east ={{unbulleted list
|Jalan [[Abu Bakar Ali]]
|Jalan Perwakilan
|Gang Sosrokusuman (I dan II)
|Jalan Suryatmajan
}}
| south =Jalan Margo Mulyo
| west ={{unbulleted list
|[[Sarkem|Jalan Pasar Kembang]]
|[[Kampung Internasional Sosrowijayan Wetan|Jalan Sosrowijayan]]
|Jalan Dagen
|Jalan Pajeksan
}}
| main_contractor =
| cost =
Baris 53 ⟶ 63:
| construction_start_date =
| completion_date =
| inauguration_date = 1755
| demolition_date =
| designer = [[Hamengkubuwana I]]
| known_for =
| status =
| website = <!-- {{URL|example.com}} -->
}}
'''Jalan Malioboro''' ({{lang-jv|ꦢꦭꦤ꧀​ꦩꦭꦶꦪꦧꦫ|Dalan Maliabara}}) adalah nama salah satu [[jalan|kawasan jalan]] dari tiga jalan di [[Kota Yogyakarta]] yang membentang dari [[Tugu Yogyakarta]] hingga ke perempatanpersimpangan [[KantorTitik pos|KantorNol PosKilometer Yogyakarta]].
 
Secara keseluruhan, kawasan Malioboro terdiri atas Jalan Margo Utomo, Jalan Malioboro, dan Jalan Margo Mulyo. Jalan ini merupakan poros [[Garis Imajiner Yogyakarta|Garis Imajiner Kraton Yogyakarta]].
 
== Gambaran umum ==
Jalan ini menghubungkan [[Tugu Yogyakarta]] hingga menjelang kompleks [[Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat|Keraton Yogyakarta]]. Di sisi utara adalah Jalan Margo Utomo, yang terbentang dari selatan kawasan Tugu hingga sisi timur [[Stasiun Yogyakarta]]. Antara Jalan Margo Utomo dan Jalan Malioboro dipisahkan dengan perlintasan kereta api yang cukup unik, dimanadi mana perlintasan ini menggunakan palang pintu berjenis geser. <ref>{{Cite web|title=Kisah Spesial Palang Pintu Kereta Geser Satu-satunya di Indonesia|url=https://m.liputan6.com/regional/read/3005831/kisah-spesial-palang-pintu-kereta-geser-satu-satunya-di-indonesia|access-date=2022-11-27}}</ref>
 
Pada masa lalu, perlintasan ini dapat dilintasi oleh kendaraan umum sebagai penghubung Jalan Margo Utomo menuju Malioboro. Namun karena meningkatnya volume kendaraan yang melintas, membuat perlintasan ini hanya boleh dilintasi oleh kendaraan-kendaraan kecil seperti becak atau sepeda, sedangkan kendaraan lain harus memutar terlebih dahulu ke arah timur melewati [[Jembatan Kewek]], kemudian berbelok ke arah barat melalui Jalan Abu Bakar Ali, barulah sampai di Jalan Malioboro.
 
Jalan Malioboro sebenarnya hanya terbentang dari sisi selatan rel kereta api, di depan [[Grand Inna Malioboro|Hotel Grand Inna]] hingga berakhir di [[Pasar Beringharjo]] sisi timur. Dari titik ini, nama jalan berubah menjadi Jalan Margo Mulyo hingga [[Titik Nol Kilometer Yogyakarta]]. Di sini terdapat bekas kediaman gubernur [[Hindia Belanda|Hindia-Belanda]] di sisi barat dan [[Benteng Vredeburg]] di sisi timur. Jalan Malioboro menjadi batas antara [[Gedongtengen, Yogyakarta|Kemantren Gedongtengen]] dan [[Danurejan, Yogyakarta|Kemantren Danurejan]], di mana sisi barat Malioboro adalah wilayah dari kemantren Gedongtengen, dan sisi timur Malioboro adalah wilayah dari kemantren Danurejan. Sedangkan seluruh sisi jalan Margo Utomo adalah wilayah dari [[Jetis, Yogyakarta|Kemantren Jetis]], dan sisi jalan Margo Mulyo adalah wilayah dari [[Gondomanan, Yogyakarta|Kemantren Gondomanan]].
 
