Hormat: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
(15 revisi perantara oleh 4 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Italictitle}}
{{dab|Artikel ini ditujukan sebagai artikel untuk topik tingkatan bahasa Sunda. Untuk jenis-jenis kosakata yang digunakan, lihat [[
[[Berkas:Hormat in Sundanese script.svg|jmpl|"Hormat" dalam [[aksara Sunda Baku]].|301x301px]]
'''''Hormat''''' ([[Aksara Sunda Baku|aksara Sunda baku]]: {{Sund|ᮠᮧᮁᮙᮒ᮪}}, {{IPA-su|
''Hormat'' dicirikan dengan penggunaan [[Kata lemes enteng|kosakata lemes]] yang dikhususkan untuk menghormati lawan bicara, kata-kata ini dibentuk dengan perubahan [[vokal]], [[konsonan]], atau [[bunyi]] dari sebuah [[Kata loma|kata ''loma'']], maupun tercipta dari perubahan kata secara menyeluruh.{{Sfn|Adiwijaya|1951|pp=61}}
Baris 16 ⟶ 17:
==== ''Luhur'' ====
''Luhur'' adalah bahasa ''hormat'' yang menggunakan [[kata lemes]] dengan campuran [[Kata lemes pisan|kata ''lemes pisan'']], sehingga bahasa ini juga kerap disebut sebagai bahasa ''lemes pisan'', selain itu, [[Kata sedeng|kata ''sedeng'']] juga digunakan oleh pembicara untuk merendahkan diri. Kata ganti orang pertama yang digunakan adalah ''abdi dalem'' atau ''abdi gusti'', sedangkan kata ganti orang kedua menggunakan ''dampal dalem'' atau ''dampal gusti''.{{Sfn|Kats|1982|pp=9-13}} Penggunaan ''luhur'' biasanya dipakai pada pembicaraan antara seorang hamba dengan [[Tuhan
==== ''Lemes'' ====
Baris 25 ⟶ 26:
# ''Dupi Emang mulih téh cios énjing téa?{{Sfn|Nispusobariah|2011|pp=31}}''
Contoh di atas hanya menggunakan kata lemes, kata lemes yang mempunyai padanan dengan kata sedeng di antaranya: ''palay'' (''hoyong''), ''kulem'' (''mondok''), ''sumping'' (''dongkap''), ''mulih'' (''wangsul'')''.{{Sfn|Kats|1982|pp=7-8}}''
==== ''Sedeng'' ====
Sedeng adalah bahasa ''hormat'' yang menggunakan [[kata lemes enteng]] dengan campuran [[Kata sedeng|kata ''sedeng'']]. Penggunaan ''sedeng'' dipakai pada pembicaraan antara orang yang lebih tua terhadap yang lebih muda, orang yang sedang menceritakan orang lain yang lebih muda di hadapan orang yang lebih tua, dan ketika seorang pembicara sedang menceritakan keadaan dirinya sendiri. Kata ganti orang pertama yang digunakan dalam bahasa ini adalah ''abdi'', sedangkan kata ganti orang kedua yang digunakan adalah ''hidep'' (khusus untuk orang yang lebih tua terhadap yang lebih muda) atau ''juragan''.{{Sfn|Kats|1982|pp=13}} Di bawah ini adalah contoh kalimat yang menggunakan ''sedeng''.
# ''Abdi moal <u>tiasa</u> <u>mios</u> ayeuna.{{Sfn|Nispusobariah|2011|pp=31}}''
Baris 40 ⟶ 41:
==== ''Hormat ka batur'' ====
''Hormat ka batur'' adalah bahasa ''hormat'' yang tingkatannya paling tinggi di antara ragam bahasa yang lainnya. Ragam bahasa ini digunakan ketika berbicara kepada ataupun membicarakan seseorang yang dihormati.{{Sfn|Iskandar|Sukmara|2014|pp=9}} ''Hormat ka batur'' sama seperti ''[[Hormat#Lemes|lemes]]'' pada versi lama. Namun, kosakata yang digunakan selain menggunakan [[kata lemes]] dan [[kata lemes enteng]], juga dapat menggunakan kata ''lemes pisan'' yang kebanyakan sudah dianggap setara dengan kata lemes yang biasa.{{Sfn|Ardiwinata|1984|pp=2}} Selain penggunaan kosakata tersebut, ''hormat ka batur'' juga memiliki ciri pada istilah kekerabatan ([[bahasa Sunda]]: ''pancakaki'') dengan menambahkan kata ''tuang''{{Efn|Sebuah kata ganti kepunyaan yang berbeda dengan kata verba ''tuang'' yang bermakna "makan"}} sebagai kata ganti kepemilikan orang ketiga di depan kata yang dimaksud, misalnya: ''tuang rama'' (
# ''Pa Dani nembé lebet ka '''bumina'''.{{Sfn|Iskandar|Sukmara|2014|pp=39}}''
Baris 47 ⟶ 48:
==== ''Hormat ka sorangan'' ====
''Hormat ka sorangan'' adalah bahasa ''hormat'' yang tingkatannya berada di bawah bahasa ''hormat ka batur''. Bahasa ini digunakan untuk membicarakan diri sendiri{{Sfn|Iskandar|Sukmara|2014|pp=8}} dalam situasi yang sopan serta bersifat merendahkan diri sendiri dan meninggikan lawan bicara, selain itu ragam bahasa ini juga bisa dipakai untuk
# ''<u>Pun</u> <u>adi</u> mah nembé kelas dua.{{Sfn|Iskandar|Sukmara|2014|pp=39}}''
Baris 53 ⟶ 54:
# ''Abdi mah teu acan lebet ka kelas margi ngantosan réréncangan.{{Sfn|Iskandar|Sukmara|2014|pp=39}}''
===== Penggunaan kata loma =====
Bila sebuah kata lemes tidak mempunyai padanan kata ''sedeng'' dan bukan termasuk kata lemes enteng, maka dalam ''hormat ka sorangan'' kata yang digunakan adalah [[Kata loma|kata ''loma'']], pada contoh di atas kata ''loma'' yang digunakan adalah ''ngadu'', selain itu, kata-kata loma lainnya yang sering digunakan dalam ''hormat ka sorangan'' di antaranya seperti pada contoh di bawah ini.{{Sfn|Kats|1982|pp=7}}
Baris 65 ⟶ 67:
== Catatan ==
{{notelist}}
== Lihat pula ==
* [[Tatakrama bahasa Sunda]]
* [[Loma]]
* [[Kata lemes]]
* [[Kata sedeng]]
* [[Kata lemes pisan]]
== Referensi ==
|