Anak Agung Pandji Tisna: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
WL8 Wikan (bicara | kontrib)
menambah data bio dan referensi
Ekywiki (bicara | kontrib)
Fitur saranan suntingan: 3 pranala ditambahkan.
 
(42 revisi perantara oleh 19 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Kotak info tokoh
[[Berkas:PandjiTisna.JPG|thumb|right|Anak Agung Pandji Tisna]]
|name = Anak Agung Pandji Tisna
'''Anak Agung Pandji Tisna''' ({{lahirmati|[[Kabupaten Buleleng|Buleleng]]|11|2|1908||2|6|1978}}), dalam sumber lain disebutkan meninggal tahun 1976 <ref name="AA Pandji Tisna2">{{id}} Rampan, Korrie Layun, ''Leksikon Susastra Indonesia''. Balai Pustaka, 2000, Jakarta. Halaman 3-4. Biografi A.A. Pandji Tisna</ref> yang dikenal pula dengan nama '''A.A. Pandji Tisna''', '''Anak Agung Nyoman Pandji Tisna''' atau '''I Gusti Nyoman Pandji Tisna''', adalah keturunan ke-11 dari dinasti raja [[Kerajaan Buleleng|Buleleng]] di [[Bali|Bali Utara]], Anglurah Pandji Sakti. Nama Anak Agung Pandji Tisna dipergunakan sejak tahun 1938, diubah dari nama I Gusti Njoman Pandji Tisna.<ref name="AA Pandji Tisna1">{{id}} Quinn, George. "Introduction" terjemahan bahasa Inggris ''Sukreni Gadis Bali'', ''The Rape of Sukreni''. Lontar, 1998, Jakarta. Halaman ix. Pengantar Terjemahan ''Sukreni Gadis Bali''</ref>
|image = Anak Agung Nyoman Pandji Tisna.jpg
|caption = Anak Agung Pandji Tisna
|pseudonym =
|birth_name =
|birth_date = {{Birth date|1908|2|11}}
|birth_place = [[Kabupaten Buleleng|Buleleng]], [[Bali]]
|death_date = {{Death date and age|1978|6|2|1908|2|11}} (1976?)
|death_place =
|occupation = Sastrawan, Pemimpin Pemerintahan
|nationality = Indonesia
|citizenship =
|period =
|genre =
|subject =
|movement =
|notableworks =
|spouse =
|partner =
|children =
|relatives =
|influences =
|influenced =
|awards =
|signature =
|website =
|portaldisp =
}}
 
'''Anak Agung Pandji Tisna''' ({{lahirmati|[[Kabupaten Buleleng|Buleleng]]|11|2|1908||2|6|1978}}), dalam sumber lain disebutkan meninggal tahun 1976 ,<ref name="AA Pandji Tisna2">{{id}} Rampan, Korrie Layun, ''Leksikon Susastra Indonesia''. Balai Pustaka, 2000, Jakarta. Halaman 3-4. Biografi A.A. Pandji Tisna</ref> yang dikenal pula dengan nama '''A.A. Pandji Tisna''', '''Anak Agung Nyoman Pandji Tisna''' atau '''I Gusti Nyoman Pandji Tisna''', adalah keturunan ke-11 dari dinasti raja [[Kerajaan Buleleng|Buleleng]] di [[Bali|Bali Utara]], Anglurah Pandji Sakti. Nama Anak Agung Pandji Tisna dipergunakan sejak tahun 1938, diubah dari nama I Gusti Njoman Pandji Tisna.<ref name="AA Pandji Tisna1">{{iden}} Quinn, George. "Introduction" terjemahan bahasa Inggris ''Sukreni Gadis Bali'', ''The Rape of Sukreni''. Lontar, 1998, Jakarta. Halaman ix. Pengantar Terjemahan ''Sukreni Gadis Bali''</ref>
Sebagai putra sulung, ia mewarisi takhtanya dari ayahnya, [[Anak Agung Putu Djelantik]], pemimpin Buleleng, wilayah di bagian utara Bali pada [[1944]].<ref name="AA Pandji Tisna1"/> Dalam buku karangannya sendiri yang berjudul ''I Made Widiadi'', pada halaman terakhir disebutkan bahwa ia sejak semula tidak mau diangkat raja. Karena tentara pendudukan Jepang memerlukan, maka dengan dipaksa ia diangkat sebaga "syucho".<ref name="AA Pandji Tisna3">{{id}} Tisna, A.A. Pandji. ''I Made Widiadi Kembali kepada Tuhan''. Satya Wacana, 1955, Semarang.</ref>
 
