Sejarah Gereja Katolik: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
|||
(44 revisi perantara oleh 9 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Gereja Katolik|size=large}}
Menurut [[
Agama Kristen tersebar ke seantero wilayah Kekaisaran Romawi, kendati dianiaya karena bertentangan dengan [[paganisme|kepercayaan pagan]] yang kala itu berstatus agama negara. Aniaya baru reda sesudah [[Maklumat Milano|agama Kristen dilegalkan]] [[Konstantinus Agung dan Kekristenan|Kaisar Konstantinus I]] pada tahun 313. Pada tahun 380, agama Kristen Katolik ditetapkan [[Theodosius I|Kaisar Teodosius I]] menjadi [[agama negara]] Kekaisaran Romawi. Agama Kristen menjadi agama negara Kekaisaran Romawi sampai [[Kekaisaran Romawi Barat]] runtuh, dan bertahan menjadi agama negara [[Kekaisaran Romawi Timur]] sampai [[kejatuhan Konstantinopel|kota Konstantinopel jatuh ke tangan bangsa Turki]]. [[Konsili Ekumenis|Konsili Ekumene]] [[Tujuh Konsili Ekumenis pertama|yang pertama sampai dengan yang ke-7]] terselenggara
Pertempuran di [[Pertempuran Toulouse (721)|Toulouse]] mampu
== Kelahiran Gereja ==
Baris 11:
=== Asal mula ===
[[Berkas:Jean II Restout - Pentecôte.jpg|jmpl|upright=1.5|ka|Lukisan peristiwa [[Pentakosta]] karya [[Jean II Restout]], 1732]]
Menurut [[
Menurut [[Injil Matius]], Kristus menetapkan Petrus menjadi "cadas"
orang-orang yang benar-benar tahu duduk perkaranya, tidak saja di Roma tetapi juga di Gereja-Gereja Afrika dan Asia Kecil. Pada perempat pertama abad itu (sekitar tahun 220), Tertulianus (De Pud. 21) menyebutkan tentang klaim Kalistus bahwa kuasa Petrus untuk mengampuni dosa telah diturunkan secara istimewa kepada dirinya. Andaikata Gereja Roma hanya sekadar didirikan Petrus dan tidak mengakuinya sebagai uskup pertama, maka tidak ada dasar bagi klaim-klaim semacam itu. Tertulianus, sama halnya dengan Firmilianus, punya motif yang kuat untuk menafikan klaim itu. Lagi pula, ia sendiri menetap di Roma, dan tentunya akan tahu persis jika gagasan mengenai status Petrus selaku Uskup Roma itu, sebagaimana yang digembar-gemborkan
para penentangnya, baru muncul pada tahun-tahun pertama abad ketiga, sebagai ganti riwayat yang lebih tua bahwasanya Gereja Roma didirikan bersama-sama oleh Petrus dan Paulus, dan bahwasanya Uskup Roma yang pertama adalah Linus. Sekitar waktu yang sama, Hipolitus (karena Lightfoot tentunya telah bertindak benar dengan meyakininya sebagai penulis bagian pertama dari "''Catalogus Liberianus''" — "Klemens dari Roma", 1:259) mencantumkan nama Petrus dalam daftar Uskup Roma...."<ref name=JoyceCE1913 />|}} sebagian lainnya berpendapat bahwa keberadaan lembaga kepausan tidak bergantung pada keyakinan bahwa Petrus adalah Uskup Roma, bahkan tidak bergantung pula pada keyakinan bahwa Petrus pernah tinggal di Roma.<ref>{{cite web|url=http://www.catholic.com/tracts/was-peter-in-rome|title=Was Peter in Rome?|publisher=Catholic Answers|date=10 Agustus 2004|quote=andaikata Petrus tidak pernah menjejakkan kakinya di kota Roma, ia tetap dapat menjadi paus pertama, karena salah seorang penggantinya dapat saja menjadi pemegang jabatan paus yang pertama kali menetap di Roma. Bagaimanapun juga, kepausan wujud karena dilembagakan
Kristus semasa hidupnya, jauh sebelum Petrus diriwayatkan berkunjung ke Roma. Sudah tentu ada rentang waktu selama beberapa tahun manakala lembaga kepausan belum memiliki kaitan dengan kota Roma.
=== Organisasi
Keadaan Kekaisaran Romawi kala itu memang memungkinkan tersebarnya gagasan-gagasan baru. Jaringan jalan raya serta jaringan perhubungan laut dan perairan darat, yang dibina dan dipelihara dengan baik oleh negara, mempermudah orang untuk melakukan perjalanan jauh, sementara [[Pax Romana]] membuat orang leluasa bepergian dari satu daerah ke daerah lain tanpa perlu mengkhawatirkan gangguan keamanan. Pemerintah mendorong rakyat, terutama yang tinggal di kota-kota, untuk belajar bahasa Yunani. Penguasaan ''[[basantara]]'' ini memudahkan rakyat di seluruh wilayah Kekaisaran Romawi untuk mengungkapkan gagasan masing-masing dan memahami gagasan orang lain.<ref name=bokenkotter24>Bokenkotter, hlm. 24.</ref> Rasul-rasul Yesus mendapatkan pengikut-pengikut baru dari [[Diaspora Yahudi|paguyuban-paguyuban umat Yahudi]] di seluruh Mediterania.<ref name=chadwickhenry23and24/> Pada tahun 100, sudah terbentuk kurang lebih 40 paguyuban umat Kristen.<ref name="Hitchcock 281">Hitchcock, ''Geography of Religion'' (2004), hlm. 281, kutipan: "Pada 100 M, lebih dari 40 jemaat Kristen tumbuh di kota-kota yang tersebar di sekeliling Laut Tengah, termasuk dua jemaat di Afrika Utara, yakni di Aleksandria dan Kirene, serta beberapa jemaat di Italia."</ref> Meskipun sebagian besar terbentuk di wilayah Kekaisaran Romawi, paguyuban-paguyuban umat Kristen juga terbentuk di [[Kekristenan di Armenia|Armenia]], [[Kekristenan di Iran|Iran]], dan daerah [[Pesisir Malabar]] di India.<ref name="AFM">A.E. Medlycott, ''India and The Apostle Thomas'', hlmn.1-71, 213-97; M.R. James, ''Apocryphal New Testament'', hlmn.364-436; Eusebius, ''Historia'', bab 4:30; J.N. Farquhar, ''The Apostle Thomas in North India'', bab 4:30; V.A. Smith, ''Early History of India'', hlm.235; L.W. Brown, ''The Indian Christians of St. Thomas'', hlmn.49–59</ref><ref>{{Citation|url=http://www.stthoma.com/ |title=stthoma.com |publisher=stthoma.com |accessdate=8 Agustus 2013}}</ref> Agama baru ini memikat banyak orang, khususnya di kota-kota. Agama Kristen mula-mula tersiar di kalangan budak belian dan masyarakat kelas bawah, tetapi kemudian menyebar pula di kalangan bangsawati Romawi.<ref>McMullen, hlmn. 37, 83.</ref>
Baris 50:
</ref>
Pada kurun waktu inilah, senarai kitab-kitab yang patut dihormati sebagai Kitab Suci untuk pertama kalinya ditetapkan dalam konsili-konsili atau sinode-sinode waligereja [[Perkembangan kanon Alkitab|melalui tahap-tahap 'kanonisasi' resmi]]. Sebelum konsili-konsili atau sinode-sinode ini diselenggaraan, susunan kitab-kitab yang dianggap suci sudah hampir sama dengan susunan [[Alkitab]] yang ada sekarang ini. Berdasarkan sejumlah keterangan tertulis, [[Konsili Roma]] secara resmi mengakui [[kanon Alkitab]] untuk pertama kalinya pada tahun 382, dengan menetapkan daftar kitab sahih ''[[Perjanjian Lama]]'' dan ''[[Perjanjian Baru]]''
</ref> [[Konsili Efesus]] tahun 431 mempertegas kodrat [[inkarnasi]] Yesus, dengan menyatakan bahwa Yesus adalah [[persatuan hipostatik|manusia yang seutuhnya sekaligus Allah yang seutuhnya]].<ref name="SaintsSinners">
Duffy, ''Saints and Sinners'' (1997), hlm. 35</ref> Dua dasawarsa kemudian, [[Konsili Kalsedon]] mengukuhkan primasi Paus Roma, sehingga kian meretakkan hubungan baik antara Roma dan Konstantinopel, pusat utama [[Kekristenan Timur|Gereja Timur]].<ref name="ConciseHistory">Bokenkotter, ''A Concise History of the Catholic Church'' (2004), hlmn. 84–93</ref> Selain itu, muncul pula sengketa [[monofisitisme]] tentang bagaimana persisnya kodrat inkarnasi Yesus. Sengketa ini bermuara pada perpecahan antara Gereja Katolik dan Gereja-Gereja yang tergabung dalam persekutuan [[Gereja Ortodoks Oriental]].<ref name="OxfordHistory">McManners, ''Oxford Illustrated History of Christianity'' (2002), hlm. 142, Bab 4 Eastern Christendom karya [[Timothy Ware|Kallistos Ware]]</ref>
Baris 64:
Pada permulaan abad ke-8, kebijakan [[ikonoklasme Bizantium|anti-ikon di Romawi Timur]] menjadi biang keladi utama sengketa antara Gereja Timur dan Gereja Barat. Kaisar-kaisar Romawi Timur melarang warganya membuat maupun menghormati gambar orang-orang suci, karena dinilai menyalahi [[Dasa Titah]]. Agama-agama besar lain di Dunia Timur, seperti [[agama Yahudi]] dan [[agama Islam]], juga memiliki larangan serupa. [[Paus Gregorius III]] menentang keras larangan ini.<ref name="Vidmar103">Vidmar, Jedin 34</ref> [[Irene dari Athena|Irene]], permaisuri kaisar baru yang sehaluan dengan Sri Paus, menggelar sebuah konsili ekumene untuk menuntaskan permasalahan ini. Pada tahun 787, bapa-bapa (waligereja yang menghadiri) [[Konsili Nicea II|Konsili Nikea II]] "menyambut hangat kedatangan rombongan perutusan yang membawa surat dari Sri Paus".<ref name="Duffy74">Duffy, ''Saints and Sinners'' (1997), hlmn. 63, 74</ref> Dalam sidang penutup yang dipimpin wakil-wakil [[Paus Adrianus I|Paus Hadrianus I]],<ref>Franzen 35</ref> 300 bapa konsili "menerima ajaran Sri Paus"<ref name="Duffy74"/> yang membenarkan tindakan membuat dan menghormati [[ikon]].
