'''Tari Soya-soya''' adalah salah satu tarian[[tari]]an tradisi masyarakat [[Maluku Utara]] yang dipercaya telah ada sejak masa [[Kesultanan Ternate]] dipimpin oleh [[Baabullah dari Ternate|Sultan BaabullahBabullah ]] (1570 - 1583). Tarian ini termasuk dalam kategori tarian perang yang pada awal terciptanya ditarikan oleh 18 orang laki-laki atau lebih. Gerakan tari ini sangat lincah dan dinamis, beberapa gerakannya seperti kuda-kuda menyerang, menghindar dan menangkis. Pada tahun 2013, Tarian ini telah ditetapkan sebagai Warisan [[Budaya]] Takbenda Nasional dengan nomor registrasi 201300066, domain seni pertunjukan dari Provinsi Maluku Utara. <ref>{{Cite web|url=https://warisanbudaya.kemdikbud.go.id/?newdetail&detailTetap=66|title=Tari Soya-Soya|last=|first=|date=2018|website=warisanbudaya.kemdikbud.go.id|publisher=Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI|access-date=19 Februari 2019}}</ref>
Agar memperkaya pengetahuan terkait tarian ini. Tulisan ini akan membahas segala informasi tentang Tari Soya-soya dari latar belakang terciptanya, nilai yang terkandung, unsur tari, tokoh yang aktif melestarikan dan mengembangkan tarian ini serta kabar terbaru kapan saja tarian ini ditarikan dalam acara-acara besar. Semoga dapat menambah khazanah pengetahuan dan memudahkan akses pembaca untuk mengetahui lebih dalam tentang tarian ini.
== Latar Belakang ==
Kedatangan Bangsa Barat ke Nusantara pada abad ke-16 dengan motif 3G (Gold, Glory, Gospel) membuat tatanan baru bagi dinamika politik dan perekonomian di Nusantara saat itu. Setelah menguasai Malaka pada 1512, Portugis melakukan ekspedisi kembali ke daerah Timur hingga sampai ke tempat penghasil rempah-rempah, Kepulauan Maluku. Saat kedatangan Portugis di Kepulauan Maluku, sedang terjadi ketegangan antara penguasa lokal yang sedang berebut hegemoni ialah Kesultanan Ternate dan [[Kesultanan Tidore]].
Portugis ditawari bekerjasama oleh kedua kesultanan tersebut. Namun, Portugis memilih bekerja sama dengan Kesultanan Ternate untuk menghadapi Kesultanan Tidore. Dalam kerjasama tersebut, Kesultanan Ternate mendapatkan bantuan persenjataan untuk menghadapi lawannya. Sedangkan, Portugis mendapatkan hak monopoli perdagangan rempah dan diizinkan membangun pos di wilayah Ternate.<ref>{{Cite web|url=https://tirto.id/keruwetan-perang-ternate-portugis-vs-tidore-spanyol-czsX|title=Keruwetan Perang Ternate-Portugis vs Tidore-Spanyol|last=Raditya|first=Iswara N|date=8 November 2017|website=Tirto|publisher=Tirto.id|access-date=2 Maret 2019}}</ref>
Perselisihan tersebut tambah sengit dengan masuknya Spanyol yang bekerjasama dengan Kesultanan Tidore. Perselisihan kedua bangsa Barat ini harus diselesaikan oleh Paus dengan perjanjian Zaragoza yang ditandatangani pada 22 April 1952. Hasil perjanjian tersebut, Portugis berhak atas wilayah Kepulauan Maluku. Sedangkan, Spanyol harus kembali ke Wilayah yang sekarang bernama Filipina.
Bercokolnya Portugis di Kesultanan Ternate semakin lama semakin mengusik kehidupan dalam keraton Ternate. Beberapa sultan dan pangeran Ternate yang dianggap dapat membahayakan perdagangan rempah Portugis disingkirkan dengan cara dibunuh atau diasingkan. Beberapa di antaranya adalah Pangeran Taruwase yang dibunuh, Sultan Abu Hayat II yang diasingkan ke Malaka, Sultan Tabarij yang diasingkan ke India dan Sultan Khairun yang juga dibunuh.