== Riwayat Hidup ==
Pada saat Pandji Tisna lahir, Buleleng berada di bawah pemerintahan Belanda sejak 1872. Meskipun ayahnya hanya diangkat sebagai administratur oleh Pemerintah Belanda, namun Anak Agung Putu Djelantik adalah pewaris tahta kerajaan. Pandji Tisna lahir dalam budaya dan kepercayaan Hindu-Bali, serta tumbuh di istana kerajaanKerajaan SingarajaBuleleng, di mana ia mengalami dan menyaksikan sendiri kekayaan artistik istana.<ref name="AA Pandji Tisna1"/>
 
Antara usia tujuh hingga tujuh belas tahun, Pandji Tisna belajar di sekolah menengah Belanda, mula-mula di Singaraja, kemudian dilanjutkan di Batavia (Jakarta). Sekolahnya tidak dilanjutkan, lalu ia kembali ke Singaraja, bekerja membantu ayahnya sebagai sekretaris pribadi.<ref name="AA Pandji Tisna1"/>
 
Pada tahun 1929, Pandji Tisna dikirim ayahnya ke [[Pulau Lombok|Lombok]], sebuah pulau di dekat Bali, di mana ia tinggal di sana sampai 1934, mengurus bisnis transportasi ayahnya. <ref name="AA Pandji Tisna1"/> Sekembalinya ke Singaraja, Pandji Tisna pindah ke desa kecil di luar kota Singaraja dan mengelola perkebunan kelapa serta usaha ekspor kopra. <ref name="AA Pandji Tisna1"/>Tampaknya kehidupan pedesaan lebih disukainya daripada kehidupan istana.<ref name="AA Pandji Tisna1"/>
 
Bahasa ibu Pandji Tisna adalah bahasa Bali. Ia belajar [[bahasa Belanda]] saat bersekolah. Bahasa Melayu atau bahasa [[Indonesia]] adalah bahasa ketiga yang dipelajarinya di sekolah sebagai bahasa "asing" ketika ia berumur 12 tahun.<ref name="AA Pandji Tisna1"/> Meski mencintai adat dan tradisi Bali, Pandji Tisna banyak menggunakan bahasa Indonesia dalam penulisan karyanya.<ref name="AA Pandji Tisna4">{{en}} Teeuw, A. ''Modern Indonesian Literature''. University of Leiden, 1967, The Hague. Halaman 77-78. Sejarah Sastra Modern Indonesia</ref> Sejak tahun 1935, ia bertekad menjadi penulis yang menghasilkan novel dalam bahasa Indonesia, yakni ''[[Ni Rawit, Ceti Penjual Orang]]'', dilanjutkan dengan ''[[Sukreni Gadis Bali]]'', ''[[I Swasta: Setahun di Bedahulu]]'', dan ''[[Dewi Karuna: Salah Satu Jalan Pengembara Dunia]]''.<ref name="AA Pandji Tisna1"/> Karya-karya Pandji Tisna yang menampilkan budaya dan tradisi Bali ini memberikan warna baru bagi khazanah kesusasteraan Indonesia pada masa itu yang lebih didominasi kesusasteraan Sumatera.<ref name="AA Pandji Tisna4"/>
Dalam kedudukannya sebagai raja, pada [[1946]] ia menjadi Ketua Dewan Raja-raja se-Bali (''Paruman Agung'') dan menjadi pemimpin Bali pada saat itu yang setara dengan jabatan gubernur. Anak Agung Pandji Tisna juga unik karena beragama [[Kristen]], di tengah masyarakat Bali yang umumnya beragama [[Hindu]]. Karena itu, ia sendiri menulis bahwa karena ia beragama Kristen sementara masyarakatnya beragama Hindu, ia tidak cocok menjadi raja Buleleng.
 