Dengan penobatan [[Karel Agung]] oleh [[Paus Leo III]] pada tahun 800, maupun pemberian gelar ''[[Patricius|Patricius Romanorum]]'' dan penyerahan kunci [[Makam Santo Petrus]] kepadanya, lembaga kepausan mendapatkan pengayom baru di belahan Dunia Barat. Dukungan pengayom baru membuat para paus sampai taraf tertentu merdeka dari kekuasaan kaisar di Konstantinopel, tetapi pengayom baru juga menjadi salah satu sebab [[Skisma Timur-Barat|Skisma Akbar]]. Sedari awal perjalanan sejarah Gereja, para Kaisar Romawi Timur dan para [[Patriark Ekumenis Konstantinopel|Batrik Konstantinopel]] memandang diri mereka sebagai penerus sejati Kekaisaran Romawi.<ref>Jedin 36</ref> Ketika [[Paus Nikolas I|Paus Nikolaus I]] menolak mengakui kesahihan jabatan [[Photios I dari Konstantinopel|Batrik Konstantinopel yang disandang Fotios I]], Sang Batrik pun menuding Sri Paus sebagai ahli bidah karena mempertahankan frasa ''[[filioque]]'' dalam syahadat, yang ia anggap sama saja dengan percaya bahwa [[Roh Kudus]] keluar dari [[Allah Bapa|Bapa]] "''dan [[Allah Putra|Putra]]''". Dukungan pengayom baru memang memperkuat lembaga kepausan, tetapi dalam jangka panjang justru menciptakan masalah baru bagi para paus, yakni [[kontroversi Penobatan|kontroversi investitur]], ketika para [[Kaisar Romawi Suci]] berusaha menempatkan orang-orang kepercayaannya pada jabatan uskup, bahkan jabatan paus.<ref name="Vidmar107">Vidmar, ''The Catholic Church Through the Ages'' (2005), hlmn. 107–111</ref><ref name="Duffy78">Duffy, ''Saints and Sinners'' (1997), hlm. 78, quote: "Pengganti Paus Paskalis, [[Paus Eugenius II]] (824–7), justru terpilih berkat pengaruh kaisar, sehingga menghilangkan sebagian besar dari keuntungan-keuntungan yang sudah dicapai lembaga kepausan. Ia mengakui kedaulatan kaisar atas Negara Gereja, dan menerima undang-undang dasar sodoran dari Lothair yang mengesahkan pengawasan kekaisaran atas tata usaha pemerintahan Roma, memaksa seluruh warga Negara Gereja untuk bersumpah setia kepada kaisar, dan mewajibkan paus terpilih untuk bersumpah setia kepada kaisar sebelum dinobatkan. Bahkan pada masa jabatan [[Paus Sergius II]] (844–847), ditetapkan bahwa paus terpilih tidak boleh dinobatkan tanpa mandat kaisar, dan upacara penobatan harus dihadiri
wakil kaisar. Pemberlakuan ketetapan ini sama saja dengan menghidupkan kembali sejumlah aturan Kekaisaran Romawi Timur yang jauh lebih merendahkan martabat."</ref> Sesudah [[Kekaisaran Karoling|Kekaisaran Wangsa Karoling]] terpecah belah, dan pasukan-pasukan Muslim mulai gencar merongrong Semenanjung Italia, lembaga kepausan pun memasuki kurun waktu ketidakberdayaan tanpa pengayom sama sekali.<ref>Franzen. 36–42</ref>
Baris 74:
[[Skisma Timur-Barat|Skisma Akbar]] yang memecah belah agama Kristen terjadi pada abad ke-11.<ref name="SandSp91">Duffy, ''Saints and Sinners'' (1997), hlm. 91</ref> Skisma ini timbul akibat sengketa antara Konstantinopel dan Roma mengenai siapa yang berwenang membawahi Gereja di Sisilia, dan bermuara pada aksi saling ekskomunikasi pada tahun 1054.<ref name="SandSp91"/> Sejak saat itu, umat Kristen Latin dikenal dengan sebutan Gereja Katolik, dan umat Kristen Yunani dikenal dengan sebutan [[Gereja Ortodoks Timur|Gereja Ortodoks]].<ref name="StoChris44">Collins, ''The Story of Christianity'' (1999), hlm. 103</ref><ref name="Vidmar104">Vidmar, ''The Catholic Church Through the Ages'' (2005), hlm. 104</ref> Baik [[Konsili Lyon II]] tahun 1274 maupun [[Konsili Firenze]] tahun 1439 gagal merukunkan kedua belah pihak.<ref name="Duffy119">Duffy, ''Saints and Sinners'' (1997), hlmn. 119, 131</ref> Beberapa [[Gereja-Gereja Katolik Timur|Gereja Timur]] telah kembali bersatu dengan Gereja Katolik, dan beberapa Gereja Timur lain mengaku tidak pernah keluar dari persekutuan dengan Sri Paus.<ref name="Vidmar104"/><ref>{{cite web|title=Eastern Catholic |work=Catholic World News |publisher=Trinity Communications |year=2008 |url=//www.cwnews.com/news/biosgloss/definition.cfm?glossID=67 |accessdate=30 Mei 2008 |deadurl=yes |archiveurl=https://web.archive.org/web/20050409045926/http://www.cwnews.com/news/biosgloss/definition.cfm?glossID=67 |archivedate=9 April 2005 |df= }}</ref> Secara resmi, kedua Gereja belum kembali bersatu, tetapi [[Deklarasi gabungan Katolik-Ortodoks 1965|kedua belah pihak sudah menarik kembali pernyataan ekskomunikasi masing-masing]] pada tahun 1965.<ref name="Duffy278">Duffy, ''Saints and Sinners'' (1997), hlm. 278</ref>
Pada abad ke-11, timbul [[kontroversi Penobatan|kontroversi investitur]] antara Kaisar Romawi Suci dan Sri Paus, yakni sengketa mengenai hak mengangkat petinggi Gereja. Sengketa ini adalah tahap pertama dalam pertikaian berkepanjangan antara [[Gereja dan negara di Eropa pada Abad Pertengahan]]. Mula-mula lembaga kepausan tampil sebagai pihak yang unggul, tetapi karena masyarakat Italia terbelah menjadi [[Guelf dan Ghibellin|golongan Guelfi dan golongan Gibellini]] yang
[[
[[Paus Urbanus II]] melancarkan [[Perang Salib Pertama|Perang Salib yang pertama]] pada tahun 1095, setelah menerima permohonan bantuan dari [[Daftar Kaisar Romawi Timur|Kaisar Romawi Timur]] [[Alexius I Komnenus|Aleksios Komnenos]] untuk membendung invasi bangsa Turki.<ref name="rileysmith">Riley-Smith, ''The First Crusaders'' (1997), hlm. 8</ref> Paus Urbanus juga yakin bahwa Perang Salib dapat membantu merukunkan Gereja Barat dengan Gereja Timur.<ref name="Vidmar130">Vidmar, ''The Catholic Church Through the Ages'' (2005), hlmn. 130–131</ref><ref name="Bokenkotter140">Bokenkotter, ''A Concise History of the Catholic Church'' (2004), hlm. 140 quote: "Jadi ketika Urbanus menyerukan imbauan untuk mengobarkan Perang Salib di Clermont pada tahun 1095, salah satu motifnya adalah memberi bantuan kepada umat Kristen Timur yang sedang dirundung masalah."</ref> Laporan-laporan tentang kezaliman kaum Muslim terhadap umat Kristen<ref name="Bokenkotter155">Bokenkotter, ''A Concise History of the Catholic Church'' (2004), hlm. 155 quote: "Tersiar pula cerita-cerita tentang perlakuan semena-mena orang kafir terhadap orang-orang Kristen yang sedang berziarah ke Yerusalem. Cerita-cerita ini membangkitkan kemarahan masyarakat Dunia Barat."</ref> memicu pelancaran serangkaian kampanye militer mulai tahun 1096, yang dikenal dengan sebutan [[Perang Salib]]. Kampanye-kampanye militer ini dilancarkan dengan tujuan memulihkan kekuasaan umat Kristen atas [[Tanah Suci]]. Tujuan ini tidak kunjung terwujud secara permanen, dan aksi-aksi kejam yang dilakukan angkatan bersenjata kedua belak pihak meninggalkan warisan sikap saling curiga di antara umat Islam dan umat Kristen Gereja Barat maupun Gereja Timur.<ref name="LeGoff66">Le Goff, ''Medieval Civilization'' (1964), hlmn. 65–67</ref> [[Perang Salib Keempat|Aksi penjarahan kota Konstantinopel]] yang terjadi pada masa Perang Salib IV membuat umat Kristen Timur merasa sangat terpukul dan kecewa, meskipun tahu bahwa [[Paus Innosensius III|Paus Inosensius III]] secara terang-terangan melarang aksi tersebut.<ref name="Tyerman">Tyerman, ''God's War: A New History of the Crusades'' (2006), hlmn. 525–560</ref> Pada tahun 2001, [[Paus Yohanes Paulus II]] memohon umat Kristen Ortodoks untuk mengampuni dosa-dosa umat Katolik, termasuk aksi penjarahan kota Konstantinopel tahun 1204.<ref>{{cite news | title =Pope sorrow over Constantinople
Baris 83:
Ada dua langgam arsitektur gereja yang lahir pada kurun waktu ini. Langgam arsitektur yang lahir lebih dulu adalah [[Arsitektur Romanesque|langgam Romawi]], yakni gaya arsitektur yang memadukan dinding-dinding raksasa dengan pelengkung-pelengkung bundar dan langit-langit batu. Ketiadaan jendela-jendela berukuran besar diimbangi dengan lukisan-lukisan berwarna-warni pada dinding ruangan yang bertemakan kisah-kisah Alkitab dan riwayat hidup orang-orang kudus. [[Basilika Saint-Denis]] menandai kemunculan trend baru di bidang arsitektur katedral, karena dibangun menggunakan gaya [[arsitektur Gotik|arsitektur Gothik]].<ref name="Woods122">Woods, ''How the Church Built Western Civilization'' (2005), hlmn. 119–122</ref> Gaya arsitektur yang menghadirkan jendela-jendela besar serta pelengkung-pelengkung yang lancip dan tinggi ini membuat pencahayaan ruangan maupun keselarasan geometri bangunan menjadi lebih baik, dengan maksud untuk mengarahkan pikiran umat kepada Allah, "Sang Mahapengatur".<ref name="Woods122"/> Pada abad ke-12, lahir empat [[Monastisisme|tarekat kerahiban]] baru yang sebagian besar anggotanya berkiprah sebagai [[ordo militer|kesatria-kesatria militer]] dalam Perang Salib.<ref name="Norman62">Norman, ''The Roman Catholic Church'' (2007), hlm. 62</ref> Santo [[Bernardus dari Clairvaux]], rahib tarekat [[Sistersien]], sangat besar pengaruhnya terhadap tarekat-tarekat baru ini, dan memprakarsai usaha-usaha pembaharuan demi memastikan kemurnian tujuan pembentukannya.<ref name="Norman62"/> Berkat pengaruhnya yang besar, [[Paus Aleksander III]] melancarkan usaha-usaha pembaharuan yang melahirkan [[Hukum kanon Gereja Katolik|hukum kanon]].<ref name="Duffy101">Duffy, ''Saints and Sinners'' (1997), hlm. 101</ref> Pada abad berikutnya, [[Fransiskus dari Assisi|Francesco di Bernardone]] dan [[Dominikus|Domingo de Guzmán]] mendirikan [[ordo mendikan|tarekat-tarekat fakir]] baru yang menghadirkan [[Hidup bakti|cara hidup bakti]] di tengah-tengah lingkungan perkotaan.<ref name="LeGoff87">Le Goff, ''Medieval Civilization'' (1964), hlm. 87</ref>
Pada abad ke-12, muncul sempalan [[Katarisme]] di Languedoc, Prancis. Usaha-usaha untuk menanggulangi ajaran bidah inilah yang melahirkan lembaga inkuisisi. Setelah kaum Katar didakwa membunuh seorang [[Pierre de Castelnau|utusan paus]] pada tahun 1208, [[Paus Innosensius III|Paus Inosensius III]] melancarkan [[Perang Salib Albigensian|Perang Salib Albigenses]].<ref name="Duffy112">Duffy, ''Saints and Sinners'' (1997), hlm. 112</ref> Berbagai tindakan penyalahgunaan kewenangan yang terjadi selama berlangsungnya Perang Salib ini mendorong Paus Inosensius III untuk membentuk lembaga inkuisisi kepausan secara informal guna mencegah tindakan-tindakan pembantaian lanjutan dan memberantas sisa-sisa kaum Katar sampai ke akar-akarnya.<ref name="Vidmar144">Vidmar, ''The Catholic Church Through the Ages'' (2005), hlmn. 144–147, quote: "Perang Salib yang kelak dikenal dengan sebutan Perang Salib Albigenses ini berlangsung sampai tahun 1219. Selaku seorang ahli hukum, Paus Inosensius III mampu menyadari kenyataan bahwa Perang Salib mudah sekali lepas kendali sekaligus mampu memikirkan cara untuk membendungnya. Ia mengimbau para penguasa lokal untuk mengadopsi undang-undang anti-ahli bidah dan menghadapkan terdakwa ke mahkamah. Pada tahun 1231, lembaga kepausan mulai melancarkan inkuisisi, dan para frater ditugaskan untuk membentuk mahkamah-mahkamah investigasi."</ref><ref name="Bokenkotter132">Bokenkotter, ''A Concise History of the Catholic Church'' (2004), hlm. 132, quote: "Sebuah Perang Salib dimaklumkan terhadap kaum yang kadang-kadang disebut "Albigenses" ... Dalam rangka Perang Salib inilah lahir sistem inkuisisi lembaga kepausan, yakni mahkamah khusus yang dibentuk atas ketetapan Sri Paus dan bertugas mengusut para ahli bidah. Tanggung jawab tersebut sebelumnya dipercayakan kepada para uskup lokal. Meskipun demikian, Paus Innosensius merasa perlu menanggulangi ancaman kaum Albigenses sehingga mengirim delegasi-delegasi dengan kuasa khusus yang membuat mereka lepas dari kewenangan uskup. Pada tahun 1233, Paus Gregorius IX mengubah lembaga ''ad hoc'' ini menjadi sebuah sistem permanen yang dijalankan para inkuisitor, yang lazimnya dipilih dari kaum fakir Kristen, yakni anggota-anggota tarekat Dominikan dan tarekat Fransiskan yang terkenal berani, jujur, arif, dan giat."</ref> Pada masa-masa jayanya, sesudah diformalisasi [[Paus Gregorius IX]], lembaga [[inkuisisi Abad Pertengahan]] ini menghukum mati rata-rata tiga orang per tahun.<ref name="Bokenkotter132"/><ref name="Norman93">Norman, ''The Roman Catholic Church an Illustrated History'' (2007), hlm. 93</ref> Seiring waktu, aksi-aksi [[inkuisisi]] lain juga dilancarkan
