Suku Minahasa: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Herryz (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan visualeditor-wikitext
 
(120 revisi perantara oleh 38 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{untuk|kawasanredirect|Minahasa}}
{{infobox ethnic group|
| group = Suku Minahasa
| image =
|image=[[Berkas:Maengket.jpg|200px]]
<table border=0 align="center" style="font-size:90%;">
|poptime= Lebih dari 1 juta jiwa
<tr>
|popplace= [[Sulawesi Utara]]: '''1.211.076'''
<td>[[Berkas:Sam Ratulangi.jpg|x100px]]</td>
|langs=[[Bahasa Manado]], [[Bahasa Tombulu]], [[Bahasa Tontemboan]], [[Bahasa Tonsawang]], [[Bahasa Tonsea]]
<td>[[Berkas:Alexander andries maramis.jpg|x100px]]</td>
|rels= [[Kristen Protestan]] (86%), [[Katolik Roma]] (8%), [[Islam]] (6%), <ref>Paul Richard Renwarin, ''Matuari Wo Tonaas'' (Jakarta, Indonesia: Penerbit Cahaya Pineleng, 2007), p. 35</ref>
<td>[[Berkas:Maria Walanda Maramis 1999 Indonesia stamp.jpg|x100px]]</td>
|related= [[Orang Bisaya|Bisaya]], [[Suku Gorontalo|Gorontalo]], [[Suku Mongondow|Mongondow]], [[Suku Sangir|Sangir]], Talaud, [[Suku Mongol|Mongol]]
</tr>
<tr>
<td><small><div style="line-height:1em">[[Sam Ratulangi]]</small></td>
<td><small><div style="line-height:1em">[[A.A. Maramis]]</small></td>
<td><small><div style="line-height:1em">[[Maria Walanda Maramis|Maria W. Maramis]]</small></td>
</tr>
<tr>
<td>[[Berkas:Tendean.jpg|x100px]]</td>
<td>[[Berkas:Hoofdbestuur PvdA. L.N. Palar lid van de Tweede Kamer voor de PvdA, Bestanddeelnr 901-4777.jpg|x100px]]</td>
<td>[[Berkas:Col Kawilarang, Kenang-Kenangan Pada Panglima Besar Letnan Djenderal Soedirman, p27.jpg|x100px]]</td>
</tr>
<tr>
<td><small><div style="line-height:1em">[[Pierre Tendean]]</small></td>
<td><small><div style="line-height:1em">[[L.N. Palar]]</small></td>
<td><small><div style="line-height:1em">[[Alex Kawilarang]]</small></td>
</tr>
<tr>
<td>[[Berkas:Daan Mogot 1.jpg|x100px]]</td>
<td>[[Berkas:Arnold mononutu ris.jpg|x100px]]</td>
<td>[[Berkas:EE Mangindaan.jpg|x100px]]</td>
</tr>
<tr>
<td><small><div style="line-height:1em">[[Daan Mogot]]</small></td>
<td><small><div style="line-height:1em">[[Arnold Mononutu]]</small></td>
<td><small><div style="line-height:1em">[[E.E. Mangindaan]]</small></td>
</tr>
<tr>
<td>[[Berkas:Wim Umboh.jpg|x100px]]</td>
<td>[[Berkas:Duber RI untuk Filipina Sinyo Harry Sarundajang.jpg|x100px]]</td>
<td>[[Berkas:Once Dewa 2005.JPG|x100px]]</td>
</tr>
<tr>
<td><small><div style="line-height:1em">[[Wim Umboh]]</small></td>
<td><small><div style="line-height:1em">[[Sinyo Harry Sarundajang|S. Sarundajang]]</small></td>
<td><small><div style="line-height:1em">[[Once Mekel]]</small></td>
</tr>
</table>
| image_caption =
| poptime =
| region1 = '''{{INA}}''' (Sensus 2010)
| pop1 = 1.251.494
| ref1 = <ref>[[#Naim2011|Na'im dan Syaputra (2011)]], hlm. 9</ref><ref>[[#Ananta2015|Ananta et al. (2015)]], hlm. 102.</ref><ref>[[#Naim2011|Na'im dan Syaputra (2011)]], hlm. 40</ref>
| region2 = {{nbsp|8}}[[Sulawesi Utara]]
| pop2 = 1.022.221
| region3 = {{nbsp|8}}[[DKI Jakarta]]
| pop3 = 36.913
| region4 = {{nbsp|8}}[[Sulawesi Tengah]]
| pop4 = 30.572
| region5 = {{nbsp|8}}[[Jawa Barat]]
| pop5 = 30.128
| region6 = {{nbsp|8}}[[Papua]]
| pop6 = 21.394
| region7 = {{nbsp|8}}[[Kalimantan Timur]]
| pop7 = 20.413
| langs = [[Bahasa Manado]], [[Bahasa Tombulu]], [[Bahasa Tondano]], [[Bahasa Tonsawang]], [[Bahasa Tonsea]], [[Bahasa Tontemboan]], [[Bahasa Indonesia]]
| rels = '''Mayoritas''' <br> [[File:Christian cross.svg|10px]] [[Kristen]] <br> {{small|([[Protestanisme|Protestan]] dan [[Katolik]])}}<br>'''Minoritas''' <br>[[Berkas:Allah-green.svg|15px]] [[Islam]]
| related = [[Orang Bisaya|Bisaya]], [[Suku Gorontalo|Gorontalo]], [[Suku Mongondow|Mongondow]], [[Suku Sangir|Sangir]], [[Suku Toraja|Toraja]]
}}
 
'''Suku Minahasa''' adalah kelompok suku etnis yang berasal dari [[Semenanjung Minahasa]] di bagian [[Sulawesi Utara|utara pulau Sulawesi]] di [[Indonesia]]. Wilayah-wilayah administratif tempat bermukim mayoritas orang-orang Minahasa (atau ''Minahasa Raya'') adalah [[Kabupaten Minahasa]], [[Kabupaten Minahasa Selatan]], [[Kabupaten Minahasa Tenggara]], [[Kabupaten Minahasa Utara]], [[Kota Bitung]], [[Kota Manado]], dan [[Kota Tomohon]]. Seluruh kawasan administratif ini terletak di [[Sulawesi Utara|Provinsi Sulawesi Utara]] dan suku Minahasa merupakan suku bangsa terbesar di provinsi ini.<ref>[[#vanKlinken2007|van Klinken dan Nordholt (2007)]], hlm. 407.</ref> Hal ini juga yang menyebabkan dalam percakapan awam, orang Minahasa sering kali disamakan dengan sebutan '''''orang Manado''''' yang adalah ibukota Sulawesi Utara.<ref>[[#Renwarin2006|Renwarin (2006)]], hlm. 26.</ref> Suku Minahasa merupakan gabungan dari kelompok-kelompok sub-etnis yaitu [[Suku Bantik|Bantik]], Pasan/Ratahan, Ponosakan, [[Tombulu]], Tondano (Toulour), Tonsawang (Tombatu), [[Tonsea]], dan Tontemboan.<ref>[[#Naim2011|Na'im dan Syaputra (2011)]], hlm. 25.</ref>
'''Suku [[Minahasa]]''' adalah salah satu suku bangsa yang terdapat di [[Sulawesi Utara]], [[Indonesia]]. Suku Minahasa merupakan suku bangsa terbesar di provinsi Sulawesi Utara.
 
