Sastra Jawa-Tionghoa: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Taylor 49 (bicara | kontrib)
tidak memenuhi kriteria penghapusan cepat
Tag: Pengembalian manual
 
(12 revisi perantara oleh 9 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Sastra Jawa}}
[[Berkas:Sam Kok (in Javaans schrift recto zijde).JPG|jmpl|kiri|''Serat Sam Kok'' atau ''[[Kisah Tiga Negara]]'' dalam [[bahasa Jawa]].]]
'''Sastra Jawa-Tionghoa''' adalah karya sastra dalam bahasa Jawa yang ditulis oleh orang Tionghoa di daerah Jawa. Karya-karya sastra ini terutama menyangkut cerita-cerita dari Tiongkok yang dialihbahasakan atau digubah ulang dalam bahasa Jawa. Selain itu ada pula karya-karya asli dalam bahasa Jawa yang mengenai hal-hal yang berhubungan dengan komunitas Tionghoa di Jawa.
 
Karya sastra Jawa yang ditulis oleh orang Jawa mengenai orang Tionghoa tidaklah termasuk sastra Jawa-Tionghoa. Karya-karya ini antara lain adalah ''[[Babad Bangun Tapa]]'' (atau ''Babad Nonah Kuwi'')<ref>Karya ini mengenai pembuangan Sunan Pakubuwana VI di Ambon dan pernikahannya dengan seorang wanita Tionghoa bernama Kuwi</ref> dan ''[[Babad Geger Pacinan]]''<ref>Karya ini merupakan karya sejarah mengenai pembantaian orang Tionghoa di Batavia dan pemberontakan mereka yang akhirnya mengakibatkan Keraton Mataram di Karasura dihancurkan.</ref>
 
== Latar belakang ==
Bangsa Tionghoa telah berhubungan dengan Jawa tidak hanya selama ratusan tahun tetapi mungkin sudah ribuan tahun. Bukti tertua hubungan (budaya) antara Jawa dan Tiongkok ialah sebuah laporan oleh I Ching, seorang rohaniawan Tionghoa yang ingin mempelajari agama Buddha. Ia lalu belajar [[bahasa SansekertaSanskerta]] kepada seorang Jawa bernama Jñanabhadra.
 
Lalu pada sebuah prasasti berbahasa Jawa yang berasal dari [[abad ke-9]] disebutkan frasa ''juru Cina'' yang mungkin bisa diterjemahkan sebagai "Kepala bangsa China/Tionghoa". Hal ini membuktikan bahwa saat itupun sudah banyak warga dari Tiongkok yang menetap di pulau Jawa. Mereka lambat laun berbaur dengan penduduk setempat terutama di daerah-daerah pesisir. Lalu pada abad ke-18 dan terutama akhir abad ke-19 banyak pendatang dari Tiongkok yang bermukim di tanah Jawa.
Baris 11 ⟶ 12:
Para pendatang ini di Jawa setelah sekian lama tidak semata-mata hanya menggunakan [[bahasa Tionghoa]] untuk berkomunikasi namun lalu juga menggunakan bahasa Jawa. Lalu merekapun akhirnya meniru bangsa Jawa dan mulai menuliskan karya sastra Tionghoa tidak hanya dalam bahasa Jawa namun juga menggunakan konvensi Jawa; yaitu menulis dalam bentuk ''tembang''.
 
== Catatan kaki ==
{{reflist}}
<references/>
{{Tionghoa Indonesia}}
 
{{sastra-stub}}
 
[[Kategori:Sastra Jawa]]
[[Kategori:Sastra Tionghoa]]