Kota: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan Tag: halaman dengan galat kutipan VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
Menambahkan istilah kota (city) dalam bahasa Melayu. Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
(22 revisi perantara oleh 16 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{tentang|satuan daerah dalam pengertian umum|satuan administrasi wilayah Indonesia|Kota (Indonesia)}}
{{Tentang|kota (city)|kota kecil setingkat kecamatan atau distrik|kota kecil{{!}}kota kecil (town)}}
{{Kegunaan lain}}
{{Wiktionary}}
[[Berkas:Earthlights dmsp 1994–1995.jpg|jmpl|Cahaya kota-kota dunia dari antariksa. NASA. Oleh Marc Imhoff]]
'''Kota''' ({{lang-en|city|italic=yes}}; {{lang-ms|bandar|italic=yes}}) adalah pusat permukiman dan kegiatan penduduk yang mempunyai batas wilayah administrasi yang diatur dalam peraturan perundang-undangan serta pemukiman yang telah memperlihatkan watak dan ciri kehidupan perkotaan. Sistem kota adalah sekelompok kota-kota yang saling tergantung satu sama lain secara fungsional dalam suatu wilayah dan berpengaruh terhadap wilayah sekitarnya. Sistem kota berisi tentang distribusi kota, indeks dan keutamaan kota serta fungsi kota.<ref>{{Cite book|last=Muta'ali|first=Lutfi|date=2015|url=|title=Teknik Analisis Ragional untuk Perencanaan Wilayah, Tata Ruang, dan Lingkungan|location=Yogyakarta|publisher=Fakultas Gegrafi (BPFG) Universitas Gajah Mada|isbn=|pages=|url-status=live}}</ref> Kota merupakan kawasan [[Pola permukiman|pemukiman]] dengan jumlah [[penduduk]] yang relatif besar dan [[kepadatan penduduk]] yang tinggi. Selain itu, pemukiman yang ada bersifat tetap dan dihuni oleh masyarakat heterogen.{{Sfn|Jamaluddin|2017|p=35}} Pembentukan kota merupakan hasil dari perkembangan [[desa]] dalam perluasan pemukiman dan peningkatan jumlah penduduk.{{Sfn|Jamaluddin|2017|p=41-42}} Kota berfungsi sebagai pusat pemukiman dan aktivitas manusia sehingga keberadaannya menjadi sangat penting bagi wilayah di sekitarnya dalam kegiatan [[perdagangan]], [[pemerintah]]an, industri dan [[Budaya|kebudayaan]].{{Sfn|Jamaluddin|2017|p=52-53}} Pemilihan kota sebagai tempat pemukiman dipengaruhi oleh adanya pekerjaan di bidang [[jasa]], [[transportasi]] dan [[manufaktur]]. Kota juga memiliki kekurangan yaitu biaya hidup dan tingkat [[Pidana|kriminalitas]] yang tinggi.<ref>{{Cite book|last=Murdiyanto, E.|first=|date=2008|url=http://repository.upnyk.ac.id/3224/1/Buku_Sosperd-Eko_Murdiyanto.pdf|title=Sosiologi Perdesaan|location=Yogyakarta|publisher=Wimaya Press|isbn=978-979-8918-88-9|pages=204|url-status=live}}</ref>
== Istilah ==
Pengertian "kota" sebagaimana yang diterapkan di [[Indonesia]] mencakup pengertian "town" dan "city" dalam [[bahasa Inggris]]. Selain itu, terdapat pula [[kapitonim]] "[[Kota (administrasi negara)|Kota]]" yang merupakan satuan administrasi negara di bawah [[provinsi]]. Artikel ini membahas "kota" dalam pengertian umum (nama jenis, ''common name''). Kota dibedakan secara kontras dari [[desa]] ataupun [[kampung]] berdasarkan ukurannya, kepadatan penduduk, kepentingan, atau status hukum.{{fact}} Desa atau kampung didominasi oleh lahan terbuka bukan pemukiman. Kota memiliki tiga ciri utama, yaitu memilki kepadatan penduduk yang tinggi, pusat segala kegiatan, dan kegiatan utama non pertanian.