== SubsukuEtimologi ==
Suku Minahasa terbagi atas beberapa subsuku:<ref>http://sp2010.bps.go.id/files/ebook/kewarganegaraan%20penduduk%20indonesia/index.html</ref>
# [[Tontemboan]]
# [[Tombulu]]
# [[Tonsea]]
# [[Toulour]] (Tondano)
# [[Tonsawang]] (Tombatu/Tondanow)
# [[Ponosakan]]
# [[Pasan]] (Ratahan)
# [[Bantik]]
# [[Babontehu]]
 
Sebutan ''Minahasa'' berarti "menjadi satu" dan berasal dari kata pokok ''asa'' yang merupakan kata kerja yang berarti "satu".<ref>[[#Hickson1889|Hickson (1889)]], hlm. 205.</ref> Sebutan ini pertama kali muncul dalam laporan Residen Manado J. D. Schierstein kepada Gubernur Maluku tertanggal 8 Oktober 1789. Laporan tentang perdamaian yang telah dilakukan oleh kelompok sub-etnik Bantik dan Tombulu (Tateli) dalam peristiwa yang dikenang sebagai "Perang Tateli" menggunakan sebutan ''Minhasa'' untuk ''Landraad'' (atau ''Dewan Negeri'' atau juga ''Dewan Daerah'').<ref>[[#Molsbergen1928|Molsbergen (1928)]], hlm. 53.</ref> Nama ini kemudian dipopulerkan oleh penulis-penulis Belanda pada abad ke-19 dan juga orang-orang Minahasa perantauan di Jawa pada awal abad ke-20.<ref>[[#Renwarin2006|Renwarin (2006)]], hlm. 27, 60.</ref> Sebutan-sebutan sebelum munculnya nama Minahasa termasuk antara lain ''Minaesa'' (atau ''Ma'esa'') dan ''Mahasa'', keduanya yang mempunyai arti yang sama dengan Minahasa.<ref>[[#Minahan2012|Minahan (2012)]], hlm. 190.</ref><ref>[[#Wenas2007|Wenas (2007)]], hlm. 13.</ref><ref>[[#Riedel1870|Riedel (1870)]].</ref> Selain itu, nama ''Malesung'' pernah digunakan sebagai sebutan untuk wilayah Minahasa.<ref>[[#Renwarin2006|Renwarin (2006)]], hlm. 39.</ref>
== Asal Nenek Moyang ==
Dari pendapat Tandean, seorang ahli bahasa dan [[huruf Tionghoa Kuno]], 1997 datang meneliti ke [[Watu Pinawetengan]]. Melalui tulisan “Min Nan Tou” yang terdapat di batu itu, ia mengungkapkan bahwa orang Minahasa merupakan keturunan dari Raja Ming dari tanah Tionghoa yang datang berimigrasi ke Minahasa. Arti dari Min Nan Tou adalah “orang turunan Raja Ming dari pulau itu". Tapi pendapat tersebut Lemah menurut [[David D.S Lumoindong]], karena jika Minahasa berasal dari keturunan [[Dinasti Ming]], maka seharusnya ilmu Pengetahuan kerajaan Ming yang sudah pada taraf yang maju seharusnya terlihat pada Peninggalan arsitektur Minahasa maupun huruf dan bahasa Tionghoa pada tahun 1200-1400, tetapi kenyataannya Sebelum Eropa datang Peninggalan zaman Ming tidak ada di Minahasa, jadi pendapat Tandean sangat lemah untuk digunakan sebagai dasar dalam penulisan sejarah dan asal usul Minahasa. Berdasarkan pendapat para ahli diantaranya A.L.C Baekman dan M.B Van Der Jack yaitu berasal dari ras [[Mongolscheplooi]] yang sama dengan pertalian Jepang dan Mongol ialah memiki lipit [[Mongolia]] dan kesamaan Warna kulit, yaitu kuning langsat. Persamaan dengan Mongol dalam sistem kepercayaan dapat dilihat pada kepercayaan tradisional Minahasa sama seperti Shamanisme Mongol. Dan juga dipimpin oleh walian (pemuka agama) yang langsung dimasuki oleh opo. Agama Shamanisme ini memang dipegang teguh secara turun temurun oleh suku Mongol. Dapat dilihat juga di Dayak, dan Korea.
 
== HurufAsal mula ==
 
{{Main|Aksara Malesung}}
[[Berkas:Map of Greater Minahasa Region in North Sulawesi, Indonesia.png|jmpl|kanan|250px|Peta wilayah Minahasa Raya.]]
Tulisan Kuno Minahasa disebut [[Aksara Malesung]] terdapat di beberapa batu [[prasasti]] diantaranya di [[Watu Pinawetengan]]. Aksara Malesung merupakan tulisan [[Hieroglif]], yang hingga kini sedang dalam proses terjemahan.
 
{{Lihat pula|Toar dan Lumimuut|Watu Pinawetengan}}
 
Daerah Minahasa termasuk salah satu tempat migrasi pertama orang-orang Austronesia ke arah selatan pada akhir milenium ketiga dan kedua SM.<ref>[[#Schouten1983|Schouten (1983)]], hlm. 12-13.</ref> Hipotesis yang diterima secara umum adalah bahwa orang-orang Austronesia awalnya menghuni [[Taiwan]], sebelum bermigrasi dan menempati daerah-daerah di [[Filipina]] utara, Filipina selatan, [[Kalimantan]], dan [[Sulawesi]] sebelum berpisah menjadi kelompok-kelompok dengan satu menuju barat ke [[Jawa]], [[Sumatra]], dan [[Malaysia]], sementara yang lain bergerak ke timur menuju [[Oseania]].<ref>[[#Bellwood1995|Bellwood (1995)]], hlm. 103-114.</ref>
 
Menurut mitologi Minahasa, orang Minahasa adalah keturunan [[Toar dan Lumimuut|''Toar'' dan ''Lumimuut'']]. Awalnya, keturunan ''Toar-Lumimuut'' dibagi menjadi tiga kelompok: ''Makarua Siouw'' (dua kali sembilan), ''Makatelu Pitu'' (tiga kali tujuh), dan ''Pasiowan Telu'' (sembilan kali tiga). Populasi mereka berkembang dengan pesat yang mengakibatkan perselisihan di antara kelompok-kelompok ini. Para pemimpin mereka yang bernama ''Tona'as'' kemudian memutuskan untuk bertemu dan membicarakan hal ini dalam pertemuan di bukit Tonderukan yang adalah salah satu puncak dari [[Gunung Soputan]]. Dalam pertemuan ini, terjadi tiga macam pembagian yang disebut ''Pahasiwohan'' (pembagian wilayah), ''Pinawetengan un Nuwu'' (pembagian bahasa), dan ''Pinawetengan un Posan'' (pembagian ritual). Pada pertemuan itu keturunan dibagi menjadi tiga kelompok bernama Tombulu, Tonsea, dan Tontemboan. Di tempat berlangsungnya pertemuan ini terdapat sebuah batu peringatan yang disebut ''[[Watu Pinawetengan]]'' (atau ''Batu Pembagi'').<ref>[[#Renwarin2006|Renwarin (2006)]], hlm. 61-81.</ref><ref>[[#Wenas2007|Wenas (2007)]], hlm. 8-17.</ref>
 
== Sub-suku ==
 
[[Berkas:Map of Minahasa Sub-ethnic Groups.png|jmpl|kanan|250px|Estimasi peta wilayah sub-etnis Minahasa.]]
 
