Trigana Air Service Penerbangan 267: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
N.prophet97 (bicara | kontrib) kTidak ada ringkasan suntingan |
kTidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 8:
| site =
| origin = [[Bandar Udara Sentani]], [[Kota Jayapura|Jayapura]], Indonesia
| destination = [[Bandar Udara Oksibil]], [[Oksibil, Pegunungan Bintang|Oksibil]], Indonesia
| passengers = 49
| crew = 5
Baris 16:
| survivors =0
| aircraft_type = [[ATR 42|ATR 42-300]]
| operator = [[Trigana Air Service|Trigana Air]]
| tail_number = PK-YRN
|Site=Gunung Tangok, [[Oksibil, Pegunungan Bintang|Oksibil]], [[Papua]], Indonesia|Coordinates={{Coord|04|49|28|S|140|29|53|E|type:event_region:ID|display=inline,title}}|Occupants=54}}
'''Trigana Air Service Penerbangan 267''' '''(IL 267/TGN 267)''' adalah sebuah penerbangan [[ATR 42|ATR 42-300]] [[Trigana Air Service]] yang menabrak Gunung Tangok dalam rute dari [[Kota Jayapura|Jayapura]] ke [[Oksibil, Pegunungan Bintang|Oksibil]] pada 16 Agustus 2015.<ref name=Tempo>{{cite news|title=Trigana Air PK-YRN Hilang Kontak di Papua|url=http://nasional.tempo.co/read/news/2015/08/16/058692395/trigana-air-pk-yrn-hilang-kontak-di-papua|accessdate=16 Agustus 2015|agency=[[Tempo]]|date=16 Agustus 2015}}</ref> Serpihan pesawat tersebut ditemukan oleh penduduk desa setempat pada malam hari tanggal 16 Agustus di Distrik 3 Okbape.
Dengan jumlah korban tewas yang mencapai 54 orang, Trigana Air Service Penerbangan 267 resmi menjadi kecelakaan dengan jumlah korban tewas terbanyak yang melibatkan ATR 42, melewati rekor yang dipecahkan oleh Santa Barbara Airlines Penerbangan 518. Penerbangan ini juga mengukir tragedi penerbangan Indonesia sebagai kecelakaan pesawat dengan jumlah korban lebih dari 50 ketiga dalam kurang dari 8 bulan, setelah [[Indonesia AirAsia Penerbangan 8501|Indonesia Airasia Penerbangan 8501]] dan [[Kecelakaan pesawat C-130 Hercules 2015]]. Kecelakaan ini juga merupakan kecelakaan paling mematikan dalam sejarah Trigana Air.
Baris 34:
Beberapa media menyatakan bahwa cuaca sangat buruk ketika kejadian dengan kecepatan angin yang tinggi dan badai petir di area kejadian. Namun, media yang lain juga menyatakan bahwa cuaca saat itu terbilang sangat baik. Hal ini kemudian didukung oleh Menteri Perhubungan Ignasius Jonan yang saat itu menyatakan bahwa penyebabnya bukan akibat cuaca dan mengklaim bahwa hal tersebut diambil dari kantor cuaca BMKG sekitar area. BMKG juga mendukung hal ini dengan memberikan bukti bahwa daerah kejadian dapat dikatakan dalam kondisi baik. Pihak Bandara Sentani juga mendukung pernyataan ini setelah terdapat laporan dari pesawat sebelumnya yang telah mendarat di Sentani yang menyatakan bahwa kondisi cuaca saat itu sebagai " sempurna ".
[[Berkas:Trigana Air Service Flight 267.jpg|kiri|jmpl|400x400px|
Banyak pilot yang menyatakan bahwa menerbangkan sebuah pesawat di Papua terbilang sangat menantang. Hal ini diakibatkan oleh bentang alam Papua yang terdiri atas pegunungan dan dataran tinggi. Berdasarkan Detik.com, seorang pilot bernama Andi Gunawan, menyatakan bahwa menjadi pilot di Papua sangat sulit yang dikarenakan juga akibat kondisi alam yang kurang menentu. Ia menambahkan bahwa bila ada seorang pilot yang dapat terbang di Papua maka ia dapat terbang dimana saja didunia. Ignasius Jonan menyatakan bahwa sistem navigasi bandara di Indonesia telah berusia senja dan dapat dikatakan sama dengan sistem navigasi tahun 1950 terutama di daerah terpencil seperti Papua. Dia juga menambahkan bahwa kebanyakan sistem navigasi bandara di Papua mengandalkan sistem Visual Flight Rules (VFR) daripada kebanyakan bandara yang menggunakan Instrumen Flight Rules (IFR) sebelum mendarat. Sistem Visual Flight Rules memang baik digunakan dalam bandara terpencil, tetapi hal tersebut sangat membahayakan apabila kondisi cuaca sangat tidak menentu, terlebih lagi, Papua dinyatakan sebagai daerah dengan kondisi cuaca yang sangat tidak dapat diprediksi yang diperparah dengan kenyataan bahwa kebanyakan bandara di Papua tidak mendapati laporan cuaca.
== Evakuasi ==
[[Berkas:Crash site of Trigana Air Service 267.jpg|kiri|jmpl|
Akibat dari kecelakaan ini, BASARNAS mengerahkan 250 personel dari tim gabungan yang juga dibantu warga setempat untuk mengevakuasi jenazah IL267. Akibat dari ketinggian tempat kejadian dan tipisnya lapisan udara, evakuasi lewat jalur udara dikatakan mustahil sehingga evakuasi hanya diandalkan lewat jalur darat yang dapat memakan waktu 3 hari bila berjalan kaki atau 6 jam dari kota terdekat menuju lokasi kejadian menggunakan kendaraan. Kondisi dataran di tempat jatuhnya Trigana dapat dikatakan "sangat terjal". Kepolisian Indonesia kemudian mengirimkan 3 tim DVI (Disaster Victims Identification) untuk mengidentifikasi korban jatuhnya IL267. Jenazah kemudian akan ditransportasikan ke Rumah Sakit Bhayangkara di Jayapura. Namun, cuaca buruk mengganggu operasi evakuasi jenazah. Identifikasi para korban akan dilakukan melalui pencocokan DNA.
|