Sarekat Islam: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
M. Azizi Rois (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Pranala luar: bukan partai
 
(25 revisi perantara oleh 14 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{bedakan|Syarikat Islam Indonesia}}
{{more footnotes|date=Mei 2019}}
{{pp-semi-indef|small=yes}}
{{Infobox Organization
| name = Syarikat Islam
| image_border = 4px
| size = 240px
| caption = Logo Syarikat Islam
| logo = LogoSI.svg
| logo_size = 200px
| logo_caption = Logo Syarikat Islam.
| map =
| msize =
| mcaption =
| abbreviation = SI
| motto =
| formation = [[16{{start Oktober]]date [[and age|1905]]|10|16}}
| extinction =
| type = Organisasi Islam, Organisasi Pengkaderan dan Perjuangan = Organisasi politik
| status =
| purpose =
| headquarters = [[Jakarta PusatSurabaya]]
| region_served =
| membership = 350.000 (1916)
| language = [[Bahasa Indonesia|Indonesia]]
| leader_title =
| leader_name = [[Hamdan Zoelva]] =
| main_organ =
| parent organization =
| affiliations =
| num_staff =
| num_volunteers =
| budget =
|website remarks = {{url|si.or.id}}
|remarks =
}}
'''Syarikat Islam''' (disingkat '''SI'''), atau '''Sarekat Islam''', dahulu bernama '''Sarekat Dagang Islam''' (disingkat '''SDI''') didirikan pada tanggal 16 Oktober 1905 oleh [[Samanhudi|Haji Samanhudi]]. SDI merupakan organisasi yang pertama kali lahir di Indonesia, pada awalnya Organisasi yang dibentuk oleh [[Haji Samanhudi]] dan kawan-kawan ini adalah perkumpulan pedagang-pedagang [[Islam]] yang menentang politik Belanda memberi keleluasaan masuknya pedagang asing untuk menguasai komplar [[ekonomi]] rakyat pada masa itu. Pada kongres pertama SDI di [[Solo]] tahun 1906, namanya ditukar menjadi Sarikat Islam. Pada tanggal 10 September 1912 berkat keadaan [[politik]] dan [[sosial]] pada masa tersebut [[HOSOemar Said Tjokroaminoto|H.O.S. Tjokroaminoto]] menghadap notaris B. ter Kuile di Solo untuk membuat Sarikat Islam sebagai Badan Hukum dengan Anggaran Dasar SI yang baru, kemudian mendapatkan pengakuan dan disahkan oleh Pemerintah Belanda pada tanggal 14 September 1912. [[Oemar SaidH.O.S. Tjokroaminoto|Hos Tjokroaminoto]] mengubah yuridiksiyurisdiksi SDI lebih luas yang dulunya hanya mencakupi permasalahan [[ekonomi]] dan [[sosial]]. ke arah [[politik]] dan [[Agama]] untuk menyumbangkan semangat perjuangan [[islam]] dalam semangat juang rakyat terhadap [[kolonialisme]] dan [[imperialisme]] pada masa tersebut. Selanjutnya karena perkembangan politik dan sosial SI bermetamorfosis menjadi organisasi pergerakan yang telah beberapa kali berganti nama yaitu Central Sarekat Islam (disingkat CSI) tahun 1916, Partai Sarekat Islam (PSI) tahun 1920, Partai Sarekat Islam Hindia Timur (PSIHT) tahun 1923, Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII) tahun 1929, Syarikat Islam (PSIISI) tahun 1973 karena keluar dari Majelis Tahkim ke-33 tahun 1972 di Majalaya, dan pada MajlisMajelis Tahkim (kongres nasional) ke-35 di [[Garut]] tahun 2003, namanya diganti menjadi Syarikat Islam (disingkat SI). Sejak kongres tersebut, eksistensi dan pergerakan Syarikat Islam yang masih ada dan tetap bertahan hingga sekarang disebut Syarikat Islam Indonesia. Sejak MajlisMajelis Tahkim ke-40 di Bandung, padaJawa tahunBarat 2015dengan telahKetua mengukuhkanUmum Dr.terpilih Hamdan Zoelva, SH.,yang MH.kemudian dikukuhkan kembali sebagai Ketua Umum Laznahdalam Tanfidziyah.Majelis MelaluiTahkim keputusanke-41 tertinggidi organisasi tersebutSolo, SyarikatJawa IslamTengah kembalipada ketahun khittahnya sebagai gerakan dakwah ekonomi2021.[https://khazanah.republika.co.id/berita/r3o0gm430/hamdan-zoelva-kembali-terpilih-jadi-ketum-syarikat-islam]
 
