Kota: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Herman Pahabol (bicara | kontrib)
Menambahkan istilah kota (city) dalam bahasa Melayu.
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(32 revisi perantara oleh 17 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{abouttentang|satuan daerah dalam pengertian umum|satuan administrasi wilayah Indonesia|Kota (Indonesia)|kegunaan lain}}
{{Tentang|kota (city)|kota kecil setingkat kecamatan atau distrik|kota kecil{{!}}kota kecil (town)}}
{{Kegunaan lain}}
{{Wiktionary}}
[[Berkas:Earthlights dmsp 1994–1995.jpg|jmpl|Cahaya kota-kota dunia dari antariksa. NASA. Oleh Marc Imhoff]]
 
'''Kota''' ({{lang-en|city|italic=yes}}; {{lang-ms|bandar|italic=yes}}) adalah pusat permukiman dan kegiatan penduduk yang mempunyai batas wilayah administrasi yang diatur dalam peraturan perundang-undangan serta pemukiman yang telah memperlihatkan watak dan ciri kehidupan perkotaan. Sistem kota adalah sekelompok kota-kota yang saling tergantung satu sama lain secara fungsional dalam suatu wilayah dan berpengaruh terhadap wilayah sekitarnya. Sistem kota berisi tentang distribusi kota, indeks dan keutamaan kota serta fungsi kota.<ref>{{Cite book|last=Muta'ali|first=Lutfi|date=2015|url=|title=Teknik Analisis Ragional untuk Perencanaan Wilayah, Tata Ruang, dan Lingkungan|location=Yogyakarta|publisher=Fakultas Gegrafi (BPFG) Universitas Gajah Mada|isbn=|pages=|url-status=live}}</ref> Kota merupakan kawasan [[Pola permukiman|pemukiman]] dengan jumlah [[penduduk]] yang relatif besar dan [[kepadatan penduduk]] yang tinggi. Selain itu, pemukiman yang ada bersifat tetap dan dihuni oleh masyarakat heterogen.{{Sfn|Jamaluddin|2017|p=35}} Pembentukan kota merupakan hasil dari perkembangan [[desa]] dalam perluasan pemukiman dan peningkatan jumlah penduduk.{{Sfn|Jamaluddin|2017|p=41-42}} Kota berfungsi sebagai pusat pemukiman dan aktivitas manusia sehingga keberadaannya menjadi sangat penting bagi wilayah di sekitarnya dalam kegiatan [[perdagangan]], [[pemerintah]]an, industri dan [[Budaya|kebudayaan]].{{Sfn|Jamaluddin|2017|p=52-53}} Pemilihan kota sebagai tempat pemukiman dipengaruhi oleh adanya pekerjaan di bidang [[jasa]], [[transportasi]] dan [[manufaktur]]. Kota juga memiliki kekurangan yaitu biaya hidup dan tingkat [[Pidana|kriminalitas]] yang tinggi.<ref>{{Cite book|last=Murdiyanto, E.|first=|date=2008|url=http://repository.upnyk.ac.id/3224/1/Buku_Sosperd-Eko_Murdiyanto.pdf|title=Sosiologi Perdesaan|location=Yogyakarta|publisher=Wimaya Press|isbn=978-979-8918-88-9|pages=204|url-status=live}}</ref>
 
== Istilah ==
Baris 7 ⟶ 11:
 
== Perencanaan tata ruang ==
Teori perencanaan telah berkembang sejak lama dan mengalami banyak perubahan seiring berjalannya waktu. Sedangkan untuk perencanaan sendiri, sejak Patrick Geddes dikutip dalam Rafita (2016) mencetuskannya untuk pertama kali hingga saat ini telah mengalami banyak perubahan. Teori perencanaan mulai berkembang pesat setelah revolusi industri yang mengakibatkan adanya kemunduran kota. Adanya revolusi industri tersebut yang membuat kebutuhan buruh di perkotaan semakin meningkat, dengan begitu akan terjadi degredasi lingkungan yang membuat pakar kota menginginkan suatu reformasi.{{Sfn|Prihatin, Daryanti, dan Pramadha|2019|p=21}} Revolusi industri sendiri telah menciptakan perubahan yaitu dengan adanya kota-kota industri yang mengakibatkan perpindahan penduduk dari daerah pertanian ke daerah industri. Berpindahnya penduduk dari desa ke kota yang tidak memiliki pengetahuan tentang kehidupan kota inilah yang akan menyebabkan perubahan tatanan kota. Untuk itu, mulai muncul gagasan dari Patrick Geddes tentang analisaanalisis terperinci dari pola pemukiman dan lingkungan ekonomi lokal yang merupakan awal dari berkembangnya teori perencanaan.{{Sfn|Prihatin, Daryanti, dan Pramadha|2019|p=21-22}}
 