Terdapat beberapa objek bersejarah di kawasan ini, antara lain [[Tugu Yogyakarta]], [[Stasiun Yogyakarta]], [[Gedung Agung]], [[Pasar Beringharjo]], Kantor [[Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta|DPRD DIY]], [[Benteng Vredeburg]], [[Grand Inna Malioboro|Hotel Grand Inna]], Komplek Kantor [[Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta]], dan [[Serangan Umum 1 Maret|Monumen Serangan Umum 1 Maret]].
Baris 76 ⟶ 86:
 
== Penamaan ==
Setidaknya ada tigaempat teori terkait asal usul nama Jalan Malioboro:
# Teori pertama berpendapat bahwa nama Malioboro diambil dari gelar [[John Churchill]] sebagai Adipati Marlborough Pertama (1650-1722), jenderal dari Inggris yang paling terkenal pada masanya. Nama ini digunakan untuk benteng pertahanan inggris di Bengkulu yang dinamakan [[Benteng Marlborough]]. Namun, teori ini dibantah oleh sejarawan [[Peter Carey (sejarawan)|Peter Carey]] yang mengemukakan bahwa tidak mungkin jalan yang digunakan sebagai jalan utama bagi Kesultanan Yogyakarta berasal dari nama Inggris.<ref name=":0">{{Cite journal|last=Carey|first=P.|date=1984|title=Jalan Maliabara ('Garland Bearing Street'): The Etymology and Historical Origins of a much Misunderstood Yogyakarta Street Name|url=https://www.persee.fr/doc/arch_0044-8613_1984_num_27_1_1879|journal=Archipel|volume=27|issue=1|pages=51–62|doi=10.3406/arch.1984.1879}}</ref>
# Teori kedua dikemukakan tokoh asal Jogja yang berpendapat nama Malioboro mungkin berasal dari nama penginapan (pesanggrahan) yang digunakan Jayengrana (Amir Hamzah) tokoh utama ''[[Carita Menak|Cerita Menak]]'' yang mengadopsi ''[[Hikayat Amir Hamzah]]''.<ref name=":0" />
# Teori ketiga berasal dari Peter Carey yang berpendapat nama Malioboro berasal dari bahasa Jawa "maliabara" yang diadopsi dari [[bahasa Sanskerta]] "malyabhara" yang berarti "dihiasi karangan bunga".<ref name=":0" /> Hal ini berdasarkan teori nama "[[Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat|Ngayogyakarta]]" berasal dari bahasa Sanskerta "[[Ayodhya]]" (bahasa Jawa: Ngayodya), ibu kota kerajaan [[Rama]] di epos [[Ramayana]] sehingga wajar bila kesultanan menggunakan atau mengadopsi bahasa Sanskerta untuk nama jalan atau nama tempat-tempat lainnya. Secara etimologi, hubungan antara nama jalan "Maliabara" dengan kata dalam bahasa Sanskerta "malyabhara" juga pernah disinggung oleh Profesor C.C. Berg pada kuliah di Universitas Leiden pada 1950–1960-an dan Dr. O.W. Tichelaar dalam sebuah karya ilmiah pada Kongres Orientalis Internasional ke-28 di Canberra, Australia. Maka dari itu, penggunaan nama "Maliabara" yang berasal dari bahasa Sanskerta untuk menamai jalan yang dibangun [[Hamengkubuwana I]], sultan pertama Kesultananan Yogyakarta, setidaknya sejak tahun 1755 cukup masuk akal.<ref name=":0" />
# Teori keempat berpendapat bahwa penamaan Malioboro berhubungan dengan keberadaan [[Garis Imajiner Yogyakarta|Sumbu Filosofi Yogyakarta]] ruas [[Tugu Yogyakarta]] hingga [[Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat]], yang melambangkan tentang alur hidup manusia menuju Sang Pencipta (''Paraning Dumadi''). nama Malioboro berasal dari gabungan kata ''malio'' yang berarti "jadilah wali" dan kata ''boro'' yang berarti "mengembara". Etimologi tersebut berkesinambungan dengan kedua ruas jalan lainnya, yakni jalan Marga Utama yang berarti "jalan keutamaan" dan jalan Marga Mulya yang berarti "jalan menuju kemuliaan". Setelah manusia mencapai hubungan tertinggi dengan Tuhannya (''Manunggaling Kawula lan Gusti'', dilambangkan dengan Tugu Yogyakarta), manusia akan meraih keutamaan (Marga Utama). Untuk mencapai keutamaan, manusia harus mengikuti ajaran para wali (Malio) dan mengembara (Boro) dengan berpedoman kepada ajaran tersebut dalam pelaksanaanya. Dengan mengikuti ajaran para wali, niscaya manusia akan memperoleh kemuliaan (Marga Mulya), disamping keutamaan.<ref>Tim Penyusun. 2015. ''Buku Profil Yogyakarta “City of Philosophy”''. Yogyakarta: Dinas Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta.</ref>
 
