Kerajaan Tanah Bumbu: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Alamnirvana (bicara | kontrib) |
Alamnirvana (bicara | kontrib) |
||
(3 revisi perantara oleh 2 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
'''Kerajaan Tanah Bumbu''' adalah [[kerajaan]] yang pernah berdiri di [[kabupaten Kotabaru]], sebelah [[timur laut]] [[provinsi]] [[Kalimantan Selatan]]. Wilayah utara Kerajaan Tanah Bumbu terletak di [[Tanjung Aru, Tanjung Harapan, Paser
==Kerajaan Pamukan==
Baris 31:
==Sejarah Kepemilikan Tanah Bumbu==
Sultan [[Mustain Billah]] berputra 5 orang dari permaisuri yaitu Pangeran Dipati Tuha (01), Pangeran Dipati Anom (01), Pangeran Dipati Anta-Kasuma, Pangeran Dipati Antasari dan Putri Busu alias Ratu Hayu (isteri [[Pangeran Martasari]]. Sedangkan dari selir orang Jawa berputra Raden Halit (Sultan Rakyatullah).
Pangeran Dipati Anom 01 alias [[Pangeran di Darat]] sebagai wakil raja jadi penerus [[Inayatullah|dipati Tuwah]] (01) dengan kepemilikan atas wilayah bagian tenggara [[kerajaan Banjar]], disebut Tanah boemboe (tanah campuran). Namun beliau tetap memerintah kerajaan sebagai pemangku (mangkubumi) kerajaan Banjar selama lima tahun, kemudian jabatan ini diwariskan kepada ratu [[kerajaan Kotawaringin|Kota-ringin]], pangeran Anta Kesuma bergelar Ratu Bagawan Mahapandita dan menyerahkan kekuasaan kepada [[Saidullah dari Banjar|ratu Anom]]. Dia memerintah seperti itu selama lima belas tahun. Dengan demikian, tampaknya [[Saidullah dari Banjar|sultan]] sendiri tidak menjalankan pemerintahan, tetapi berada di tangan [[mangkubumi|perdana menteri]].<ref name="Bataviaasch 1857"/>
[[Mustain Billah|Pangeran Panembahan Marhoem]] menikah dengan seorang wanita [[Jawa]], di tempat lain disebut [[selir]], di mana dia menjadi ayah seorang putra bernama [[Rakyatullah dari Banjar|Raden Alit]] sebagai seorang anak, yang kemudian diangkat menjadi [[Pangeran Mangkubumi|pangeran Mangkoe Boemi]] (menggantikan [[Ratu Bagawan dari Kotawaringin|Ratu Bagawan 01]]), dibantu [[pangeran Mas Dipati]] dan pewaris tahta. Ia menggantikan [[Saidullah dari Banjar|sultan Said-ollah]] sebagai, [wali] pangeran tersebut, dengan gelar sultan Achmad-ollah atau Tantahi-ollah yang juga
[[Sultan Agung dari Banjar|Pangeran Dipati Anom]] 02, saudara [[Saidullah dari Banjar|Dipati Tuwa]], mungkin tidak puas dengan tatanan yang ada, melarikan diri ke pedalaman, dan berusaha mendirikan kerajaan di antara [[suku Biaju]], menghasut penduduk pedalaman itu melawan Banjarmasin. Tiga ribu orang Biaju menyusuri sungai besar dengan perahu kecil, memasuki Batang Banyu, tetapi dihentikan terlebih dahulu. Pangeran dipati Anom sendiri memajukan [[Kayu Tangi]], didukung oleh pangeran Kesuma Mandoera, pangeran Kota-ringin, dan mengklaim sebagian pemerintahan saham negara bagian Bagus Kesuma Mataram, gubernur negara bagian Kota-ringin. Ini menye babkan perang internal. Bandjermasin adalah kerajaan yang sangat luas, menguasai separuh besar Kalimantan, meliputi seluruh pantai timur dan selatan, dan sebelumnya juga pantai barat, dan pedalaman sebagai sampai ke sungai besar Kapuas (Kapuas
<ref name="Bataviaasch 1857">{{cite journal|lang=nl|url=http://books.google.co.id/books?id=HBEDAAAAYAAJ&dq=aji%20tenggal&pg=PA245#v=onepage&q&f=false |pages=245 |title=Tijdschrift voor Indische taal-, land-, en volkenkunde |volume= 6 |author=Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen, Lembaga Kebudajaan Indonesia |publisher=Lange & Co.|year= 1857}}</ref>
