Haurgeulis, Indramayu: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Bot5958 (bicara | kontrib)
k Perbaikan untuk PW:CW (Fokus: Minor/komestika; 1, 48, 64) + genfixes
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
(6 revisi perantara oleh 5 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 15:
'''Haurgeulis''' adalah sebuah [[kecamatan]] di [[Kabupaten Indramayu]], [[Provinsi]] [[Jawa Barat]], [[Indonesia]].
 
Nama kecamatan ini berasal dari [[Bahasa Sunda]] karena dulu daerah ini pelarian dari para jamaah Idhul Fitri Tegalkalong [[Kerajaan Sumedang Larang]] pada tragedi [[18]] [[November]] [[1678]] Masehi era Kepemimpinan '''Kanjeng Gusthi Syekh Syama'un''' (Sultan Wiralodra V) di Kesultanan Dermayon, '''Pangeran Rangga Gempol III''' di Sumedang dan '''Panembahan Senopati Dermayon''' di Sumedang.
 
Kecamatan ini berada di ujung barat wilayah kabupaten Indramayu, berbatasan langsung dengan [[Kabupaten Subang]] melalui Sungai Cipunagara, dan juga dilalui jalur [[kereta api]].
Baris 25:
==Etimologi==
{{Rujukan}}
Nama '''Haurgeulis''' berasal dari gabungan 2 kata dalam [[bahasa Sunda]] Kuno, yaitu ''Haur'' dan ''Geulis''. ''Haur'' berarti ''[[bambu]]'', sedangkan ''geulis'' berarti ''cantik''. Jadi, nama Haurgeulis mempunyai arti ''Bambu Cantik'' atau ''Pring Ayu'' dalam [[bahasa Jawa]]. Hali ini konon dikarenakan wilayah kecamatan ini pada masa lampau banyak ditumbuhi oleh tumbuhan-tumbuhan bambu yang mempunyai bentuk unik dan mempunyai manfaat yang besar bagi masyarakat sekitar.
 
==Sejarah==
Baris 33:
 
Haurgeulis adalah desa baru di wilayah eks dari [[Kawedanan]] '''Kandhang Awur'''
wilayah dari '''Kesultanan Dermayon'''. tercatat berdasarkan catatan-catatan dhemang-dhemang di '''Kawedanan Kandhang Awur''' pada [[1678]] Masehi.
 
 
Dulunya Haurgeulis hanya sebuah desa yang baru terbentuk pada [[18]] [[November]] [[1678]] Masehi,
penduduk daerah ini memang berasal dari Suku [[Sunda]] khususnya dari Tegalkalong [[Sumedang]], tapi hanya meliputi Desa [[Haurgeulis,Indramayu|Haurgeulis]] saja.
 
 
===Hubungan Awal '''Sumedang''' dan '''Indramayu''' di masa lampau [[1576]] Masehi===
 
Hubungan berawal ketika '''Prabu Geusan Ulun''' (Sumedang) datang ke '''Kesultanan Deramayon''' untuk bertemu '''Kanjeng Gusthi Sawedhi ''' (Sultan Wiralodra III) di Keraton Dharma-ayu pada [[1576]] Masehi.
 
'''Prabu Geusan Ulun''' membahas kerjasama penambangan logam dengan Dermayon, kemudian Prabu Geusan Ulun meminta bantuan kepada '''Kanjeng Gusthi Sawerdi''' (Sultan Wiralodra III) untuk mengirim para pandai besi, pandai tembaga dan pandai emas dari Dermayon untuk bekerja menambang di sumedang.
 
'''Prabu Geusan Ulun''' membahas kerjasama penambangan logam dengan Dermayon, kemudian Prabu Geusan Ulun meminta bantuan kepada '''Kanjeng Gusthi Sawerdi''' (Sultan Wiralodra III) untuk mengirim para pandai besi, pandai tembaga dan pandai emas dari Dermayon untuk bekerja menambang di sumedang.
Sebagai perjanjian sesama mendapatkan keuntungan, Prabu Geusan Ulun akan membayar tinggi kepada para pekerja dermayon.
 