Setelah Sultan Khairun dibunuh oleh Portugis dengan keji, Sultan Baabullah, anak Sultan Khairun, mengobarkan perang Soya-Soya (pembalasan) terhadap Portugis pada 1565. Perang yang dikobarkan Sultan Khairun sangat total. Ia bekerjasama dengan kesultanan lainnya di Indonesia seperti Makassar, Jawa hingga Sumatra. Kekuatan tempurnya mencapai 2.000 perahu perang dan 120.000 prajurit. Setiap pos dan benteng Portugis direbut satu-persatu hingga terjadi pengepungan Benteng Santo Paulo selama lima tahun.
Portugis yang sudah tidak berdaya, diberikan kesempatan untuk keluar dari wilayah Kesultanan Ternate. Bagi orang Portugis yang telah menikahi gadis setempat, diizinkan tetap tinggal namun harus mengabdi kepada kesultanan.<ref>{{Cite web|url=https://tirto.id/sultan-baabullah-sang-penakluk-ciJo|title=Sultan Baabullah Sang Penakluk|last=Raditya|first=Iswara N|date=10 Februari 2017|website=Tirto|publisher=Tirto.id|access-date=2 Maret 2018}}</ref>
== Apresiasi Publik ==
Tari Soya-soya juga menjadi salah satu tarian yang ditampilkan pada Hari Ulang Tahun Republik Indonesia ke-71 di [[Istana Negara]]. DalamPada kesempatan itu, ditarikan tari "Sadadu On The Sea" yang mengkombinasikan empat tarian dari Maluku (Tari Soya-soya, Tari Cakalele, Tari Sara Dabi-Dabi, dan Tari Legu Salai). Para penarinya terdiri dari 100 pemuda-pemudi terpilih dari [[Kabupaten Halmahera Barat|Kabupaten Halmahera Barat.]] .<ref>{{Cite web|url=https://www.suaramu.co/2018/08/sambut-hut-ri-ke-73-tarian-sos-asal-halbar-tampil-di-istana/#.XGt8MDpS_iw|title="Sambut HUT RI Ke-73, Tarian SOS Asal Halbar Tampil Di Istana|last=|first=|date=16 Agustus 2018|website=Suaramu|publisher=|access-date=19 Februari 2019|archive-date=2019-02-19|archive-url=https://web.archive.org/web/20190219130418/https://www.suaramu.co/2018/08/sambut-hut-ri-ke-73-tarian-sos-asal-halbar-tampil-di-istana/#.XGt8MDpS_iw|dead-url=yes}}</ref>
[[Berkas:Darryl Sanggelorang Memperagakan Tarian Soya-soya.jpg|jmpl|331x331px|Darryl Sanggelorang menarikan tari Soya-soya.]]
Salah satu pemuda yang aktif dalam melestarikan tari Soya-soyaSoya adalah Darryl Simeon Sanggelorang. Usianya masih 16 tahun, tetapi ia telah melatih teman-temannya menarikan tari-tari tradisional Maluku Utara. Pengalaman pentasnya juga sudah melanglang buana. Ia menjadi salah satu penari "Sasadu on The Sea" dalam Acara Festival Teluk [[Jailolo, Halmahera Barat|Jailolo]] dari 2016 hingga 2018; Peserta Pentas Budaya HUT ke-246 Kota Gianyar, Bali pada 2017; berpartisipasi pada "Sadadu On The Sea" pada perayaan HUT Republik Indonesia ke-71 di Istana Negara. Atas kiprahnya, ia mendapatkan penghargaan Anugerah Kebudayaan dan Maestro Seni Tradisi Kategori Anak dan Remaja pada 2018 dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.<ref>{{Cite book|title=Profil Penerima Anugerah Kebudayaan dan Maestro Seni Tradisi 2018|last=Rukmana, dkk|first=Aan|publisher=Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI|year=2018|isbn=|location=DKI Jakarta|pages=175 - 178}}</ref>
== Referensi ==
<references />
{{Tarian di wilayah pulau Maluku|state=autocollapse}}
[[Kategori:Warisan budaya takbenda Indonesia]]
|