Mazhab teologi Islam: Perbedaan antara revisi

 

Menurut ''[[Encyclopaedia of the Qur'an|Encyclopaedia of the Qur'ān]]'' (2006), "[[Al-Qur'an]] merangkum berbagai tema teologis dari berbagai ajaran agama sebelumnya, dan melalui nabinya, Muhammad, menyajikan visi yang utuh tentang Sang Pencipta, kosmos, dan manusia. Dan terkait perselisihan teologis di kalangan dunia muslim berikutnya terbukti beredar di seputar penafsiran pesan nash Al-Qur'an, yang itu terkait erat dengan perjalanan hidup Muhammad".<ref name="EoQ-Quran">{{Cite encyclopedia|year=2006|editor-first1=Jane Dammen|editor2-link=Jane Dammen McAuliffe|encyclopedia=[[Encyclopaedia of the Qurʾān]]|volume=V|publisher=[[Brill Publishers]]|doi=10.1163/1875-3922_q3_EQCOM_00203|isbn=90-04-14743-8}}</ref> Namun, [[Sejarah Islam|sejarawan]] modern dan pengkaji Islam lainnya menduga bahwa beberapa gagasan teologis yang muncul kemudian nampaknya dipengaruhi artefak pemikiran [[Agama di Arab pra-Islam|kaum politeistik]] di [[Arabia pra-Islam|Arab pra-Islam]], seperti kepercayaan pada [[fatalisme]] (''qadariyah'') yang muncul dalam pemikiran teologi muslim manakala membicarakan masalah-masalah metafisik seperti [[Allah (Islam)|sifat-sifat Tuhan]]. [[Takdir dalam Islam|takdir]], dan kehendak bebas.<ref name="Schmidtke 2016">{{•}} {{Cite book|last=Treiger|first=Alexander|year=2016|title=The Oxford Handbook of Islamic Theology|location=[[Oxford]] and [[New York City|New York]]|publisher=[[Oxford University Press]]|isbn=9780199696703|editor-last=Schmidtke|editor-first=Sabine|editor-link=Sabine Schmidtke|pages=27–43|chapter=Part I: Islamic Theologies during the Formative and the Early Middle period – Origins of Kalām|doi=10.1093/oxfordhb/9780199696703.013.001|lccn=2016935488|access-date=2021-10-19|orig-year=2014|chapter-url=https://books.google.com/books?id=70wnDAAAQBAJ&pg=PA27|archive-url=https://web.archive.org/web/20221118051704/https://books.google.com/books?id=70wnDAAAQBAJ&pg=PA27|archive-date=2022-11-18|url-status=live}}<br /><br />{{•}} {{Cite book|last=Abrahamov|first=Binyamin|year=2016|title=The Oxford Handbook of Islamic Theology|location=[[Oxford]] and [[New York City|New York]]|publisher=[[Oxford University Press]]|isbn=9780199696703|editor-last=Schmidtke|editor-first=Sabine|editor-link=Sabine Schmidtke|pages=264–279|chapter=Part I: Islamic Theologies during the Formative and the Early Middle period – Scripturalist and Traditionalist Theology|doi=10.1093/oxfordhb/9780199696703.013.025|lccn=2016935488|access-date=2021-10-19|orig-year=2014|chapter-url=https://books.google.com/books?id=70wnDAAAQBAJ&pg=PA264|archive-url=https://web.archive.org/web/20221118051704/https://books.google.com/books?id=70wnDAAAQBAJ&pg=PA264|archive-date=2022-11-18|url-status=live}}</ref><ref>{{Cite encyclopedia|year=2001|editor-first1=Jane Dammen|editor2-link=Jane Dammen McAuliffe|encyclopedia=[[Encyclopaedia of the Qurʾān]]|volume=I|publisher=[[Brill Publishers]]|doi=10.1163/1875-3922_q3_EQCOM_00025|isbn=978-90-04-14743-0}}</ref>