Perencanaan tata ruang merupakan proses terpadu (bukan produk akhir berhaga mati) b. Perencanaan tata ruang yang menyeluruh dan terpadu mencakup: perencanaan fisik-spasial, perencanaan komunitas, perencanaan sumber daya. c. Perencanaan tata ruang dilakukan berdasarkan kepentingan masyarakat. d. Perencanaan tata ruang dilakukan dengan berlandaskan pertimbangan sumber daya yang tersedia. e. Rencana tata ruang yang akan disusun merupakan rencana yang diperkirakan dapat diwujudkan.{{Sfn|Prihatin, Daryanti, dan Pramadha|2019|p=22}} Dari berbagai teori perencanaan yang ada, terdapat salah satu teori yang erat kaitannya dengan penataan wilayah dan kota yaitu teori Archibugi yang memaparkan mengenai penerapan komponen perencanaan wilayah.{{Sfn|Prihatin, Daryanti, dan Pramadha|2019|p=23}}
Baris 17 ⟶ 21:
* Sebagai Tempat Pusat dari berbagai macam produksi. Contoh: [[Kediri]], [[Pekanbaru]], dan [[Bontang]]
* Sebagai pusat dari banyak perdagangan dan juga keuangan. Contoh: [[Medan]], [[Surabaya]], [[Hong Kong]], [[Singapura]], dan [[Frankfurt]]
* Sebagai pusat dari pemerintahan. Contoh: [[Brasilia]] ([[ibu kota]] [[Brasil]]), [[Washington DC]] (ibu kota [[Amerika Serikat]]), [[Canberra]] (ibu kota [[Australia]])
* Sebagai pusat dari sebuah kebudayaan. Contoh: [[Yogyakarta (kota)|Yogyakarta]] dan [[Surakarta]]
* Sebagai Penopang Kota Pusat atau [[Kota satelit]]. Contoh: [[Tangerang Selatan]], [[Kota Binjai|Binjai]] dan, [[Kota Batu]]
Baris 47 ⟶ 51:
# Zona peralihan atau zona transisi, merupakan daerah kegiatan. Penduduk zona ini tidak stabil, baik dilihat dari tempat tinggal maupun [[sosial]] [[ekonomi]]. Daerah ini sering ditemui kawasan permukiman kumuh yang disebut slum karena zona ini dihuni penduduk miskin. Namun sebenarnya zona ini merupakan zona pengembangan industri sekaligus menghubungkan antara pusat kota dengan daerah di luarnya.
# Zona permukiman kelas proletar, perumahannya sedikit lebih baik karena dihuni oleh para pekerja yang berpenghasilan kecil atau buruh dan karyawan kelas bawah, ditandai oleh adanya rumah-rumah kecil yang kurang menarik dan rumah-rumah susun sederhana yang dihuni oleh keluarga besar. Burgess menamakan daerah ini yaitu ''working men's homes''.
# Zona permukiman kelas menengah (''residential zonezona''), merupakan kompleks perumahan para karyawan kelas menengah yang memiliki keahlian tertentu. Rumah-rumahnya lebih baik dibandingkan kelas proletar.
# Wilayah tempat tinggal masyarakat berpenghasilan tinggi. Ditandai dengan adanya kawasan elitelite, perumahan dan halaman yang luas. Sebagian penduduk merupakan kaum eksekutif, pengusaha besar, dan pejabat tinggi.
# Zona penglaju (''commuters''), merupakan daerah yang memasuki daerah belakang (''hinterland'') atau merupakan batas desa-kota. Penduduknya bekerja di kota dan tinggal di pinggiran.
 