{{Lihat pula|Suku Bantik|l1=Suku Bantik|Tombulu|l2=Suku Tombulu|Tonsea|l3=Suku Tonsea}}
 
Suku Minahasa merupakan gabungan dari beberapa sub-suku atau sub-etnis di daerah Minahasa Raya. Dari antara kelompok-kelompok sub-etnis terdapat empat sub-etnis utama berdasarkan jumlah penduduk dan luas wilayah yaitu Tombulu, Tondano, Tonsea, dan Tontemboan.<ref>[[#Graafland1867|Graafland (1867)]], hlm. 26.</ref><ref>[[#Renwarin2006|Renwarin (2006)]], hlm. 84-86.</ref><ref>[[#Wenas2007|Wenas (2007)]], hlm. 17.</ref> Tulisan Graafland pada abad ke-19 menggunakan nama Tou'mbulu untuk Tombulu, Tou'nsea untuk Tonsea, Toulour untuk Tondano, dan Tounpakewa untuk Tontemboan. Perbedaan sebutan untuk dua nama terakhir karena sebutan Toulour dan Tounpakewa berasal dari Bahasa Tombulu.<ref>[[#Watuseke1987|Watuseke (1987)]], hlm. 553.</ref> Tapi untuk kesemuanya, kata ''tou'' dalam nama-nama tersebut berarti ''orang''. Setiap kelompok sub-etnis ini adalah satu ''pakasa'an'' yang berarti "mereka yang bersatu" karena kesamaan leluhur, adat, dan bahasa.<ref>[[#Renwarin2006|Renwarin (2006)]], hlm. 61.</ref>
 
Dari keempat sub-etnis utama tersebut, ada pendapat bahwa Pakasa'an Tondano tidak muncul bersamaan dengan ketiga pakasa'an lainnya. Hal ini terlihat dari catatan Johann Gerard Friedrich Riedel dalam tulisannya pada tahun 1870 yang menyatakan bahwa awalnya terdapat tiga pakasa'an yaitu Tumbuluk (Tombulu), Tountewoh (Tonsea), dan Toungkimbut (Tontemboan).<ref>[[#Wuysang2014|Wuysang (2014)]], hlm. 65.</ref> Ketiga pakasa'an inilah yang menurut cerita rakyat melakukan pembagian wilayah di Watu Pinawetengan.<ref>[[#Renwarin2006|Renwarin (2006)]], hlm. 77.</ref> Pendapat tentang dari mana asal atau datangnya Pakasa'an Tondano berbeda. Ada yang berpendapat bahwa Pakasa'an Tondano adalah pecahan dari Pakasa'an Tountewoh (Tonsea).<ref>[[#Wenas2007|Wenas (2007)]], hlm. 14.</ref> Tapi ada pendapat lain bahwa Pakasa'an Tondano berasal dari kelompok yang juga ikutserta dalam pertemuan di Watu Pinawetengan yang bernama Tousendangan.<ref>[[#Jasper1916|Jasper (1916)]].</ref> Ada juga yang mencatat nama kelompok asal dari Pakasa'an Tondano adalah Tousingal.<ref>[[#Renwarin2006|Renwarin (2006)]], hlm. 81.</ref>
 
Kelompok-kelompok sub-etnis lainnya adalah Bantik, Pasan/Ratahan, Ponosokan, dan Tonsawang (Tombatu). Sub-etnis Bantik mendiami daerah Kota Manado dan sekitarnya.<ref>[[#Renwarin2006|Renwarin (2006)]], hlm. 93.</ref> Sub-etnis Pasan/Ratahan, Ponosokan, dan Tonsawang mendiami daerah selatan Minahasa Raya.<ref name="Wenas 2007">[[#Wenas2007|Wenas (2007)]], hlm. 20.</ref> Ada juga beberapa kelompok sub-etnis yang diikutsertakan sebagai bagian dari Suku Minahasa yaitu Babontehu, Borgo, dan Siauw. Sub-etnis Babontehu mendiami Pulau Manado Tua dan pulau-pulau sekitarnya. Sub-etnis Borgo adalah turunan orang-orang Minahasa yang kawin dengan orang-orang Eropa seperti Belanda, Portugis, dan Spanyol.<ref>[[#Ananta2015|Ananta (2015)]], hlm. 53.</ref> Sedangkan sub-etnis Siauw adalah mereka yang mendiami Pulau Siauw.<ref name="Wenas 2007"/>
 
== Sejarah ==
 
{{Utama|Sejarah Minahasa}}
 
Deskripsi pertama tentang Minahasa oleh bangsa Eropa berasal dari dokumen Portugis pada tahun 1552. Sebelumnya pada tahun 1523, pelaut Portugis Simao d'Abreu adalah orang Eropa pertama yang melihat semenanjung Minahasa pada saat ia melewati dan mencatat kekagumannya pada [[Pulau Manado Tua]].<ref>[[#Wigboldus1987|Wigboldus (1987)]], hlm. 67.</ref> Kemudian Spanyol dan Belanda datang ke Minahasa pada awal abad ke-17.<ref>[[#Wigboldus1987|Wigboldus (1987)]], hlm. 68, 69.</ref> Pada akhir abad ke-17, kepala-kepala ''walak'' (atau ''daerah tempat tinggal bersama'') dari berbagai daerah Minahasa datang bersama dan memutuskan untuk mengadakan perjanjian dengan ''[[Vereenigde Oostindische Compagnie]]'' (VOC atau ''Perusahaan Hindia Timur Belanda'') dalam usaha memerangi serangan dari daerah [[Kerajaan Bolaang Mongondow]]. Perjanjian ini terjadi pada tanggal 10 Januari 1679 dan dilakukan antara gubernur VOC yang berkedudukan di Maluku yaitu Robertus Padtbrugge dengan 23 kepala walak. Nama-nama walak yang termasuk dalam perjanjian tersebut adalah Aris, Bantik, Kakas, Kakaskasen, Klabat, Klabat Atas, Langowan, Pasan (yang juga mewakili Pinosokan dan Ratahan), Remboken, Rumoong, Sarongsong, Tombariri, Tombasian, Tomohon, Tompaso, Tondano, Tonkimbut Atas, Tonkimbut Bawah, Tonsawang, dan Tonsea.<ref>[[#Leirissa1997|Leirissa (1997)]], hlm. 24.</ref> Namun hubungan dengan Belanda tidak selalu baik, seperti pada tahun 1808 dengan terjadinya [[Perang Tondano]] antara Minahasa dengan Hindia Belanda. Salah satu alasan terjadinya perang ialah Minahasa tidak mau menyediakan tentara untuk Hindia Belanda yang akan dikirim ke Pulau Jawa.<ref>[[#Wenas2007|Wenas (2007)]], hlm. 51.</ref>
 