== Sejarah awal ==
=== Sarekat Dagang Islam ===
Tentang kapan tanggal berdirinya Sarekat Dagang Islam memiliki beberapa versi tergantung siapa pendirinya pertama kali. Berdasarkan pendapat [[Samanhudi]] yang dia sampaikan pada tahun 1955 kepada [[Tamar Djaja]] dan tertulis pada Majalah Daulah Islamiyah No.1, Januari 1957, dia mengatakan bahwa SDI sendiri telah dia dirikan pada tanggal 16 Oktober 1905.<ref>{{Cite web|last=Matanasi|first=Petrik|date=13 Oktober 2020|title=Kiprah Haji Samanhudi, Pedagang Batik dan Perintis Sarekat Islam|url=https://tirto.id/kiprah-haji-samanhudi-pedagang-batik-dan-perintis-sarekat-islam-f5EM|website=tirto.id|language=id|access-date=26 November 2021}}</ref> Akan tetapi, bila mengikuti versi bahwa pendiri SDI adalah [[Tirto Adhi Soerjo]], maka SDI dimulai sejak rapat perdana pada tanggal 27 Maret 1909 di kediamannya yang berada di Buitenzorg. Meskipun begitu, organisasi ini baru secara resmi berdiri saat dua cabang telah terbentuk di [[Batavia]] dan [[Kota Bogor|Buitenzorg]] pada tanggal 5 April 1909. Sebelumnya. Soerjo sendiri telah mendirikan Sarekat Priyayi pada tahun 1906 yang bertujuan menampung kaum priyayi pribumi dan mendirikan ''studiefonds'' atau lembaga bantuan dana pendidikan yang terpusat di Betawi untuk memajukan pribumi.<ref>{{Cite web|last=Ahsan|first=Ivan Aulia|date=8 Desember 2018|title=Peran Besar Tirto Adhi Soerjo dalam Sejarah Pergerakan Nasional|url=https://tirto.id/peran-besar-tirto-adhi-soerjo-dalam-sejarah-pergerakan-nasional-dbnq|website=tirto.id|language=id|access-date=26 November 2021}}</ref>
Organisasi Sarekat Dagang Islam (SDI) pada awalnya merupakan perkumpulan pedagang-pedagang Islam. Organisasi ini dirintis oleh [[Samanhudi|Haji Samanhudi]] di [[Surakarta]] pada 16 Oktober [[1905]], dengan tujuan awal untuk menghimpun para pedagang pribumi Muslim (khususnya pedagang batik) agar dapat bersaing dengan pedagang-pedagang besar [[Tionghoa]]. Pada saat itu, pedagang-pedagang keturunan Tionghoa tersebut telah lebih maju usahanya dan memiliki hak dan status yang lebih tinggi daripada penduduk Hindia Belanda lainnya. Kebijakan yang sengaja diciptakan oleh pemerintah [[Hindia]]-[[Belanda]] tersebut kemudian menimbulkan perubahan sosial karena timbulnya kesadaran di antara kaum pribumi yang biasa disebut sebagai Inlanders.
 