Pada abad ke-19 hingga awal abad ke-20, jalan ini sempat berubah nama menjadi "Margaraja", yang berarti jalan bagi tamu-tamu kerajaan menuju kediaman raja ([[Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat|keraton]]). Nama tersebut diberikan sesuai fungsi awal dari Malioboro yang menjadi jalan utama [[Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat]].<ref>{{Cite web|title=Terdengar Kebarat-baratan, Benarkan Nama Malioboro berasal dari Kata 'Marlborough'?|url=https://hai.grid.id/read/073017768/terdengar-kebarat-baratan-benarkan-nama-malioboro-berasal-dari-kata-marlborough?page=all|access-date=2022-11-27|url=https://hai.grid.id/read/073017768/terdengar-kebarat-baratan-benarkan-nama-malioboro-berasal-dari-kata-marlborough?page=all}}</ref>
 
== Pemanfaatan ==
Sebagai ''rajamarga'' atau jalan kerajaan, Malioboro berfungsi sebagai jalan seremonial yang sesuai dengan tradisi India, terutama pada hari perayaan, dihiasi dengan untaian bunga. Jalan ini menjaid saksi bisu prosesi kedatangan para [[Gubernur Jenderal Hindia Belanda|gubernur jenderal]] dan pejabat Eropa, baik sipil maupun militer serta tamu kerajaan lain ketika mengunjungi Yogyakarta yang disambut oleh sultan dan prajurit kraton bersenjata.<ref>{{Cite journal|last=Fauziah|first=Siti Mahmudah Nur|date=2019-05-07|title=Dari Jalan Kerajaan Menjadi Jalan Pertokoan Kolonial: Malioboro 1756-1941|url=https://jurnal.ugm.ac.id/lembaran-sejarah/article/view/45438|journal=Lembaran Sejarah|language=id|volume=14|issue=2|pages=171–193|doi=10.22146/lembaran-sejarah.45438|issn=2620-5882}}</ref>
 
=== Era sebelum kemerdekaan ===
Baris 90 ⟶ 102:
Awalnya Jalan Malioboro ditata sebagai sumbu imaginer Utara-Selatan [[Pantai Parangkusumo]] - [[Kraton Yogya]] - [[Gunung Merapi]]. Jalan Malioboro dimulai di dekat area keraton menuju ke arah utara hingga Tugu Yogya. Jalan salah satu elemen terpenting sebagai [[Garis Imajiner Yogyakarta|garis imajiner]] yang menghubungkan keraton dengan Gunung Merapi yang dianggap sakral sesuai dengan sumbu filosofi kota Yogyakarta.
 
