Kampung Adat Ciptagelar: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Dikembalikan
Super Hylos (bicara | kontrib)
←Mengalihkan ke Kasepuhan Gelaralam
Tag: Pengalihan baru Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(9 revisi perantara oleh 3 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
#ALIH [[Kasepuhan Gelaralam]]
[[[Berkas:Ciptagelar.jpg|jmpl|Lumbung padi (''leuit'') di Kampung Ciptagelar.]]
'''Kampung Adat Ciptagelar''' ([[Aksara Sunda Baku|aksara Sunda]]: ᮊᮙ᮪ᮕᮥᮀ ᮃᮓᮒ᮪ ᮎᮤᮕ᮪ᮒᮌᮨᮜᮁ) adalah sebuah [[desa adat|kampung adat]] yang dihuni oleh [[orang Ciptagelar]] yang merupakan sub-etnis dari [[suku Sunda]]. Kampung adat ini berada di wilayah kampung Sukamulya, desa Sirnaresmi, kecamatan Cisolok, [[Kabupaten Sukabumi]]. Ciri khasnya terletak pada lokasi dan bangunan [[rumah adat]] yang masih berpegang pada [[tradisi]] orang Sunda zaman dulu.<ref>{{Cite web|title=Ciptagelar, Kampung Adat di Sukabumi yang Teguh Memegang Tradisi|url=https://kumparan.com/kumparantravel/ciptagelar-kampung-adat-di-sukabumi-yang-teguh-memegang-tradisi-1536568917455604881|website=kumparan|language=id-ID|access-date=2020-08-31}}</ref> Orang yang menempati desa Ciptagelar dikenal dengan sebutan kasepuhan. Kata kasepuhan berasal dari kata ''sesepuh'' menggunakan kata ''ka-an'' yang berarti ''tempat tinggal seorang'' sesepuh. Ini merujuk pada masyarakat di dalamnya yang masih memegang teguh [[tradisi]] leluhur.<ref>{{Cite web|title=Kampung Ciptagelar-Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat|url=http://www.disparbud.jabarprov.go.id/wisata/dest-det.php?id=23&lang=id|website=www.disparbud.jabarprov.go.id|access-date=2020-08-31|archive-date=2017-11-19|archive-url=https://web.archive.org/web/20171119141828/http://www.disparbud.jabarprov.go.id/wisata/dest-det.php?id=23&lang=id|dead-url=yes}}</ref>[Berkas:Ciptagelar.jpg|jmpl|Lumbung padi (''leuit'') di Kampung Ciptagelar.]]
'''Kampung Adat Ciptagelar''' ([[Aksara Sunda Baku|aksara Sunda]]: ᮊᮙ᮪ᮕᮥᮀ ᮃᮓᮒ᮪ ᮎᮤᮕ᮪ᮒᮌᮨᮜᮁ) adalah sebuah [[desa adat|kampung adat]] yang dihuni oleh [[orang Ciptagelar]] yang merupakan sub-etnis dari [[suku Sunda]]. Kampung adat ini berada di wilayah kampung Sukamulya, desa Sirnaresmi, kecamatan Cisolok, [[Kabupaten Sukabumi]]. Ciri khasnya terletak pada lokasi dan bangunan [[rumah adat]] yang masih berpegang pada [[tradisi]] orang Sunda zaman dulu.<ref>{{Cite web|title=Ciptagelar, Kampung Adat di Sukabumi yang Teguh Memegang Tradisi|url=https://kumparan.com/kumparantravel/ciptagelar-kampung-adat-di-sukabumi-yang-teguh-memegang-tradisi-1536568917455604881|website=kumparan|language=id-ID|access-date=2020-08-31}}</ref> Orang yang menempati desa Ciptagelar dikenal dengan sebutan kasepuhan. Kata kasepuhan berasal dari kata ''sesepuh'' menggunakan kata ''ka-an'' yang berarti ''tempat tinggal seorang'' sesepuh. Ini merujuk pada masyarakat di dalamnya yang masih memegang teguh [[tradisi]] leluhur.<ref>{{Cite web|title=Kampung Ciptagelar-Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat|url=http://www.disparbud.jabarprov.go.id/wisata/dest-det.php?id=23&lang=id|website=www.disparbud.jabarprov.go.id|access-date=2020-08-31|archive-date=2017-11-19|archive-url=https://web.archive.org/web/20171119141828/http://www.disparbud.jabarprov.go.id/wisata/dest-det.php?id=23&lang=id|dead-url=yes}}</ref>
 
== Sejarah ==
Kampung Adat Ciptagelar didirikan oleh pasukan [[Kerajaan Sunda]] yang menuruti perintah [[Prabu Siliwangi]] dan dibebaskan karena Prabu Siliwangi ingin [[moksa]]. Para prajurit kemudian dipisahkan menjadi tiga kelompok, membentuk desa baru yang saling berhubungan. Salah satunya adalah Kampung Gede yang berfungsi sebagai pusat kasepuhan. Kampung Gede pernah berpindah-pindah beberapa kali untuk menghindari pengaruh [[imperialisme]] [[Jepang]] dan konflik politik [[Negara Islam Indonesia|DI/TII]].
 
