Perairan Teluk Triton juga merupakan habitat [[Hiu paus]] yang menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan dan para ahli biota laut yang ingin merasakan sensasi berenang bersama ikan raksasa tersebut. Hewan itu diberi nama Hiu Paus karena ukurannya yang besar seperti paus dan kebiasaannya menyaring makanan. Berdasarkan data dari International Union for Conservation of Nature (IUCN), Hiu Paus dikategorikan ke dalam hewan yang rentan punah (vulnerable).<ref>{{Cite web|url=https://darilaut.id/orca/hiu-paus/populasi-menurun-ingatan-untuk-hari-hiu-paus-internasional-tahun-ini|title=Populasi Menurun, Ingatan untuk Hari Hiu Paus Internasional Tahun Ini|date=2019-08-30|website=Dari Laut|language=id-ID|access-date=2020-03-14}}</ref>
Pada kawasan teluk ini juga terdapat 959 jenis ikan karang dan 471 jenis karang di mana 16 dari mereka meruapakan jenis baru.<ref>{{Cite web|url=https://ksmtour.com/informasi/tempat-wisata/papua-barat/teluk-triton-keindahan-surga-bawah-laut-papua-barat.html|title=Teluk Triton Keindahan Surga Bawah Laut Papua Barat - Papua Barat|website=ksmtour.com|language=id|access-date=2020-03-14}}</ref> Serta terdapat sekitar 27 jenis udang lobster dan penyu hijau.
Baris 22:
==Lukisan cadas==
Didekat Kampung [[Lobo, Kaimana, Kaimana|Lobo]] di Teluk TritomTriton terdapat beberapa lukisan cadas manusia purba di situs Ganggasa dan Irisjawe.<ref name="Kebudayaan 2015">{{cite web | last=Kebudayaan | first=Direktorat Pelindungan | title=Lukisan di Tebing Kaimana | website=Direktorat Pelindungan Kebudayaan | date=2015-04-24 | url=https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/dpk/lukisan-dinding-di-tebing-kaimana/ | access-date=2023-02-03}}</ref> Sedangkan dalam ekspedisi Lengguru pada tahun 2010 oleh peneliti Djami, Gonthier, Simanjutak dan Budiman diketemukanlah lebih banyak lukisan lagi di Teluk Triton.<ref name="Djami 2017 pp. 43–80">{{cite journal | last=Djami | first=Erlin Novita Idje| title=SITUS SENI CADAS SEBAGAI ASET BUDAYA DAN PEMBANGUNAN PARIWISATA (Studi pengembangan situs seni cadas di kawasan Teluk Bicari dan Selat Maimai, Kabupaten Kaimana, Papua Barat) | journal=Jurnal Penelitian Arkeologi Papua dan Papua Barat | volume=3 | issue=2 | date=2017-06-03 | issn=2580-9237 | doi=10.24832/papua.v3i2.82 | pages=43–80 | url=https://jurnalarkeologipapua.kemdikbud.go.id/index.php/jpap/article/view/82 | access-date=2023-02-03}}</ref><ref name="Gonthier et al. 2013 pp. 54–57">{{cite magazine |last1=Gonthier |first1= É. |last2=Budiman |first2= B.|last3=Idje Djami |first3= É.D.|last4=Simanjutak |first4= H.T.|date= 2013 |title=Art pariétal dans la baie de Triton, sud-ouest de la Papua-Barat |url=https://amis-museum.fr/wp-content/uploads/2018/08/samnhn_publication-trimestrielle_201312_256.pdf |magazine= Revue Les Amis du Muséum national d’Histoire naturelle| location=Paris |publisher=Muséum national d’Histoire naturelle |access-date=2023-02-03}}</ref>