Sebagai perjanjian sesama mendapatkan keuntungan, Prabu Geusan Ulun akan membayar tinggi kepada para pekerja dermayon.
Tujuan utamanya agar Sumedang bisa berdiri mandiri dan bersaing dengan Bandar Callapa ([[Sunda Kelapa]]) di batavia (betawi) serta bisa menjadi pengganti Pakuan Pajajaran.
 
Tujuan utamanya agar Sumedang bisa berdiri mandiri dan bersaing dengan Bandar Callapa ([[Sunda Kelapa]]) di batavia (betawi) serta bisa menjadi pengganti Pakuan Pajajaran.
 
Perjanjian tersebut di setujui oleh Kanjeng Gushti Sawerdi, sekitar [[13]] Keluarga Pandai Besi, Pandai Tembaga dan Pandai Emas dari Kawedhanan Jatibarang diboyong ke Sumedang.
 
Para penambang Dermayon beberapa tahun tidak lama setelah di boyong sumedang, mereka menemukan sumber biji tembaga di Kaliwangu dekat Cadas Pangeran, yang kemudian mengolahnya menjadi tembaga murni.
 
Dari tambang-tambang tembaga ini, '''Kerajaan Sumedang Larang''' mulai di dirikan oleh Prabu Geusan Ulun setelah mengangkat dirinya sebagai Pemimpin Sumedang pengganti runtuhnya Pakuan Pajajaran pada tahun [[1585]] Masehi.
 
 
Dalam Babad Dermayon tidak lama setelah Kerajaan Sumedang Larang berdiri, ada Peristiwa '''Ratu Harisbaya''' istri dari '''Prabu Geusan Ulun''' yang kemudian '''Ratu Harisbaya''' dipersunting oleh penguasa Cirebon dan menjadikan awal mula Peperangan antara '''Sumedang''' dan '''Cirebon''' dimasa lalu.
Baris 63 ⟶ 59:
''
 
===Peristiwa 18 November 1678 (Tragedi Tegalkalong)===
 
Hubungan kembali terjalin terutama era kepemimpinan Pangeran '''Pangeran Rangga Gempol''' '''III''' pasca melemahnya Kesultanan Mataram Islam pada [[1657]] Masehi.
 
'''Rangga Gempol III''' datang ke Keraton Dharma-Ayu untuk bertemu '''Kanjeng Gusthi Syekh Syama'un''' (Sultan Wiralodra V) dan membahas tentang Panembahan Senopati Dermayon di Sumedang untuk menjadi penopang kekuasaan Sumedang agar merdeka dari VOC.
===Peristiwa 18 November 1678===
 
Sebagai Perjanjian Rangga Gempol III akan menyerahkan wilayah [[Kuningan]] (Kuningan Jawa barat) yang dulu dikuasai Sumedang akan di serahkan ke Kesultanan Dermayon.
Hubungan kembali terjalin terutama era kepemimpinan '''Pangeran Rangga Gempol''' III pasca melemahnya Kesultanan Mataram Islam pada [[1657]] Masehi.
 
Tahun [[1657]] Masehi, Sultan Wiralodra V mengutus Raden Bagus, Raden Singamanggala, Raden Tanusuta dan Raden Bagus Taka (Ngabehi Wira) serta yang lainnya untuk ngabdi ke Rangga Gempol III di Sumedang.
'''Rangga Gempol III''' datang ke Keraton Dharma-Ayu untuk bertemu '''Kanjeng Gusthi Syekh Syama'un''' (Sultan Wiralodra V) dan membahas tentang Panembahan Senopati Dermayon di Sumedang untuk menjadi penopang kekuasaan Sumedang agar merdeka dari VOC.
 