[[Akidah Islam|Akidah]] (Arab: العقيدة, ''al-ʿaqīdah'') berasal dari kata ''al-ʿaqdu'' yang secara harfiah berarti: ikatan, pengesahan, penguatan; adapun kata ''al-ʿaqīdah'' sendiri secara harfiah berarti: prinsip, dasar atau pondasi, pengikatan, doktrin, kredo, keyakinan, dan pengakuan.<ref name=":0">{{Cite book|last=bin Abdul Hamid al-Atsari|first=Abdullah|year=2006|url=https://www.google.co.id/books/edition/Intisari_Aqidah_Ahlussunnah_wal_Jama_ah/gUqih7cqOvcC?|title=Intisari Aqidah Ahlussunnah wal Jama'ah|location=Jakarta|publisher=Pustaka Imam Syafi'i|isbn=9789793536606|pages=33-34|translator-last=bin Muhammad Bathathy|translator-first=Farid|url-status=live}}</ref> Adapun pengertian secara terminologi adalah perkara-perkara yang wajib dibenarkan oleh hati dan jiwa.<ref name=":0" /> Dalam kajian agama dan humaniora, istilah biasanya diterjemahkan sebagai "teologi" dan paham-paham di dalamnya disebut "mazhab teologi"—yang berbeda dari [[Fikih|mazhab fiqih]]. Adapun pengajaran atau kajian di dalamnya termasuk pelajaran ilmu kalam, falsafah, dan ushuluddin.

 

 

Ilmu Kalam ({{Lang-ar|علم الكلام}},''ʿilm al-kalām''; atau bisa disingkat "Kalam") adalah satu cabang ilmu keislaman yang membahas masalah akidah atau keimanan berdasarkan argumen rasional tanpa mengesampingkan nash [[Al-Qur'an]] dan [[Sunnah|As-Sunnah]].<ref name=":1">{{Cite book|last=Jamrah|first=Suryan A.|date=2015|url=https://books.google.co.id/books/about/Studi_Ilmu_Kalam.html?id=QfW3DwAAQBAJ|title=Studi Ilmu Kalam|location=Jakarta|publisher=Prenada Media|isbn=9786020895307|url-status=live}}</ref> Ilmu ini juga lazim disebut sebagai Ilmu ''Ushuluddin'' (dasar-dasar agama), Ilmu ''ʿAqaid ('' (akidah), dan Ilmu ''Tauhid'' (keesaan Tuhan). Secara garis besar Ilmu Kalam membahas persoalan teologis (''Qismul Ilahiyat'') terkait wujud, sifat, dan perbuatan Tuhan dan kaitannya dengan qadha dan qadhar serta kehendak bebas manusia; persoalan kenabian (''Qismul Nubuwah'') terkait sifat dan tugas para rasul-Nya, pewahyuan dan risalah, hingga persoalan pewaris kenabian (kekhalifahan); dan persoalan Hari Akhir (''Qismul Al-Sam'iyat'') terkait Hari Kebangkitan, surga dan neraka, serta pembalasan atas manusia.<ref name=":1" />

 

Ilmu Kalam memang berkembang lebih lambat dibanding keilmuan keislaman lainnya seperti Ilmu Fikih dan Ilmu Hadits.<ref name=":1" /> Namun, itu bukan berarti tidak ada pembicaraan tentang persoalan teologis di masa-masa awal perkembangan Islam, hanya saja sifatnya belum sistematis dan didominasi topik seputar kekhalifahan, keimanan dan kekufuran akibat dosa, serta takdir.<ref name=":1" /><ref name=":2">{{Cite web|last=Mutahhari|first=Murtada|year=1985|title=An Introduction to 'Ilm al-Kalam|url=https://www.muslimphilosophy.com/ip/kalam.htm|website=Muslimn Philosophy|access-date=2022-12-02}}</ref> Di abad-abad berikutnya ilmu ini mulai berkembang dan mendapat perhatian melalui tokoh-tokohnya seperti [[Abu al-Hasan al-Asy'ari|Abu Hasan al-Asy'ari]] dan [[Abu Mansur Al Maturidi|Abu Mansur al-Maturidi]],<ref name=":1" /> serta banyak cendikiawan lainnya seperti [[Al-Ghazali]], [[Al-Farabi]], dan [[Ibnu Sina]]. Harus diakui bahwa Ilmu Kalam mendapat pengaruh dari [[Filsafat Yunani Kuno|Filsafat Yunani]], terutama sejak penerjemahan besar-besaran teks-teks Yunani ke bahasa Arab di era Abbasiyah di sepanjang abad ke-10 hingga abad ke-12 Masehi, namun pada waktu Ilmu Kalam dan kemudian diperkaya oleh Filsafat Yunani,<ref name=":1" /><ref name=":2" /><ref>{{Cite web|title=An Introduction to ʿIlm al-Kalām, Origin and Growth|url=https://islamonline.net/en/an-introduction-to-%CA%BFilm-al-kalam-origin-and-growth/|website=Islam Online|access-date=2022-12-02}}</ref> sehingga beberapa sarjana modern melihat Ilmu Kalam merupakan asimilasi dari ilmu teologi keislaman dengan logika [[Aristotelianisme|Aristotelian]].<ref name="Peters 1980"/>

