Bahasa Sunda di Kabupaten Banyumas: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
(27 revisi perantara oleh 4 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Infobox language
{{Infobox language family|familycolor=Austronesian|name=Sunda Banyumas|altname=Sunda Dermaji|region=[[Kabupaten Banyumas]]|extinct=1980-an|fam1=[[Rumpun bahasa Austronesia|Austronesia]]|fam2=[[Rumpun bahasa Melayu-Polinesia|Melayu-Polinesia]]|fam3=[[Rumpun bahasa Kalimantan Utara Raya|Kalimantan Utara Raya]]?|fam4=[[Rumpun bahasa Sunda-Badui|Sunda-Badui]]|glotto=NA|map=Sundanese language map in Banyumas Resident 1895.svg|mapcaption=Peta linguistik di wilayah Keresidenan Banyumas pada tahun 1895, warna oranye menunjukkan wilayah bahasa Sunda, sementara warna oranye yang bercampur dengan warna hijau adalah daerah peralihan bahasa Sunda dengan bahasa lain.}}
| familycolor = Austronesian
'''Bahasa Sunda di Kabupaten Banyumas''' adalah salah satu jenis [[bahasa Sunda]] yang telah [[Kepunahan|punah]] dan diyakini pernah dituturkan oleh masyarakat setempat.{{Sfn|Ridlo 2020, Tragedi Punahnya Penutur Bahasa Sunda di Banyumas}} Bukti penggunaannya dapat dilacak dari [[toponimi]] yang terdapat pada nama-nama tempat yang hingga sekarang masih digunakan di wilayah [[Kabupaten Banyumas]], [[Jawa Tengah|Provinsi Jawa Tengah]].{{Sfn|Sobarna|Gunardi|Wahya|2018|pp=148-149}} Bahasa Sunda di Kabupaten Banyumas memiliki beberapa keunikannya tersendiri, seperti penggunaan beberapa kata arkais yang sudah tidak lazim digunakan dalam [[bahasa Sunda Priangan|bahasa Sunda standar]], contohnya ''pineuh'' (tidur) dan ''téoh'' (bawah).{{Sfn|Sobarna|Gunardi|Wahya|2018|pp=147}}
| name = Sunda Banyumas
| altname = ''Badéolan''
| pronunciation = {{IPA|badɛjɔlan}}
| region = [[Kabupaten Banyumas]]
| extinct = 1980-an
| fam1 = [[Rumpun bahasa Austronesia|Austronesia]]
| fam2 = [[Rumpun bahasa Melayu-Polinesia|Melayu-Polinesia]]
| fam3 = [[Rumpun bahasa Kalimantan Utara Raya|Kalimantan Utara Raya]]?
| fam4 = [[Rumpun bahasa Sunda-Badui|Sunda-Badui]]
| glotto = none
| map = Sundanese-language-map-in-banyumas-resident-1882.svg
| mapcaption = Situasi linguistik di wilayah [[Keresidenan Banyumas]] pada tahun 1882 dengan legenda sebagai berikut.
{{legend3|#DDC8A9|Area penutur bahasa Sunda}}
{{legend3|#C1AD8C|Area peralihan atau percampuran bahasa Sunda dengan bahasa lain}}
{{legend3|#CDC8B5|Area bahasa lain}}
|mapcode=
<!--
|pushpin_map=Indonesia Java#Indonesia
|coordinates={{WikidataCoord|display=inline}}
-->
}}
 
'''Bahasa Sunda di Kabupaten Banyumas''' adalah salah satu jenis [[bahasa Sunda]] yang telah [[Kepunahan|punah]] dan diyakini pernah dituturkan oleh masyarakat setempat.{{Sfn|Ridlo 2020, Tragedi Punahnya Penutur Bahasa Sunda di Banyumas}} Bukti penggunaannya dapat dilacak dari [[toponimi]] yang terdapat pada nama-nama tempat yang merefleksikan bahasa Sunda dan hingga sekarang masih digunakan di wilayah [[Kabupaten Banyumas]], [[Jawa Tengah|Provinsi Jawa Tengah]].{{Sfn|Sobarna|Gunardi|Wahya|2018|pp=148-149}} Bahasa Sunda di Kabupaten Banyumas memiliki beberapa keunikannya tersendiri, seperti penggunaan beberapa kata arkais yang sudah tidak lazim digunakan dalam [[bahasa Sunda Priangan|bahasa Sunda standar]], contohnya ''pineuh'' (tidur) dan ''téoh'' (bawah).{{Sfn|Sobarna|Gunardi|Wahya|2018|pp=147}}
Meskipun secara keseluruhan penggunaan bahasa Sunda di Kabupaten Banyumas dapat dikatakan sudah punah, tetapi menurut penelitian yang dilakukan oleh Sobarna, Gunardi, dan Wahya pada tahun 2018, di beberapa daerah seperti di [[Dermaji, Lumbir, Banyumas|Desa Dermaji]], [[Lumbir, Banyumas|Kecamatan Lumbir]], beberapa warga di sana dikatakan masih menggunakan bahasa Sunda, meskipun penuturnya sudah sangat menyusut, yaitu sekitar 1-2 orang saja.{{sfn|Susanto 2019, Kepunahan Bahasa itu Bencana Kemanusiaan|}}
 
