Abdullah bin Ali al-Abbasi: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Gabung Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan |
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan |
||
(10 revisi perantara oleh pengguna yang sama tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Infobox officeholder
| name = Abdullah bin Ali al-Abbasi
Baris 18 ⟶ 16:
| death_place = [[Baghdad]]
}}
'''Abdullah bin Ali al-Abbasi''' ({{lang-ar|عبد الله بن علي العباسي}})<ref name="Fawat" /> adalah seorang anggota [[Bani Abbasiyah]] yang memiliki peran utama setelah menjadi gubernur selama [[Revolusi Abbasiyah]]. Ketika menjabat sebagai gubernur Suriah, ia menegakkan kekuasaan Abbasiyah atas provinsi tersebut,
== Biografi ==
=== Asal-usul ===
Silsilahnya adalah Abdullah bin Ali bin [[Abdullah bin Abbas|Abdullah]] bin [[Abbas bin Abdul Muthalib|Abbas]] bin [[Abdul Muthalib]].<ref name="Fawat">{{cite web|title=Kitab Fawat al-Wafayat - Abdullah bin Ali al-Abbasi - Al-Maktaba al-Shamela|page=192|website=shamela.ws|language=ar|author=Ibnu Syakir al-Ketbi|author-link=Ibnu Syakir al-Ketbi|url=https://shamela.ws/book/1003/616|access-date=2023-07-08|archive-date=2022-12-10|archive-url=https://web.archive.org/web/20221210113529/https://shamela.ws/book/1003/616|dead-url=no}}</ref> Abdullah
=== Peran dalam Revolusi Abbasiyah ===
Baris 39 ⟶ 37:
Kebenaran klaim Abdullah dan tingkat legitimasi yang ia nikmati dibandingkan Al-Mansur sulit untuk dinilai mengingat banyaknya riwayat yang memusuhinya setelah kekalahannya, namun, seperti yang dikomentari oleh [[Paul M. Cobb|P. Cobb]], "yang disepakati oleh semua pihak adalah bahwa jabatan khalifah setelah As-Saffah tidak dijamin secara pasti sebelum kematiannya", dan terdapat indikasi bahwa Abdullah "telah menganggap dirinya sebagai penerus yang jelas [...] dalam beberapa tahun sebelum kematian As-Saffah.{{sfn|Cobb|2001|pp=23–24}} Abdullah mendapat dukungan luas di Suriah, baik dari pasukan asli Suriah–Al-Jazirah maupun elit Suriah yang berusaha mendapatkan kembali posisi istimewa yang mereka pegang di bawah pemerintahan Bani Umayyah, serta pasukan Khurasan yang berperan dalam Revolusi.{{sfn|Kennedy|2004|p=129}}{{sfn|Cobb|2001|p=24}}
Ketika pasukan Abdullah mulai bergerak ke Irak, Al-Mansur meminta dukungan Abu Muslim. Meskipun khalifah tidak mempercayai kekuatan Abu Muslim, fakta bahwa ia terkenal di kalangan prajurit pasukan Khurasan yang turut serta dalam Revolusi menjadikannya pilihan yang ideal untuk menghadapi Abdullah dan mengumpulkan sebagian besar prajurit Khurasan, yang merupakan pilar utama rezim, ke pihak khalifah.{{sfn|Kennedy|2004|p=129}} Kedua pasukan bertemu di [[Nisibis]] pada bulan November 754. Pasukan Abdullah merasa ragu-ragu, karena pasukan Khurasan enggan melawan Abu Muslim. Menurut Zetterstéen, memang benar adanya karena Abdullah "dikatakan telah membunuh 17.000 orang Khurasan di pasukannya, karena dia takut mereka akan menolak berperang melawan Abu Muslim.{{sfn|Zetterstéen|1987|pp=22–23}} Penduduk Suriah masih membenci kekalahan mereka di tangan Abdullah di Pertempuran Zab. [[Hugh N. Kennedy]] mengatakan "Abdullah mencurigai adanya pengkhianatan dan melarikan diri sebelum pertempuran benar-benar meletus". Ia lalu mencari perlindungan di [[Bashrah]], tempat saudaranya yang lain, [[Sulaiman bin Ali]], menjadi gubernur.{{sfn|Zetterstéen|1987|pp=22–23}}{{sfn|Kennedy|2004|pp=129–130}} Meskipun Al-Mansur baru saja meraih kemenangan, ia dengan cepat menggunakan kecerdikannya untuk menyingkirkan Abu Muslim yang kini menjadi saingannya. Beberapa bulan kemudian, Abu Muslim dibujuk untuk datang ke istana khalifah, tempat dia dibunuh.{{sfn|Kennedy|2004|p=130}}
Abdullah tetap di Bashrah di bawah perlindungan saudaranya sampai saudaranya diberhentikan
Saudaranya, Shalih, menggantikannya sebagai gubernur Suriah. Terlepas dari pemberontakan Abdullah, Shalih dan keluarganya menjadi penguasa utama Abbasiyah di Suriah selama setengah abad berikutnya.{{sfn|Grohmann|Kennedy|1995|p=985}}{{sfn|Cobb|2001|pp=27–28}}
== Keturunan ==
Abdullah bin Ali tercatat memiliki dua belas putra, di antaranya adalah Muhammad bin Abdullah yang merupakan sahabat Khalifah [[Al-Mahdi]]. Ia menikah dengan Raithah binti Abil Abbas As-Saffah, lalu Raithah menikah dengan Al-Mahdi.<ref name="Jamharah" /> Abdullah bin Ali mempunyai banyak keturunan dan tidak ada yang terkenal kecuali keturunan dari putranya, Isa bin Abdullah, yang bernama Harun bin Al-Abbas bin Isa bin Abdullah bin Ali yang merupakan perawi [[hadis]] dan meninggal di [[Madinah]] pada tahun 275 [[Kalender Hijriyah|H]] (888
== Catatan ==
|