Jalan Malioboro berfungsi sebagai jalan utama kerajaan (''rajamarga'') untuk kegiatan seremonial kesultanan. Saat sultan keluar dari istana dalam dan duduk di ''Sitinggil'' pada upacara publik, ia dapat melihat langsung Jalan Malioboro hingga Tugu di kejauhan. Antara Jalan Malioboro dan keraton terdapat dua pohon beringin yang diberi pagar persegi (''waringin kurung'') di Alun-alun Utara. Beringin kembar ini menyimbolkan penyatuan dua hal yang bertolakbelakang (''loroning atunggal'').<ref name=":0" /><ref>{{Cite web|title=Pohon Beringin di Keraton Yogyakarta|url=https://www.kratonjogja.id/tata-rakiting-wewangunan/9/pohon-beringin-di-keraton-yogyakarta|website=www.kratonjogja.id|language=en|access-date=2022-02-27|archive-date=2022-02-27|archive-url=https://web.archive.org/web/20220227090443/https://www.kratonjogja.id/tata-rakiting-wewangunan/9/pohon-beringin-di-keraton-yogyakarta|dead-url=yes}}</ref> Adanya tugu di sebelah utara dan beringin kembar di antara jalan utama ibu kota kesultanan memiliki arti simbolis dan filosofis yang kuat yang diciptakan oleh Hamengkubuwana I.<ref name=":0" />
 
Selain itu, jalan ini juga digunakan saat kunjungan resmi pejabat kolonial Belanda dan Inggris, seperti gubernur jenderal, untuk memasuki keraton Yogyakarta. Jalan ini punya dua fungsi penting: pertama, sebagai bentuk penghormatan kepada pejabat yang berkunjung. Kedua, sebagai cara untuk menetralisir kekuatan pejabat yang berkunjung dengan melewati tugu dan beringin kurung, mengingat pejabat akan lewat dari arah utara jalan ini. Arah utara dalam filosofi Jawa diasosiasikan dengan kegelapan, kematian, dan ilmu hitam.<ref name=":0" />
Baris 116 ⟶ 128:
 
Pada 2019, pemerintah provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta membuat ''grand design'' untuk melakukan penataan Jalan Malioboro sebagai kawasan semi pedestrian.<ref>{{Cite web|last=Dishub|first=Contributor|title=Menuju Penataan Kawasan Semi Pedestrian Malioboro|url=https://dishub.jogjaprov.go.id/berita/menuju-penataan-kawasan-semi-pedestrian-malioboro|website=dishub.jogjaprov.go.id|language=en-gb|access-date=2022-02-27}}</ref> Pada 2021 pemerintah provinsi DIY telah membangun 37 sarana prasarana dengan total biaya Rp 78 miliar untuk penataan kawasan agar meningkatkan minat wisatawan. Selain itu, pemerintah juga merelokasi PKL di Jalan Malioboro ke Pusat UMKM di depan Pasar Beringhargo dan bekas gedung Dinas Pariwisata DIY yang ditargetkan dimulai Januari 2022.<ref>{{Cite news|last=()|first=Pribadi Wicaksono|date=04-01-2022|title=Yogyakarta Rampungkan Penataan Kawasan Pedestrian Jadi Magnet Wisata Baru|url=https://travel.tempo.co/read/1546443/yogyakarta-rampungkan-penataan-kawasan-pedestrian-jadi-magnet-wisata-baru|work=[[Tempo.co]]|access-date=27-02-2022|editor-last=Chairunnisa|editor-first=Ninis|language=id}}</ref>
 
Pada tanggal 18 September 2023, kawasan Malioboro bersama dengan Tugu Yogyakarta, Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat dan Panggung Krapyak ditetapkan menjadi [[Situs Warisan Dunia UNESCO|situs warisan dunia]] oleh [[Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa]] dalam Sidang Luar Biasa ke-45 Komite Warisan Dunia di [[Riyadh]], [[Arab Saudi]], pada 10 hingga 25 September 2023.
 
== Budaya populer ==
[[Berkas:Malioboro Ekspres Madiun.jpg|jmpl|[[Kereta api Malioboro Ekspres|Kereta api Malioboro]] sumber inspirasi dari nama Jalan Malioboro untuk mengangkut penumpang dari Yogyakarta tujuan Malang.]]
Sebagai jalan legendaris, malioboroMalioboro juga menjadi daya tarik bagi seniman untuk mengekspresikan karya mereka. Beberapa karya seni terinspirasi dari jalan ini.
 