Meskipun secara keseluruhan penggunaan bahasa Sunda di Kabupaten Banyumas dapat dikatakan sudah punah, tetapi menurut penelitian yang dilakukan oleh Sobarna, Gunardi, dan Wahya pada tahun 2018, di beberapa daerah seperti di [[Dermaji, Lumbir, Banyumas|Desa Dermaji]], [[Lumbir, Banyumas|Kecamatan Lumbir]], beberapa warga di sana dikatakan masih menggunakan bahasa Sunda, meskipun penuturnya sudah sangat menyusut, yaitu sekitar 1-2 orang saja.{{sfn|Susanto 2019, Kepunahan Bahasa itu Bencana Kemanusiaan|}}
 
== Glosa nama tempat berbahasa Sunda di Banyumas ==
Baris 8 ⟶ 31:
 
=== Cilongok ===
[[Cilongok, Banyumas|Cilongok]] adalah sebuah kecamatan yang memiliki 20 desa, yaitu [[Batuanten, Cilongok, Banyumas|Batuanten]], [[Cikidang, Cilongok, Banyumas|Cikidang]], [[Cilongok, Cilongok, Banyumas|Cilongok]], [[Cipete, Cilongok, Banyumas|Cipete]], [[Gununglurah, Cilongok, Banyumas|Gununglurah]], [[Jatisaba, Cilongok, Banyumas|Jatisaba]], [[Kalisari, Cilongok, Banyumas|Kalisari]], [[Karanglo, Cilongok, Banyumas|Karanglo]], [[Karangtengah, Cilongok, Banyumas|Karangtengah]], [[Kasegeran, Cilongok, Banyumas|Kasegeran]], [[Langgongsari, Cilongok, Banyumas|Langgongsari]], [[Pageraji, Cilongok, Banyumas|Pageraji]], [[Panembangan, Cilongok, Banyumas|Panembangan]], [[Panusupan, Cilongok, Banyumas|Panusupan]], [[Pejogol, Cilongok, Banyumas|Pejogol]], [[Pernasidi, Cilongok, Banyumas|Pernasidi]], [[Rancamaya, Cilongok, Banyumas|Rancamaya]], [[Sambirata, Cilongok, Banyumas|Sambirata]], [[Sokawera, Cilongok, Banyumas|Sokawera]], dan [[Sudimara, Cilongok, Banyumas|Sudimara]].{{Sfn|Abimanyu|2018|pp=12}}{{Sfn|Abimanyu|2018|pp=13}} Beberapa nama desa yang berbahasa Sunda tersebut di antaranya adalah, :

{{Quote|Cikidang (<br>''ci'' 'air' dan ''kidang'' 'kijang'), <br><br>Cilongok (<br>''ci'' 'air' dan ''longok'' 'menengok'),<br><br>Cipete<br>''ci'' 'air' dan Rancamaya''peté'' ('[[Petai|''Parkia speciosa'']]'<br><br>Rancamaya<br>''ranca'' 'rawa' dan ''maya'' 'bayangan').|{{Harvcoltxt|Abimanyu|2018|pp=16-17}}{{Sfn|Abimanyu|2018|pp=16-17}} }}

Kebudayaan yang berkembang di kecamatan Cilongok memang sudah dari lama dipengaruhi oleh budaya Sunda dan beberapa budaya lainnya.{{Sfn|Abimanyu|2018|pp=14-15}}{{Sfn|Abimanyu|2018|pp=19}}{{Sfn|Abimanyu|2018|pp=20}}{{Sfn|Abimanyu|2018|pp=21}} Sejarah kependudukan Kecamatan Cilongok sendiri tidak dapat dilepaskan dari sejarah kependudukan Banyumas yang dipercaya berasal dari migrasi penduduk pada [[abad ke-3 SM]] yang dilakukan oleh kelompok imigran dari [[Kerajaan Kutai Martapura]].{{Sfn|Abimanyu|2018|pp=20-21}}
 
=== Cingebul ===
[[Cingebul, Lumbir, Banyumas|Cingebul]] adalah nama salah satu [[desa]] yang ada di Kecamatan [[Lumbir, Banyumas|Lumbir]]. ''Cingebul'' berasal dari dua kata dalam bahasa Sunda yaitu, ''ci'' 'air' dan ''ngebul'' 'berasap'. Konon, menurut penuturan masyarakat yang tinggal di sana, pada masa [[Perang Diponegoro]], kira-kira pada tahun 1829, pasukan Diponegoro yang kala itu mulai terpukul mundur oleh pasukan Belanda, ada dua orang [[prajurit]] yang terpisah dari pasukan utama, kedua prajurit tersebut adalah Naya Pati dan Wirantaka, mereka terpisah dengan berjalan tanpa arah disebabkan oleh ketidaktahuan mereka akan wilayah Banyumas. Setelah beberapa waktu mereka terus melarikan diri, tibalah mereka di antara dua buah bukit di wilayah bagian selatan [[Karangpucung, Cilacap|Karangpucung, Kabupaten Cilacap]]. Untuk beberapa saat mereka bersembunyi di tempat tersebut hingga keadaan dirasa aman kembali. Setelah dirasa aman, mereka akhirnya memutuskan untuk menetap di sana. Kedua prajurit tersebut bersama dengan salah satu keluarga prajurit Pajajaran yang bernama SuradiporataSuriadipota, mendirikan sebuah padepokan untuk menyebarkan agama [[Islam]].{{Sfn|Sobarna|Gunardi|Wahya|2018|pp=152}}
 