 

Di awal sejarah Islam pada abad 7-8 Masehi, pemikiran teologi dan keilmuan belum terbentuk sebagaimana di periode-periode berikutnya. Beberapa kelompok yang muncul umumnya masih prematur dan dipengaruhi oleh faktor politik, seperti perebutan kekhalifahan antara Ali bin Abi Thalib dan Muawiyah. Firqah yang menonjol adalah kelompok Muhakimah ({{Lang-ar|محكمة}}) merujuk pada kelompok yang abstain secara politik pada arbitrase sekitar [[Pertempuran Shiffin|Perang Shiffin]]. Secara teologis, seiring berjalannya waktu mereka terbagi menjadi dua sekte besar yang disebut [[Khawarij]] dan [[Ibadi]]yah.<ref name="ess" />

 

[[Murji'ah]] ( {{Lang-ar|{{big|المرجئة}}}} ) adalah mazhab teologi awal yang muncul sebagai perlawanan atau golongan [[Khawarij]], khususnya terkait hubungan antara dosa dan kemurtadan''.'' Murji'ah percaya bahwa dosa tidak mempengaruhi iman, melainkan hanya berdampak pada takwa. Oleh karena itu, mereka berpendapat bahwa siapa pun yang menyatakan telah beriman minimal harus dianggap sebagai muslim, dan dosa saja tidak cukup untuk membuat seseorang dicap sebagai kafir''.'' Pendapat kaum Murji'ah ini mendominasi seluruh mazhab sesudahnya, terutama [[Khawarij]] dan [[Asy'ariyah]].

 

 

=== Atsariyah ===

Atsariyah ({{Lang-ar|أثري}} ; ''literalis'') adalah paham teologis yang menolak ajaran rasionalistik, atau secara spesifik adalah ilmu kalam dan falsafah, dan mengajarkan literalisme ketat dalam menafsirkan nash [[Al-Qur'an]].<ref name="Halverson-36q">{{Cite book|last=Halverson|first=Jeffry R.|date=2010|url=https://books.google.com/books?id=IYzGAAAAQBAJ&q=Athari+&pg=PP1|title=Theology and Creed in Sunni Islam: The Muslim Brotherhood, Ash'arism, and Political Sunnism|publisher=Palgrave Macmillan|isbn=9781137473578|page=36|quote=The Atharis can thus be described as a school or movement led by a contingent of scholars (''ulama''), typically [[Hanbalite]] or even [[Shafi'ite]], which retained influence, or at the very least a shared sentiment and conception of piety, well beyond the limited range of Hanbalite communities. This body of scholars continued to reject theology in favor of strict textualism well after Ash'arism had infiltrated the Sunni schools of law. It is for these reasons that we must delineate the existence of a distinctly traditionalist, anti-theological movement, which defies strict identification with any particular ''madhhab'', and therefore cannot be described as Hanbalite.|access-date=2020-10-28|archive-url=https://web.archive.org/web/20221118051705/https://books.google.com/books?id=IYzGAAAAQBAJ&q=Athari+&pg=PP1|archive-date=2022-11-18|url-status=live}}</ref> Sebutan ini berasal dari kata Arab "atsar" yang secara harfiah berarti "sisa" atau "kisah".<ref>{{Cite book|last=Spevack|first=Aaron|date=2014|title=The Archetypal Sunni Scholar: Law, Theology, and Mysticism in the Synthesis of Al-Bajuri|publisher=State University of New York Press|isbn=978-1-4384-5370-5|pages=169|quote=The term Atharis is derived from athar, which implied transmitted content (rather than rationally derived content).}}</ref> Para pengikutnya disebut ''Atsariyah'' atau Atsaris