Setelah [[Proklamasi Kemerdekaan Indonesia]] di Jawa, Minahasa termasuk daerah yang cukup awal ikut bergabung dalam republik yang baru dibentuk. Hal ini dapat dilihat dengan terjadinya ''Peristiwa Merah Putih'' pada tanggal 14 Februari 1946 di mana prajurit-prajurit Minahasa dalam ''Koninklijke Nederlands(ch)-Indische Leger'' (KNIL atau ''Tentara Kerajaan Hindia Belanda'') melucuti senjata dari pimpinan militer Belanda kemudian mengibarkan [[Sang Saka Merah Putih]] di tangsi militer Belanda di Teling, Manado.<ref>[[#Leirissa1997|Leirissa (1997)]], hlm. 133.</ref> Di samping itu, orang-orang Minahasa di Jawa bergabung dalam wadah Kebaktian Rakyat Indonesia Sulawesi (KRIS) dan ikutserta dalam [[Revolusi Nasional Indonesia]].
 
Sebuah gerakan yang melibatkan orang-orang Minahasa terjadi pada tahun 1958 yang bernama [[Permesta|Perjuangan Rakyat Semester (Permesta)]] yang menentang kebijakan pemerintah Indonesia di Jawa. Salah satu alasan utama dari gerakan ini adalah karena ajang politik dan upaya pembangunan Indonesia terpusat di pulau Jawa, sedangkan sumber-sumber perekonomian negara lebih banyak berasal dari pulau-pulau lain.<ref>[[#Harvey1977|Harvey (1977)]], hlm. 3.</ref><ref>[[#TEMPO2008|TEMPO (2008)]].</ref><ref>[[#Liwe2010|Liwe (2010)]], hlm. 89.</ref>
 
== Agama ==
 
Mayoritas orang Minahasa menganut agama [[Kristen Protestan]]. Berdasarkan Sensus Penduduk 2010, persentase penduduk di kabupaten dan kota di Minahasa Raya yang menganut agama Kristen Protestan adalah 74%. Jika Kota Manado yang adalah ibukota Provinsi Sulawesi Utara tidak diikutsertakan, maka persentase ini menjadi 78%. Selain itu, penduduk yang beragama [[Islam]] adalah 15% dan penduduk yang beragama [[Kristen Katolik]] adalah 6%.<ref>[[#sensus2010|Badan Pusat Statistik (2010)]].</ref>
 
Mulanya gereja-gereja Protestan di Minahasa termasuk dalam wadah ''[[Gereja Protestan di Indonesia|Indische Kerk]]'' yang didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda. Pada tahun 1934, Indische Kerk digantikan oleh [[Gereja Masehi Injili Minahasa|Gereja Masehi Injili Minahasa (GMIM)]] yang merupakan [[Denominasi Kristen|denominasi]] regional yang berdiri sendiri. Setahun sebelumnya pada tahun 1933, [[Kerapatan Gereja Protestan Minahasa|Kerapatan Gereja Protestan Minahasa (KGPM)]] didirikan oleh di antaranya [[B.W. Lapian]] dan [[Sam Ratulangi]] dengan memisahkan diri dari Indische Kerk. Selanjutnya denominasi-denominasi Protestan lain juga berdiri sehingga pada tahun 1955 terdapat 20 denominasi: empat denominasi Protestan, 11 denominasi [[Gereja Pentakosta|Pantekosta]], dua denominasi Kemah Injil, dua denominasi Adventis, dan satu denominasi [[Gereja Baptis|Baptis]]. Pada tahun 1990 jumlah denominasi menjadi 54 denominasi dengan GMIM yang terbesar meliputi 75% dari semua penganut agama Kristen Protestan.<ref>[[#Renwarin2006|Renwarin (2006)]], hlm. 37.</ref>
 
[[Agama asli Nusantara|Agama asli]] Minahasa ialah Tonaas Walian yang masih mempunyai sejumlah pemeluk.<ref>[[#kemdikbud2010|Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2010)]].</ref>
 
== Adat dan budaya ==
 
=== Bahasa dan huruf ===
 
{{Main|Rumpun bahasa Minahasa|Aksara Malesung|}}
 
Pembagian sub-etnis Minahasa termasuk dari segi bahasa di mana orang-orang dalam satu kelompok sub-etnis mempunyai dan memakai bahasa yang relatif sama. Dengan ini, bahasa-bahasa yang ada di Minahasa terdiri dari Bahasa Bantik, Bahasa Ponosokan, Bahasa Ratahan, [[Bahasa Tombulu]], Bahasa Tondano, [[Bahasa Tonsawang]], [[Bahasa Tonsea]], dan [[Bahasa Tontemboan]].<ref name="Salea 1996">[[#Merrifield1996|Merrifield dan Salea (1996)]], hlm. 2.</ref> Kesemua bahasa-bahasa ini termasuk dalam [[Rumpun bahasa Austronesia]].<ref>[[#Merrifield1996|Merrifield dan Salea (1996)]], hlm. 1.</ref> Berdasarkan kesamaan [[leksikostatistik]], bahasa-bahasa yang termasuk kelompok Minahasa adalah Tombulu, Tondano, Tonsawang, Tonsea, dan Tontemboan. Ketiga bahasa lainnya dimasukkan ke dalam kelompok lain di mana Bahasa Ponosokan dimasukkan ke dalam kelompok Gorontalo-Mongondow dan Bahasa Bantik dan Ratahan dimasukkan ke dalam kelompok Sangihe-Talaud.<ref name="Salea 1996"/>
 
Dalam rumpun bahasa Minahasa, bahasa Tombulu, Tondano, dan Tonsea mempunyai kesamaan leksikal yang cukup tinggi di mana kesamaan antara ketiga bahasa ini antara 89%-90%. Kemudian disusul oleh Bahasa Tontemboan yang mempunyai kesamaan dengan ketiga bahasa sebelumnya antara 73%-83%. Bahasa Tonsawang merupakan bahasa yang paling rendah kesamaannya dengan bahasa-bahasa lain dalam rumpun bahasa Minahasa dengan kesamaan antara 54%-65%. Hal ini mungkin disebabkan karena daerah sub-etnis Tonsawang lebih terisolasi dibandingkan dengan daerah sub-etnis lainnya dan juga karena penutur bahasa ini berjumlah paling sedikit.<ref>[[#Merrifield1996|Merrifield dan Salea (1996)]], hlm. 11, 13.</ref>
 
Tulisan kuno Minahasa disebut [[Aksara Malesung]] terdapat di beberapa batu [[prasasti]] di antaranya di [[Watu Pinawetengan]]. Aksara Malesung merupakan tulisan [[hieroglif]], yang hingga kini sedang dalam proses terjemahan.
 