Baris 80 ⟶ 84:
 
* Teori Konsektoral (Griffin dan Ford, [[1980]])
Teori Konsektoral dilandasi oleh struktur ruang kota di [[Amerika Latin]]. Dalam teori ini disebutkan bahwa DPK atau CBD merupakan tempat utama dari perdagangan, hiburan dan lapangan pekerjaan. Di daerah ini terjadi proses perubahan yang cepat sehingga mengancam nilai historis dari daerah tersebut. Pada daerah – daerahdaerah–daerah yang berbatasan dengan DPK atau CBD di kota-kota Amerika Latin masih banyak tempat yang digunakan untuk kegiatan ekonomi, antara lain pasar lokal, daerah-daerah pertokoan untuk golongan ekonomi lemah dan sebagian lain dipergunakan untuk tempat tinggal sementara para imigran.
 
* Teori Historis (Alonso, [[1964]])
Baris 86 ⟶ 90:
 
* Teori Poros (Babcock, [[1960]])
Menitikberatkan pada peranan transportasi dalam mempengaruhimemengaruhi struktur keruangan kota. Asumsinya adalah mobilitas fungsi-fungsi dan penduduk mempunyai intensitas yang sama dan topografi kota seragam. Faktor utama yang mempengaruhimemengaruhi mobilitas adalah poros transportasi yang menghubungkan CBD dengan daerah bagian luarnya.Aksesibilitas memperhatikan biaya waktu dalam sistem transportasi yang ada. Sepanjang poros transportasi akan mengalami perkembangan lebih besar dibanding zona di antaranya. Zona yang tidak terlayani dengan fasilitas transportasi yang cepat.
 
== Arsitektur ==
Baris 97 ⟶ 101:
 
=== Sudut pandang sosio-spasial ===
Sudut pandang kota dari sosio-spasial diperoleh dari perspektif ruang pada [[ekonomi Marxian]]. [[Henri Lefebvre]] (1991), [[David Harvey]] (1985, 2001, 2012), dan [[Manuel Castells]] (1977) menulis pengembangan perspektif ekonomi Marxian untuk menjelaskan konsep suatu kota. Relasi kuasa dari aktor-aktor penataan ruang diamati melalui fenomena kontestasi, negosiasi, konsensus, dan konflik di perkotaan. Para aktor yang mempengaruhimemengaruhi penataan ruang meliputi pemerintah, masyarakat, dan pasar. Dalam sudut pandang sosio-spasial, keterlibatan pemerintah dengan kepentingan serta kemauan politiknya dipandang sebagai cara mempercepat pengembangan kota. Selain itu, politik pemerintahan juga menjadi alat perubahan kota yang mengacu pada pembangunan global [[metropolitan]]. Kota modern merupakan hasil dari perubahan-perubahan tata ruang yang mempengaruhimemengaruhi kehidupan setiap warga. Perubahan tata ruang merupakan akibat dari kehadiran investor atau pengembang yang melakukan pembangunan gedung, fasilitas umum, dan ruang publik untuk investasi yang terkait dengan perubahan dan tuntutan ekonomi global.{{Sfn|Sumandiyar, dkk.|2020|p=1}}
 
== Masyarakat ==
Baris 109 ⟶ 113:
 
== Keagamaan ==
Suatu kota menjadi tempat terbentuknya komunitas keagamaan dari kalangan [[kelas menengah]]. Kehidupan keagamaan di dalam perkotaan cenderung [[Sekularisme|sekuler]] dan tidak peduli dengan agama. Perkotaan tidak terlalu mempertimbangkan aspek keagamaan dalam kegiatan urban. Kota cenderung mengutamakan kegiatan yang bersifat modern dan berkaitan dengan ekonomi yang melibatkan uang untuk perluasan [[modernitas]].{{Sfn|Faiz|2018|p=254}} Keberadaan kelas menengah di dalam kota membentuk kesalehan agama secara masif. Masyarakat kelas menengah cenderung hidup dengan yang berlandaskan kepada kemampuan ekonomi, sehingga membentuk gaya hidup masyarakat umum. Gaya hidup masyarakat kelas menengah turut mempengaruhimemengaruhi gaya hidup masyarakat kelas bawah melalui peniruan.{{Sfn|Faiz|2018|p=255}}
 