 

 

=== Muktazilah ===

Muktazilah adalah mazhab teologi yang mulanya bersifat apolitis dengan mengambil sikap netral di antara pengikut [[Ali bin Abi Thalib|Khalifah Ali bin Abi Thalib]] dan lawan-lawannya. Lambat laun kelompok ini membentuk mazhab teologi sendiri yang berkembang di Basra dan Bagdad (abad ke-8 hingga ke-10).<ref name="robinson">{{Cite web|last=NEAL ROBINSON|date=1998|title=Ash'ariyya and Mu'tazila|url=http://www.muslimphilosophy.com/ip/rep/H052|website=muslimphilosophy.com|archive-url=https://web.archive.org/web/20111120081733/http://www.muslimphilosophy.com/ip/rep/H052|archive-date=2011-11-20|access-date=2012-11-05|url-status=live}}</ref><ref>{{Cite web|title=Different views on human freedom – Mu'tazilites and Asharites – Authority in Islam – GCSE Religious Studies Revision – OCR|url=https://www.bbc.co.uk/bitesize/guides/zkdkw6f/revision/3|website=BBC Bitesize|language=en-GB|archive-url=https://web.archive.org/web/20210621143801/https://www.bbc.co.uk/bitesize/guides/zkdkw6f/revision/3|archive-date=2021-06-21|access-date=2021-06-19|url-status=live}}</ref>

 

Menurut berbagai sumber Sunni, teologi Muktazilah muncul pada abad ke-8 di [[Basra]] (sekarang di Irak) ketika [[Wasil bin Atha'|Wāṣil ibn ʿAṭā']] (w. 131 H/748 M) menarik diri (''iʿtazala'', asal kata ''mu'tazilah'') dari pengajaran [[Hasan al-Bashri|Hasan al -Bashri]] setelah perselisihan teologis mengenai masalah ''al-Manzilah bayna al-Manzilatayn'' (''posisi antara dua posisi''), di mana Wasil ibn Ata bernalar bahwa seorang pendosa berat (fāsiq) tidak dapat digolongkan sebagai mukmin atau kafir tetapi berada di perantara posisi (''al-manzilah bayna manzilatayn'').<ref name="ad">{{Cite book|last=Dhanani|first=Alnoor|date=1994|url=https://archive.org/details/physicaltheoryka00dhan|title=The physical theory of Kalām : atoms, space, and void in Basrian Muʻtazilī cosmology|location=Leiden|publisher=Brill|isbn=978-9004098312|page=[https://archive.org/details/physicaltheoryka00dhan/page/n6 7]|url-access=limited}}</ref>

 

 