== Perencanaan tata ruang ==
Teori perencanaan telah berkembang sejak lama dan mengalami banyak perubahan seiring berjalannya waktu. Sedangkan untuk perencanaan sendiri, sejak Patrick Geddes dikutip dalam Rafita (2016) mencetuskannya untuk pertama kali hingga saat ini telah mengalami banyak perubahan. Teori perencanaan mulai berkembang pesat setelah revolusi industri yang mengakibatkan adanya kemunduran kota. Adanya revolusi industri tersebut yang membuat kebutuhan buruh di perkotaan semakin meningkat, dengan begitu akan terjadi degredasi lingkungan yang membuat pakar kota menginginkan suatu reformasi.{{Sfn|Prihatin, Daryanti, dan Pramadha|2019|p=21}} Revolusi industri sendiri telah menciptakan perubahan yaitu dengan adanya kota-kota industri yang mengakibatkan perpindahan penduduk dari daerah pertanian ke daerah industri. Berpindahnya penduduk dari desa ke kota yang tidak memiliki pengetahuan tentang kehidupan kota inilah yang akan menyebabkan perubahan tatanan kota. Untuk itu, mulai muncul gagasan dari Patrick Geddes tentang
Perencanaan tata ruang merupakan proses terpadu (bukan produk akhir berhaga mati) b. Perencanaan tata ruang yang menyeluruh dan terpadu mencakup: perencanaan fisik-spasial, perencanaan komunitas, perencanaan sumber daya. c. Perencanaan tata ruang dilakukan berdasarkan kepentingan masyarakat. d. Perencanaan tata ruang dilakukan dengan berlandaskan pertimbangan sumber daya yang tersedia. e. Rencana tata ruang yang akan disusun merupakan rencana yang diperkirakan dapat diwujudkan.{{Sfn|Prihatin, Daryanti, dan Pramadha|2019|p=22}} Dari berbagai teori perencanaan yang ada, terdapat salah satu teori yang erat kaitannya dengan penataan wilayah dan kota yaitu teori Archibugi yang memaparkan mengenai penerapan komponen perencanaan wilayah.{{Sfn|Prihatin, Daryanti, dan Pramadha|2019|p=23}}
Baris 35 ⟶ 21:
* Sebagai Tempat Pusat dari berbagai macam produksi. Contoh: [[Kediri]], [[Pekanbaru]], dan [[Bontang]]
* Sebagai pusat dari banyak perdagangan dan juga keuangan. Contoh: [[Medan]], [[Surabaya]], [[Hong Kong]], [[Singapura]], dan [[Frankfurt]]
* Sebagai pusat dari pemerintahan. Contoh: [[Brasilia]] ([[ibu kota]] [[Brasil]]), [[Washington DC]] (ibu kota [[Amerika Serikat]]), [[Canberra]] (ibu kota [[Australia]])
* Sebagai pusat dari sebuah kebudayaan. Contoh: [[Yogyakarta (kota)|Yogyakarta]] dan [[Surakarta]]
* Sebagai Penopang Kota Pusat atau [[Kota satelit]]. Contoh: [[Tangerang Selatan]], [[Kota Binjai|Binjai]] dan, [[Kota Batu]]
Baris 65 ⟶ 51:
# Zona peralihan atau zona transisi, merupakan daerah kegiatan. Penduduk zona ini tidak stabil, baik dilihat dari tempat tinggal maupun [[sosial]] [[ekonomi]]. Daerah ini sering ditemui kawasan permukiman kumuh yang disebut slum karena zona ini dihuni penduduk miskin. Namun sebenarnya zona ini merupakan zona pengembangan industri sekaligus menghubungkan antara pusat kota dengan daerah di luarnya.