Organisasi Sarekat Dagang Islam (SDI) pada awalnya merupakan perkumpulan pedagang-pedagang Islam. Organisasi ini dirintis oleh [[Samanhudi|Haji Samanhudi]] di [[Surakarta]] pada 16 Oktober [[1905]], dengan tujuanbertujuan awal untuk menghimpun para pedagang pribumi Muslim (khususnya pedagang batik) agar dapat bersaing dengan pedagang-pedagang besar [[Tionghoa]]. Pada saat itu, pedagang-pedagang keturunan Tionghoa tersebut telah lebih maju usahanya dan memiliki hak dan status yang lebih tinggi daripada penduduk Hindia Belanda lainnya. Kebijakan yang sengaja diciptakan oleh pemerintah [[Hindia]]-[[Belanda]] tersebut kemudian menimbulkan perubahan sosial karena timbulnya kesadaran di antara kaum pribumi yang biasa disebut sebagai Inlanders.
 
SDI merupakan organisasi ekonomi yang berdasarkan pada agama Islam dan perekonomian rakyat sebagai dasar penggeraknya. Di bawah pimpinan H. Samanhudi, perkumpulan ini berkembang pesat hingga menjadi perkumpulan yang berpengaruh. [[Tirto Adhi Soerjo|R.M. Tirtoadisurjo]] pada tahun [[1909]] mendirikan Sarekat Dagang Islamiyah di [[Batavia]]. Pada tahun [[1910]], Tirtoadisuryo mendirikan lagi organisasi semacam itu di [[Buitenzorg]]. Demikian pula, di Surabaya [[H.O.S. Tjokroaminoto]] mendirikan organisasi serupa tahun [[1912]]. Tjokroaminoto masuk SI bersama Hasan Ali Surati, seorang keturunan India, yang kelak kemudian memegang keuangan surat kabar SI, Oetusan Hindia. Tjokroaminoto kemudian dipilih menjadi pemimpin, dan mengubah nama SDI menjadi Sarekat Islam (SI).
Baris 55 ⟶ 57:
 
=== Kongres-Kongres Awal ===
Kongres pertama diadakan pada bulan Januari 1913 di Surabaya.<ref name="sejarah">http://wartasejarah.blogspot.com/2013/12/sejarah-sarekat-islam.html</ref>. Dalam kongres ini Tjokroaminoto menyatakan bahwa SI bukan merupakan organisasi politik, dan bertujuan untuk meningkatkan perdagangan antarbangsa Indonesia, membantu anggotanya yang mengalami kesulitan ekonomi serta mengembangkan kehidupan relijius dalam masyarakat Indonesia.
 
Kongres kedua diadakan di [[Surakarta]] yang menegaskan bahwa SI hanya terbuka bagi rakyat biasa. Para pegawai pemerintah tidak boleh menjadi anggota. Pada tanggal 17-24 Juni 1916 diadakan kongres SI yang ketiga di Bandung. Dalam kongres ini SI sudah mulai melontarkan pernyataan politiknya. SI bercita-cita menyatukan seluruh penduduk Indonesia sebagai suatu bangsa yang berdaulat (merdeka). Tahun 1917, SI mengadakan kongres yang keempat di Jakarta. Dalam kongres ini SI menegaskan ingin memperoleh pemerintahan sendiri (kemerdekaan). Dalam kongres ini SI mendesak pemerintah agar membentuk Dewan Perwakilan Rakyat (Volksraad). SI mencalonkan H.O.S. Tjokroaminoto dan Abdul Muis sebagai wakilnya di Volksraad.<ref name="sejarah" />
<!-- tanpa rujukan, beda dengan referensi yang ada di atas
Kongres ketiga diadakan pada tanggal [[29 September]] hingga [[6 Oktober]] [[1918]] di [[Surabaya]]. Dalam kongres ini Tjokroaminoto menyatakan jika Belanda tidak melakukan reformasi sosial berskala besar, SI akan melakukannya sendiri di luar parlemen.
-->
 