=== Kesenian ===
 
{{Main|Kesenian Minahasa}}
 
[[Berkas:Maengket Traditional Dance.jpg|jmpl|kanan|250px|Tarian Maengket.]]
 
[[Berkas:Inbound421823724.jpg|jmpl|kanan|250px|Tarian Kabasaran.]]
 
[[Berkas:Kolintang Ensemble.jpg|jmpl|kanan|250px|Ansambel kolintang.]]
 
[[Berkas:Bamboo wind instruments.jpg|jmpl|kanan|250px|Musik bambu.]]
 
Tarian ''[[Maengket]]'' adalah tarian yang biasanya dibawakan oleh sejumlah pasangan laki-laki dan perempuan dengan ditambah satu orang sebagai pemimpin yang mengangkat suara untuk memulai nyanyian yang mengiringi gerakan tarian. Tarian yang pada awalnya dilakukan hanya pada saat selesai panen padi sekarang tarian ini bertambah dua babak yang melambangkan peristiwa kehidupan lainnya. Babak yang pertama disebut ''Maowey Kamberu'' adalah tarian pengucapan syukur atas selesainya panen padi. Kemudian babak kedua disebut ''Marambak'' adalah semangat kegotong-royongan dalam membangun rumah baru dan babak yang ketiga disebut ''Lalayaan'' melambangkan bagaimana pemuda-pemudi zaman dahulu mencari jodoh.<ref>[[#PemprovSULUT|Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara]].</ref>
 
Tarian ''[[Kabasaran]]'' adalah tarian yang pada awalnya merupakan tarian perang. Tarian Kabasaran hanya dilakukan oleh para ''Waranei'' yaitu rakyat yang menjadi penjaga keamanan desa yang sekaligus prajurit perang. Para penari mengenakan pakaian berwarna merah dan rias wajah yang terlihat garang. Ketika pertunjukan berlangsung, para penari tidak pernah bersenyum dan bergerak seperti orang yang hendak berperang dengan mengayunkan pedang dan tombak mereka. Seperti tarian Maengket, tarian Kabasaran mempunyai tiga babak. Babak yang pertama disebut ''Cakalele'' di mana para penari berkejaran dan melompat–lompat. Kemudian babak yang kedua disebut ''Kumoyak'' di mana para penari mengayunkan senjata tajam pedang atau tombak turun naik, maju mundur untuk menenteramkan diri dari rasa amarah ketika berperang. Babak yang ketiga disebut ''Lalayaan'' di mana para penari menari bebas riang gembira melepaskan diri dari rasa berang.<ref>[[#Lasut2016|Lasut (2016)]].</ref>
 
''[[Kolintang]]'' adalah alat musik tradisional yang terbuat dari kayu dan dimainkan oleh sekelompok pemusik. Kata kolintang berasal dari sebutan dalam bahasa daerah Minahasa ''maimo kumolintang'' yang berarti ''mari kita (membunyikan) tong ting tang''. Komposisi sebuah ansambel kolintang terdiri dari alat-alat musik yang dinamakan berdasarkan suara yang dihasilkan:<ref>[[#Poluan2020|Poluan (2020)]].</ref>
 
# ''Loway'' yang membunyikan suara-suara bass
# ''Cella'' yang membunyikan suara di atas suara-suara bass
# ''Karua'' yang berfungsi sebagai tenor pertama
# ''Karua rua'' yang berfungsi sebagai tenor kedua
# ''Uner'' yang berfungsi sebagai alto pertama
# ''Uner rua'' yang berfungsi sebagai alto kedua
# ''Katelu'' yang berfungsi sebagai alto ketiga
# ''Ina esa'' yang berfungsi sebagai melodi pertama
# ''Ina rua'' yang berfungsi sebagai melodi kedua
# ''Ina taweng'' yang berfungsi sebagai melodi ketiga
 
''Musik Bambu'' adalah alat musik tiup tradisional yang terbuat dari bambu. Yang dimaksud dengan musik bambu di Minahasa saat ini adalah berbentuk sebuah orkestra instrumental yang bisa beranggotakan sampai 50 orang pemusik. Pada awalnya tipe musik ini hanya dimainkan dengan sebuah suling, tapi kemudian ditambah alat-alat musik lain sehingga membentuk sebuah orkestra. Dalam perkembangannya alat-alat musik tiup lainnya yang ditambah adalah seperti korno, klarinet, saxsofon, dan bas (overton, cello, dan tuba). Selain itu, alat-alat musik tanpa ditiup juga ditambah untuk melengkapi bunyi dan harmonisasi musik, antara lain bas drum (tambur besar), snar drum (tambur kecil), symbal, dan kapuraca.<ref>[[#Sumarauw2015|Sumarauw (2015)]].</ref>
 
=== Masakan khas ===
 
{{Utama|Masakan Manado}}
 
Masakan khas Minahasa lebih dikenal dengan sebutan ''Masakan Manado''. Pada umumnya hidangan dari Minahasa adalah hidangan yang pedas karena memakai [[cabai]] yang banyak. Terdapat juga beberapa hidangan yang menggunakan daging dari hewan yang tidak biasanya dimakan. Selain itu hidangan kue-kue dari Minahasa menerima pengaruh dari hidangan Eropa. Masakan-masakan yang populer adalah ''[[tinutuan]]'' (juga dikenal sebagai ''bubur manado'') yang berisi campuran berbagai macam sayuran tanpa mengandung daging, ''[[brenebon]]'' yang berupa sup dengan isi kacang merah, sayuran, dan [[daging babi]] atau [[daging sapi]], ''[[tinorangsak]]'' berupa hidangan daging hangat dan pedas, dan masakan yang menggunakan bumbu pedas bernama ''woku''. Banyak hidangan juga menggunakan daging [[cakalang fufu]] dari [[Cakalang|ikan cakalang]] yang dibumbu dan diasap. Hidangan-hidangan ini termasuk cakalang goreng, cakalang [[santan]], dan [[mi cakalang]]. Masakan yang tidak pedas juga ada, tapi masakan-masakan inipun bisa secara terpisah dicampur dengan bumbu-bumbu pedas seperti [[dabu-dabu]] dan [[rica-rica]]. Adapun hidangan yang menggunakan daging hewan eksotis termasuk yang menggunakan daging [[kelelawar]] ([[Kelelawar (makanan)|paniki]]), [[daging anjing]], dan daging tikus. Salah satu contoh kue dari Minahasa adalah [[klappertaart]] yaitu kue yang terbuat dari kelapa.
 
== Orang Minahasa dan kiprahnya ==
 
{{utama|Daftar tokoh Minahasa}}
 
=== Pejuang-pejuang kemerdekaan ===
 
[[Berkas:AA Maramis with Sam Ratulangi.jpg|jmpl|kiri|250px|A. A. Maramis dan Sam Ratulangi.]]
 