Gereja atau penguasa sekuler untuk menindas ahli bidah, untuk menghadapi ancaman invasi [[Moor|orang Moro]], maupun untuk tujuan-tujuan politik.<ref name=christopherblack/> Para terdakwa bidah diimbau untuk mengingkari kesesatannya jika ingin terhindar dari hukuman penitensi, denda, kurungan, atau [[eksekusi pembakaran|bakar hidup-hidup]].<ref name="christopherblack">Black, ''Early Modern Italy'' (2001), hlmn. 200–202</ref><ref name="Casey">Casey, ''Early Modern Spain: A Social History'' (2002), hlmn. 229–230</ref>
Baris 94:
{{utama|Kontra Reformasi|Gereja Katolik pada Abad Penjelajahan}}
{{See also|Reformasi Protestan|Kekristenan pada abad ke-16|Perang agama Eropa}}
Selama abad ke-15 dan awal abad ke-16, misionaris-misionaris dan penjelajah-penjelajah Eropa menyebarkan agama Kristen Katolik ke Benua Amerika, Asia, Afrika, dan Oseania. Dengan menerbitkan [[bulla kepausan|bula]] ''[[Inter Caetera]]'', [[Paus Aleksander VI]] menganugerahkan hak jajah atas sebagian besar daerah yang baru ditemukan kepada Spanyol dan [[Portugal]].<ref name="Koschorke13">[[Klaus Koschorke|Koschorke, K.]] ''A History of Christianity in Asia, Africa, and Latin America'' (2007), hlmn. 13, 283</ref> Di bawah sistem ''patronato'' ({{lang-pt|padroado}}), pejabat-pejabat negara mengatur pengangkatan rohaniwan dan membatasi hubungan langsung dengan Vatikan.<ref name="Dussel39">Dussel, Enrique, ''A History of the Church in Latin America'', Wm B Eerdmans Publishing, 1981, hlmn. 39, 59</ref> Pada bulan Desember 1511, [[Antonio de Montesinos (frater Dominikan)|Antonio de Montesinos]], seorang frater dari tarekat Dominikan, secara terbuka mengecam pejabat-pejabat pemerintah Spanyol di [[Hispaniola|Ispanyola]] karena memperlakukan orang-orang pribumi Amerika dengan semena-mena. Ia berkata, "... kamu sekalian sudah berdosa besar ... karena kekejaman dan tirani yang kamu gunakan dalam berurusan dengan orang-orang tak berdosa ini".<ref name="Woods135">Woods, ''How the Church Built Western Civilization'' (2005), hlm. 135</ref><ref name=Johansen109a>[[Bruce E. Johansen]], ''The Native Peoples of North America,'' Rutgers University Press, New Brunswick, 2006, hlmn. 109, 110, quote: "Di Benua Amerika, [[Bartolomé de Las Casas]], seorang imam Katolik, giat mendorong dilakukannya penyelidikan resmi terhadap berbagai macam kekejaman dalam aksi penaklukan yang dilakukan bangsa Spanyol. Las Casas mendata tindakan-tindakan brutal bangsa spanyol terhadap orang-orang pribumi dengan sangat cermat."</ref><ref name="Koschorke287">Koschorke, ''A History of Christianity in Asia, Africa, and Latin America'' (2007), hlm. 287</ref> Menjawab kecaman tersebut, [[Ferrando II d'Aragón|Raja Fernando]] memberlakukan ''[[Undang-Undang Burgos]]'' dan ''Undang-Undang Valladolid''. Penerapannya tidak tegas, dan meskipun sebagian pihak menyalahkan Gereja karena tidak berbuat banyak demi kebebasan orang-orang Indian, pihak-pihak lain justru menegaskan bahwa Gerejalah satu-satunya lembaga yang menyuarakan kepentingan orang-orang pribumi.<ref name="Dussel45">Dussel, Enrique, ''A History of the Church in Latin America'', Wm B Eerdmans Publishing, 1981, hlmn. 45, 52, 53 quote: "Gereja yang misioner ini sejak semula sudah menentang tindakan-tindakan negara tersebut, dan hampir semua hal positif yang dilakukan demi kemaslahatan orang-orang pribumi adalah buah dari imbauan dan seruan para misionaris. Meskipun demikian, kenyataan bahwa ketidakadilan yang merajalela sangat sukar diberantas tetap tidak dapat dipungkiri ... Tokoh yang lebih berjasa daripada Bartolome de Las Casas adalah Uskup Nikaragua, Antonio de Valdeviso, yang wafat sebagai martir karena membela masyarakat Indian."</ref> Isu ini menimbulkan krisis hati nurani di spanyol pada abad ke-16.<ref name="Koschorke287"/><ref name=Johansen109>[[Bruce E. Johansen]], ''The Native Peoples of North America,'' Rutgers University Press, New Brunswick, 2006, hlmn. 109, 110, quote: Sebagian besar karena karya tulis Las Casas, muncul gerakan di Spanyol yang memperjuangkan perlakuan yang lebih manusiawi terhadap orang-orang pribumi.</ref
Pada tahun 1521, berkat kepemimpinan dan usaha pewartaan penjelajah Portugis, [[Fernando de Magelhaens|Fernão de Magalhães]], untuk pertama kalinya dilangsungkan pembaptisan orang-orang pribumi yang kemudian hari menjadi bangsa Kristen pertama di Asia Tenggara, yakni [[bangsa Filipina]].<ref name="Koschorke21">Koschorke, ''A History of Christianity in Asia, Africa, and Latin America'' (2007), hlm. 21</ref> Pada tahun berikutnya, misionaris-misionaris [[Fransiskan]] tiba di negeri yang kini bernama [[Meksiko]]. Mereka berusaha mengajak orang-orang Indian setempat untuk memeluk agama Kristen Katolik, tetapi juga berusaha meningkatkan kesejahteraan mereka dengan mendirikan sekolah-sekolah dan rumah-rumah sakit. Orang-orang Indian mereka ajari metode-metode bercocok tanam yang lebih baik dan cara-cara yang lebih mudah untuk menenun dan membuat gerabah. Karena ada sebagian orang yang masih meragukan bahwa bangsa Indian sungguh-sungguh manusia, [[Paus Paulus III]] menerbitkan bula ''Veritas Ipsa'' atau ''[[Sublimis Deus]]'' pada tahun 1537 untuk menegaskan bahwa bangsa Indian patut diperlakukan sebagai manusia.<ref name=Johansen110>[[Bruce E. Johansen]], ''The Native Peoples of North America,'' Rutgers University Press, New Brunswick, 2006, hlm. 110, quote: "Dalam bula ''Sublimis deus'' (1537), Paus Paulus III menegaskan bahwa bangsa Indian harus dianggap sungguh-sungguh manusia, dan jiwa-jiwa mereka sama abadinya dengan jiwa-jiwa bangsa Eropa. Penegasan ini juga mengharamkam segala bentuk pembudakan bangsa Indian..."</ref><ref name="Koschorke290">Koschorke, ''A History of Christianity in Asia, Africa, and Latin America'' (2007), hlm. 290</ref> Semenjak terbitnya bula tersebut, usaha penyebaran agama Kristen Katolik mulai mebuahkan hasil.<ref name=samora20>Samora ''dkk.'', ''A History of the Mexican-American People'' (1993), hlm. 20</ref> Dalam rentang waktu 150 tahun berikutnya, usaha misi meluas sampai
[[
=== Renaisans Eropa ===
Di Eropa, [[Renaisans]] menandai kemunculan kembali minat orang terhadap ilmu pengetahuan [[Abad Kuno]] dan [[Zaman Klasik|Abad Klasik]]. Renaisans juga merupakan kurun waktu ketika orang mulai mempertanyakan kepercayaan-kepercayaan yang mereka anut. Katedral-katedral dan gereja-gereja sudah lama menjadi semacam buku bergambar dan galeri seni bagi jutaan orang yang tidak berpendidikan. Jendela-jendela kaca patri, [[fresko]]-fresko, patung-patung, lukisan-lukisan, dan panel-panel bergambar menceritakan kembali kisah hidup orang-orang kudus dan tokoh-tokoh Alkitab. Gereja mensponsori seniman-seniman besar Renaisans seperti [[Michelangelo]] dan [[Leonardo da Vinci]], pecipta sejumlah karya seni yang terkenal di seluruh dunia.<ref name="Duffy133">Duffy, ''Saints and Sinners'' (1997), hlm. 133</ref> Meskipun para pemimpin Gereja mampu mengarahkan seni rupa yang terinspirasi [[humanisme Renaisans]] untuk kepentingan Gereja, ada juga konflik-konflik antara kaum rohaniwan dan kaum humanis, misalnya konflik yang timbul sewaktu digelarnya sidang pengadilan ahli bidah terhadap [[Johann Reuchlin]]. Pada tahun 1509, cendekiawan Renaisans ternama, [[Desiderius Erasmus]], menulis ''[[Pujian kepada Kebodohan]]'', sebuah karya tulis yang merangkum keresahan masyarakat akan korupsi yang merajalela di dalam tubuh Gereja.<ref name="Norman86">Norman, ''The Roman Catholic Church an Illustrated History'' (2007), hlm. 86</ref> [[Paus (Gereja Katolik|Lembaga kepausan]] sendiri dipertanyakan
kaum [[konsiliarisme]] dalam [[Konsili Konstanz]] maupun [[Konsili Basel]]. Usaha-usaha pembaharuan yang nyata diusulkan dalam sidang [[Konsili Ekumene Katolik|kedua konsili ekumene]] tersebut maupun dalam [[Konsili Lateran V]], tetapi dimentahkan. Usaha-usaha tersebut dipandang perlu tetapi tidak membuahkan hasil dalam skala besar karena adanya perseteruan internal,<ref name="Franzen 65-78">Franzen 65–78</ref> konflik-konflik dengan Kekaisaran Turki
=== Perang-perang Reformasi Protestan ===
[[Konsili Lateran V]] hanya melahirkan segelintir usaha pembaharuan pada bulan Maret 1517. Beberapa bulan kemudian, pada tanggal 31 Oktober 1517, [[Martin Luther]] menerbitkan ''[[95 Dalil Luther|Sembilan Puluh Lima Dalil]]''-nya, dengan harapan dapat mencetuskan perdebatan.<ref name="Vidmar184">Vidmar, ''The Catholic Church Through the Ages'' (2005), hlm. 184</ref><ref name="Bokenkotter215">Bokenkotter, ''A Concise History of the Catholic Church'' (2004), hlm. 215</ref> Dalil-dalilnya memprotes pokok-pokok [[doktrin]] Gereja Katolik maupun praktik jual beli [[indulgensi]].<ref name="Vidmar184"/><ref name="Bokenkotter215"/> [[Huldrych Zwingli|Hulderikus Zwingli]], [[Yohanes Calvin]], dan beberapa tokoh lain juga mengecam ajaran-ajaran Gereja Katolik. Penentangan-penentangan tersebut didukung penguasa-penguasa lokal, dan berkembang menjadi gerakan [[Reformasi Protestan]].<ref name="ConciseHistory2">Bokenkotter, ''A Concise History of the Catholic Church'' (2004), hlmn. 223–224</ref><ref name="Vidmar196">Vidmar, ''The Catholic Church Through the Ages'' (2005), hlmn. 196–200</ref> Pada kurun waktu ini, banyak orang beremigrasi meninggalkan kampung halamannya ke daerah-daerah yang menoleransi atau menganut keyakinan yang sama dengannya, kendati ada pula yang bertahan tinggal dan menjadi [[Kripto-Protestantisme|kaum kripto-Protestan]] atau [[Nikodemit|orang Nikodemit]].