== Masuknya pengaruh komunisme ==
[[File:Communist Party and Sarekat Islam united, 20 Mei Pelopor 17 Agustus, p37.jpg|jmpl|Sarekat Islam Merah]]
SI yang mengalami perkembangan pesat, kemudian mulai disusupi oleh paham sosialisme revolusioner. Paham ini disebarkan oleh [[Henk Sneevliet|H.J.F.M Sneevliet]] yang mendirikan organisasi ISDV (Indische Sociaal-Democratische Vereeniging) pada tahun 1914. Pada mulanya ISDV sudah mencoba menyebarkan pengaruhnya, tetapi karena paham yang mereka anut tidak berakar di dalam masyarakat Indonesia melainkan diimpor dari Eropa oleh orang Belanda, sehingga usahanya kurang berhasil. Sehingga mereka menggunakan taktik infiltrasi yang dikenal sebagai "Blok di dalam", mereka berhasil menyusup ke dalam tubuh SI oleh karena dengan tujuan yang sama yaitu membela rakyat kecil dan menentang kapitalisme namun dengan cara yang berbeda.
 
Dengan usaha yang baik, mereka berhasil memengaruhi tokoh-tokoh muda SI seperti [[Semaun|Semaoen]], [[Darsono (politikus)|Darsono]], [[Tan Malaka]], dan [[Alimin]] Prawirodirdjo. Hal ini menyebabkan SI pecah menjadi "SI Putih" yang dipimpin oleh HOS Tjokroaminoto dan "SI Merah" yang dipimpin Semaoen. SI merah berlandaskan asas sosialisme-komunisme.
 
Adapun faktor-faktor yang mempermudah infiltrasi ISDV ke dalam tubuh SI antar lain:
Baris 74 ⟶ 73:
# Akibat kemiskinan yang semakin diderita rakyat semenjak Politik Pintu Terbuka (sistem liberal) dilaksanakan pemerintah kolonialis sejak tahun 1870 dan wabah pes yang melanda pada tahun 1917 di Semarang.
 
SI Putih ([[Agus Salim|H. Agus Salim]], [[Abdul Muis]], [[Soerjopranoto|Suryopranoto]], [[Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo]]) berhaluan kanan berpusat di kota [[Yogyakarta]]. Sedangkan SI Merah ([[Semaoen]], [[Alimin]], [[Darsono (politikus)|Darsono]]) berhaluan kiri berpusat di kota [[Semarang]]. Sedangkan [[HOS Tjokroaminoto]] pada mulanya adalah penengah di antara kedua kubu tersebut.
 
Jurang antara SI Merah dan SI Putih semakin melebar saat keluarnya pernyataan [[Komintern]] (Partai Komunis Internasional) yang menentang cita-cita Pan-Islamisme. Pada saat kongres SI Maret 1921 di Yogyakarta, [[KH Fakhruddin|H. Fachruddin]], Wakil Ketua [[Muhammadiyah]] mengedarkan brosur yang menyatakan bahwa [[Pan-Islamisme]] tidak akan tercapai bila tetap bekerja sama dengan komunis karena keduanya memang bertentangan. Di samping itu Agus Salim mengecam SI Semarang yang mendukung [[PKI]]. Darsono membalas kecaman tersebut dengan mengecam ''beleid'' ([[Bahasa Belanda|Belanda]]: kebijaksanaan) keuangan Tjokroaminoto. SI Semarang juga menentang pencampuran agama dan politik dalam SI. Oleh karena itu, Tjokroaminoto lebih condong ke SI haluan kanan (SI Putih).
Baris 91 ⟶ 90:
== Referensi ==
{{reflist}}
 
== Lihat pula ==
* [[Bandera Islam]]
 
== Bacaan lanjutan ==
Baris 103 ⟶ 105:
*(Indonesia) Syarikat Islam Indonesia [https://sii.or.id/]
 
[[Kategori:HindiaSyarikat BelandaIslam Indonesia]]
[[Kategori:OrganisasiGerakan diperlawanan Indonesiaterhadap kolonialisme]]
[[Kategori:Organisasi Islam di Indonesia]]
[[Kategori:Kebangkitan Nasional Indonesia]]
[[Kategori:Pendirian tahun 1905 di Hindia Belanda]]