# Zona permukiman kelas proletar, perumahannya sedikit lebih baik karena dihuni oleh para pekerja yang berpenghasilan kecil atau buruh dan karyawan kelas bawah, ditandai oleh adanya rumah-rumah kecil yang kurang menarik dan rumah-rumah susun sederhana yang dihuni oleh keluarga besar. Burgess menamakan daerah ini yaitu ''working men's homes''.
# Zona permukiman kelas menengah (''residential
# Wilayah tempat tinggal masyarakat berpenghasilan tinggi. Ditandai dengan adanya kawasan
# Zona penglaju (''commuters''), merupakan daerah yang memasuki daerah belakang (''hinterland'') atau merupakan batas desa-kota. Penduduknya bekerja di kota dan tinggal di pinggiran.
Baris 98 ⟶ 84:
* Teori Konsektoral (Griffin dan Ford, [[1980]])
Teori Konsektoral dilandasi oleh struktur ruang kota di [[Amerika Latin]]. Dalam teori ini disebutkan bahwa DPK atau CBD merupakan tempat utama dari perdagangan, hiburan dan lapangan pekerjaan. Di daerah ini terjadi proses perubahan yang cepat sehingga mengancam nilai historis dari daerah tersebut. Pada
* Teori Historis (Alonso, [[1964]])
Baris 104 ⟶ 90:
* Teori Poros (Babcock, [[1960]])
Menitikberatkan pada peranan transportasi dalam
== Arsitektur ==
Baris 115 ⟶ 101:
=== Sudut pandang sosio-spasial ===
Sudut pandang kota dari sosio-spasial diperoleh dari perspektif ruang pada [[ekonomi Marxian]]. [[Henri Lefebvre]] (1991), [[David Harvey]] (1985, 2001, 2012), dan [[Manuel Castells]] (1977) menulis pengembangan perspektif ekonomi Marxian untuk menjelaskan konsep suatu kota. Relasi kuasa dari aktor-aktor penataan ruang diamati melalui fenomena kontestasi, negosiasi, konsensus, dan konflik di perkotaan. Para aktor yang
== Masyarakat ==
Baris 127 ⟶ 113:
== Keagamaan ==
Suatu kota menjadi tempat terbentuknya komunitas keagamaan dari kalangan [[kelas menengah]]. Kehidupan keagamaan di dalam perkotaan cenderung [[Sekularisme|sekuler]] dan tidak peduli dengan agama. Perkotaan tidak terlalu mempertimbangkan aspek keagamaan dalam kegiatan urban. Kota cenderung mengutamakan kegiatan yang bersifat modern dan berkaitan dengan ekonomi yang melibatkan uang untuk perluasan [[modernitas]].{{Sfn|Faiz|2018|p=254}} Keberadaan kelas menengah di dalam kota membentuk kesalehan agama secara masif. Masyarakat kelas menengah cenderung hidup dengan yang berlandaskan kepada kemampuan ekonomi, sehingga membentuk gaya hidup masyarakat umum. Gaya hidup masyarakat kelas menengah turut
== Bentuk kota ==
Baris 139 ⟶ 125:
== Pemukiman ==
=== Pemukiman
Gagasan bentuk kota pada kerajaan-kerajaan diterapkan kembali pada pola pemukiman kota modern dengan sedikit perubahan. Pola pemukiman
=== Pemukiman kumuh ===
[[Pemukiman kumuh]]
== Pengembangan ==
Baris 156 ⟶ 142:
[[File:Historical global urban - rural population trends.png|thumb|left|Grafik yang menunjukkan urbanisasi dari tahun 1950 diproyeksikan hingga 2050.<ref>{{cite web|url=https://esa.un.org/unpd/wup/|title=United Nations, Department of Economic and Social Affairs, Population Division (2014). World Urbanization Prospects: The 2014 Revision, CD-ROM Edition|archive-url=https://web.archive.org/web/20180706115325/https://esa.un.org/unpd/wup/|archive-date=2018-07-06|url-status=dead}}</ref>]]
Amerika Latin adalah benua yang paling urban, dengan empat perlima penduduknya tinggal di kota, termasuk seperlima dari populasi yang dikatakan tinggal di [[kawasan kumuh]] ([[favela]], [[campamento (Chili)|poblaciones callampas]], dll.).<ref>Paulo A. Paranagua, "[https://www.theguardian.com/world/2012/sep/11/latin-america-urbanisation-city-growth Latin America struggles to cope with record urban growth] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20160517055347/http://www.theguardian.com/world/2012/sep/11/latin-america-urbanisation-city-growth
[[File:2006megacities.svg|thumb|right|240px|Peta yang menunjukkan daerah perkotaan dengan setidaknya satu juta penduduk pada tahun 2006.]]