Salah satu orang Minahasa yang dikenal secara nasional di Indonesia adalah [[Sam Ratulangi|Gerungan Saul Samuel Jacob (Sam) Ratulangi]]. [[Pahlawan Nasional Indonesia]] dan peraih gelar doktor dari [[Universitas Zurich]] ikut andil dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Sebelum Indonesia merdeka, ia memperjuangkan konsep nasionalisme Indonesia. Ratulangi termasuk dalam keanggotaan [[Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia|Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI)]] dan diangkat menjadi [[gubernur]] pertama [[Sulawesi|Provinsi Sulawesi]]. Dua pahlawan nasional asal Minahasa lainnya yang bermarga Maramis adalah [[Maria Walanda Maramis]] beserta keponakannya [[Alexander Andries Maramis|Alexander Andries Maramis (A. A.) Maramis]]. Maria berjuang untuk mengembangkan keadaan wanita pada awal abad ke-20 di antaranya dengan mendirikan Percintaan Ibu Kepada Anak Temurunannya (PIKAT). Sedangkan Alex ikutserta dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia sebagai anggota [[Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia|Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI)]] dan kemudian menjadi [[Daftar Menteri Keuangan Indonesia|Menteri Keuangan]] serta duta besar Indonesia di beberapa negara.
 
Pahlawan nasional asal Minahasa lainnya yang juga ikutserta dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia adalah [[B.W. Lapian|Bernard Wilhelm (B. W.) Lapian]] yang terlibat dalam ''Peristiwa Merah Putih'' di Manado pada tahun 1946, tokoh geologi [[Arie Frederik Lasut]] yang dibunuh oleh tentara Belanda pada tahun 1949, [[Robert Wolter Mongisidi]] yang berjuang di Sulawesi Selatan dan juga dibunuh oleh Belanda, dan [[L.N. Palar|Lambertus Nicodemus (Babe) Palar]] yang memperjuangkan kedaulatan Indonesia di [[Perserikatan Bangsa-Bangsa]]. [[Pierre Tendean]] adalah [[Pahlawan Revolusi Indonesia]] yang terbunuh dalam peristiwa [[Gerakan 30 September]].
 
Kakak beradik [[Alex Mendur]] dan [[Frans Mendur]], dan kakak beradik Justus Umbas dan Frans "Nyong" Umbas, dan juga Alex Mamusung, Oscar Ganda, dan Malvin Jacob adalah pemuda-pemuda Minahasa yang tergabung dalam Kebaktian Rakyat Indonesia Sulawesi (KRIS). Merekalah yang mendirikan [[Indonesia Press Photo Service|Indonesia Press Photo Service (IPPHOS)]] pada tahun 1946 yang merekam saat-saat berharga terkait perjuangan kemerdekaan Indonesia. Yang paling berharga dari semuanya adalah foto-foto upacara Proklamasi Kemerdekaan Indonesia di Jalan Pegangsaan Timur No. 56 yang diambil oleh Frans Mendur.
 
Terdapat juga orang Minahasa yang turut serta dalam perjuangan militer untuk kemerdekaan. Di antaranya [[Alex Evert Kawilarang]] yang menjadi Panglima ''Tentara Territorium'' di Sumatera Utara (sekarang [[Komando Daerah Militer I/Bukit Barisan|Kodam I/Bukit Barisan]]), Jawa Barat (sekarang [[Komando Daerah Militer III/Siliwangi|Kodam III/Siliwangi]]), dan Sulawesi Selatan (sekarang [[Komando Daerah Militer XIV/Hasanuddin|Kodam XIV/Hasanuddin]]). Selain Kawilarang, orang-orang Minahasa yang berada di Jawa dan ikut serta dalam pergolakan kemerdekaan di antaranya [[Adolf Gustaaf Lembong]] yang sempat berperang gerilya melawan [[Jepang]] di Filipina, [[Daan Mogot|Elias Daniel (Daan) Mogot]] yang adalah salah satu pendiri [[Akademi Militer Tangerang]] yang gugur dalam [[Pertempuran Lengkong]], [[Ventje Sumual|Herman Nicolas Ventje Sumual]] yang menjadi salah satu pemimpin sektor penyerangan dalam [[Serangan Umum 1 Maret 1949]], dan [[Joop Warouw|Jacob Frederick "Joop" Warouw]] yang terlibat [[Pertempuran Surabaya]].
 
=== Militer ===
 
Ada dua orang Minahasa yang pernah menjabat sebagai [[Kepala Staf TNI Angkatan Laut]] yaitu [[Rudolf Kasenda]] dan [[Bernard Kent Sondakh]]. [[Johny Lumintang]] sempat menjabat sebagai [[Daftar Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat|Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (KOSTRAD)]] dan [[Arie Jeffry Kumaat]] sebagai [[Daftar Kepala Badan Intelijen Negara|Kepala Badan Koordinasi Intelijen Negara (Bakin)]]. Perwira-perwira TNI lainnya termasuk [[Willy Lasut|Willy Ghayus Alexander Lasut]], [[E.E. Mangindaan|Evert Ernest (E. E.) Mangindaan]], [[Gustaf Hendrik Mantik]], [[Cornelis John Rantung|Cornelis John (C. J.) Rantung]], [[Frits Johannes Tumbelaka|Frits Johannes (Broer) Tumbelaka]], dan [[Hein Victor Worang]] yang kesemuanya juga pernah menjabat sebagai [[Daftar Gubernur Sulawesi Utara|Gubernur Sulawesi Utara]].
 
=== Pemerintahan ===
 
Selain A. A. Maramis, beberapa orang Minahasa lainnya juga pernah menjabat sebagai menteri nasional di antaranya [[Freddy Jaques Inkiriwang|Freddy Jaques (F. J.) Inkiriwang]] sebagai [[Daftar Menteri Perindustrian Indonesia|Menteri Perindustrian]], [[Frits Laoh]] sebagai [[Daftar Menteri Perhubungan Indonesia|Menteri Perhubungan]], [[Herling Laoh]] sebagai [[Daftar Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Indonesia|Menteri Pekerjaan Umum]] dan Menteri Perhubungan, [[Gustaaf Adolf Maengkom|Gustaaf Adolf (G. A.) Maengkom]] sebagai [[Daftar Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Indonesia|Menteri Kehakiman]], [[E.E. Mangindaan|Evert Ernest (E. E.) Mangindaan]] sebagai Menteri Perhubungan, [[Arnold Mononutu]] sebagai [[Daftar Menteri Penerangan Indonesia|Menteri Penerangan]], [[W.J. Rumambi|Wilhelm Johannis Rumambi]] juga sebagai Menteri Penerangan, dan [[Theo L. Sambuaga|Theo Leo Sambuaga]] sebagai [[Daftar Menteri Perumahan Rakyat Indonesia|Menteri Perumahan Rakyat dan Permukiman]].
 