== Bentuk kota ==
Baris 121 ⟶ 125:
== Pemukiman ==
 
=== Pemukiman elitelite ===
Gagasan bentuk kota pada kerajaan-kerajaan diterapkan kembali pada pola pemukiman kota modern dengan sedikit perubahan. Pola pemukiman elitelite di kota berkembang seiring [[globalisasi]]. Para pengembang kota membuat pemukiman-pemukiman dengan model yang dipilih sendiri. Konsep yang umum ditemukan adalah pembatasan kawasan pemukiman dengan dinding pagar dan pintu gerbang sebagai jalur keluar masuk-kawasan. Keamanan dibentuk melalui keberadaan pos [[satuan pengamanan]], [[portal]], palang pintu, dan atribut penanda seperti “dilarang masuk” atau “tamu harap lapor”. Permukiman dengan pembatasan kawasan dan pemberian tanda keamanan disebut sebagai komunitas berpagar atau komunitas pintu gerbang.{{Sfn|Umar|2018|p=6-7}}
 
=== Pemukiman kumuh ===
[[Pemukiman kumuh]] merupakanadalah tempat tinggal bagi sebagian besar masyarakat berpendapatan rendah. Kualitas perumahan yang ada di pemukiman kumuh sangat buruk dan pelayanan dasar disediakan dengan jumlah yang sangat sedikit. Pemukiman kumuh mewakili [[kemiskinan]] kota dengan sangat jelas. Kata permukiman kumuh diartikan sebagai lingkungan perumahan yang baik tetapi mengalami penurunan kualitas akibat meningkatnya kepadatan penduduk yang merupakan masyarakat berpendapatan rendah.{{Sfn|UNESCAP dan UN-HABITAT|2008|p=2}} Di kota, pemukiman kumuh terbentuk di kota yang masih menerapkan sistem kepemilikan tradisional dan adat maupun pada pemukiman yang bersaing dalam ekonomi skala besar. Masyarakat berpendapatan rendah tidak mampu membeli rumah di suatu perumahan karena peningkatan harga sewa atau harga jual yang tdak terjangkau. Satu-satunya pilihan yang dimiliki oleh masyarakat berpendapatan rendah adalah membangun, membeli atau menyewa tempat tinggal yang relatif sempit dengan kualitas [[konstruksi]] yang buruk dan penyediaan pelayanan minimum di permukiman informal. Pilihan ini didasarkan pada penghematan biaya dan waktu yang berkaitan dengan kedekatan tempat tinggal dari sumber pekerjaan di kota. Kepadatan penduduk di pemukiman kumuh menciptakan lingkungan yang tidak sehat.Selain itu, pemukiman kumuh umumnya dibangun di lahan yang berbahaya karena rentan terdampak [[bencana alam]], berada di jalur [[kereta api]], pinggir jalan atau pinggir [[sungai]].{{Sfn|UNESCAP dan UN-HABITAT|2008|p=4}}
 
== Pengembangan ==
Setiap kota memiliki aspek kehidupan masyarakat yang berbeda-beda. Segala kepentingan manusia dipusatkan pelaksanaannya di dalam kota. [[Pengembangan masyarakat|Pengembangan]] kota-kota cenderung rnenjadimenjadi besar bila memiliki kegiatan ekonomi yang berjalan dengan baik. Kota-kota kecil yang ada di sekitar kota besar akan memiliki ketergantungan dalam mempertahankan kehidupan ekonominya.{{Sfn|Mulyandari|2011|p=1-2}}
 
