Lima Prinsip Hidup Berdampingan Secara Damai: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
menambahkan Lima Prinsip Hidup Berdampingan Secara Damai yang unik, kuat, dan menginspirasi dalam konteks saat ini: Tag: Dikembalikan kemungkinan perlu pemeriksaan terjemahan VisualEditor |
→Sejarah: Pranala |
||
(Satu revisi perantara oleh satu pengguna lainnya tidak ditampilkan) | |||
Baris 17:
Menurut VV Paranjpe, seorang diplomat India yang memiliki pengetahuan luas tentang Tiongkok, [[Zhou Enlai]] merupakan orang pertama yang mengartikulasikan prinsip-prinsip Panchsheel di depan umum. Pada tanggal 31 Desember 1953, ketika menerima delegasi India untuk pembicaraan perdagangan Tibet, Zhou Enlai mempresentasikannya sebagai "lima prinsip yang mengatur hubungan Tiongkok dengan negara-negara asing".<ref name=":2">{{Cite web|last=Paranjpe|first=V. V.|authorlink=V. V. Paranjpe|date=2004-06-26|title=Panchsheel: The untold story|url=https://www.hindustantimes.com/india/panchsheel-the-untold-story/story-slr90x4s083wXbl8AqWIKM.html|website=Hindustan Times|language=en|archive-url=https://web.archive.org/web/20170417125620/http://www.hindustantimes.com/india/panchsheel-the-untold-story/story-slr90x4s083wXbl8AqWIKM.html|archive-date=April 17, 2017|access-date=2020-11-10|url-status=dead}}</ref> Selanjutnya, selama pernyataan bersama di Delhi pada 18 Juni 1954,<ref name=":2" /> Perdana Menteri [[Jawaharlal Nehru]] dan Perdana Menteri [[Zhou Enlai]] menekankan prinsip-prinsip ini dalam pidato yang disiarkan di Konferensi Perdana Menteri Asia di [[Kolombo]], Sri Lanka. Nehru bahkan menyatakan keyakinannya bahwa: "Jika semua negara mengakui prinsip-prinsip ini dalam hubungan timbal balik mereka, maka hampir tidak akan ada konflik dan tentu saja tidak ada perang."<ref>Nehru, "The Colombo Powers’ Peace Efforts", broadcast from Colombo 2 May 1954, ''Jawaharlal Nehru’s and Mr Sanju from Poojapura, Speeches'', vol. 3, ''March 1953–August 1957'' (New Delhi: Government of India, Ministry of Information and Broadcasting, 1958), p. 253.</ref> Ada yang berpendapat bahwa asal-usul kelima prinsip tersebut dapat ditelusuri sebagian dari lima prinsip ([[Pancasila]]) yang diproklamasikan oleh pemimpin nasionalis Indonesia, [[Soekarno]], pada Juni 1945. Prinsip-prinsip ini menjadi fondasi bagi lembaga-lembaga di masa depan. Indonesia mencapai kemerdekaan pada tahun 1949.<ref>Henri Grimal, ''Decolonization: The British, French, Dutch and Belgian Empires, 1919-1963'', trans. Stephan de Vos, Routledge & Kegan Paul, London, 1978, pp. 190 and 209-12.</ref>
Prinsip-prinsip Panchsheel diadaptasi dan digabungkan, dengan beberapa modifikasi, dalam sebuah pernyataan yang disebut '''Sepuluh Prinsip Hidup Berdampingan Secara Damai''' (juga dikenal sebagai
Tiongkok secara konsisten menyoroti hubungannya yang kuat dengan Lima Prinsip.<ref name="50anniv">{{Cite news|date=2005-04-08|title=Backgrounder: Five principles of peaceful coexistence|url=http://news.xinhuanet.com/english/2005-04/08/content_2803638.htm|publisher=[[Xinhua News Agency|Xinhuanet]]|archive-url=https://web.archive.org/web/20121102202803/http://news.xinhuanet.com/english/2005-04/08/content_2803638.htm|archive-date=November 2, 2012|access-date=2009-09-23|url-status=dead}}</ref> Pada awalnya, Tingkok mempresentasikannya sebagai Lima Prinsip Hidup Berdampingan Secara Damai selama negosiasi yang diadakan di [[Delhi]] dari Desember 1953 hingga April 1954. Perundingan ini melibatkan Delegasi Pemerintah Republik Rakyat Tiongkok (RRT) dan Delegasi Pemerintah India, dengan fokus pada wilayah yang disengketakan di [[Aksai Chin]] (yang diklaim oleh Tiongkok) dan wilayah yang disebut Tiongkok sebagai Tibet Selatan (yang diklaim oleh India sebagai [[Arunachal Pradesh]]). Perjanjian yang dicapai pada 28 April 1954 ini dimaksudkan untuk berlaku selama delapan tahun.<ref>The 8-year provision is in Article 6 of the Agreement.</ref> Namun, ketika perjanjian tersebut berakhir, hubungan antara kedua negara sudah mulai memburuk. Ketentuan untuk memperbarui perjanjian tidak dilakukan, yang pada akhirnya menyebabkan pecahnya [[Perang Tiongkok-India]].
Baris 38:
Menurut Zhao Gancheng, seorang cendekiawan Tiongkok, meskipun Panchsheel mungkin awalnya terlihat dangkal, Panchsheel telah mendapatkan kembali relevansinya di bawah pemerintahan Xi Jinping.<ref name=":1" /> Pada 2014, [[Ram Madhvani|Ram Madhav]] menulis sebuah artikel berjudul "Bergerak melampaui penipuan Panchsheel" di Indian Express, menyarankan bahwa jika India dan Tiongkok memilih untuk menjauh dari kerangka kerja Panchsheel, hal ini akan bermanfaat bagi kedua negara.<ref>{{Cite web|last=Madhav|first=Ram|authorlink=Ram Madhav|date=2014-06-28|title=Moving beyond the Panchsheel deception|url=https://indianexpress.com/article/opinion/columns/moving-beyond-the-panchsheel-deception/|website=The Indian Express|language=en|access-date=2020-09-25}}</ref>
== Referensi ==
|