Pada IdhulIdul Fitri di Hari Jumat [[18]] [[November]] [[1678]] Masehi. Rangga Gempol III [https://jabar.tribunnews.com/2021/04/26/ini-masjid-tertua-di-sumedang-ada-cerita-tragedi-berdarah-saat-idul-fitri-tahun-1678?page=2] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20230817073712/https://jabar.tribunnews.com/2021/04/26/ini-masjid-tertua-di-sumedang-ada-cerita-tragedi-berdarah-saat-idul-fitri-tahun-1678?page=2 |date=2023-08-17 }} dan Keluarganya serta Panembahan Senopati Dermayon di Sumedang melaksanakan Ibadah Sholat IdhulIdul Fitri di Masjid Tegalkalong Sumedang, namun secara tiba-tiba dari arah barat, pasukan Banten yang dipimpin Cilik[[Cilikwidara]] Widaradengan bersenjatakan lengkap menyerang Masjid Tegalkalong secara mendadak, dengan sasaran Rangga Gempol III, Keluarga& keluarga, Pangeran Senopati Dermayon (Panembahan). danPara Jamaahjamaah yang sedang melaksanakan Sholat IdhulIdul Fitri juga banyak yang ikut menjadi korban dari serangan tersebut., namun Rangga Gempol III berhasil meloloskan diri menuju daerah Dermayon.
Sebagai Perjanjian Rangga Gempol III akan menyerahkan wilayah [[Kuningan]] (Kuningan Jawa barat) yang dulu dikuasai Sumedang akan di serahkan ke Kesultanan Dermayon.
 
Hanya ada satu Pangeran panembahan dermayon yang tersisa yaitu Kiyai Ngabehi Wira (Raden Bagus Taka) pada saat itu berhasil mendesak mundur pasukan Banten, Kiyai Ngabehi Wira menggiring dan memerintahkan Jamaah Tegalkalong yang masih tersisa untuk pergi meloloskan diri ke Utarautara untuk meminta bantuan kepada Kesultanan Dermayon pada tahun [[1678]] Masehi.
Tahun [[1657]] Masehi, Sultan Wiralodra V mengutus Raden Bagus, Raden Singamanggala, Raden Tanusuta dan Raden Bagus Taka (Ngabehi Wira) serta yang lainnya untuk ngabdi ke Rangga Gempol III di Sumedang.
 
Konflik berhasil diredam setelah Cilik WidaraCilikwidara tertusuk Keris Kiyai Bengkelung milik Pangeran Ngabehi Wira (Kiyai Ngabehi atau Raden Bagus Taka) dan Ngabehi segera meloloskan diri dari pengeroyokan di Masjid Tegalkalong ke Utarautara.
Pada Idhul Fitri di Hari Jumat [[18]] [[November]] [[1678]] Masehi. Rangga Gempol III [https://jabar.tribunnews.com/2021/04/26/ini-masjid-tertua-di-sumedang-ada-cerita-tragedi-berdarah-saat-idul-fitri-tahun-1678?page=2] dan Keluarganya serta Panembahan Senopati Dermayon di Sumedang melaksanakan Ibadah Sholat Idhul Fitri di Masjid Tegalkalong Sumedang, namun secara tiba-tiba dari arah barat, Banten yang dipimpin Cilik Widara bersenjatakan lengkap menyerang Rangga Gempol III, Keluarga, Pangeran Senopati Dermayon (Panembahan) dan Jamaah yang sedang melaksanakan Sholat Idhul Fitri ikut menjadi korban dari serangan tersebut.
 
Setelah menunggu lama pasukan bantuan dari Dermayon telag tiba, namun datang terlambat di masjid Tegalkalong sudah banjir darah, banyak jamaah, keluarga dan Rangga Gempol III serta panembahan dermayon tergeletak penuh darah dan bala pasukan dermayon memandikan para korban tersebut.
Hanya ada satu Pangeran panembahan dermayon yang tersisa yaitu Kiyai Ngabehi Wira (Raden Bagus Taka) pada saat itu berhasil mendesak mundur pasukan Banten, Kiyai Ngabehi Wira menggiring dan memerintahkan Jamaah Tegalkalong yang masih tersisa untuk pergi meloloskan diri ke Utara untuk meminta bantuan kepada Kesultanan Dermayon pada tahun [[1678]] Masehi.
 