== Urbanisasi ==
{{Main|Urbanisasi}}
 
[[Urbanisasi]] adalah proses migrasi dari pedesaan ke perkotaan yang didorong oleh berbagai faktor politik, ekonomi, dan budaya. Sampai abad ke-18, ada keseimbangan antara populasi pertanian pedesaan dan kota-kota yang memiliki [[pasar]] dan manufaktur skala kecil.<ref>[https://www.academia.edu/26447633/The_Urbanization_and_Political_Development_of_the_World_System_A_comparative_quantitative_analysis The Urbanization and Political Development of the World System:A comparative quantitative analysis. ''History & Mathematics'' 2 (2006): 115–153] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20190518123528/https://www.academia.edu/26447633/The_Urbanization_and_Political_Development_of_the_World_System_A_comparative_quantitative_analysis |date=18 May 2019 }}.</ref><ref name="FreyZimmer2001">William H. Frey & Zachary Zimmer, "Defining the City"; in Paddison (2001).</ref> Dengan adanya [[Revolusi Pertanian Britania|revolusi pertanian]] dan [[Revolusi Industri|industri]], penduduk perkotaan mulai bertumbuh pesat, baik melalui migrasi maupun melalui [[Transisi demografi|ekspansi demografi]]. Di [[Inggris]] proporsi penduduk yang tinggal di kota melonjak dari 17% pada tahun 1801 menjadi 72% pada tahun 1891.<ref name="urbanization">Christopher Watson, "[http://www.icup.org.uk/reports/ICUP601.pdf Trends in urbanization] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20160305100017/http://icup.org.uk/reports/icup601.pdf |date=2016-03-05 }}", ''[http://www.icup.org.uk/icupindex.asp?CID=1 Proceedings of the First International Conference on Urban Pests] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20171010005338/http://www.icup.org.uk/icupindex.asp?CID=1 |date=2017-10-10 }}'', ed. K.B. Wildey and William H. Robinson, 1993.</ref> Pada tahun 1900, 15% dari populasi dunia tinggal di kota.<ref>{{cite book|last1=Annez|first1=Patricia Clarke|last2=Buckley|first2=Robert M.|chapter=Urbanization and Growth: Setting the Context|chapter-url=http://www2.lawrence.edu/fast/finklerm/chapter1urban.pdf|title=Urbanization and Growth|editor1-last=Spence|editor1-first=Michael|editor2-last=Annez|editor2-first=Patricia Clarke|editor3-last=Buckley|editor3-first=Robert M.|isbn=978-0-8213-7573-0|year=2009|access-date=20 May 2017|archive-date=25 May 2017|archive-url=https://web.archive.org/web/20170525012907/http://www2.lawrence.edu/fast/finklerm/chapter1urban.pdf|url-status=live}}</ref> Daya tarik budaya kota juga berperan dalam menarik penduduk.<ref name=MoholyNagy1968p136>Moholy-Nagy (1968), pp. 136–137. "Why do anonymous people—the poor, the underprivileged, the unconnected—frequently prefer life under miserable conditions in tenements to the healthy order and tranquility of small towns or the sanitary subdivisions of semirural developments? The imperial planners and architects knew the answer, which is as valid today as it was 2,000 years ago. Big cities were created as power images of a competitive society, conscious of its achievement potential. Those who came to live in them did so in order to participate and compete on any attainable level. Their aim was to share in public life, and they were willing to pay for this share with personal discomfort. 'Bread and games' was a cry for opportunity and entertainment still ranking foremost among urban objectives.</ref>
 
