Iskandar Muhammad Djabir Sjah: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Biografi: +foto KITLV
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
 
Baris 26:
 
== Biografi ==
[[File:KITLV A1223 - Sultan Iskandar van Ternate (links) en W. Hoven, directeur Binnenlands Bestuur tijdens de Malino-Conferentie ten noordoosten van Makasssar, KITLV 49021.tiff|jmpl|Sultan Iskandar dari Ternate (kiri) dan Willem Hoven, Direktur [[Binnenlands Bestuur]] pada [[Konferensi Malino]] di timur laut Makassar]]
Iskandar Muhammad Djabir Sjah ([[1902]]—[[1975]]) adalah [[Sultan Ternate]] ke-46. Sultan sangat membenci penjajahan. Hal ini tidak lepas dari pengalaman hidupnya. Ayahnya ditangkap dan dibuang oleh [[Belanda]]. Djabir dan saudara-saudaranya juga dibawa ke [[Batavia]] dan dididik menurut cara-cara [[Belanda]]. Tetapi di sana Djabir justru makin mengenal politik dan menjadi simpatisan [[Jong Islamieten Bond]].
 
Pada tanggal [[2 September]] [[1929]], Djabir dinobatkan sebagai [[Sultan Ternate]]. Usaha [[Belanda]] untuk menjadikan sultan sebagai “boneka”gagal, karena [[Sultan]] tidak mau tunduk. Ketika [[Jepang]] masuk, [[Sultan]] “rela” diungsikan [[Sekutu]] ke [[Australia]] melalui [[:en:Operation Opossum|Operation Opossum]]. Tetapi pikiran dan hati [[Sultan]] tetap pada rakyatnya, sehingga [[Sultan]] rela bolak-balik [[Australia]] [[Ternate]] untuk kepentingan rakyatnya.
 
[[File:KITLV A1223 - Afgevaardigden van Ternate en Halmahera op de Malino-Conferentie ten noordoosten van Makasssar, KITLV 75244.tiff|jmpl|Salim Adjidjoedin, Kepala Desa Weda di Halmahera; Sultan Iskandar dari Ternate; Chassan Boesoiri sebagai delegasi Indonesia Timur sebagai peserta [[Konferensi Malino]]]]
Setelah [[Indonesia]] merdeka dan [[Sultan]] kembali ke [[Ternate]], mulailah terjadi gesekan atau ketidaksesuaian dengan golongan pemuda. Para pemuda menginginkan negara berbentuk kesatuan, sedangkan [[Sultan]] teguh pada pendiriannya yaitu federal. Alasannya adalah pertimbangan kondisi alam dan geografis serta beraneka ragam kebudayaan yang ada di [[Indonesia]]. Konsep [[Moloku]] kia raha inilah yang sangat mempengaruhi pemikiran dan pendapat [[Sultan]]. Walaupun begitu dalam sistem pemerintahan [[Sultan]] adalah nasional demokrat.