Di Jerman, gerakan reformasi menyulut perang antara [[Liga Schmalkaldic|Liga Schmalkalden]] selaku pihak Protestan melawan Kaisar [[Karl V, Kaisar Romawi Suci|Kaisar Karel V]] selaku pihak Katolik. Perang sembilan tahun antara kedua belah pihak berakhir pada tahun 1555, tetapi ketegangan yang masih membara akhirnya menyulut konflik yang lebih besar lagi, yakni [[Perang Tiga Puluh Tahun]], yang meletus pada tahun 1618.<ref name="Vidmar233"/>
Di Negeri Belanda, perang-perang Kontra-Reformasi adalah [[Pemberontakan Belanda|Pemberontakan Rakyat Belanda]] dan [[Perang Delapan Puluh Tahun]] yang juga mencakup [[Perang Suksesi Jülich|Perang Suksesi Kepemimpinan Kadipaten Gulik]]. [[Perang Köln]] (1583–1589) adalah konflik antara faksi [[Protestan]] dan faksi [[Katolik]] di [[Elektorat Köln|Swapraja Kurfürstentum Köln]]. Ketika [[Gebhard Truchsess von Waldburg]], uskup agung yang mengepalai Swapraja Kurfürstentum Köln, berganti keyakinan menjadi pemeluk agama Kristen Protestan, umat Katolik memilih [[Ernst von Bayern]] menjadi Uskup Agung Köln yang baru. [[Ernst von Bayern]] berhasil mengalahkan [[Gebhard Truchsess von Waldburg]] beserta sekutu-sekutunya.
Baris 113:
=== Inggris ===
[[
[[Reformasi Inggris]] tampaknya dilandasi
keinginan [[Henry VIII dari Inggris|Raja Henry VIII]] untuk menganulir perkawinannya dengan [[Katherine dari Aragon|Catalina de Aragón]], dan mula-mula lebih bersifat politik meskipun kemudian hari menjadi perkara teologi.<ref name=scruton1996p470>{{cite book |author=Roger Scruton|author-link=Roger Scruton|title=A Dictionary of Political Thought|url=https://archive.org/details/dictionaryofpoli0000scru_h0g0|year=1996|page=[https://archive.org/details/dictionaryofpoli0000scru_h0g0/page/470 470]|quote="Reformasi (Inggris) tidak boleh dicampuradukkan dengan perubahan-perubahan yang diperkenalkan dalam Gereja Inggris sewaktu 'Reformasi Parlemen' tahun 1529 sampai tahun 1536, yang pada hakikatnya bersifat politik alih-alih bersifat keagamaan, dirancang untuk menyatukan sumber kewenangan sekuler dan sumber kewenangan keagamaan menjadi satu kewenangan tunggal: [[Komuni Anglikan|Gereja Anglikan]] baru kemudian hari memunculkan perubahan-perubahan mendasar dalam doktrin."}}</ref> [[Acts of Supremacy|Undang-Undang Supremasi]] menjadikan kepala monarki Inggris sebagai kepala Gereja Inggris dan oleh karena itu membentuk [[Gereja Inggris]]. Kemudian sejak tahun 1536, sekitar 825 biara di seluruh Inggris, [[Wales]], dan Irlandia [[Pembubaran Biara-biara|disegel]] dan gereja-gereja Katolik disita negara.<ref name = Schama>Schama, ''A History of Britain 1: At the Edge of the World?'' (2003), hlmn. 309–311</ref><ref name="Vidmar220"/> Ketika Raja Henry VIII mangkat pada tahun 1547, seluruh biara, frateran, susteran, dan tempat-tempat suci dihancurkan atau disegel.<ref name="Vidmar220">Vidmar, ''The Catholic Church Through the Ages'' (2005), hlm. 220, quote: "Melihat kegigihan Cranmer dalam mempengaruhinya untuk menjadikan Inggris sebagai negara Lutheran atau Kalvinis, Henry mengambil keputusan pada bulan September 1538 dan mengundangkan Enam Pasal, yang bertujuan memulihkan iman purba, termasuk amalan selibat bagi kaum rohaniwan. Pada tahun 1543, sebagian besar undang-undang Reformasi ditunggangbalikkan. Satu orang, John Lambert, dijadikan contoh pada bulan November 1538. Ia dibakar dengan cara diseret keluar masuk kobaran api karena menganut keyakinan-keyakinan yang sama dengan Cranmer mengenai Ekaristi. Cranmer dipaksa menyaksikan peristiwa brutal itu. Ia juga harus memulangkan istrinya ke Jerman."</ref><ref name = Gonzalez75>Gonzalez, ''The Story of Christianity, Jilid 2'' (1985), hlm. 75, quote: "Di Inggris, ia mengambil langkah-langkah yang bertujuan sedapat mungkin menyesuaikan gereja di negeri itu dengan agama Kristen Katolik Roma, kecuali dalam urusan ketaatan kepada Sri Paus. Ia juga menolak memulihkan biara-biara, yang sudah ia segel dan sita dengan alasan reformasi, dan yang harta bendanya tidak ingin ia kembalikan."</ref> [[Mary I dari Inggris|Ratu Mary I]] memulihkan kesatuan Gereja Inggris dengan Roma, dan (bertentangan dengan saran dari duta besar Spanyol) menganiaya umat Protestan pada masa pemerintahannya.<ref name="Vidmar225">Vidmar, ''The Catholic Church Through the Ages'' (2005), hlmn. 225–226</ref><ref name = Haigh159>Haigh, ''The English Reformation Revised'' (1987), hlm. 159, quote: "Mary ingin secepat mungkin mengubah Inggris menjadi negara Katolik: menegakkan kembali kewibawaan Sri Paus, membatalkan statuta-statuta parlemen yang telah mengubah hubungan antara Gereja dan negara dengan begitu radikal, serta memulihkan kembali doktrin dan peribadatan Katolik di dalam gereja Inggris. Tidak ada yang boleh menghalangi langkahnya. Baik gerutu, kerusuhan, maupun pemberontakan rakyat, bahkan saran duta besar Spanyol agar tidak bertindak buru-buru, mampu menghentikan usaha sang ratu untuk mewujudkan niatnya. ... Tewas dibakar hidup-hidup di tangan sheriff menjadi hukuman bagi siapa saja yang terbukti menganut ajaran bidah di hadapan mahkamah Gereja dan tidak bersedia mengingkarinya."</ref> Sesudah beberapa kali diprovokasi, [[Elizabeth I dari Inggris|Ratu Elizabeth I]], pengganti Ratu Mary I, memberlakukan Undang-Undang Supremasi. Undang-undang ini mengharamkan pemeluk agama Katolik menjadi anggota asosiasi-asosiasi profesional, menjadi pejabat publik, memiliki hak suara, maupun mendidik anak-anak mereka.<ref name="Vidmar225"/><ref name=Solt149>Solt, ''Church and State in Early Modern England, 1509–1640'', (1990), hlm. 149</ref> Ratu Elizabeth I jauh lebih lama memerintah dibanding Ratu Mary I, dan jumlah [[Daftar martir Katolik dari Reformasi Inggris|umat Katolik]] maupun [[Daftar martir Protestan dari Reformasi Inggris|umat Protestan aliran lain]] yang dihukum mati pada masa pemerintahannya melampaui jumlah korban penganiayaan pada masa pemerintahan pendahulunya.<ref name="Vidmar225"/> Aniaya yang bermula pada masa pemerintahan Ratu Elizabeth diteruskan
para penggantinya.<ref name = SchamaII>Schama, ''A History of Britain 1: At the Edge of the World?'' (2003), hlmn. 272–273.</ref> Ratu Elizabeth I juga memberlakukan [[Hukum Pidana (Irlandia)|Undang-Undang Hukum Pidana]] di Irlandia<ref name="jackson">Jackson, ''Ireland Her Own'' (1991), hlm. 514</ref> kendati tidak seefektif di Inggris.<ref name="Vidmar225"/><ref name="Norman132">Norman, ''The Roman Catholic Church an Illustrated History'' (2007), hlmn. 131–132</ref> Karena agama Kristen Katolik sudah mengakar dalam kehidupan berbangsa dan dianggap sebagai salah satu unsur identitas bangsa di Irlandia, rakyat Irlandia terus bertahan melawan usaha gencar Inggris untuk melenyapkan Gereja Katolik.<ref name="Vidmar225"/><ref name="Norman132"/>
=== Konsili Trento ===
Dalam bukunya yang berjudul ''The Reformation, A History'', sejarawan [[Diarmaid MacCulloch]] mengemukakan pandangannya bahwa semua pembantaian yang terjadi pada era Reformasi melahirkan konsep toleransi beragama dan Gereja Katolik yang lebih baik,<ref>{{cite web | last =Potemra | first =Michael | title =Crucible of Freedom | work =National Review | date =13 July 2004 | url = http://nationalreview.com/books/potemra200407131542.asp| archiveurl = https://web.archive.org/web/20070426172353/http://nationalreview.com/books/potemra200407131542.asp| archivedate = 26 April 2007| accessdate =21 Juni 2008 }}</ref> yang merespon tantangan-tantangan terhadap doktrin dan penyelewengan-penyelewengan yang diungkit gerakan reformasi ke permukaan dalam [[Konsili Trento]] (1545–1563). Konsili inilah yang mencetuskan [[Kontra-Reformasi]] serta menegaskan kembali doktrin-doktrin pokok Kristen Katolik seperti [[transubstansiasi]] dan perlunya kasih, pengharapan, maupun iman untuk mencapai keselamatan.<ref name="Bokenkotter242">Bokenkotter, ''A Concise History of the Catholic Church'' (2004), hlmn. 242–244</ref> Konsili Trento juga mereformasi banyak bidang lain yang penting bagi Gereja, khususnya melalui perbaikan mutu pendidikan rohaniwan dan konsolidasi yurisdiksi terpusat [[Kuria Romawi]].<ref name="Norman81">Norman, ''The Roman Catholic Church an Illustrated History'' (2007), hlm. 81</ref><ref name="Bokenkotter242"/><ref name="Vidmar237">Vidmar, ''The Catholic Church Through the Ages'' (2005), hlm. 237</ref>
[[
Pada beberapa dasawarsa sesudah penyelenggaraan Konsili Trento, timbul [[Konsili Trento#Tanggapan Protestan|sengketa ilmiah]] antara [[Martin Chemnitz]] dari kubu Lutheran dan [[Diogo de Payva de Andrada]] dari kubu Katolik mengenai selaras tidaknya pernyataan-pernyataan tertentu dengan ajaran bapa-bapa Gereja dan Kitab Suci. Kritik-Kritik yang dimunculkan gerakan reformasi adalah salah satu faktor yang membidani lahirnya [[ordo keagamaan|tarekat-tarekat religius]] baru, antara lain tarekat [[Teatin]], [[Barnabit]], dan [[Yesuit]]. Beberapa dari tarekat-tarekat tersebut kemudian hari
Sementara itu, Fransiskus Xaverius, misionaris Yesuit asal [[Navarra]], membawa masuk [[Gereja Katolik di Jepang|agama Kristen Katolik ke Negeri Matahari Terbit]], dan pada akhir abad ke-16, berlaksa-laksa rakyat Jepang telah menjadi umat Katolik. Pertumbuhan Gereja di Jepang mandek pada tahun 1597. Dalam rangka mengisolasi negeri Jepang dari pengaruh asing, Syogun [[Toyotomi Hideyoshi|Toyotomi Hideyosyi]] melancarkan [[Kirisyitan|aksi penganiayaan yang sangat kejam terhadap umat Kristen]].<ref name="Koschorke31">Koschorke, ''A History of Christianity in Asia, Africa, and Latin America'' (2007), hlmn. 31–32</ref> Bangsa Jepang dilarang meninggalkan tanah airnya dan bangsa Eropa dilarang masuk ke Jepang. Meskipun demikian, [[Kakure Kirishitan|populasi kecil umat Kristen Jepang]] mampu bertahan menyintasi zaman sampai Jepang mulai membuka pintunya bagi dunia luar pada ke-19, dan masih tetap eksis sampai sekarang.<ref name="Koschorke31"/><ref name="McManners318">McManners, ''Oxford Illustrated History of Christianity'' (1990), hlm. 318, Bab 9 The Expansion of Christianity oleh [[John McManners]]</ref>