Para Jamaah yang diperintahkan ngabehi Wira untuk meloloskan diri ke utara berhasil dengan selamat sampai ke desa sidodadi, namun pasca tragedi itu Sumedang di kuasai Banten dan penduduk yang berhasil meloloskan diri tidak ingin kembali ke sumedang, dikarenakan sumedang jatuh kekuasaan banten. Hingga Pendudukpenduduk tegalkalongTegalkalong banyak yang memilih hidup menetap di wilayah ini dan mendirikan desa bernama Haurgeulis pada tahun [[1679]] Masehi yang sekarang desa tersebut dipilih menjadi nama distrik Kecamatan Haurgeulis.
Konflik berhasil diredam setelah Cilik Widara tertusuk Keris Kiyai Bengkelung milik Pangeran Ngabehi Wira (Kiyai Ngabehi atau Raden Bagus Taka) dan Ngabehi segera meloloskan diri dari pengeroyokan di Masjid Tegalkalong ke Utara.
 
Setelah menunggu lama pasukan bantuan dari Dermayon telag tiba, namun datang terlambat di masjid Tegalkalong sudah banjir darah, banyak jamaah, keluarga dan Rangga Gempol III serta panembahan dermayon tergeletak penuh darah dan bala pasukan dermayon memandikan para korban tersebut.
 
Para Jamaah yang diperintahkan ngabehi Wira untuk meloloskan diri ke utara berhasil dengan selamat sampai ke desa sidodadi, namun pasca tragedi itu Sumedang di kuasai Banten dan penduduk yang berhasil meloloskan diri tidak ingin kembali ke sumedang, dikarenakan sumedang jatuh kekuasaan banten. Hingga Penduduk tegalkalong memilih hidup menetap di wilayah ini dan mendirikan desa bernama Haurgeulis pada tahun [[1679]] Masehi yang sekarang desa tersebut dipilih menjadi nama distrik Kecamatan Haurgeulis.
 
== Letak Geografis ==
Baris 103 ⟶ 97:
[[Berkas:Jl. Ahmad Yani Hgl.JPG|jmpl|299px|ka|Jalan Ahmad Yani Haurgeulis, tampak lengang pada sore hari]]
=== Kepadatan Penduduk ===
Jumlah desa di Kecamatan Haurgeulis adalah 10 desa, terdiri dari 91 RW. Sedangkan jumlah rumahtangga ada sebanyak 23.634 rumahtangga tersebar di 250 RT. Desa [[Sukajati, Haurgeulis, Indramayu|Sukajati]] merupakanadalah desa terpadat dengan kepadatan penduduk 7.707 jiwa/km² dan Desa [[Sidadadi, Haurgeulis, Indramayu|Sidadadi]] merupakanadalah desa dengan tingkat kepadatan penduduk terendah yaitu sebesar 526 jiwa/km².
 
=== Suku ===
Kecamatan Haurgeulis merupakan salah satu kecamatan yang memiliki karakteristik / kultur masyarakat yang heterogen. Letak geografisnya yang strategis membawa pengaruh pad apada pola hidup keseharian masyarakatnya. [[Suku Sunda]] dan [[Suku Jawa]] masih merupakan golongan yang dominan di Haurgeulis, selanjutnya diikuti oleh [[Tionghoa-Indonesia|Cina]], [[Suku Minangkabau|Minang]] dan [[Arab-Indonesia|Arab]]. Sebagian besar dari orang-orang Cina, Arab dan Minang adalah orang-orang pendatang dan perantauan yang membuka usaha di Haurgeulis.
 