[[Pendudukan Jepang di wilayah Hindia Belanda|Pada 1942, Jepang menyerang dan mengambil alih hampir semua bekas jajahan Belanda di Hindia, termasuk Bali]].<ref name="AA Pandji Tisna1"/> Pada saat itu, Pandji Tisna hidup tenang di pedesaan Singaraja hingga tahun 1944, ketika dia ditangkap oleh militer Jepang karena dicurigai melakukan kegiatan anti-Jepang.<ref name="AA Pandji Tisna1"/> Ia dibebaskan tidak lama kemudian, namun Jepang telah menghancurkan perpustakaannya yang memiliki banyak koleksi buku berbahasa asing.<ref name="AA Pandji Tisna1"/>
Tahun 1947 ia secara sadar turun dari takhta kerajaan. Kedudukan raja dilanjutkan oleh adiknya Anak Agung Ngurah Ketut Djelantik atau I Gusti Ketut Djelantik yang dikenal dengan nama Meester Djelantik sampai pengakuan kedaulatan Indonesia oleh Belanda pada tahun 1949 dan Anak Agung Ketut Djelantik menjadi raja Buleleng terakhir.
 
Pada tahun 1945, menjelang takluknya Jepang ayah Pandji Tisna meninggal. Sebagai putra sulung, ia mewarisi takhtanya dari ayahnya, [[Anak Agung Putu Djelantik]], pemimpin Buleleng, wilayah di bagian utara Bali pada [[1944]].<ref name="AA Pandji Tisna1"/> Dalam buku karangannya sendiri yang berjudul ''I Made Widiadi'', pada halaman terakhir disebutkan bahwa ia sejak semula tidak mau diangkat raja. Karena tentara pendudukan Jepang memerlukan, maka dengan dipaksa ia diangkat sebaga "syucho".<ref name="AA Pandji Tisna3">{{id}} Tisna, A.A. Pandji. ''I Made Widiadi Kembali kepada Tuhan''. Satya Wacana, 1955, Semarang.</ref>
Anak Agung Pandji Tisna meninggal dunia [[2 Juni]] [[1978]] dan dikuburkan dengan upacara agama Kristen di tanah pekuburan pribadinya di atas sebuah bukit di desa Seraya - Kaliasem di sebelah sebuah gereja yang telah lebih dahulu dibangun olehnya.
 
Menjelang akhir tahun 1945, setelah Jepang menyerah, Pandji Tisna menjadi Ketua Dewan Raja-raja se-Bali (Paruman Agung), yang beranggotakan delapan pemimpin wilayah Bali, dan menjadi pemimpin Bali pada saat itu yang setara dengan jabatan gubernur.<ref name="AA Pandji Tisna1"/>
 
Pada awal tahun 1946, pada usia 38, Anak Agung Pandji Tisna berpindah agama, dari beragama Hindu menjadi beragama Kristen, sebuah tindakan yang berbeda di tengah masyarakat Bali yang umumnya beragama Hindu dan memandang agama sebagai bagian tak terpisahkan dari budaya dan etnisitas. Karena itu, ia sendiri menulis bahwa karena ia beragama Kristen sementara masyarakatnya beragama Hindu, ia tidak cocok menjadi raja Buleleng.<ref name="AA Pandji Tisna1"/>
 
Tahun 1947 ia secara sadar turun dari takhta kerajaan. Kedudukan raja dilanjutkan oleh adiknya Anak Agung Ngurah Ketut Djelantik atau I Gusti Ketut Djelantik yang dikenal dengan nama Meester Djelantik sampai pengakuan kedaulatan Indonesia oleh Belanda pada tahun 1949 dan Anak Agung Ketut Djelantik menjadi raja Buleleng terakhir.<ref name="AA Pandji Tisna1"/>
 
Anak Agung Pandji Tisna meninggal dunia [[2 Juni]] [[1978]] dan dikuburkan dengan upacara agama Kristen di tanah pekuburan pribadinya di atas sebuah bukit di desa Seraya - Kaliasem di sebelah sebuah gereja yang telah lebih dahulu dibangun olehnya.<ref name="AA Pandji Tisna1"/>
 
== Pendidikan, menjadi sastrawan ==
Anak Agung Pandji Tisna mendapatkan pendidikan formalnya di [[HIS]] di Singaraja dan kemudian [[MULO]] di [[Batavia]].
 