Baris 132:
=== Devosi-devosi kepada Bunda Maria ===
[[Konsili Trento]] menngobarkan kembali semangat hidup zuhud dan [[Penghormatan kepada Maria dalam Gereja Katolik|devosi-devosi kepada Bunda Maria]] dalam Gereja Katolik. Pada masa-masa [[Reformasi Protestan]], Gereja Katolik membela [[Mariologi Katolik Roma|keyakinan-keyakinannya tentang Bunda Maria]] terhadap pandangan-pandangan Protestan. Pada waktu yang sama, negara-negara Katolik [[perang Utsmaniyah di Eropa|berperang melawan Kekaisaran Turki
Sebagaimana telah ditetapkan [[Paus Paulus V]] pada tahun 1617, pada tahun 1622, [[Paus Gregorius XV]] menetapkan bahwa Santa Perawan Maria tidak terbukti dikandung tidak tanpa noda. Ketetapan tersebut mendukung keyakinan bahwa Santa Perawan Maria terlahir tanpa [[dosa asal]] karena dilindungi rahmat Allah (atau [[Dikandung Tanpa Noda|dikandung tanpa noda]]).{{Clarify|date=June 2009}} Pada tahun 1661, [[Paus Aleksander VII]] memaklumkan bahwa jiwa Bunda Maria bebas dari dosa asal. Pada tahun 1708, [[Paus Klemens XI]] memerintahkan agar segenap Gereja merayakan pesta [[Dikandung Tanpa Noda|Santa Perawan Maria Dikandung Tanpa Noda]]. perayaan [[Rosario]] diperkenalkan pada tahun 1716, dan perayaan Tujuh Duka Maria diperkenalkan pada tahun 1727. [[Doa Malaikat Tuhan]] mendapat dukungan besar dari [[Paus Benediktus XIII]] pada tahun 1724, dan dari [[Paus Benediktus XIV]] pada tahun 1742.<ref>F Zöpfl, Barocke Frömmigkeit, dalam Marienkunde, 577</ref> Amalan-amalan penghormatan terhadap Bunda Maria yang berkembang di tengah masyarakat menjadi lebih semarak daripada yang sudah-sudah, yakni berbagai [[ziarah]] penghormatan Bunda Maria, [[devosi Katolik|devosi-devosi]] ''Salve Maria'', [[litani]]-litani baru kepada Bunda Maria, sandiwara-sandiwara tentang Bunda Maria, [[himne|madah-madah pujian]] kepada Bunda Maria, dan [[prosesi]]-prosesi penghormatan Bunda Maria. Organisasi-organisasi [[
[[
[[Paus Pius XII]] pada tahun 1956]]
=== Sekularisme Abad Pencerahan ===
[[Abad Pencerahan|Gerakan Pencerahan]] merupakan tantangan baru bagi Gereja. Berbeda dengan [[Reformasi Protestan]] yang hanya mempermasalahkan doktrin-doktrin Kristen tertentu, gerakan Pencerahan mempertanyakan agama Kristen secara meyeluruh. Pada umumnya gerakan Pencerahan menempatkan [[akal|nalar]] manusia
Menjelang paruh akhir abad ke-17, [[Paus Innosensius XI|Paus Inosensius XI]] menginsyafi bahwa serangan bangsa Turki ke Eropa, yang didukung Prancis, merupakan ancaman besar bagi Gereja. Ia membentuk koalisi Polandia-Austria yang berhasil mengalahkan bangsa Turki di Wina pada tahun 1683. Bagi para ahli, Paus Inosensius XI adalah seorang paus yang saleh karena memberantas penyelewengan-penyelewengan dalam Gereja, antara lain praktik [[simoni]], [[nepotisme]], dan pemborosan lembaga kepausan yang membuat ia harus menanggung warisan utang sebesar 50.000.000 keping [[Scudo Italia|Scudo]]. Dengan menghapus sejumlah jabatan kehormatan dan memperkenalkan kebijakan-kebijakan fiskal baru, Paus Inosensius XI berhasil mengendalikan keuangan Gereja.<ref name="Duffy188"/> [[Paus Innosensius X|Paus Inosensius X]] dan [[Paus Klemens XI]] berjuang melawan ideologi [[Jansenisme|Yansenisme]] dan [[Galikanisme]], yang mendukung [[Konsiliarisme]] dan
Pada tahun 1685, Raja Prancis penganut Galikanisme, [[Louis XIV dari Prancis|Louis XIV]], memaklumkan [[Maklumat Fontainebleau|pembatalan Maklumat Nantes]], dan dengan demikian mengakhiri toleransi beragama yang sudah berjalan selama satu abad. Prancis memaksa para teolog Katolik untuk mendukung [[Konsiliarisme]] dan memungkiri [[infalibilitas kepausan|infalibilitas Sri Paus]]. Raja Louis XIV mengancam [[Paus Innosensius XI|Paus Inosensius XI]] dengan [[Konsili Ekumene Katolik|konsili umum]] dan aksi militer untuk merebut [[Negara Gereja]].<ref>Franzen 326</ref> Negara [[kerajaan mutlak|monarki absolut]] tersebut menggunakan ideologi Galikanisme untuk
=== Gereja di Amerika Utara ===
Baris 170:
Undang-undang sekolah tahun 1882 yang diajukan [[Jules Ferry]], perdana menteri dari golongan republikan, mengatur sistem nasional sekolah-sekolah negeri yang mengajarkan moralitas puritan yang tegas tetapi tidak mengajarkan agama.<ref>Barnett B. Singer, "Minoritarian Religion and the Creation of a Secular School System in France," ''Third Republic'' (1976) No. 2 hlmn. 228–259</ref> Untuk sementara waktu, sekolah-sekolah swasta katolik ditoleransi. Nikah sipil diwajibkan, perceraian diizinkan, dan pastor-pastor tentara dibebastugaskan dari angkatan bersenjata.<ref>Patrick J. Harrigan, "Church, State, and Education in France From the Falloux to the Ferry Laws: A Reassessment," ''Canadian Journal of History,'' April 2001, 36#1 hlmn. 51–83</ref>
Ketika terpilih pada tahun 1878, [[Paus Leo XIII]] berusaha menenangkan kisruh hubungan Gereja-negara di Prancis. Pada tahun 1884, ia mengimbau uskup-uskup Prancis untuk tidak menunjukkan sikap bermusuhan kepada negara. Pada tahun 1892, ia menerbitkan sebuah ensiklik yang berisi anjuran kepada umat Katolik Prancis untuk mendukung pemerintah Republik Prancis dan membela Gereja dengan cara berpartisipasi dalam kegiatan politik golongan republikan. Usaha perbaikan hubungan ini gagal. Rasa saling curiga kedua belah pihak sudah telanjur mendarah daging, bahkan kian tajam akibat [[skandal Dreyfus]]. Sebagian besar umat Katolik tergolong dalam kubu anti-Dreyfus. Serikat Asumsionis mempublikasikan artikel-artikel anti-Semit dan antirepublikan dalam jurnal mereka, ''La Croix''. Tindakan tersebut membuat para politikus republikan kebakaran jenggot dan bernafsu membalas dendam. Merekas
[[
=== Afrika ===
Menjelang akhir abad ke-19, para misionaris Katolik, yang datang ke Afrika bersama pemerintah daerah-daerah koloni, mendirikan sekolah-sekolah, rumah-rumah sakit, biara-biara, dan gereja-gereja.<ref name="Has398">Hastings, hlmn. 397–410</ref>
==
{{Seealso|
=== Konsili Vatikan I ===
Dalam sidang Konsili Vatikan I, sekitar 108 orang bapa konsili meminta agar frasa "perawan tak
Banyak
=== Ajaran sosial Gereja ===
{{utama|Ajaran sosial Katolik}}
[[Berkas:LeoXIII1900.jpg|jmpl|kiri|Gereja, yang lamban bereaksi terhadap perkembangan industrialisasi dan pemiskinan
[[Revolusi Industri]] memunculkan
''[[Quadragesimo anno]]'' dikeluarkan [[Paus Pius XI]] pada 15 Mei 1931, 40 tahun sesudah terbitnya ''Rerum novarum''. Berbeda dari Paus Leo XIII yang lebih banyak membahas mengenai kondisi kaum buruh, Paus Pius XI memusatkan perhatiannya pada implikasi-implikasi etis dari tata tertib sosial dan ekonomi. Ia mengimbau agar dilakukan rekonstruksi tata tertib sosial berdasarkan prinsip [[wikt:solidaritas|solidaritas]] dan [[subsideritas (Katolik)|subsideritas]].<ref>Duffy 260</ref> Ia mengungkap pula mengenai bahasa-bahaya besar yang mengancam kemerdekaan dan keluhuran martabat
▲[[Berkas:LeoXIII1900.jpg|jmpl|kiri|Gereja, yang lamban bereaksi terhadap perkembangan industrialisasi dan pemiskinan buruh, pertama-tama berusaha meneduhkan situasi dengan meningkatkan karya amal kasih. Pada 1891 [[Paus Leo XIII]] menerbitkan ''[[Rerum novarum]]'' yang memuat definisi martabat dan hak-hak pekerja industri menurut Gereja.]]
▲[[Revolusi Industri]] memunculkan banyak keprihatinan mengenai memburuknya pekerjaan dan kondisi hidup kaum buruh di perkotaan. Dipengaruhi Uskup Jerman yang bernama [[Wilhelm Emmanuel Freiherr von Ketteler]], [[Paus Leo XIII]] menerbitkan ensiklik ''[[Rerum novarum]]'' pada 1891. Ensiklik ini berisi penjabaran [[ajaran sosial Katolik]] yang menolak sosialisme namun menganjurkan regulasi ksyarat-syarat kerja. ''Rerum novarum'' mendesak dilakukannya penetapan upah hidup dan pengakuan hak kaum buruh untuk membentuk [[serikat buruh|serikat-serikat buruh]].<ref name="Duffy240">Duffy, ''Saints and Sinners'' (1997), hlm. 240</ref>
Ajaran-ajaran sosial dari [[Paus Pius XII]] mengulangi ajaran-ajaran ini, dan menjabarkannya secara lebih terperinci bukan hanya bagi kaum buruh dan kaum pemilik modal, melainkan juga bagi profesi-profesi lain seperti [[politikus]], [[pendidik]], ibu rumah tangga, [[petani]], [[ahli pembukuan]], [[organisasi internasional]], dan segala aspek kehidupan termasuk [[militer]]. Ia bahkan melangkah lebih jauh lagi daripada Paus Pius XI dengan merumuskan pula ajaran-ajaran sosial di bidang [[kedokteran]], [[psikologi]], [[olah raga]], [[televisi]], [[ilmu pengetahuan]], [[hukum]], dan [[pendidikan]].
▲''[[Quadragesimo anno]]'' dikeluarkan [[Paus Pius XI]] pada 15 Mei 1931, 40 tahun sesudah terbitnya ''Rerum novarum''. Berbeda dari Paus Leo XIII yang lebih banyak membahas mengenai kondisi kaum buruh, Paus Pius XI memusatkan perhatiannya pada implikasi-implikasi etis dari tata tertib sosial dan ekonomi. Ia mengimbau agar dilakukan rekonstruksi tata tertib sosial berdasarkan prinsip [[wikt:solidaritas|solidaritas]] dan [[subsideritas (Katolik)|subsideritas]].<ref>Duffy 260</ref> Ia mengungkap pula mengenai bahasa-bahaya besar yang mengancam kemerdekaan dan martabat luhur manusia yang muncul dari kapitalisme yang tanpa batasan dan komunisme totaliter.