Urbanisasi dengan cepat menyebar ke seluruh Eropa dan Amerika dan sejak tahun 1950-an juga terjadi di Asia dan Afrika. Divisi Kependudukan dari [[Departemen Urusan Ekonomi dan Sosial Perserikatan Bangsa-Bangsa]], melaporkan pada tahun 2014 bahwa untuk pertama kalinya lebih dari separuh penduduk dunia tinggal di kota.<ref name="SenguptaUN2014">Somini Sengupta, "[https://www.nytimes.com/2014/07/11/world/more-than-half-the-global-population-growth-is-urban-united-nations-report-finds.html U.N. Finds Most People Now Live in Cities] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20170705095538/https://www.nytimes.com/2014/07/11/world/more-than-half-the-global-population-growth-is-urban-united-nations-report-finds.html |date=5 July 2017 }}"; ''New York Times'', 10 July 2014. Referring to: United Nations Department of Economic and Social Affairs, Population Division; ''[https://esa.un.org/unpd/wup/ World Urbanization Prospects: 2014 Revision] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20180706115325/https://esa.un.org/unpd/wup/ |date=2018-07-06 }}''; New York: United Nations, 2014.</ref>{{efn|Intellectuals such as [[H.G. Wells]], [[Patrick Geddes]] and [[Kingsley Davis]] foretold the coming of a mostly urban world throughout the twentieth century.<ref name=BrennerSchmid2013>Neil Brenner & Christian Schmid, "[http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/1468-2427.12115/pdf The 'Urban Age' in Question] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20170711083043/http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/1468-2427.12115/pdf |date=11 July 2017 }}"; ''International Journal of Urban and Regional Research'' 38(3), 2013; {{doi|10.1111/1468-2427.12115}}.</ref><ref>McQuillin (1937/1987), §1.55.</ref> The United Nations has long anticipated a half-urban world, earlier predicting the year 2000 as the turning point<ref>"[https://esa.un.org/unpd/wup/Archive/Files/studies/United%20Nations%20(1980)%20-%20Patterns%20of%20Urban%20and%20Rural%20Population%20Growth.pdf Patterns of Urban and Rural Population Growth] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20181113035655/https://esa.un.org/unpd/wup/Archive/Files/studies/United%20Nations%20(1980)%20-%20Patterns%20of%20Urban%20and%20Rural%20Population%20Growth.pdf |date=2018-11-13 }}", Department of International Economic and Social Affairs, Population Studies No. 68; New York, United Nations, 1980; p. 15. "If the projections prove to be accurate, the next century will begin just after the world population achieves an urban majority; in 2000, the world is projected to be 51.3 per cent urban."</ref><ref>Edouart Glissant (Editor-in-Chief), UNESCO "Courier" ("[http://unesdoc.unesco.org/images/0006/000634/063438eo.pdf The Urban Explosion] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20170612024752/http://unesdoc.unesco.org/images/0006/000634/063438eo.pdf |date=12 June 2017 }}"), March 1985.</ref> and in 2007 writing that it would occur in 2008.<ref>{{cite web|url=http://www.un.org/esa/population/publications/wup2007/2007WUP_Highlights_web.pdf|title=World Urbanization Prospects: The 2007 Revision|access-date=29 June 2017|archive-date=13 August 2011|archive-url=https://web.archive.org/web/20110813042845/http://www.un.org/esa/population/publications/wup2007/2007WUP_Highlights_web.pdf|url-status=dead}}</ref> Other researchers had also estimated that the halfway point was reached in 2007.<ref>Mike Hanlon, "[http://newatlas.com/go/7334/ World Population Becomes More Urban Than Rural] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20170628111021/http://newatlas.com/go/7334/ |date=28 June 2017 }}"; ''New Atlas'', 28 May 2007.</ref> Although the trend is undeniable, the precision of this statistic is dubious, due to reliance on national censuses and to the ambiguities of defining an area as urban.<ref name=BrennerSchmid2013 /><ref name=HugoEtAl2003>Graeme Hugo, Anthony Champion, & Alfredo Lattes, "[https://www.jstor.org/stable/3115228 Toward a New Conceptualization of Settlements for Demography] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20200729082041/https://www.jstor.org/stable/3115228 |date=29 July 2020 }}", ''Population and Development Review'' 29(2), June 2003.</ref>}}
 
[[File:Historical global urban - rural population trends.png|thumb|left|Grafik yang menunjukkan urbanisasi dari tahun 1950 diproyeksikan hingga 2050.<ref>{{cite web|url=https://esa.un.org/unpd/wup/|title=United Nations, Department of Economic and Social Affairs, Population Division (2014). World Urbanization Prospects: The 2014 Revision, CD-ROM Edition|archive-url=https://web.archive.org/web/20180706115325/https://esa.un.org/unpd/wup/|archive-date=2018-07-06|url-status=dead}}</ref>]]
Amerika Latin adalah benua yang paling urban, dengan empat perlima penduduknya tinggal di kota, termasuk seperlima dari populasi yang dikatakan tinggal di [[kawasan kumuh]] ([[favela]], [[campamento (Chili)|poblaciones callampas]], dll.).<ref>Paulo A. Paranagua, "[https://www.theguardian.com/world/2012/sep/11/latin-america-urbanisation-city-growth Latin America struggles to cope with record urban growth] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20160517055347/http://www.theguardian.com/world/2012/sep/11/latin-america-urbanisation-city-growth|date=17 May 2016}}" (), ''The Guardian'', 11 September 2012. Referring to [[UN-Habitat]], ''[http://www.citiesalliance.org/sites/citiesalliance.org/files/SOLAC-ProjectOutput.pdf The State of Latin American and Caribbean Cities 2012: Towards a new urban transition] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20181113035703/http://www.citiesalliance.org/sites/citiesalliance.org/files/SOLAC-ProjectOutput.pdf|date=2018-11-13}}''; Nairobi: United Nations Human Settlements Programme, 2012.</ref> [[Batam]], [[Indonesia]], [[Mogadishu]], [[Somalia]], [[Xiamen]], [[Tiongkok]] dan [[Niamey]], [[Niger]], termasuk dalam kota-kota dengan pertumbuhan tercepat di dunia, dengan tingkat pertumbuhan tahunan sebesar 5-8%.<ref>Helen Massy-Beresford, "[https://www.theguardian.com/cities/2015/nov/18/where-is-the-worlds-fastest-growing-city-batam-niamey-xiamen Where is the fastest growing city in the world?] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20170515225754/https://www.theguardian.com/cities/2015/nov/18/where-is-the-worlds-fastest-growing-city-batam-niamey-xiamen |date=15 May 2017 }}"; ''The Guardian'', 18 November 2015.</ref> Secara umum, negara-[[Negara maju|negara-negara maju]] di "[[Global Utara]]" tetap lebih urban daripada [[Negara berkembang|negara-negara berkembang]] di "[[Global Selatan]]"—tetapi perbedaannya terus menyusut karena urbanisasi terjadi lebih cepat di negara-negara berkembang. Asia adalah benua dengan jumlah penduduk kota terbesar: lebih dari dua miliar dan terus bertambah.<ref name="FreyZimmer2001" /> PBB memperkirakan tambahan 2,5 miliar penduduk kota (dan penduduk desa yang berkurang 300 juta) di seluruh dunia pada tahun 2050, dengan 90% dari ekspansi penduduk perkotaan terjadi di Asia dan Afrika.<ref name="SenguptaUN2014" /><ref>Mark Anderson & Achilleas Galatsidas, "[https://www.theguardian.com/global-development/2014/jul/10/urban-population-growth-africa-asia-united-nations Urban population boom poses massive challenges for Africa and Asia] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20171010005936/https://www.theguardian.com/global-development/2014/jul/10/urban-population-growth-africa-asia-united-nations |date=10 October 2017 }}" ''The Guardian'' (Development data: Datablog), 10 July 2014.</ref>
 