Oleh masyarakat luas, Anak Agung Pandji Tisna lebih dikenal sebagai pengarang novel. Roman-romannya diterbitkan oleh [[Balai Pustaka]], yang semuanya mengambil tempat di Bali, terutama di daerah Singaraja, tempat kelahirannya. Cerita-cerita pendeknya banyak dimuat dalam majalah "Terang Boelan" yang terbit di Surabaya. Ia juga sempat menulis sejumlah puisi, di antaranya "Ni Poetri", yang diterbitkan oleh [[Sutan Takdir Alisyahbana]] dalam majalah "[[Poedjangga Baroe]]" di Jakarta.
 
== Perintis pariwisata ==
Pandji Tisna juga terkenal karena ia merupakan tokoh perintis [[pariwisata]] Bali, khususnya di daerah pantai utara. Pada tahun 1953, Pandji Tisna memilih lokasi Desa Tukad Cebol (kini [[Kaliasem, Banjar, Buleleng|Desa Kaliasem]]) sebagai tempat peristirahatannya. Di situ ia menulis dan menerima tamu-tamunya dari dalam maupun luar negeri. Tempat peristirahannya itu dinamainya "[[Lovina]]", yaitu singkatan dari kata "Love Indonesia". Setelah itu, Pandji Tisna mendirikan tempat-tempat penginapan di pantai barat Buleleng tersebut, dan seluruh daerah itu kemudian dikenal sebagai pantai Lovina. Karena itu Pandji Tisna juga diakui sebagai "Bapak Pariwisata Bali". Pada tahun [[2003]], Pemerintah Daerah Bali menganugerahi kepadanya secara anumerta penghargaan "Karya Karana" sebagai pengakuan atas jasa-jasanya dalam pengembangan pariwisata Bali.
 
== Keluarga ==
Anak Agung Pandji Tisna dilahirkan dari AAA.A. Putu Djelantik dengan istrinya Jero Mekele Rengga. Ia sendiri pernah mempunyai empat orang istri, yaitu Anak Agung Istri Manik, Ni Ketut Mayas (Jero Mekele Seroja), Luh Sayang (Mekele Sadpada), dan Jro Mekele Resmi. Istri pertamanya Anak Agung Istri Manik melahirkan dua orang putera, istri keduanya, Ni Ketut Mayas, melahirkan dua putera dan seorang putri, istri ketiganya, Luh Sayang, melahirkan dua orang putera dan bersama istri keempat, empat putera dan dua puteri.<ref name="AA Pandji Tisna1"/>
 
== Menjadi Kristen ==
Pandji Tisna memeluk agama [[Kristen]] pada masa [[penjajahan Jepang di Indonesia|penjajahan Jepang]]. Suatu hari istrinya, Mekele Seroja, menjemur sehelai bendera [[Belanda]]. Hal ini menimbulkan kecurigaan polisi Jepang yang sedang berpatroli bahwa Pandji Tisna adalah seorang antek Belanda. Ditambah lagi di kamar Pandji Tisna ditemukan sebuah kitab [[Injil]] berbahasa [[bahasa Belanda|Belanda]], yang merupakan pemberian adiknya, Meester Djelantik.
 
Pandji Tisna ditangkap dan ditahan di Singaraja. Namun berkat bantuan Miora, seorang spion beragama Kristen, akhirnya Pandji Tisna diselamatkan. Sejak itu ia berjanji untuk mempelajari [[Alkitab]] dan menjadi seorang Kristen. Pada tahun itu pula datang seorang pendeta Kristen yang bernama A.F. Ambesa ke rumah kediaman Pandji Tisna di pantai Kampung Baru, sekarang bernama pantai Lovina. Setahun kemudian Pandji Tisna dibaptiskan sebagai orang Kristen.
 