▲Ajaran-ajaran sosial dari [[Paus Pius XII]] mengulangi ajaran-ajaran ini, dan menjabarkannya secara lebih terperinci bukan hanya bagi kaum buruh dan kaum pemilik modal, melainkan juga bagi profesi-profesi lain seperti [[politikus]], [[pendidik]], ibu rumah tangga, [[petani]], [[ahli pembukuan]], [[organisasi internasional]], dan segala aspek kehidupan termasuk [[militer]]. Ia bahkan melangkah lebih jauh lagi daripada Paus Pius XI dengan merumuskan pula ajaran-ajaran sosial di bidang [[kedokteran]], [[psikologi]], [[olah raga]], [[televisi]], [[ilmu pengetahuan]], [[hukum]], dan [[pendidikan]]. ''Nyaris tidak ada isu sosial yang tidak dibahas dan dihubungkan dengan iman Kristen oleh Paus Pius XII.''<ref>Franzen, 368</ref> Ia dijuluki "Paus Teknologi" karena kesediaan dan kesanggupannya untuk menguji dampak-dampak sosial dari kemajuan teknologi. Pokok perhatian utamanya adalah keberlangsungan hak-hak dan kemuliaan martabat tiap-tiap manusia. Dengan bermulanya [[Abad Antariksa]] menjelang akhir masa jabatannya, Paus Pius XII menelaah implikasi-implikasi sosial dari penjelajahan antariksa dan satelit-satelit terhadap sarana pemersatu umat manusia dengan mengimbau masyarakat untuk menumbuhkan rasa kebersamaan dan solidaritas yang baru dalam terang [[Ajaran-ajaran sosial kepausan|ajaran-ajaran Sri Paus]] sebelumnya mengenai subsidiaritas.<ref>Felicity O'Brien, Pius XII, London 2000, hlm.13</ref>
==== Lembaga-lembaga peranan wanita ====
[[Berkas:Gibson and Mother Marianne Cope.jpg|jmpl|
Kaum
Tarekat [[Suster-Suster Belas Kasih]] dibentuk [[Catherine McAuley]] di [[Irlandia]] pada tahun 1831. Anggota-anggotanya tarekat ini di kemudian hari mendirikan rumah-rumah sakit dan sekolah-sekolah di berbagai belahan dunia.<ref>{{cite CE1913|wstitle=Sisters of Mercy}}</ref>
=== Mariologi ===
[[Berkas:Madonna and Child (Filippo Lippi).jpg|jmpl|''Bunda Maria dan Kanak-Kanak Yesus'', karya [[Filippo Lippi]]]]
Para paus telah berulang kali menonjolkan kaitan erat antara [[Maria|Perawan Maria]] sebagai [[Theotokos|Bunda Allah]] dan penerimaan penuh akan Yesus Kristus sebagai [[Putra Allah]].<ref>''Mystici corporis'', ''Lumen gentium'' dan ''[[Redemptoris Mater]]'' menyajikan pemahaman Katolik modern mengenai keterkaitan ini.</ref><ref>lihat ''Mystici corporis'' yang dikeluarkan Paus Pius XII, dan ''Redemptoris Mater'' yang dikeluarkan Paus Yohanes Paulus II: Konsili Vatikan II, dengan menghadirkan Maria dalam misteri Kristus, juga menemukan jalan untuk memahami misteri Gereja secara lebih mendalam. Maria, sebagai Bunda Kristus, bersatu sedemikian rupa dengan Gereja, "yang didirikan Tuhan sebagai tubuh-Nya sendiri."</ref><!--
Sejak abad ke-19, they were highly important for the development of [[Roman Catholic Mariology|mariology]] to explain the [[Blessed Virgin Mary (Roman Catholic)|veneration of Mary]] through their decisions not only in the area of Marian beliefs ([[Mariology(RC)|Mariology]]) but also Marian practices and [[Catholic devotions|devotions]]. Sebelum abad ke-19, para paus memberlakukan amalan penghormatan kepada Bunda Maria dengan mengesahkan [[kalender orang kudus|hari-hari peringatan]] Bunda Maria yang baru, [[prayer]]s, initiatives, the acceptance and support of Marian congregations.<ref>Baumann in Marienkunde 1163</ref><ref>^ Baumann in Marienkunde, 672</ref>--> Semenjak abad ke-19, para paus mulai lebih sering memanfaatkan [[ensiklik]]. [[Paus Leo XIII]], [[Sri Paus Rosario]], menerbitkan sebelas ensiklik terkait Bunda Maria. Penghormatan kepada Santa Perawan Maria dengan dua disahkan paus-paus terkemudian dengan dua [[dogma]]. [[Paus Pius IX]] mengesahkan dogma [[Maria Dikandung Tanpa Noda]] 1854, dan [[Paus Pius XII]] mengesahkan dogma [[Maria Diangkat ke Surga]] pada tahun 1950. Paus Pius XII juga menetapkan hari raya baru untuk memuliakan Bunda Maria sebagai [[Ratu Surga]] dan memperkenalkan [[Tahun Maria]] untuk pertama kalinya pada tahun 1954. Tahun Maria yang kedua dimaklumkan [[Paus Yohanes Paulus II]]. [[Paus Pius IX]], [[Paus Pius XI]], dan [[Paus Pius XII]] memperlancar pengakuan terhadap kesahihan [[penampakan-penampakan Bunda Maria]] semisal yang terjadi di [[Lourdes]] dan [[Fátima, Portugal|Fátima]]. Para paus di kemudian hari, mulai dari [[Paus Yohanes XXIII]] sampai [[Paus Benediktus XVI]], menganjurkan peziarahan ke [[tempat-tempat ziarah Bunda Maria]] ([[Paus Benediktus XVI]] pada tahun 2007 dan 2008). [[Konsili Vatikan II]] menggarisbawahi pentingnya penghormatan kepada
=== Antirohaniwan ===
{{Seealso|Agama Kristen pada abad ke-20}}
Pada abad ke-20, pemerintahan di sejumlah negara dikuasai pihak-pihak yang berhaluan politik [[radikalisme politik|radikal]] dan [[antirohaniwan|antiklerikal]]. [[Undang-Undang Calles]] tahun 1926, yang memisahkan negara dari Gereja di Meksiko, bermuara pada [[Perang Cristero]]<ref name="Chadwick264">Chadwick, Owen, hlmn. 264–265.</ref> yang mengakibatkan lebih dari 3.000 orang imam diasingkan atau dibunuh,<ref name="Scheina">Scheina, hlm. 33.</ref> gereja dicemarkan, ibadat diolok-olok, biarawati diperkosa, dan imam-imam ditembak mati bila tertangkap.<ref name="Chadwick264"/> Di Uni Soviet, Gereja dan umat Katolik ditindas seusai [[Revolusi Bolshevik]] pada tahun 1917, sampai memasuki era 1930-an.<ref>Riasanovsky 617</ref> Selain pembunuhan rohaniwan, biarawan, dan umat awam, penyitaan barang-barang perlengkapan ibadat, dan penutupan gedung-gedung gereja juga merupakan hal yang umum terjadi.<ref name="Riasanovsky 634">Riasanovsky 634</ref> Pada [[Perang Saudara Spanyol]], yang berlangsung dari tahun 1936 sampai tahun 1939, hierarki Katolik mendukung pasukan pemberontak [[Negara Spanyol|Nasionalis Spanyol]], yang dipimpin [[Francisco Franco]], melawan pemerintah koalisi [[Front Kerakyatan (Spanyol)|Front Kerakyatan]],<ref name="payne">{{cite book |title= Franco and Hitler: Spain, Germany and World War II. |url= https://archive.org/details/francohitlerspai0000payn |last=Payne |first=Stanley G |year=2008 |publisher=Yale University Press| isbn=0-300-12282-9|page=[https://archive.org/details/francohitlerspai0000payn/page/13 13]}}</ref> dengan beralasan bahwa [[Teror Merah (Spanyol)|kaum Republikan telah sengaja melakukan tindak kekerasan]] terhadap Gereja.<ref name="Alonso">{{cite book |title= The New Catholic Encyclopedia |last=Fernandez-Alonso |first=J |year=2002 |publisher=Catholic University Press/Thomas Gale|isbn=0-7876-4017-4|pages=395–396 |volume= 13}}</ref> Gereja Katolik juga menjadi salah satu unsur aktif di gelanggang politik Spanyol yang terkotak-kotak menjadi beberapa kubu pada tahun-tahun menjelang pecahnya perang saudara.<ref>Mary Vincent, Catholicism in the Second Spanish Republic {{ISBN|0-19-820613-5}} hlm.218</ref> [[Paus Pius XI]] menjuluki ketiga negara tersebut dengan sebutan "segitiga mengerikan" dan mengistilahkan sikap diam Eropa dan Amerika Serikat sebagai "konspirasi bungkam".
=== Kediktatoran ===
Baris 217 ⟶ 216:
[[Berkas:Vatican City annex.jpg|jmpl|kiri|Peta tapal batas [[Kota Vatikan]]]]
Guna mengukuhkan rezim Fasis diktatorialnya sendiri, [[Benito Mussolini]] juga mengupayakan tercapainya kesepakatan dengan Takhta Suci. Kesepakatan tercapai pada tahun 1929 dengan penandatanganan [[Perjanjian Lateran]], yang menguntungkan kedua belah pihak.<ref>Frank J. Coppa, ''Controversial concordats: the Vatican's relations with Napoleon, Mussolini, and Hitler'' (1999)</ref> Berdasarkan syarat-syarat perjanjian pertama, [[Kota Vatikan]] diberi kedaulatan sebagai sebuah negara merdeka sebagai ganti membatalkan klaimnya atas daerah-daerah bekas wilayah Negara Gereja. Dengan
Italia membayar ganti rugi kepada Vatikan 1.750 juta lira (sekitar $100 juta) atas penyitaan properti gereja semenjak tahun 1860. Paus Pius XI menginvestasikan dana ganti rugi ini di bursa saham dan lahan yasan. Tugas mengelola investasi ini dipercayakan Sri Paus kepada [[Bernardino Nogara]], tokoh awam yang dengan cerdik menginvestasikannya dalam bentuk saham, emas, dan bursa-bursa berjangka, sehingga kondisi keuangan Gereja Katolik mengalami peningkatan yang signifikan. Sebagian besar laba investasi digelontorkan untuk mendanai usaha pemeliharaan bangunan-bangunan bersejarah di Vatikan yang sangat tinggi. Ongkos pemeliharaan yang sangat besar ini sebelumnya ditutupi dengan dana yang dikumpulkan
[[Negara Gereja]] sampai dengan tahun 1870.