== Sistem agama ==
Masyarakat Kasepuhan Ciptagelar merupakan masyarakat adat yang masih mempertahankan [[budaya]] leluhur yang menjadi pegangan kehidupan. Menurutnya, nenek moyang adalah orang yang dianggap memiliki kemampuan lebih atau melebihi kemampuan [[manusia]] umumnya yang dianggap sebagai keturunan dari [[Pakuan Pajajaran|kerajaan Sunda Pajajaran]]. Sistem keagamaan Kampung Ciptagelar adalah [[Islam]], namun memiliki unsur kepercayaan asli [[Sunda Wiwitan]] yang kuat. Dilihat dari upacara-upacara yang selalu diadakan. Sejak tahun 2001, kampung Ciptarasa yang berasal dari desa Sirnarasa telah melakukan ''hijrah wangsit'' ke desa Sirnaresmi yang berjarak dua belas kilometer. Di desa Sirnaresmi, tepatnya di desa Sukamulya, Abah Anom selaku ketua kampung adat menamai kampung Ciptagelar sebagai tempat pindah baru. Ciptagelar memiliki arti terbuka atau pasrah. Pindah dari Kampung Ciptarasa ke Kampung Ciptagelar karena perintah leluhur yang disebut [[wahyu]]. Hal itu diturunkan untuk diterima atau disebarkan oleh Abah Anom melalui proses [[ritual]] yang mau tidak mau harus dilaksanakan.
 
== Sistem pekerjaan ==
[[Berkas:Huma Ciptagelar.jpg|jmpl|Huma di Kampung adat Ciptagelar.]]
Umumnya pekerjaan masyarakat Ciptagelar adalah [[petani]]. Masyarakat memberikan penghormatan kepada [[budaya]] dan lingkungan lokal yang sangat dipengaruhi oleh [[adat istiadat]]. Oleh karena itu, masyarakat Ciptagelar tidak pernah menggunakan bibit padi dari pemerintah karena dianggap pare adalah titipan Yang Maha Kuasa. Selain itu ada berbagai anggap lain yang sangat kuat tentang pekerjaan pertanian seperti dijelaskan di bawah ini.
 
* Upacara adat sebaiknya menggunakan bibit padi setempat.
* Padi lokal memiliki keunggulan gampang dipotong [[ani-ani]], gampang kering saat dijemur, dan yang utama adalah tahan kurang lebih 5 tahun dan tidak rontok dalam ''geugeusan''.
* Padi unggul dari [[pemerintah]] tidak akan tahan pada [[cuaca]] dingin dan lembab.
* Menurut adat [[leluhur]], ada sekitar 43 jenis padi rurukan dan 100 jenis padi hasil persilangan rurukan.
* Dengan menanam pare setahun sekali sehingga dapat menghentikan [[siklus]] [[hama]] wereng yang biasanya tersebar pada bulan-bulan yang sudah diprediksi atau diramalkan.
* Untuk menentukan [[musim]] tanam berdasarkan jumlah [[bintang]] dan istilah tanggal. Tanggal kerti di atas besi dan tanggal kidang turun kijang (untuk menyiapkan peralatan pertanian). Kidang merangsang dari timur dan kerti berkembang biak ke barat (tanah mulai bekerja).
[[Berkas:Seni Rengkong Ciptagelar.jpg|jmpl|Warga Kampung Ciptagelar membawa padi yang telah di panen.]]
Daur hidup padi dari awal penanaman hingga panen pada masyarakat Ciptagelar memiliki rangkaian aturan adat dan upacara yang harus dilakukan, di antaranya:
* ''Ngaseuk'', tanaman tersebut diawali dengan upacara meminta keselamatan dan keamanan serta ziarah ke makam leluhur. Biasanya ada [[hiburan]] seperti [[wayang golek]], [[jaipong]], [[topeng]], dan [[pantun]] buhun. Dimulai dengan para sesepuh yang berziarah ke makam-makam leluhur yang tersebar di wilayah [[Lebak]], [[Bogor]], dan [[Sukabumi]].
* ''Sapang Jadian Paré'', seminggu setelah tanam padi mengadakan ritual meminta izin kepada ''ibu'' (bumi) untuk menanam padi dan meminta izin kepada Tuhan agar hasilnya bagus.
* ''Paré nyiramo'' dan ''mapag paré beukah'', hal ini merupakan wujud terima kasih saat padi sedang mekar dan kembali mohon ijin agar dijauhkan dari [[hama]] saat proses penanaman selanjutnya.
* ''Sawenan'', ritual yang dilakukan setelah bulir padi mulai keluar.
* ''Mipit paré'', ritual memotong padi yang bertujuan untuk mendapatkan ijin dari nenek moyang agar diberi hasil panen yang melimpah.
* ''Nganyaran'' atau ''ngabukti'', ritual saat padi yang telah menjadi beras akan mulai dimasak.
* ''Ponggokan'', ritual terakhir sebelum seren tahun diadakan. Ponggokan berarti tradisi mengikat leluhur yang biasanya digunakan untuk membahas permasalahan masyarakat dan menghitung [[pajak]] masing-masing orang. Pajak atau jiwa pada tahun 1997 adalah Rp.150, - dan rumah Rp.250, -. Ponggokan biasanya diadakan seminggu sebelum acara [[Seren Taun]]. Sedangkan tumpukan juga selalu membahas kapan Seren Tahun akan dilaksanakan.
* ''[[Seren Taun]]'', upacara ini merupakan puncak dari aktivitas masyarakat Ciptagelar. Biasanya selalu diadakan setiap tahun karena tradisi nenek moyang untuk mengormati dewi padi atau yang terkenal dengan nama [[Sri|Nyi Pohaci atau Dewi Sri]].
==Lihat juga==
*[[Orang Ciptagelar]]
*[[Kampung Naga]]
*[[Kampung Budaya Sindang Barang]]
*[[Suku Baduy]]
 
== Referensi ==
 
[[Kategori:Jawa Barat]]
[[Kategori:Budaya Sunda]]
[[Kategori:Kampung di Indonesia]]