[[File:2006megacities.svg|thumb|right|240px|Peta yang menunjukkan daerah perkotaan dengan setidaknya satu juta penduduk pada tahun 2006.]]
[[Megakota]], kota-kota dengan populasi jutaan, telah bertambah menjadi puluhan, muncul terutama di Asia, Afrika, dan Amerika Latin.<ref>Kaplan et al. (2004), p. 15. "Global cities need to be distinguished from megacities, defined here as cities with more than 8 million people. […] Only New York and London qualified as megacities 50 years ago. By 1990, just over 10 years ago, 20 megacities existed, 15 of which were in less economically developed regions of the world. In 2000, the number of megacities had increased to 26, again all except 6 are located in the less developed world regions."</ref><ref>Frauke Kraas & Günter Mertins, "Megacities and Global Change"; in Kraas et al. (2014), p. 2. "While seven megacities (with more than five million inhabitants) existed in 1950 and 24 in 1990, by 2010 there were 55 and by 2025 there will be—according to estimations—87 megacities (UN 2012; Fig. 1). "</ref> Globalisasi ekonomi mendorong pertumbuhan kota-kota ini, karena aliran [[Modal finansial|modal]] asing baru menyebabkan industrialisasi yang cepat, serta [[alih keluar|relokasi bisnis besar]] dari Eropa dan Amerika Utara, menarik imigran dari segala penjuru.<ref>Frauke Kraas & Günter Mertins, "Megacities and Global Change"; in Kraas et al. (2014), pp. 2–3. "Above all, globalisation processes were and are the motors that drive these enormous changes and are also the driving forces, together with transformation and liberalisation policies, behind the economic developments of the last c. 25 years (in China, especially the so-called socialism with Chinese characteristics that started under Deng Xiaoping in 1978/1979, in India essentially during the course of the economic reform policies of the so-called New Economic Policy as of 1991; Cartier 2001; Nissel 1999). Especially in megacities, these reforms led to enormous influx of foreign direct investments, to intensive industrialization processes through international relocation of production locations and depending upon the location, partially to considerable expansion of the services sector with increasing demand for office space as well as to a reorientation of national support policies—with a not to be mistaken influence of transnationally acting conglomerates but also considerable transfer payments from overseas communities. In turn, these processes are flanked and intensified through, at times, massive migration movements of national and international migrants into the megacities (Baur et al. 2006).</ref> Jurang yang dalam membagi kaya dan miskin di kota-kota ini, yang biasanya memiliki elit super kaya yang tinggal di [[komunitas bergerbang]] dan sejumlah besar orang yang tinggal di perumahan di bawah standar dengan infrastruktur yang tidak memadai dan kondisi yang buruk.<ref>Shipra Narang Suri & Günther Taube, "Governance in Megacities: Experiences, Challenges and Implications for International Cooperation"; in Kraas et al. (2014), p. 196.</ref>
 