Baris 238 ⟶ 237:
Setelah Perang Dunia II meletus pada bulan September 1939, Gereja mengutuk aksi invasi atas Polandia dan aksi-aksi invasi sesudahnya yang dilakukan Nazi pada 1940.<ref name="Cook983">Cook, hlm. 983</ref> Semasa [[Holocaust]], [[Paus Pius XII]] memberi arahan kepada hierarki Gereja untuk membantu [[Paus Pius XII dan Holocaust|melindungi umat Yahudi dan kaum Gipsi dari Nazi]].<ref>Bokenkotter hlm. 192</ref> Meskipun Paus Pius XII dianggap berjasa menyelamatkan ratusan ribu nyawa orang Yahudi,<ref name="Deák">Deák, hlm. 182.</ref> Gereja tetap saja difitnah telah mendukung paham [[Kekristenan dan antisemitisme|antisemit]]<ref>{{cite news | last =Eakin| first =Emily| title =New Accusations Of a Vatican Role In Anti-Semitism}}</ref> Albert Einstein mengemukakan pendapatnya mengenai peran Gereja Katolik semasa Holocaust sebagai berikut: "Selaku seorang pecinta kebebasan, ketika revolusi muncul di Jerman, saya berharap universitas-universitas akan membela kebebasan, sebab saya tahu bahwa universitas-universitas senantiasa membangga-banggakan darma baktinya dalam menegakkan kebenaran; namun, tidak, universitas-universitas dengan cepat dibungkam. Selanjutnya saya berharap para editor besar persuratkabaran yang dalam editorial-editorial di mereka pada hari-hari yang lalu begitu berapi-api menggembar-gemborkan kecintaan mereka akan kebebasan; namun sama seperti universitas-universitas, mereka pun dibungkam hanya dalam hitungan minggu... Hanya Gereja saja yang teguh berdiri menentang kampanye Hitler untuk menindas kebenaran. Dulu saya tidak menyimpan minat khusus terhadap Gereja, namun sekarang saya merasa sangat mengasihi dan mengaguminya karena Gereja sajalah yang sudah berani dan gigih membela kebenaran intelektual dan kebebasan moral. Oleh karena itu dengan terpaksa saya harus mengaku bahwa apa yang dulu saya pandang hina kini saya puji secara terang-terangan." Kutipan pernyataan ini dimuat dalam majalah Time edisi 23 Desember 1940 pada halaman 38.<ref>{{cite web| title=Battle Lines Were Drawn After Beatification of Pope Pius IX| work =The New York Times| date=1 September 2001| url=https://query.nytimes.com/gst/fullpage.html?res=9B04E3DF1130F932A3575AC0A9679C8B63&sec=&spon=&pagewanted=all|accessdate=9 Maret 2008}}</ref> Komentator-komentator lain yang berat sebelah telah mengemukakan tuduhan bahwa Paus Pius XII tidak cukup gigih berusaha menghentikan kekejaman-kekejaman Nazi.<ref name="Phayer">Phayer, hlmn. 50–57</ref> Perdebatan seputar validitas dari kritik-kritik ini masih berlanjut sampai hari ini.<ref name="Deák">Deák, hlm. 182.</ref>
==
=== Konsili Vatikan II ===
{{utama|Sejarah Gereja Katolik sejak 1962}}
Gereja Katolik mengalami suatu proses pembaharuan yang komprehensif selepas [[Konsili Vatikan II]] (1962–1965).<ref name="Duffy272">Duffy, ''Saints and Sinners'' (1997), hlmn. 270–6</ref> Meskipun diniatkan sinambung dengan Konsili Vatikan I, konsili yang dipimpin [[Paus Yohanes XXIII]] ini malah berkembang menjadi semacam mesin perubahan.<ref name="Duffy272"/><ref>{{cite book|author1=J. Derek Holmes|author2=Bernard Bickers|title=Short History of the Catholic Church|url=https://books.google.com/books?id=0l2tAwAAQBAJ|date=5 Agustus 2002|publisher=A&C Black|isbn=978-0-86012-308-8}}</ref> Para peserta konsili diserahi tugas untuk membuat ajaran-ajaran historis Gereja menjadi jelas bagi dunia modern, dan mengeluarkan pernyataan-pernyataan mengenai berbagai topik, termasuk mengenai fitrah Gereja, misi yang diemban umat awam, dan kebebasan beragama.<ref name="Duffy272"/> Para peserta konsili menyetujui revisi atas liturgi dan membenarkan penggunaan bahasa-bahasa yang dipertuturkan umat di samping [[bahasa Latin]] dalam pelaksanaan [[ritus Latin|ritus-ritus liturgi Latin]] selama berlangsungnya perayaan Misa dan ibadat-ibadat sakramen.<ref name="Paulvi">{{cite web|last=Paul VI |first=Pope |title=Sacrosanctum Concilium |publisher=Vatican |date=1963-12-04 |url=http://www.vatican.va/archive/hist_councils/ii_vatican_council/documents/vat-ii_const_19631204_sacrosanctum-concilium_en.html |accessdate=2008-02-09 |deadurl=yes |archiveurl=https://web.archive.org/web/20080221180735/http://www.vatican.va/archive/hist_councils/ii_vatican_council/documents/vat-ii_const_19631204_sacrosanctum-concilium_en.html |archivedate=2008-02-21 |df= }}</ref> Upaya-upaya Gereja untuk meningkatkan [[ekumenisme|persatuan umat Kristen]] dijadikan prioritas.<ref name="Duffy274">Duffy, ''Saints and Sinners'' (1997), hlm. 274</ref> Selain mencari landasan bersama dalam isu-isu tertentu dengan gereja-gereja Protestan, Gereja Katolik juga telah membahas kemungkinan-kemungkinan untuk bersatu dengan Gereja Ortodoks Timur.<ref>{{cite web | title =Roman Catholic-Eastern Orthodox Dialogue | publisher =Public Broadcasting Service | date =2000-07-14 | url =https://www.pbs.org/wnet/religionandethics/week346/feature.html | accessdate =2008-02-16 | archive-date =2013-03-10 | archive-url =https://web.archive.org/web/20130310120644/http://www.pbs.org/wnet/religionandethics/week346/feature.html | dead-url =yes }}</ref>
==== Pembaharuan ====
Baris 253 ⟶ 252:
==== Teologi pembebasan ====
Tumbuhnya kesadaran dan politisasi sosial dalam Gereja Katolik di Amerika Latin pada era 1960-an melahirkan [[teologi pembebasan]]. Seorang imam asal Peru, [[Gustavo Gutiérrez]], adalah penganjur utama teologi ini.<ref name="LTBBC">{{cite web | title = Liberation Theology| publisher =BBC | year =2005 | url =http://www.bbc.co.uk/religion/religions/christianity/beliefs/liberationtheology.shtml | accessdate =2008-06-02 }}</ref> Pada 1979, Konferensi Waligereja Meksiko secara resmi memaklumkan bahwa Gereja Katolik di Amerika Latin "berpihak pada kaum papa".<ref>{{cite book |author= Aguilar, Mario |title=The History and Politics of Latin American Theology, Jilid 1 |location=London |publisher=SCM Press |year= 2007 |page= 31|isbn= 978-0-334-04023-1}}</ref> Uskup Agung [[Óscar Romero]], salah seorang pendukung gerakan ini, gugur pada 1980 sebagai martir mutakhir yang paling terkenal dari Amerika Latin, setelah ditembak sewaktu merayakan Misa oleh gerombolan bersenjata yang terkait dengan pemerintah.<ref>Untuk keterangan lebih lanjut mengenai Uskup Romero dari salah seorang mantan koleganya, lihat {{cite book |author= Sobrino, Jon |authorlink= Jon Sobrino |title= Archbishop Romero: Memories and Reflections |url= https://archive.org/details/archbishopromero0000sobr |location= Maryknoll, NY |publisher= Orbis |year= 1990 |isbn= 978-0-88344-667-6}}</ref> Baik [[Paus Yohanes Paulus II]] maupun [[Paus Benediktus XVI]] (Kardinal Ratzinger kala itu) mengecam gerakan ini.<ref>{{cite news | last = Rohter| first =Larry | title =As Pope Heads to Brazil, a Rival Theology Persists | work =[[The New York Times]] | date =2007-05-07 | url=https://www.nytimes.com/2007/05/07/world/americas/07theology.html | accessdate =2008-02-21 }} Sebagian besar campur tangan Paus Benediktus XVI dalam usaha penanggulangan teologi pembebasan terjadi ketika ia masih berpangkat Kardinal.</ref> Teolog Brazil, [[Leonardo Boff]], sampai dua kali diperintahkan untuk berhenti menerbitkan karya tulis dan mengajar.<ref>{{cite book |author= Aguilar, Mario |title=The History and Politics of Latin American Theology, Jilid 1 |location=London |publisher=SCM Press |year= 2007 |page= 121|isbn= 978-0-334-04023-1}}</ref> Paus Yohanes Paulus II dikecam karena mengambil tindakan yang sangat tegas terhadap para penganjur gerakan ini, namun ia bersikeras bahwa Gereja, dalam berbagai usahanya untuk membela kaum papa, tidak dibenarkan menggunakan kekerasan maupun politik kepartaian.<ref name="LTBBC"/> Gerakan ini masih hidup sampai sekarang di Amerika Latin, meskipun Gereja kini menghadapi tantangan [[revivalisme|kebangunan rohani]] Pentakosta di sebagian besar dari kawasan itu.<ref>Untuk keterangan lebih lanjut mengenai kegigihan teologi pembebasan untuk bertahan, lihat {{cite news | last = Rohter| first =Larry | title =As Pope Heads to Brazil, a Rival Theology Persists | work=[[The New York Times]] | date =2007-05-07 |url= https://www.nytimes.com/2007/05/07/world/americas/07theology.html?pagewanted=1&_r=1| accessdate =2008-06-02 }} Mengenai ancaman gerakan Pentakosta, lihat {{cite book |last= Stoll |first= David |title= Is Latin America turning Protestant?: The Politics of Evangelical Growth |url= https://archive.org/details/islatinamericatu00davi |location= Berkeley |publisher=[[University of California Press]] |year= 1990 |isbn= 978-0-520-06499-7}}</ref>
=== Seksualitas dan isu gender ===
Baris 275 ⟶ 274:
{{Further information|Kasus-kasus pelecehan seksual Gereja Katolik}}
Pada 2001, muncul gugatan-gugatan hukum yang mengklaim bahwa [[Kasus-kasus pelecehan seksual Gereja Katolik|imam-imam Katolik telah melakukan pelecehan seksual terhadap kanak-kanak]].<ref name="Bruni336">Bruni, ''A Gospel of Shame'' (2002), hlm. 336</ref> Untuk menanggapi skandal yang merebak, Gereja Katolik telah menetapkan prosedur-prosedur resmi untuk mencegah tindakan pelecehan, untuk mengimbau masyarakat agar melaporkan tindakan-tindakan pelecehan yang telah terjadi, dan untuk menangani laporan-laporan tersebut dengan segera, meskipun
Sejumlah imam mengundurkan diri, yang lain dipecat serta dipenjarakan,<ref>{{cite news | last =Newman | first =Andy | title =A Choice for New York Priests in Abuse Cases | work =The New York Times | date =2006-08-31 | url =https://www.nytimes.com/2006/08/31/nyregion/31priest.html | accessdate =13 Maret 2008}}</ref> dan ada pula penyelesaian-penyelesaian damai secara finansial dengan sejumlah besar korban pelecehan.<ref name="Bruni336"/> [[Konferensi Waligereja Amerika Serikat]] memerintahkan dilakukannya suatu kajian komprehensif yang akhirnya mendapati bahwa empat persen dari seluruh imam yang bertugas di Amerika Serikat sejak 1950 sampai dengan 2002 telah menghadapi salah satu dari sekian macam dakwaan [[pelanggaran kesusilaan]].