Baris 51 ⟶ 52:
* '''Pangeran Mangu (Pangeran Mangun Kesuma) bin Pangeran Dipati Tuha''' (1700-1740); memiliki anak bernama Ratu Mas. Ratu Mas bersaudara dengan Ratu Sepuh.<ref name="Lange1853"/>
* '''Ratu Mas binti Pangeran Mangu''' (1740-1780); [[Ratu Mas dari Tanah Bumbu]] menikah dengan seorang pedagang [[Bugis]] bernama Daing Malewa yang bergelar [[Pangeran Dipati]]; pasangan ini memperoleh anak bernama [[Ratu Intan I]]. Dari dua istri orang bawahan, Daeng Malewa memiliki putra yaitu Pangeran Prabu dan Pangeran Layah. Ratu Intan I menikahi Aji Dipati yang bergelar Sultan Dipati Anom Alamsyah (Sultan Pasir III tahun 1768-1799).<ref>http://www.guide2womenleaders.com/indonesia_substates.htm#T</ref> Pernikahan Ratu Intan I dengan Sultan Anom tidak memiliki keturunan, tetapi dari istri selir Sultan Anom memiliki anak bernama: Pangeran Muhammad, Andin Kedot, Andin Girok, dan Andin Proah. Pangeran Layah memiliki anak bernama: Gusti Cita (putri) dan Gusti Tahora (putra). Sepeninggal Ratu Mas, maka sejak 1780, kerajaan Tanah Bumbu dibagi menjadi beberapa divisi (negeri). Ratu Intan I memperoleh negeri Cantung dan Batulicin.<ref name="tijdschrift"/> Ratu Intan I masih dikenang dalam ingatan suku Dayak Meratus.<ref>{{id}} [http://books.google.co.id/books?id=qcsdcQk35EUC&lpg=PA408&dq=ratu%20intan&pg=PA408#v=onepage&q&f=true Anna Lowenhaupt Tsing, Di Bawah Bayang-Bayang Ratu Intan: Proses Marjinalisasi pada Masyarakat, Yayasan Obor Indonesia ISBN 979-461-306-1, 9789794613061]</ref> Pangeran Layah memperoleh negeri [[Kelumpang Selatan, Kotabaru|Buntar Laut]]. Sedangkan Pangeran Prabu bergelar Sultan Sepuh sebagai Raja Sampanahan, Bangkalaan, Manunggul dan Cengal.<ref name="Lange1853"/>
{| class="wikitable sortable"
Baris 69:
== Berita Lontara Bilang ==
Menurut Lontara Bilang, pada [[28 Juli]] [[1699]] atau 1 [[Safar]] 1111 [[Hijriyah]], Pangeran-Aria (Pangeran Pamukan di pantai Timur Kalimantan) menikahi Daëng-Nisajoe (janda Aroe Teko ?), putri Karaëng Mandallé (Daeng Tulolo?). Pada [[18 Juli]] [[1707]]/16 [[Rabiul akhir]] 1119 [[Hijriyah]] Pangeran Arija pergi bersama istrinya (Daëng-Nisajoe, putri Karaeng-Mandallé) ke negaranya (Pamoekan). Pada [[1 Januari]] [[1707]] Karaeng-Balassari (Zainab Saëná, putri Aru Teko lahir dari Daeng-Nisayu) menikahi raja (masa depan) (Siradjoe-d-din). Pada [[30 Desember]] [[1707]]/ 6 [[Syawal]] 1119 [[Hijriyah]] Karaeng-Balassari (saudara perempuan Aroe-Kadjoe dan istri calon raja Tallo dan Gowa Siradju-d-din) melahirkan seorang putri bernama Karaeng-Tana-Sanga Mahbulaah Mamunja-ragi. Pada [[9 Juli]] [[1715]]/ 7 Rajab 1127 [[Hijriyah]]. Daëng Mamuntoli Aroe-Kadjoe kembali dari Laut-poelo (pulau di selatan Kalimantan, biasa disebut [[Pulau Laut]]).<ref name="The Makassar Annals">{{cite book
|lang= en
|first=
Baris 85:
|isbn= 9004253629
|issn= 0067-8023
}}ISBN 9789004253629</ref><ref name="Nijhoff 1880">
| pages=
| url= https://books.google.co.id/books?id=_RVCAQAAMAAJ&pg=PA163&dq=Datoe-Taliwang&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwjrxI2uttrtAhWBguYKHawhAUUQ6AEwAXoECAAQAg#v=onepage&q=Datoe-Taliwang&f=false
Baris 94:
| year= 1880
| language= nl
}}</ref><ref name="Bijdragen1880">
| pages=
| url= https://www.google.co.id/books/edition/Bijdragen_tot_de_taal_land_en_volkenkund/VOgPAAAAYAAJ?hl=id&gbpv=1&dq=Da%C3%ABng-Nisajoe&pg=PA139&printsec=frontcover
Baris 148:
== Referensi ==
{{reflist}}
[[Kategori:Hindia Belanda]]
|