Asyʿariyah adalah mazhab teologi yang didirikan oleh seorang cendekiawan, mujadid, dan ahli ilmu kalam bernama [[Abu al-Hasan al-Asy'ari|Abū al-Ḥasan al-Asyʿari]] yang hidup pada abad ke-9 hingga ke-10.<ref name="Nasr 2006">{{Cite book|last=Nasr|first=Seyyed Hossein|year=2006|title=[[Islamic Philosophy from its Origin to the Present: Philosophy in the Land of Prophecy|Islamic Philosophy from Its Origin to the Present: Philosophy in the Land of Prophecy]]|location=[[Albany, New York]]|publisher=[[SUNY Press]]|isbn=9780791468005|pages=124–126|chapter=Part 3: Islamic Philosophy in History – Dimensions of the Islamic Intellectual Tradition: Kalām, Philosophy, and Spirituality|lccn=2005023943|author-link=Seyyed Hossein Nasr|access-date=2022-09-04|chapter-url=https://books.google.com/books?id=Y0ZFkdlCFnYC&pg=PA124|archive-url=https://web.archive.org/web/20221118051711/https://books.google.com/books?id=Y0ZFkdlCFnYC&pg=PA124|archive-date=2022-11-18|url-status=live}}</ref><ref name="Islamica 2015">{{Cite encyclopedia|year=2015|editor4-last=Madelung|editor1-first=Wilferd|editor2-last=Daftary|editor2-first=Farhad|encyclopedia=Encyclopaedia Islamica|publisher=[[Brill Publishers]]|doi=10.1163/1875-9831_isla_COM_0300}}</ref><ref name="Thiele 2016">{{Cite book|last=Thiele|first=Jan|year=2016|title=The Oxford Handbook of Islamic Theology|location=[[Oxford]] and [[New York City|New York]]|publisher=[[Oxford University Press]]|isbn=9780199696703|editor-last=Schmidtke|editor-first=Sabine|editor-link=Sabine Schmidtke|pages=225–241|chapter=Part I: Islamic Theologies during the Formative and the Early Middle period – Between Cordoba and Nīsābūr: The Emergence and Consolidation of Ashʿarism (Fourth–Fifth/Tenth–Eleventh Century)|doi=10.1093/oxfordhb/9780199696703.013.45|lccn=2016935488|access-date=2022-09-04|orig-year=2014|chapter-url=https://books.google.com/books?id=70wnDAAAQBAJ&pg=PA225|archive-url=https://web.archive.org/web/20221118052138/https://books.google.com/books?id=70wnDAAAQBAJ&pg=PA225|archive-date=2022-11-18|url-status=live}}</ref> Asyʿarīyah membangun jalan tengah antara doktrin teologi Atsariyah dan [[Muktazilah]].<ref name="Nasr 2006"/><ref name="Thiele 2016"/><ref name="Frank 2020">{{Cite book|last=Frank|first=Richard M.|year=2020|title=Early Islamic Theology: The Muʿtazilites and al-Ashʿarī – Texts and Studies on the Development and History of Kalām, Vol. II|location=[[London]] and [[New York City|New York]]|publisher=[[Routledge]]|isbn=9780860789789|editor-last=Frank|editor-first=Richard M.|edition=1st|pages=136–154|chapter=Al-Ashʿarī's conception of the nature and role of speculative reasoning in theology|doi=10.4324/9781003110385_8|lccn=2006935669|access-date=2022-09-04|orig-year=2007|editor-last2=Gutas|editor-first2=Dimitri|editor-link2=Dimitri Gutas|chapter-url=https://books.google.com/books?id=tkX1DwAAQBAJ&pg=PA76|archive-url=https://web.archive.org/web/20221118051705/https://books.google.com/books?id=tkX1DwAAQBAJ&pg=PA76|archive-date=2022-11-18|url-status=live}}</ref><ref name="heer-lecture-10">{{Cite web|last=Heer|first=Nicholas|date=n.d.|title=A LECTURE ON ISLAMIC THEOLOGY|url=http://faculty.washington.edu/heer/theology-sep.pdf|website=University of Washington Faculty|page=10|archive-url=https://web.archive.org/web/20211026085748/http://faculty.washington.edu/heer/theology-sep.pdf|archive-date=26 October 2021|access-date=13 August 2021|url-status=live}}</ref> Mazhab Asyʿarīyah berpendapat bahwa kebenaran tertinggi hanya dapat diketahui melalui wahyu; dan bahwa tanpa wahyu, rasio manusia tidak berdaya untuk membedakan kebaikan (''haq'') dan keburukan (''batil''). Dalam upaya untuk menjelaskan bagaimana Tuhan memiliki kekuasaan dan kendali atas segala sesuatu, tetapi manusia bertanggung jawab atas dosa-dosa mereka, al-Asyʿari mengembangkan doktrin ''kasb'' (perolehan), di mana setiap dan semua tindakan manusia, bahkan mengangkat jari, ''diciptakan'' . oleh Tuhan, tetapi manusia yang melakukan tindakan itu ''bertanggung jawab'' untuk itu, karena mereka telah "memperoleh" tindakan itu.<ref name="glasse-62-3">Cyril Glassé, Huston Smith ''The New Encyclopedia of Islam'' Rowman Altamira 2003 {{ISBN|978-0-759-10190-6}} page 62-3</ref> Sementara al-Asyʿari menentang pandangan [[Muktazilah|mazhab Muʿtazilite]] saingannya, dalam ''Istihsan al-Khaud'' juga tampak bahwa ia menentang pandangan yang menolak semua perdebatan, yang dianut oleh mazhab tertentu seperti [[Mazhab Zhahiri|Zahiri]] (literalis), Mujassimite (antropteis), dan [[Ulum hadis|Muhaddithin]] (tradisionalis) karena terlalu menekankan pada ''[[Taklid|taqlid]]'' (mengikuti secara buta).