Baris 310 ⟶ 309:
* {{cite book|ref=harv |last=Aguilar |first=Mario |title=The History and Politics of Latin American Theology |volume=1 |location=London |publisher=SCM Press |year=2007 |isbn=978-0-334-04023-1}}
* {{cite book|ref=harv |last=Armstrong |first=Alastair |title=The European Reformation |location=London |publisher=Heinemann |year=2002 |isbn=0-435-32710-0}}
* {{cite book|ref=harv |last=Black |first=Christopher |authorlink=Christopher Black |year=2001 |title=Early Modern Italy |url=https://archive.org/details/earlymodernitaly0000blac |publisher=Routledge |isbn=0-415-21434-3}}
* {{cite book|ref=harv |last=Bokenkotter |first=Thomas |year=2004 |title=A Concise History of the Catholic Church|url=https://archive.org/details/concisehistoryof00boke |publisher=Doubleday|isbn=0-385-50584-1}}
* {{cite book|editor-last=Brown |editor-first=Stewart J. |editor2-first=Timothy |editor2-last=Tackett |title=Cambridge History of Christianity: Jilid 7, Enlightenment, Reawakening and Revolution 1660-1815'' |year=2007 |isbn=052181605X }}
* {{cite book|ref=harv |last=Bruni |first=Frank |authorlink=Frank Bruni |last2=Burkett |first2=Elinor |title=A Gospel of Shame: Children, Sexual Abuse, and the Catholic Church |url=https://archive.org/details/gospelofshamechi00brun |page=336 |publisher=Harper Perennial |year=2002 |isbn=978-0-06-052232-2}}
* {{cite book|ref=harv |last=Casey |first=James |title=Early Modern Spain: A Social History (Social History of Modern Europe) |url=https://archive.org/details/earlymodernspain0000case |publisher=Routledge |year=1999 |isbn=0-415-20687-1}}
* {{cite book|ref=harv |last=Chadwick |first=Henry |authorlink=Henry Chadwick (theologian)|year=1990 |chapter=The Early Christian Community |editor-last=McManners |editor-first=John |title=The Oxford Illustrated History of Christianity |url=https://archive.org/details/oxfordillustrate00mcma |publisher= Oxford University Press |pages=
* {{cite book|ref=harv |last=Chadwick |first=Owen |title=A History of Christianity |publisher=Barnes & Noble |year=1995 |isbn=0-7607-7332-7}}
* {{cite book|ref=harv |last=Chadwick |first=Owen |title=The Reformation |url=https://archive.org/details/reformation0000chad_z8f9 |publisher=Penguin |origyear=1964|year=1990 |isbn=0-14-013757-2}}
* {{cite book|ref=harv |last=Collins |first=Michael |last2=Price |first2=Mathew A.|title=The Story of Christianity |url=https://archive.org/details/storyofchristian0000coll |publisher=Dorling Kindersley |year=1999 |isbn=0-7513-0467-0}}
* {{cite book|ref=harv |last=Duffy |first=Eamon |authorlink=Eamon Duffy |year=1997 |title=Saints and Sinners, a History of the Popes |url=https://archive.org/details/saintssinnershis00duff |publisher=Yale University Press |isbn=0-300-07332-1}}
* {{cite book|ref=harv |last=Dussel |first=Enrique |authorlink=Enrique Dussel |year=1981 |title=A History of the Church in Latin America |url=https://archive.org/details/historyofchurchi0000duss |publisher=Wm. B. Eerdmans |isbn=0-8028-2131-6}}
* {{cite book|ref=harv |last=Edward |first=John Emerich |authorlink=John Dalberg-Acton, 1st Baron Acton|year=1908 |title=The Cambridge Modern History |url=https://archive.org/details/cambridgemodern05benigoog |publisher=Macmillan & Co. ltd., original from Harvard University |isbn=0-674-02585-7}}
* {{cite book|ref=harv |last=Fahlbusch |first=Erwin |year=2007 |title=The Encyclopedia of Christianity |publisher=Wm. B. Eerdmans|url=https://books.google.com/?id=7ly4DgtT3LkC&pg=PA729&dq=old+catholic+church,+origin|isbn=0-8028-2415-3}}
* {{cite book|ref=harv |last=Franzen |first=August |first2=Remigius |last2=Bäumer |first3=Roland |last3=Fröhlich |title=Kleine Kirchengeschichte |publisher=Herder |location=Freiburg |year=2000 |isbn=978-3-451-26896-0 |language=German}}''(quoted as Franzen)''
* {{cite book|ref=harv |last=Franzen |first=August |first2=Remigius |last2=Bäumer |year=1988 |title=Papstgeschichte |publisher=Herder |location=Freiburg |isbn=3-451-08578-X |language=German}}''(quoted as Franzen, Papstgeschichte)''
* {{cite book|ref=harv |last=Haigh |first=Christopher |year=1987 |title=The English Reformation Revised |url=https://archive.org/details/englishreformati00chri |publisher=Cambridge University Press |isbn=0-521-33631-7}}
* {{cite book|ref=harv |last=Hitchcock |first=Susan Tyler |last2=Esposito |first2=John |authorlink2=John Esposito |year=2004 |title=Geography of Religion |url=https://archive.org/details/geographyofrelig0000hitc_r6d0 |publisher=National Geographic Society |isbn=0-7922-7313-3}}
* {{cite book|ref=harv |last=Jackson |first=Robert H.|authorlink=Robert H. Jackson (political scientist) |title=From Savages to Subjects: Missions in the History of the American Southwest |url=https://archive.org/details/isbn_076560597 |publisher=ME Sharpe, Inc |year=2000 |isbn=978-0-7656-0597-9}}
* {{cite book|ref=harv |last=Jackson |first=T.A.|year=1991 |title=Ireland Her Own |publisher=Lawrence & Wishart|isbn=0-85315-735-9}}
* {{cite book|ref=harv | author = [[Bruce E. Johansen]] |year=2006 |title=The Native Peoples of North America |url=https://archive.org/details/nativepeoplesofn0000joha_j8g1 |publisher=Rutgers University Press|isbn=0-8135-3899-8}}
* {{cite book|ref=harv |last=Kamen |first=Henry |title=The Spanish Inquisition |year=1997 |publisher=Weidenfeld & Nicolson |location=London |isbn=0-297-81719-1}}
* {{cite book|ref=harv |last=King |first=Kenneth |authorlink=Kenneth King (historian)|year=1975 |title=Mission to Paradise: The Story of Junipero Serra and the Missions of California|url=https://books.google.com/?id=R_o8AAAAIAAJ&dq=junipero+serra&q=death+of+indians+by+disease |publisher=Society of California Pioneers}}
* {{cite book|ref=harv |last=Koschorke |first=Klaus |last2=Ludwig |first2=Frieder |last3=Delgado |first3=Mariano |year=2007 |title=A History of Christianity in Asia, Africa, and Latin America, 1450–1990 |url=https://archive.org/details/historyofchristi00unse_0 |publisher=Wm B Eerdmans Publishing Co|isbn=978-0-8028-2889-7}}
* {{cite book|ref=harv |last=Langan |first=Thomas |authorlink=Thomas Langan |title=The Catholic Tradition |url=https://archive.org/details/catholictraditio00lang_0 |publisher=University of Missouri Press |year=1998 |isbn=978-0-8262-6096-3}}
* {{cite book|ref=harv |last=Le Goff |first=Jacques |authorlink=Jacques Le Goff |title=Medieval Civilization |url=https://archive.org/details/medievalciviliza0000lego_l6n6 |publisher=Barnes & Noble |year=2000 |isbn=978-0-7607-1652-6}}
* {{cite book|ref=harv |last=Leith |first=John |authorlink=John H. Leith|year=1963 |title= Creeds of the Churches |publisher=Aldine Publishing Co|url=https://books.google.com/?id=fOaXP-CjPOIC&pg=PA143&lpg=PA143&dq=first+vatican+council|isbn=0-664-24057-7}}
* {{cite book|ref=harv |last=MacCulloch |first=Diarmaid |authorlink=Diarmaid MacCulloch |year=2010 |title=Christianity: The First Three Thousand Years |url=https://archive.org/details/christianityfirs0000macc |publisher=Viking |isbn=978-0-670-02126-0}} (originally published 2009 by Allen Lane, as ''A History of Christianity'')
* {{cite book|ref=harv |last=MacMullen |first=Ramsay |authorlink=Ramsay MacMullen |year=1984 |title=Christianizing the Roman Empire: (A.D. 100–400) |url=https://archive.org/details/christianizingro00macm_0 |location=New Haven, CT |publisher=Yale University Press |isbn=978-0-585-38120-6}}
* {{cite book|ref=harv |last=Markus |first=Robert |year=1990 |chapter=From Rome to the Barbarian Kingdom (339–700) |editor-last=McManners |editor-first=John |title=The Oxford Illustrated History of Christianity |url=https://archive.org/details/oxfordillustrate00mcma |publisher=Oxford University Press |pages=
* {{cite book|ref=harv |last=McManners |first=John |authorlink=John McManners |year=1990 |title=The Oxford Illustrated History of Christianity|url=https://archive.org/details/oxfordillustrate00mcma |publisher=Oxford University Press|isbn=0-19-822928-3}}
* {{cite book|ref=harv |last=Norman |first=Edward |authorlink=Edward Norman |year=2007 |title=The Roman Catholic Church, An Illustrated History |url=https://archive.org/details/romancatholicchu0000norm |publisher=University of California Press |isbn=978-0-520-25251-6}}
* {{cite book|ref=harv |last=Orlandis |first=Jose |authorlink=Jose Orlandis |year=1993 |title=A Short History of the Catholic Church |publisher=Scepter Publishers|url=https://books.google.com/?id=M8kjqryq8dIC&dq=catholic+church+and+world+history&pg=PP1&q=Catholic+church+and+world+history&cd=1 |isbn=1-85182-125-2}}
* {{cite book|ref=harv |last=Pham |first=John Peter |title=Heirs of the Fisherman: Behind the Scenes of Papal Death and Succession |publisher=Oxford University Press |year=2006 |isbn=0-19-517834-3}}
* {{cite book|ref=harv |last=Riley-Smith |first=Jonathan |authorlink=Jonathan Riley-Smith |year=1997 |title=The First Crusaders |url=https://archive.org/details/firstcrusaders1000jona |publisher=Cambridge University Press|isbn=978-0-511-00308-0}}
* {{cite book|ref=harv |last=Samora |first=Julian |last2=Simon |first2=Patricia Vandel |last3=Candelaria |first3=Cordelia |last4=Pulido |first4=Alberto L |title=A History of the Mexican-American People |url=https://archive.org/details/historyofmexican00samo |publisher=University of Notre Dame Press |year=1993 |isbn=978-0-268-01097-3}}
* {{cite book|ref=harv |last=Schama |first=Simon |authorlink=Simon Schama |origyear=2000 |year=2003 |title= A History of Britain 1: At the Edge of the World? |publisher=[[BBC|BBC Worldwide]]|location=London|isbn=0-563-48714-3|pages=309–11|chapter= Burning Convictions}}
* {{cite book|ref=harv |last=Scheina |first=Robert L.|year=2007 |title= Latin America's Wars: The Age of the Caudillo |publisher=Brassey's|url=https://books.google.com/?id=8aWQ_7oKJfkC&pg=PA33&lpg=PA33&dq=cristero+war+priests+killed|isbn=1-57488-452-2}}
* {{cite book|ref=harv |last=Scruton |first=Roger |authorlink=Roger Scruton |year=1996 |title=A Dictionary of Political Thought|url=https://archive.org/details/dictionaryofpoli0000scru_h0g0 |publisher=Macmillan|isbn=0-330-28099-6}}
* {{cite book|ref=harv |last=Solt |first=Leo Frank |authorlink=Leo Frank Solt |year=1990 |title=Church and State in Early Modern England, 1509-1640 |url=https://archive.org/details/churchstateinear0000solt |publisher=Oxford University Press |isbn=0-19-505979-4}}
* {{cite book|ref=harv |last=Stacy |first=Lee |year=2003 |title=Mexico and the United States |publisher=Marshall Cavendish |isbn=0-7614-7402-1}}
* {{cite book|ref=harv |last=Steinfels |first=Peter |authorlink=Peter Steinfels |year=2003 |title=A People Adrift: The Crisis of the Roman Catholic Church in America |url=https://archive.org/details/peopleadriftcris0000stei |publisher=Simon & Schuster|isbn=0-684-83663-7}}
* {{cite book|ref=harv |last=Tyerman |first=Christopher |year=2006 |title=God's War: A New History of the Crusades |url=https://archive.org/details/godswarnewhistor00tyer |publisher=Harvard University Press|isbn=0-674-02387-0}}
* {{cite book|ref=harv |last=Vidmar |first=John |authorlink=John Vidmar |title=The Catholic Church Through the Ages |url=https://archive.org/details/catholicchurchth0000vidm |year=2005|publisher=Paulist Press|isbn=0-8091-4234-1}}
* {{cite book|ref=harv |last=Walsh |first=Mary Ann |author2=Thavis, John |year=2003 |title=John Paul II: A Light for the World, Essays and Reflections on the Papacy of |url=https://books.google.com/?id=pWkVkkWcNIUC&pg=PA62&lpg=PA62&dq=john+paul+ii+no+place+in+priesthood+for+those+who+would+abuse+children|publisher=Rowman & Littlefield|isbn=1-58051-142-2}}
* {{cite book|ref=harv |last=Woods Jr |first=Thomas |authorlink=Thomas Woods |year=2005 |title=How the Catholic Church Built Western Civilization|url=https://archive.org/details/howcatholicchurc0000wood |publisher=Regnery Publishing, Inc|isbn=0-89526-038-7}}
* {{cite book|ref=harv |last=Woolner |first=David |year=2003 |title=FDR, The Vatican and the Roman Catholic Church in America, 1933–1945 |url=https://books.google.com/?id=jMvaoXvJ4VcC&dq=role+of+catholic+church+during+world+war+ii&pg=PP1&q=Role+of+Catholic+Church+during+World+War+II&cd=2 |publisher=Macmillan|isbn=978-88-209-7908-9}}
{{refend}}
|