Agama yang dianut masyarakat Haurgeulis sebagian besar adalah [[Islam]], yang mencakup 99,12% dari populasi total, diikuti [[Protestan]] 0,71%, [[Katolik]] 0,08% dan lainnya 0,02%.<ref>[http://indramayukab.bps.go.id/images/Data/IDA2009/010%202010.pdf]{{Pranala mati|date=Mei 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }} Badan Pusat Statistik Kabupaten Indramayu. ''Kecamatan Haurgeulis Dalam Angka''. 2010</ref>
 
=== Bahasa ===
Bahasa yang digunakan di Haurgeulis sebagian besar adalah [[bahasa Sunda]] dan [[bahasa Jawa]]. Namun, tak semua bahasa Jawa yang ada di Haurgeulis memiliki dialek yang sama. Ada 3 dialek Jawa yang digunakan di Haurgeulis, yakni [[dialek Dermayon]] dan [[dialek Tegal]]. Masyarakat di desa [[Kertanegara, Haurgeulis, Indramayu|Kertanegara]], [[Karangtumaritis, Haurgeulis, Indramayu|Karangtumaritis]] dan [[Wanakaya, Haurgeulis, Indramayu|Wanakaya]] sebagian besar menggunakan dialek Dermayon. Dialek Tegalan biasa dipakai oleh masyarakat di desa [[Sidadadi, Haurgeulis, Indramayu|Sidadadi]], [[Sumbermulya, Haurgeulis, Indramayu|Sumbermulya]], blok Cipedang Bunder (desa [[Mekarjati, Haurgeulis, Indramayu|Mekarjati]]), Lebak (desa [[Sukajati, Haurgeulis, Indramayu|Sukajati]]) dan sebagian wilayah timur desa [[Haurgeulis, Haurgeulis, Indramayu|Haurgeulis]]. Sementara dialek Dermayon digunakan oleh penduduk di desa [[Cipancuh, Haurgeulis, Indramayu|Cipancuh]], [[Mekarjati, Haurgeulis, Indramayu|Mekarjati]], Haurgeulis, [[Sukajati, Haurgeulis, Indramayu|Sukajati]] dan sebagian Sumbermulya.
 
[[Bahasa Sunda]] sendiri juga termasuk bahasa yang masih sering digunakan oleh masyarakat sebagai bahasa Ibu. Karena meskipun termasuk dalam wilayah Indramayu mayoritas bahasa Jawa Indramayu, di kecamatan Haurgeulis pada awalnya adalah wilayah kekuasaan dari [[Kerajaan Sumedang Larang]]. Bahasa Sunda yang digunakan di Haurgeulis umumnya adalah bahasa[[Bahasa Sunda kasarPesisir Utara|dialek Pesisir Utara]]. Wilayah yang penduduknya menggunakan bahasa Sunda antara lain desa [[Haurkolot, Haurgeulis, Indramayu|Haurkolot]], [[Cipancuh, Haurgeulis, Indramayu|Cipancuh]] (blok Sumur Bandung / Karanganyar), [[Mekarjati, Haurgeulis, Indramayu|Mekarjati]] (blok Babakan Jati II, III), [[Kertanegara, Haurgeulis, Indramayu|Kertanegara]] (blok 18, 19, 22), [[Wanakaya, Haurgeulis, Indramayu|Wanakaya]] (blok Maja) dan [[Karangtumaritis, Haurgeulis, Indramayu|Karangtumaritis]] (blok Karang Sambung).
 
Sementara sebagian kecil lagi dari masyarakat adalah menggunakan bahasa Indonesia sebagai ''bahasa ibu'' yang digunakan. Wilayah yang menggunakan bahasa Indonesia sehari-hari adalah daerah sekitar desa Haurgeulis (blok Pasar dan Babakan Negla) dan Sukajati (blok Masjid Al-Hanan, Warung Jambu dan sebagian Manggungan).
Baris 145 ⟶ 139:
# [[Sumbermulya, Haurgeulis, Indramayu|Sumbermulya]]
# [[Wanakaya, Haurgeulis, Indramayu|Wanakaya]]
 
 
== Referensi ==
 
{{reflist}}
 
 
{{Haurgeulis, Indramayu}}
Baris 156 ⟶ 148:
 
{{Authority control}}
 
{{kecamatan-stub}}