 

 

=== Maturidiyah ===

Mazhab [[Maturidi]]yah didirikan oleh [[Abu Mansur Al Maturidi|Abu Mansur al-Maturidi]], dan merupakan mazhab teologi kedua paling populer di kalangan Sunni, terutama di wilayah-wilayah yang dulunya dikuasai [[Wangsa Utsmaniyah|Ottoman]] dan [[Kesultanan Mughal|Mughal]]. Kebanyakan pengikut Maturidiyah berasal dari mazhab fikih [[Mazhab Hanafi|Hanafi]].<ref>{{Cite book|last=Campo|first=Juan Eduardo|date=2009|url=https://books.google.com/books?id=OZbyz_Hr-eIC&q=In+fact%2C+the+Hanafis+were++known+as+the+%E2%80%9CPeople+of+Opinion%E2%80%9D+and+were++opposed+by+the+%E2%80%9CPeople+of+Hadith.%E2%80%9D|title=Encyclopedia of Islam|location=|publisher=Infobase Publishing|isbn=978-1-4381-2696-8|pages=287|language=en|access-date=2021-02-16|archive-url=https://web.archive.org/web/20221118051706/https://books.google.com/books?id=OZbyz_Hr-eIC&q=In+fact%2C+the+Hanafis+were++known+as+the+%E2%80%9CPeople+of+Opinion%E2%80%9D+and+were++opposed+by+the+%E2%80%9CPeople+of+Hadith.%E2%80%9D|archive-date=2022-11-18|url-status=live}}</ref>

 

Menyangkut masalah [[Rukun Iman]], pengikut Maturidiyah percaya bahwa surga dan neraka telah ada sejak manusia hidup di dunia saat ini; dan mereka juga memandang malaikat memiliki kesempurnaan.<ref>Lange, Christian (2016). Paradise and Hell in Islamic Traditions. Cambridge United Kingdom: Cambridge University Press. ISBN 978-0-521-50637-3. p. 168</ref><ref>Yüksek Lisans Tezi Imam Maturidi'nin Te'vilatu'l-kur'an'da gaybi konulara İstanbul-2020 2501171277</ref> Selain itu, Maturidiyah percaya bahwa Tuhan adalah Maha Pencipta dan dapat mengendalikan semua ciptaan-Nya, namun tetap mengizinkan manusia mengambil keputusan individual.

 

 

=== Zaidiyah ===

Denominasi [[Zaidiyah]] dalam Syi'ah sangat dekat pandangannya dengan mazhab teologi Muʿtazilah; perbedaan utamanya hanya terletak pada doktrin [[imamah]]. Di antara golongan Syiah, kaum Zaidiyah adalah yang paling mirip dengan golongan Sunni,<ref>{{Cite web|title=Telling the truth for more than 30 years – Sunni-Shi'i Schism: Less There Than Meets the Eye|url=http://www.wrmea.com/backissues/0591/9105024.htm|publisher=WRMEA|archive-url=http://webarchive.loc.gov/all/20050423070201/http://www.wrmea.com/backissues/0591/9105024.htm|archive-date=23 April 2005|access-date=30 November 2013|url-status=live}}</ref> karenanya tidak heran bila fikih dan teologinya sejalan dengan umumnya pandangan Sunni.<ref>{{Cite book|last=McLaughlin|first=Daniel|date=February 2008|url=https://books.google.com/books?id=eQvhZaEVzjcC&q=zaydi+similar+sunni&pg=PA23|title=Yemen: The Bradt Travel Guide – Daniel McLaughlin – Google Books|isbn=9781841622125|access-date=30 November 2013|archive-url=https://web.archive.org/web/20221118051707/https://books.google.com/books?id=eQvhZaEVzjcC&q=zaydi+similar+sunni&pg=PA23|archive-date=18 November 2022|url-status=live}}</ref>