=== Perempuan-perempuan pelopor ===
 
Beberapa wanita asal Minahasa (atau ''[[Wewene Minahasa]]'') telah menjadi pelopor dalam berbagai bidang. [[Marie Thomas]] adalah wanita pertama yang lulus dari ''[[School tot Opleiding van Indische Artsen]]'' (STOVIA atau ''Sekolah Pendidikan Dokter Hindia''). Selain Maria, [[Anna Warouw]] juga adalah lulusan STOVIA, tepatnya lulusan wanita kedua. Sedangkan di jajaran [[Kepolisian Negara Republik Indonesia|Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri)]], [[Jeanne Mandagi]] adalah wanita pertama yang diangkat sebagai jenderal. Selain itu, [[Augustine Magdalena Waworuntu]] adalah salah satu wanita pertama di Indonesia yang menjabat sebagai wali kota. Ia menjadi [[Daftar Wali Kota Manado|Wali Kota Manado]] pada tahun 1950.
 
=== Seni dan olah raga ===
 
Beberapa seniman terkenal dari Minahasa termasuk penyanyi [[Once Mekel]], [[Pance Pondaag]], dan [[Maya Rumantir]], dan pemeran [[Lidya Kandou]], [[Rima Melati]], dan [[Anna Tairas]]. Juga terdapat sutradara [[Frank Rorimpandey]] dan [[Wim Umboh]]. Di arena olah raga, khususnya bulutangkis, terdapat beberapa orang Minahasa yang berprestasi mewakili Indonesia di ajang bulutangkis dunia yaitu [[Flandy Limpele]], [[Liliyana Natsir]], [[Greysia Polii]], dan [[Rosiana Tendean]]. Di olah raga sepak bola, skuat [[tim nasional sepak bola Indonesia]] pernah diisi nama-nama pemain dari etnis Minahasa seperti [[Jendri Pitoy]], [[Ferry Rotinsulu]], [[Ronny Pasla]] dan [[Francis Wawengkang|Francis Wewengkang]], juga [[Erents Alberth Mangindaan]] yang pernah menjadi pelatih ''Skuat Garuda'' di tahun 1966–1970.
 
== Galeri gambar ==
 
<gallery>
Berkas:Kabasaran warrior in Tomohon, Minahasa, North Sulawesi, Indonesia.png|Penari [[Kabasaran]] dari Tomohon, Sulawesi Utara
Berkas:Rumah Minahasa Sulawesi Utara.JPG|Rumah panggung tradisional Minahasa di [[TMII|Taman Mini, Jakarta]]
Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Alfurse graven op Minahasa Celebes TMnr 60042777.jpg|[[Waruga]], Kubur batu leluhur orang Minahasa sampai abad ke-19. Foto:KITLV (sebelum 1920)
Berkas:PrasastiPinawetengan.jpg‎jpg| [[Watu Pinawetengan]]
Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Een Minahassa priesteres met hoofdtooi TMnr 10006020.jpg|jmpl|Pendeta perempuan Tonaas Walian.
</gallery>
 
== Lihat pula ==
 
* [[Mapalus]]
* [[Kota Manado]]
* [[Minahasa]]
* [[Marga Minahasa]]
* [[Daftar tokoh Minahasa|Daftar Tokoh Minahasa]]
 
== Pranala luarReferensi ==
* [http://www.minahasa.net/id.php Minahasa.net]
* [http://www.touminahasa.com TouMinahasa]
 
== Rujukan ==
{{reflist}}
{{indo-stub}}
 
'''Sumber referensi'''
 
{{refbegin|32em}}
* {{cite book
| title = Demography of Indonesia's Ethnicity
| trans-title = Demografi Kesukuan Indonesia
| language = Inggris
| year = 2015
| author1 = Aris Ananta
| author2 = Evi Nurvidya Arifin
| author3 = M. Sairi Hasbullah
| author4 = Nur Budi Handayani
| author5 = Wahyu Pramono
| publisher = Institute of Southeast Asian Studies
| location = Singapore
| ref = Ananta2015
}}
 
* {{cite web
| title = Penduduk Menurut Wilayah dan Agama yang Dianut: Provinsi Sulawesi Utara
| url = https://sp2010.bps.go.id/index.php/site/tabel?tid=321&wid=7100000000
| publisher = Badan Pusat Statistik Republik Indonesia
| access-date = {{date|2020-07-12}}
| ref = sensus2010
}}
 
* {{cite book
| title = The Austronesians: Historical and Comparative Perspectives
| trans-title = Bangsa Austronesia: Perspektif Historis dan Komparatif
| chapter = Austronesian Prehistory in Southeast Asia: Homeland, Expansion, and Transformation
| trans-chapter = Prasejarah Austronesia di Asia Tenggara: Tanah Air, Ekspansi, dan Transformasi
| language = Inggris
| year = 1995
| last = Bellwood
| first = Peter
| author-link = Peter Bellwood
| editor-last1 = Bellwood
| editor-first1 = P.
| editor-last2 = Fox
| editor-first2 = J.
| editor-last3 = Tryon
| editor-first4 = D.
| publisher = Australian National University Press
| location = Canberra
| ref = Bellwood1995
}}
 
* {{cite encyclopedia
| title = Ensiklopedi Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
| edition = 4
| place = Jakarta
| publisher = Direktorat Jenderal Nilai Budaya, Seni dan Film; Direktorat Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa
| year = 2010
| orig-year = 2003
| url = http://pustaka.kebudayaan.kemdikbud.go.id/index.php?p=show_detail&id=7335&keywords=
| pages = 382–383
| isbn = 978-979-16071-1-7
| ref = kemdikbud2010
}}
 
* {{cite book
| title = Inilah Kitab Batja akan Tanah Minahassa
| year = 1867
| last = Graafland
| first = Nicolaas
| publisher = Wajt dan Anakh
| location = Roterdam
| ref = Graafland1867
}}
 
* {{cite book
| last = Harvey
| first = Barbara S.
| year = 1977
| title = Permesta: Half a Rebellion
| trans-title = Permesta: Setengah Pemberontakan
| language = Inggris
| location = Ithaca
| publisher = Cornell Modern Indonesia Project, Southeast Asia Program, Cornell University
| ref = Harvey1977
}}
 
* {{cite book
| title = A Naturalist in North Celebes
| url = https://archive.org/details/anaturalistinno00hickgoog
| trans-title = Seorang Naturalis di Utara Celebes
| language = Inggris
| year = 1889
| last = Hickson
| first = Sydney John
| publisher = John Murray
| location = London
| ref = Hickson1889
}}
 
* {{cite web
| url = https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbsulut/legenda-toar-lumimuut-dan-turunannya/
| title = Legenda Toar Lumimuut dan Turunannya
| date = {{date|2017-09-05}}
| last = Jasper
| first = J. E.
| website = Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Direkorat Jenderal Kebudayaan
| ref = Jasper1916
}}
 
* {{cite book
| title = Politik Lokal di Indonesia
| year = 2007
| editor-last1 = van Klinken
| editor-first1 = Gerry
| editor-last2 = Nordholt
| editor-first2 = Henk Schulte
| publisher = KITLV
| location = Jakarta
| ref = vanKlinken2007
}}
 