Pada suatu waktu, tepatnya sebelum [[matahari terbit]], yang biasanya merupakan waktu bagi para [[santri]] di padepokan melaksanakan [[Salat Subuh|salat subuh]] dan [[pengajian]] bersama, yang juga merupakan waktu untuk bercengkerama bersama sambil membakar [[ubi kayu]] di pinggir [[sungai]], tiba-tiba dari atas air di [[hulu sungai]], keluarlah [[asap]] yang kemudian dilihat oleh Suriadipota, karena merasa heran, ia menunjuk ke arah sungai tersebut sambil berteriak '''oe, cai ngebul..., cai ngebul..''<nowiki/>', teriakan Suriadipota tersebut didengar oleh seorang santri yang kemudian berlari ke padepokan untuk melaporkan kejadian tersebut ke Wirantaka agar ia turut melihat langsung kejadian tersebut. Santri tersebut melapor dengan berkata, "''aya cai ngebul... cai ngebul...'' ." Setelah melihat secara langsung dengan mata kepalanya sendiri, Wirantaka kemudian menyatakan bahwa daerah tersebut bernama Cingebul. Hingga kini, beberapa warga masih ada yang beberapa kali melihat asap yang muncul dari sungai, menurut pengakuan informan di sana.{{Sfn|Sobarna|Gunardi|Wahya|2018|pp=152}}
Baris 89 ⟶ 116:
* {{Cite web|last=Ridlo|first=M.|year=2020|title=Tragedi Punahnya Penutur Bahasa Sunda di Banyumas|url=https://m.liputan6.com/regional/read/4183764/tragedi-punahnya-penutur-bahasa-sunda-di-banyumas|website=Liputan6|access-date=1 Januari 2023|ref={{harvid|Ridlo 2020, Tragedi Punahnya Penutur Bahasa Sunda di Banyumas}}}}
* {{Cite web|last=Susanto|year=2019|title=Kepunahan Bahasa itu Bencana Kemanusiaan|url=https://suarabanyumas.com/kepunahan-bahasa-itu-bencana-kemanusiaan/|website=Suara Banyumas|access-date=1 Januari 2023|ref={{harvid|Susanto 2019, Kepunahan Bahasa itu Bencana Kemanusiaan}}}}
 
=== Bacaan lanjutan ===
 
==== Buku ====
 
* {{Cite book|last=Sobarna|first=C.|last2=Afsari|first2=A.S.|year=2021|title=Bahasa Sunda Dermaji-Banyumas dalam Pusaran Kematian: Sebuah Upaya Pendokumentasian|location=Bandung|publisher=Unpad Press|isbn=9786233520850|editor-last=Ampera|editor-first=T.|url-status=live}}
 
==== Laporan penelitian ====
 
* {{Cite conference|type=Laporan Penelitian|first=C.|last=Sobarna|year=2010|title=Bahasa Sunda di Desa Dermaji, Kecamatan Lumbir, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah|ref=harv|publisher=Fakultas Sastra, [[Universitas Padjadjaran]]|location=[[Bandung]]}}
 
==== Seminar ====
* {{Cite journal|last=Sobarna|first=C.|year=2013|title=Ancaman Kepunahan Bahasa di Daerah Enklave: Kasus Bahasa Sunda di Desa Dermaji, Jawa Tengah.|url=|journal=Makalah Seminar Nasional bahasa Ibu VI yang diselenggarakan oleh Universitas Udayana|pp=22-13}}
 
== Pranala luar ==
=== Bahasa Sunda di Kabupaten Banyumas ===
* [https://www.gatra.com/news-441217-gaya%20hidup-desa-di-banyumas-luncurkan-sunda-corner-di-museum-naladipa.html Desa di Banyumas Luncurkan Sunda Corner di Museum Naladipa] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20230417022448/https://www.gatra.com/news-441217-gaya%20hidup-desa-di-banyumas-luncurkan-sunda-corner-di-museum-naladipa.html |date=2023-9-23 }}
* [https://jateng.liputan6.com/read/4865753/catatan-perjalanan-penutur-bahasa-sunda-di-banyumas-dan-faktor-yang-memengaruhi-kepunahannya Catatan Perjalanan Penutur Bahasa Sunda di Banyumas dan Faktor yang Memengaruhi Kepunahannya]