== Karya tulis ==
Beberapa karyanya diurutkan berdasarkan historis tahun terbit.
* [[I Made Widiadi (Kembali Kepada Tuhan)]] (1955)
* [[INi SwastaRawit SetahunCeti diPenjual BedahuluOrang]] (19381935), novel pertama
** ''"Panglajar djadi tjoelik"'', (1940) terjemahan [[bahasa Sunda]] oleh Soerjana
* [[Sukreni Gadis Bali]] (1936) (pertama-tama terbit dalam [[bahasa Bali]], kini sudah diterjemahkan ke berbagai bahasa lain)
** ''"Bali Taruniyan Dedenekuge Kathawa"'', edisi [[bahasa Sinhala]] terj.terjemahan Dr. P. G. Punchihewa
** ''"The Rape of Sukreni"'', edisi [[bahasa Inggris]], terj.terjemahan [[George Quinn]]
* [[NiI RawitSwasta CetiSetahun Penjualdi OrangBedahulu]] (19351938)
* [[Dewi Karuna]], karya novel di Medan (1941)<ref>{{Cite web|date=2021-02-11|title=Mengenal Kembali Sosok Panji Tisna: Kaitan antara Biografi, Proses Kreatif, dan Karya-karyanya|url=https://tatkala.co/2021/02/11/mengenal-kembali-sosok-panji-tisna-kaitan-antara-biografi-proses-kreatif-dan-karya-karyanya/|website=tatkala.co|language=en-US|access-date=2021-02-13}}</ref>
** "Panglajar djadi tjoelik", (1940) terjemahan [[bahasa Sunda]] oleh Soerjana
* [[I Made Widiadi (Kembali Kepada Tuhan)]] (1955)
 
== Buku tentang Anak Agung Pandji Tisna dan karyanya ==
* [[The Last King of Singaraja, Bali]], oleh Prof. I Gusti Ngurah Gorda
* [[Warna lokal Bali dalam novel Sukreni gadis Bali karya Anak Agung Pandji Tisna]] oleh Made Pasek Parwatha
 
== Referensi ==
{{reflist}}
 
== Pranala luar ==
* [http://www.bali-travelnews.com/Batrav/Batrav122/people.htm "Tourism Award "Karya Karana"] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20071009052947/http://www.bali-travelnews.com/Batrav/Batrav122/people.htm |date=2007-10-09 }}
* [http://www.bali.go.id/Government/index.asp?idList=409&nCat=Struktur%20Organisasi&nCha=Pemerintahan Bali 1 Dulu Hingga Kini]{{Pranala mati|date=Februari 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}
* [http://www.balipost.co.id/BaliPostcetak/2005/8/13/b17.htm ''Pelebon'' Pandji Tisna - Ratusan Warga Iringi Prosesi] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20070311060042/http://www.balipost.co.id/BaliPostcetak/2005/8/13/b17.htm |date=2007-03-11 }}
* [http://www.balipost.co.id/balipostcetaK/2002/12/30/f2.htm Lovina: Love Indonesia atau Love of Pandji Tisna] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20071008031252/http://www.balipost.co.id/balipostcetaK/2002/12/30/f2.htm |date=2007-10-08 }}
* [http://www.buleleng.com/jatidiri.html A A Panji Tisna - His Life and Thought] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20161110184044/http://buleleng.com/jatidiri.html |date=2016-11-10 }}
 
{{Authority control}}
{{DEFAULTSORT:Pandji Tisna, Anak Agung}}
 
{{DEFAULTSORT:Pandji Tisna, Anak Agung}}
[[Kategori:Raja Bali]]
[[Kategori:Penulis Indonesia]]
[[Kategori:Sastrawan Bali]]
[[Kategori:GubernurRaja Bali]]
[[Kategori:RajaTokoh Bali]]
[[Kategori:Tokoh dari Buleleng]]
[[Kategori:Tokoh dari Singaraja]]
 
[[Kategori:Tokoh Kristen Indonesia]]
[[en:Pandji Tisna]]
[[Kategori:Tokoh yang berpindah agama dari Hindu ke Katolik]]
[[jv:A.A. Panji Tisna]]
[[nlKategori:PanjiGubernur TisnaBali]]