* {{Cite news
| title = Mengenal Tarian Perang Kabasaran dari Minahasa
| url = https://www.merdeka.com/peristiwa/mengenal-tarian-perang-kabasaran-dari-minahasa.html
| date = {{date|2016-08-05}}
| last = Lasut
| first = Tommy
| publisher = Merdeka
| ref = Lasut2016
| language = id
| work = [[Merdeka.com]]
}}
 
* {{cite book
| title = Minahasa di Awal Perang Kemerdekaan Indonesia
| last = Leirissa
| first = R. Z.
| date = 1997
| publisher = Sinar Harapan
| location = Jakarta
| ref = Leirissa1997
}}
 
* {{cite thesis
| type = PhD
| last = Liwe
| first = Amelia Joan
| date = 2010
| title = From Crisis to Footnote: The Ambiguous Permesta Revolt in Post-Colonial Indonesia
| language = Inggris
| location = Madison
| publisher = University of Wisconsin, Madison
| ref = Liwe2010
}}
 
* {{cite book
| title = North Sulawesi Language Survey
| trans-title = Survei Bahasa di Sulawesi Utara
| language = Inggris
| year = 1996
| last1 = Merrifield
| first1 = Scott
| last2 = Salea
| first2 = Martinus
| publisher = Summer Institute of Linguistics
| location = Dallas
| ref = Merrifield1996
}}
 
* {{cite book
| title = Ethnic Groups of South Asia and the Pacific
| url = https://archive.org/details/ethnicgroupsofso0000mina
| trans-title = Suku-Suku Bangsa di Asia Selatan dan Pasifik
| language = Inggris
| year = 2012
| last = Minahan
| first = James
| publisher = ABC-CLIO
| location = Santa Barbara
| ref = Minahan2012
}}
 
* {{cite book
| title = Geschiedenis van de Minahassa tot 1829
| trans-title = Sejarah Minahasa sampai tahun 1829
| language = Belanda
| year = 1928
| last = Molsbergen
| first = Dverhardus Cornelis Godée
| publisher = Landsdrukkerij
| location = Batavia
| ref = Molsbergen1928
}}
 
* {{cite book
| title = Kewarganegaraan, Suku Bangsa, Agama, dan Bahasa Sehari-hari Penduduk Indonesia: Hasil Sensus Penduduk 2010
| year = 2011
| author1 = Akhsan Na'im
| author2 = Hendry Syaputra
| editor1 = Sumarwanto
| editor2 = Tono Iriantono
| publisher = Badan Pusat Statistik Republik Indonesia
| location = Jakarta
| ref = Naim2011
}}
 
* {{cite web
| url = https://www.sulutprov.go.id/tari-maengket.html
| archive-url = https://web.archive.org/web/20171201232738/https://www.sulutprov.go.id/tari-maengket.html
| archive-date = {{date|2017-12-01}}
| title = Seni Tari Maengket
| website = Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara
| ref = PemprovSULUT
}}
 
* {{cite web
| title = Kolintang : Kesenian Tradisional Kebudayaan Sulawesi Utara
| url = https://lpmpsulawesiutara.kemdikbud.go.id/kolintang-kesenian-tradisional-kebudayaan-sulawesi-utara/
| date = {{date|2020-04-01}}
| last = Poluan
| first = Bryan
| publisher = Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Sulawesi Utara
| ref = Poluan2020
| access-date = 2020-07-18
| archive-date = 2020-07-18
| archive-url = https://web.archive.org/web/20200718061550/https://lpmpsulawesiutara.kemdikbud.go.id/kolintang-kesenian-tradisional-kebudayaan-sulawesi-utara/
| dead-url = yes
}}
 
* {{cite thesis
| title = Matuari and Tona'as: The Cultural Dynamics of the Tombulu in Minahasa
| year = 2006
| language = Inggris
| last = Renwarin
| first = Paul Richard
| publisher = Universiteit Leiden
| type = PhD
| ref = Renwarin2006
}}
 
* {{cite book
| title = Aasaren Tuah Puhuna ne Mahasa
| year = 1870
| last = Riedel
| first = Johann Gerard Friedrich
| publisher = Landsdrukkerij
| location = Batavia
| ref = Riedel1870
}}
 
* {{cite book
| title = Leadership and Social Mobility in a Southeast Asian Society
| trans-title = Kepemimpinan dan Mobilitas Sosial dalam Masyarakat Asia Tenggara
| language = Inggris
| year = 1983
| last = Schouten
| first = M. J. C.
| publisher = KITLV Press
| location = Leiden
| ref = Schouten1983
}}
 
* {{cite web
| title = Musik Bambu Minahasa
| url = https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbsulut/musik-bambu-minahasa/
| date = {{date|2015-05-18}}
| last = Sumarauw
| first = M. J.
| publisher = Balai Pelestarian Nilai Budaya Sulawesi Utara
| ref = Sumarauw2015
}}
 
* {{Cite news
|title = Herman Nicolas 'Ventje' Sumual: Lelaki di Balik Permesta
|url = https://majalah.tempo.co/read/memoar/126571/herman-nicolas-ventje-sumual-lelaki-di-balik-permesta
|publisher = TEMPO
|date = {{date|2008-03-10}}
|access-date = {{date|2020-06-05}}
|ref = TEMPO2008
|last = Administrator
|language = id
|work = [[Tempo.co]]
}}
* {{cite journal
| title = Tondano and not Toulour
| trans-title = Tondano dan bukan Toulour
| language = Inggris
| year = 1987
| volume = 143
| issue = 4
| journal = Bijdragen Tot De Taal-, Land- En Volkenkunde
| last = Watuseke
| first = F. S.
| pages = 552–554
| url = https://www.jstor.org/stable/27863875
| access-date = 2020-07-14
| ref = Watuseke1987
}}
 
* {{cite book
| last = Wenas
| first = Jessy
| year = 2007
| title = Sejarah dan Kebudayaan Kebudayaan Minahasa
| publisher = Institut Seni dan Budaya Sulawesi Utara
| ref = Wenas2007
}}
 
* {{cite journal
| title = A History of the Minahasa c. 1615-1680
| trans-title = Sejarah Minahasa c. 1615-1680
| language = Inggris
| year = 1987
| last = Wigboldus
| first = Jouke S.
| journal = Archipel
| number = 34
| ref = Wigboldus1987
}}
 
* {{cite thesis
| title = Defining Genius Loci dan Qualifying Cultural Landscape of the Minahasa Ethnic Community in the North Sulawesi, Indonesia
| language = Inggris
| year = 2014
| last = Wuysang
| first = Cynthia Erlita Virgin
| publisher = University of Adelaide
| location = Adelaide
| type = PhD
| ref = Wuysang2014
}}
{{refend}}
 
== Pranala luar ==
 
* {{url|https://www.minahasa.net/id.php|Minahasa.net}}
 
[[Kategori:Minahasa| ]]
[[Kategori:Suku bangsa di Indonesia|Minahasa]]
[[Kategori:Suku bangsa di Sulawesi Utara|Minahasa]]
[[Kategori:Sulawesi Utara]]
[[Kategori:Suku bangsa di Sulawesi Utara]]