 

=== Batiniyah ===

 

Pengikut mazhab [[Batiniyyah|Batiniyah]] dari kalangan [[Syiah Dua Belas Imam|Syiah Dua Belas]] adalah sekte [[Alevi]] di Anatolia dan [[Alawi]] yang banyak menetap di Suriah dan Libanon. Mereka juga mengembangkan sistem [[fikih]] sendiri yang berbeda dari [[Mazhab Ja'fari|fikih Jaʿfari]]. Populasi gabungan mereka hampir sekitar 1% dari populasi Muslim global.<ref name="alevi">{{Cite web|date=October 7, 2009|title=Mapping the Global Muslim Population: A Report on the Size and Distribution of the World's Muslim Population|url=http://pewforum.org/Muslim/Mapping-the-Global-Muslim-Population.aspx|website=Pew Research Center|archive-url=https://web.archive.org/web/20181225045349/http://www.pewforum.org/muslim/mapping-the-global-muslim-population.aspx|archive-date=2018-12-25|access-date=2010-08-24|quote=Of the total Muslim population, 11–12% are Shia Muslims and 87–88% are Sunni Muslims. Seven to Eleven Million [[Alevi]]s and Three to Four Million [[Alawites|Alawis]] constitute nearly 10% of [[Shi'ites]].|url-status=live}}</ref><ref>{{Cite web|last=Pike|first=John|title=Alawi Islam|url=http://www.globalsecurity.org/military/intro/islam-alawi.htm|archive-url=https://web.archive.org/web/20080613094303/http://www.globalsecurity.org/military/intro/islam-alawi.htm|archive-date=13 June 2008|access-date=22 April 2015|url-status=live}}</ref>

 

=== Ismailiyah ===

 

 

 

=== Ahmadiyah ===

 

Penekanan pada mesianisme atau kemahdian, membuat mereka percaya bahwa setelah Muhammad diutus ke bumi maka ''manifestasi'' kebenaran Islam akan disempurnakan seiring waktu hingga kedatangan [[Imam Mahdi|Mahdi]].<ref>{{Cite web|title=The Holy Quran|url=http://www.alislam.org/quran/tafseer/?page=2739&region=E1&CR=EN,E2|publisher=Alislam.org|archive-url=https://web.archive.org/web/20110725000651/http://www.alislam.org/quran/tafseer/?page=2739&region=E1&CR=EN,E2|archive-date=25 July 2011|access-date=2011-08-13|url-status=live}}</ref> Kalangan Sunni dan Syiah juga mempercayai akan kedatangan Mahdi dan Nabi Isa di Akhir Zaman, tapi tidak mengakui para pemukanya sebagai nabi.

Namun tidak semua pengikut Ahmadiyah menganggap Mirza Ghulam Ahmad sebagai nabi, dan dalam hal ini dikenal Ahmadiyah Qadian dan Lahore. Pangkal perpecahan Ahmadiyah secara umum terletak pada persoalan kenabian, ''takfirul-muslimin'' (pengkafiran umat muslim lain), dan kepemimpinan. Secara umum firqah Qadian menanggap Mirza sebagai ''bashar rasul'' (aspek lahiriah kerasulan), sedangkan firqah Lahore hanya menganggapnya sebagai ''mujaddid'' (pembaharu).<ref>{{Cite news|date=2011-02-10|title=Ini Dia Penjelasan Soal Aliran Ahmadiyah|url=https://www.republika.co.id/berita/163409/ini-dia-penjelasan-soal-aliran-ahmadiyah|work=Republika|access-date=2022-12-02}}</ref> Namun di balik itu, perpecahan dalam tubuh Ahmadiyah memiliki aroma politik yang menyertainya, yakni perebutan ''khilafat'' (pemimpin tertinggi) Ahmadiyah yang sudah terjadi sejak tahun 1914, di mana [[Muhammad Ali (Lahore)|Muhammad Ali]] dan para pengikutnya menyatakan keluar dari Ahmadiyah (Qadian) dan mendirikan kelompok sendiri di Lahore.

 

 

{{Columns-list|* [[Nabi Muhammad]]

* [[Sejarah Islam]]

 

[[Kategori:Teologi Islam| ]]