Baris 163 ⟶ 149:
Kota-kota di seluruh dunia telah berkembang secara fisik seiring dengan pertumbuhan populasi, dengan peningkatan luas permukaannya, dengan penciptaan gedung-gedung tinggi untuk penggunaan perumahan dan komersial, dan dengan pengembangan di bawah tanah.<ref>Stephen Graham & Lucy Hewitt, "[https://www.researchgate.net/profile/Stephen_Graham11/publication/258175637_Getting_off_the_ground_On_the_politics_of_urban_verticality/links/57cebebb08ae83b3746222d1.pdf Getting off the ground: On the politics of urban verticality] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20171010004828/https://www.researchgate.net/profile/Stephen_Graham11/publication/258175637_Getting_off_the_ground_On_the_politics_of_urban_verticality/links/57cebebb08ae83b3746222d1.pdf |date=10 October 2017 }}; ''Progress in Human Geography'' 37(1), 2012; {{doi|10.1177/0309132512443147}}.</ref><ref>Eduardo F.J. de Mulder, Jacques Besner, & Brian Marker, "Underground Cities"; in Kraas et al. (2014), pp. 26–29.</ref>
Urbanisasi dapat menciptakan permintaan yang cepat untuk [[pengelolaan sumber daya air]], karena sumber air tawar yang sebelumnya baik menjadi digunakan secara berlebihan dan tercemar, dan volume [[air limbah]] mulai melebihi tingkat yang dapat dikelola.<ref name="Bakker2003">[[Karen Bakker]], "Archipelagos and networks: urbanization and water privatization in the South"; ''The Geographical Journal'' 169(4), December 2003; {{doi|10.1111/j.0016-7398.2003.00097.x}}. "The diversity of water supply management systems worldwide—which operate along a continuum between fully public and fully private—bear witness to repeated shifts back and forth between private and public ownership and management of water systems."</ref>
== Lihat pula ==
Baris 170 ⟶ 156:
* [[Kota administrasi]]
* [[Kota otonom]]
* [[Kotaraya]]
* [[Daftar kabupaten dan kota Indonesia]]▼
* [[Kota praja]]
* [[Kota madya]]
== Catatan ==
Baris 200 ⟶ 189:
* Monti, Daniel J., Jr., ''The American City: A Social and Cultural History''. Oxford, England and Malden, Massachusetts: Blackwell Publishers, 1999. 391 pp. ISBN 978-1-55786-918-0.
* [[Lewis Mumford|Mumford, Lewis]], The City in History (1961)
* {{Cite book|last=O'Flaherty|first=Brendan|year=2005|title=City Economics|url=https://archive.org/details/cityeconomics0000ofla|place=Cambridge Massachusetts|publisher=[[Harvard University Press]]|isbn=0-674-01918-0|ref=harv|postscript=<!--None-->}}
* {{Cite book|last=Pacione|first=Michael|year=2001|title=The City: Critical Concepts in The Social Sciences|place=New York|publisher=[[Routledge]]|isbn=0-415-25270-9|ref=harv|postscript=<!--None-->}}
* Reader, John (2005) Cities. Vintage, New York.
|