Kota-kota di seluruh dunia telah berkembang secara fisik seiring dengan pertumbuhan populasi, dengan peningkatan luas permukaannya, dengan penciptaan gedung-gedung tinggi untuk penggunaan perumahan dan komersial, dan dengan pengembangan di bawah tanah.<ref>Stephen Graham & Lucy Hewitt, "[https://www.researchgate.net/profile/Stephen_Graham11/publication/258175637_Getting_off_the_ground_On_the_politics_of_urban_verticality/links/57cebebb08ae83b3746222d1.pdf Getting off the ground: On the politics of urban verticality] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20171010004828/https://www.researchgate.net/profile/Stephen_Graham11/publication/258175637_Getting_off_the_ground_On_the_politics_of_urban_verticality/links/57cebebb08ae83b3746222d1.pdf |date=10 October 2017 }}; ''Progress in Human Geography'' 37(1), 2012; {{doi|10.1177/0309132512443147}}.</ref><ref>Eduardo F.J. de Mulder, Jacques Besner, & Brian Marker, "Underground Cities"; in Kraas et al. (2014), pp. 26–29.</ref>
 
Urbanisasi dapat menciptakan permintaan yang cepat untuk [[pengelolaan sumber daya air]], karena sumber air tawar yang sebelumnya baik menjadi digunakan secara berlebihan dan tercemar, dan volume [[air limbah]] mulai melebihi tingkat yang dapat dikelola.<ref name="Bakker2003">[[Karen Bakker]], "Archipelagos and networks: urbanization and water privatization in the South"; ''The Geographical Journal'' 169(4), December 2003; {{doi|10.1111/j.0016-7398.2003.00097.x}}. "The diversity of water supply management systems worldwide—which operate along a continuum between fully public and fully private—bear witness to repeated shifts back and forth between private and public ownership and management of water systems."</ref>
 
== Lihat pula ==
Baris 135 ⟶ 156:
* [[Kota administrasi]]
* [[Kota otonom]]
* [[Kotaraya]]
* [[Daftar kabupaten dan kota Indonesia]]
* [[Kota praja]]
* [[Kota madya]]
* [[Daftar kabupatenKabupaten dan kota di Indonesia]]
 
== Catatan ==
{{notelist}}
 
== Referensi ==
Baris 156 ⟶ 183:
* Chandler, T. ''Four Thousand Years of Urban Growth: An Historical Census''. Lewiston, NY: [[Edwin Mellen Press]], 1987.
* [[Patrick Geddes|Geddes, Patrick]], ''City Development'' (1904)
* {{Cite journal|last=Jacobs|first=Jane|year=1969|title=The Economy of Cities|url=https://archive.org/details/economyofcities0000jane|place=New York|publisher=Random House Inc|ref=harv|postscript=<!--None-->}}
* Kemp, Roger L. '' Managing America's Cities: A Handbook for Local Government Productivity,'' McFarland and Company, Inc., Publisher, Jefferson, North Carolina, USA, and London, England, UK, 2007. (ISBN 978-0-7864-3151-9).
* Kemp, Roger L. ''How American Governments Work: A Handbook of City, County, Regional, State, and Federal Operations,'' McFarland and Company, Inc., Publisher, Jefferson, North Carolina, USA, and London, England, UK. (ISBN 978-0-7864-3152-6).
Baris 162 ⟶ 189:
* Monti, Daniel J., Jr., ''The American City: A Social and Cultural History''. Oxford, England and Malden, Massachusetts: Blackwell Publishers, 1999. 391 pp.&nbsp;ISBN 978-1-55786-918-0.
* [[Lewis Mumford|Mumford, Lewis]], The City in History (1961)
* {{Cite book|last=O'Flaherty|first=Brendan|year=2005|title=City Economics|url=https://archive.org/details/cityeconomics0000ofla|place=Cambridge Massachusetts|publisher=[[Harvard University Press]]|isbn=0-674-01918-0|ref=harv|postscript=<!--None-->}}
* {{Cite book|last=Pacione|first=Michael|year=2001|title=The City: Critical Concepts in The Social Sciences|place=New York|publisher=[[Routledge]]|isbn=0-415-25270-9|ref=harv|postscript=<!--None-->}}
* Reader, John (2005) Cities. Vintage, New York.