* Musisi [[Surakarta]], [[Didi Kempot]], membuat lagu asmara yang judulnya diambil dari nama jalan ini, yakni ''Bangjo Malioboro'' dan ''Angin Malioboro''. Ada pula [[Doel Sumbang]] yang menciptakan lagu ''Malioboro'' pada tahun 1988, lagu tersebut mengisahkan tentang perjalanan dua sejoli di jalan Malioboro pada malam hari. Lagu ''Yogyakarta'' yang diciptakan oleh [[Katon Bagaskara]] pada tahun 1990 dalam album [[Kedua (album KLa Project)|Kedua]] juga mencitrakan Malioboro pada malam hari, meski tidak disebutkan secara langsung.
* [[Marselli Sumarno]], sutradara film nasional juga mengangkat nama Malioboro dengan memproduksi film [[Malioboro (film)|Malioboro]] pada tahun 1989.
 
* Malioboro juga diangkat oleh [[Kereta Api Indonesia|PT Kereta Api Indonesia]] [[Daerah Operasi VI Yogyakarta]] menjadi nama kereta, yakni [[Kereta api Malioboro Ekspres]] dengan relasi Yogyakarta-Malang pulang pergi.
Marselli, sutradara film nasional juga mengangkat nama Malioboro dengan memproduksi film [[Malioboro (film)|Malioboro]] pada tahun 1989.
 
Malioboro juga diangkat oleh [[Kereta Api Indonesia|PT Kereta Api Indonesia]] [[Daerah Operasi VI Yogyakarta]] menjadi nama kereta, yakni [[Kereta api Malioboro Ekspres]] dengan relasi Yogyakarta-Malang pulang pergi.
 
== Referensi ==
Baris 134 ⟶ 146:
* Suyenga, Joan ''A stroll down Yogyakarta's 'Main Street', pp.165-167 of Oey, Eric (1994) ''Java'' 2nd edition Periplus Editions ISBN 962-593-004-3''
* {{cite book
|last =Turner|first =Peter|authorlink =|coauthors =|title =Java (1st edition)|url =https://archive.org/details/javalonelyplanet0000turn|publisher =Lonely Planet|date =1997|location =Melbourne|pages =215–216[https://archive.org/details/javalonelyplanet0000turn/page/215 215]–216|isbn = 0-86442-314-4 }}
* Peter Carey, ''[https://www.academia.edu/11005417/Asal_Usul_Nama_Yogyakarta_Malioboro Asal Usul Nama Yogyakarta Malioboro]'', 2015, ISBN 978-602-9402-62-9
* Peter Carey, '' JALAN MALIOBORO (‘Jalan Berhiaskan Untaian Bunga’) Etimologi dan Asal Usul Historis Nama Jalan di Yogyakarta yang Banyak Disalahpahami'', 1984
* Jacobus (Koos) Noorduyn,'' ETIMOLOGI NAMA YOGYAKARTA'', 1986
* M.C. Ricklefs,'' KOMENTAR MENGENAI NAMA YOGYAKARTA'', 2015
 
== Pranala luar ==
{{commonscat-inline|Jalan Malioboro, Yogyakarta}}
== Pranala luar ==
* {{id}} The dagadu shop (on Malioboro) has its version of the history at [http://www.dagadu.co.id/legends01.php its website.] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20070410074307/http://www.dagadu.co.id/legends01.php |date=2007-04-10 }}
* {{id}} [http://www.jogjatrip.com/id Panduan Pariwisata Yogyakarta dan sekitarnya]{{Pranala mati|date=Februari 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}
Baris 148 ⟶ 164:
[[Kategori:Yogyakarta]]
[[Kategori:Tempat wisata di Yogyakarta|Malioboro]]
[[Kategori:Daerah Istimewa Yogyakarta]]
 
 
{{indo-geo-stub}}