Wirjono Prodjodikoro: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
-> add pranala wiki
 
(7 revisi perantara oleh 7 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Infobox Officeholder
| honorific-prefix = <!-- Kolom ini hanya untuk gelar kenegaraan/kehormatan (bukan gelar akademis/keagamaan/profesi) -->
| honorific-prefix = [[Yang Mulia]] [[Meester in de rechten|Mr.]]
| name = Wirjono Prodjodikoro
| image = Wirjono Prodjodikoro.png
Baris 10:
| appointer = [[Soekarno]]
| predecessor = [[Kusumah Atmadja]]
| successor = [[Soerjadi (hakim)|Soerjadi]]
| office2 = [[Daftar hakim Mahkamah Agung Republik Indonesia|Hakim Mahkamah Agung Republik Indonesia]]
| term_start2 = 15 Maret 1950
Baris 30:
| term_end5 = 9 Desember 1963 (''ad interim'')
| president5 = Soekarno
|birth_date = 15 Juni 1903
|birth_place = [[Kota Surakarta|Surakarta]], [[Hindia Belanda]]
|death_date = April 1985 (umur 82)
|death_place = [[Jakarta]], [[Indonesia]]
|nationality = <!-- Kolom ini hanya untuk warga =negara asing Indonesia-->
|party =
|spouse =
|relations =
|children =
|alma_mater =
|occupation = hakim
|profession =
|religion = <!-- Kosongkan bagian ini; kolom terkait Suku, Agama dan =Ras telah dinonaktifkan [[Islam]]-->
|signature =
|website =
|footnotes =
}}
[[File:Wirjono, Kami Perkenalkan (1954), p157.jpg|jmpl|125px|Wirjono, 1954]]
'''Wirjono Prodjodikoro, [[Sarjana Hukum|S.H.]]''' adalah Ketua [[Mahkamah Agung]] periode [[1952]]-[[1966]]. Ia dipilih dan diangkat Presiden setelah sebelumnya dicalonkan [[DPR]]. Pada masa ini, posisi subordinasi Mahkamah Agung dengan pemerintah terlihat jelas. Terbukti dengan masuknya MA ke dalam [[Kabinet Dwikora I]] ([[Agustus]] [[1964]] - [[Februari]] [[1966]]). Saat itu, Wirjono diberi jabatan [[Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Republik Indonesia|Menteri Koordinator untuk Kompartimen Hukum dan Dalam Negeri]]
 
Pada masa kepemimpinan Wirjono lahir UU No 19 Tahun 1964 tentang Kekuasaan Kehakiman. Undang-undang ini semakin menegaskan posisi subordinasi MA dengan pemerintah. Pasal 19 UU itu merumuskan, Demi kepentingan [[revolusi]], kehormatan Negara dan Bangsa atau kepentingan masyarakat yang sangat mendesak, Presiden dapat turut atau campur-tangan dalam soal-soal pengadilan.