Suku Kurudu: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Blackman Jr. (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Dafa Alamsyah (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
 
(4 revisi perantara oleh 3 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Ethnic group
|group=Kurudu
|popplace = [[Indonesia]] ([[Pulau Kurudu]] dan [[Pamai Erar]])
|pop=2.180 (1988)<ref name="Melalatoa"/>
|native_name=Miobo
Baris 17:
Sejak abad ke-16, pulau Kurudu dicatat oleh [[bangsa Spanyol]] dengan nama La Ballena pada 1545. Meski telah dijelajahi pada tahun itu, tidak banyak informasi mengenai pulau Kurudu. Memasuki abad ke-18, pulau ini ditulis dalam buku-buku orang Eropa, tentang aspek perdagangan yang telah mereka amati disana. Sir Thomas Forrest mengunjungi pulau itu pada Februari 1775, dalam [[bahasa Inggris]] ia menyebutnya "Island of Krudo" berarti yang pulau Kurudu. Ia juga menulis bahwa masyarakat Kurudu-Kaipuri biasanya mengumpulkan kulit penyu yang akan diperdagangkan dengan pedagang [[Tiongkok]]. Wilayah Yapen, [[Waropen]], dan [[Nabire]] merupakan tempat-tempat dimana para pedagang Tiongkok, [[Suku Bugis|Bugis]], [[Suku Makassar|Makassar]], [[Pulau Seram|Seram]], dan Eropa melakukan [[barter]] dengan penduduk-penduduk di wilayah tersebut.<ref name="Pustaka Papua"/>
 
Orang Kurudu menghasilkan berbagai produk-produk lokal gerabah tanah liat (''[[sempe]]''), ukiran, perahu, dan sagu yang nantinya akan diperdagangkan ke berbagai tempat di pesisir utara Papua. Orang Kurudu juga memiliki jaringan perdagangan sampai ke [[Sungai Mamberamo]] dan meluas ke Tanah Tabi ([[Kota Jayapura]] dan [[Kabupaten Jayapura]]). Misalnya, orang Kurudu membawa produk-produk seperti manik-manik, pisau, piring, dan menukarnya dengan masyarakat Mamberamo.<ref name="Pustaka Papua"/>
 
Dalam laporan residen Braam Morris, sewaktu mereka mengunjungi penduduk Mamberamo (kampung Pauwi) pada 21 Juli 1884, mereka menemukan bahwa penduduk asli memiliki barang-barang seperti manik-manik, pisau, piring, dan barang-barang lainnya. Setelah ditanya darimana penduduk Pauwi dan Mawa mendapatkan barang-barang tersebut, mereka menjawab dari Kurudu, orang Kurudu sering datang kepada mereka. Jejak perdagangan demikian sudah berlangsung tahun 1800-an. Bahkan ada seorang ''Korano'' (pemimpin lokal) Mamberamo yang bernama Anggori bisa berbicara dalam [[bahasa Kurudu]]. Catatan ini tampaknya mendukung catatan Thomas Forrest bahwa pedagang Tiongkok pernah melakukan kontak dengan orang Kurudu. Artinya masyarakat Mamberamo tidak mendapat barang-barang tersebut secara langsung dari pedagang Tiongkok. Bisa digambarkan bahwa setelah pedagang Tiongkok melakukan barter dengan orang Kurudu, kemudian orang Kurudu melakukan barter lagi dengan penduduk Mamberamo. Merujuk pada catatan Thomas Forrest bahwa bisa jadi perdagangan antara orang Kurudu dan orang Mamberamo sudah berlangsung sejak tahun 1700-an.<ref name="Pustaka Papua"/>
Baris 28:
===Tradisi war wen===
Pada masa pandemi [[COVID-19]] melanda dunia, masyarakat suku Kurudu meyakini khasiat tiga jenis tumbuhan yang mampu menangkal penyakit virus corona. Ketiga tumbuhan dalam tradisi war wen tersebut yaitu, ''nianggotr'' (sirih hutan), ''nianggoi tu'' (sirih domestik), dan ''manemyo'' (sirih lele).<ref>{{cite web|url=https://bbksda-papuabarat.com/3039-2/|title=Masyarakat Arfak, Membangun Kehidupan Di Tengah Pandemi, Tak Abai Lingkungan Alami|website=bbksda-papuabarat.com|access-date=19 Mei 2023|language=id}}</ref>
===Perahu tradisional===
Karena kondisi geografis wilayah yang didiami masyarakat suku Kurudu dikelilingi oleh lautan, maka masyarakat Kurudu memiliki tradisi melaut yang membutuhkan perahu. Dalam kearifan lokal suku Kurudu dikenal 3 jenis perahu tradisional, yaitu:
#[[Wantbo]] (perahu untuk menangkap ikan)
#[[Dakam]] (perahu untuk transportasi antar pulau dan perdagangan hasil alam)
#[[Mansusu]] (perahu untuk berperang dan penangkapan budak)
 
Tiga jenis perahu ini dilengkapi dengan dayung (''awo''), layar (''sariun''), naju (''adaisi''), semang (arui), dan mata naju (''adaisi re''), serta penimba air (''asobo'').
Baris 38:
Setelah masuknya pengaruh era modernisasi, maka suku Kurudu mengenal lagi 4 jenis perahu bermesin, yaitu:
#Wa yonson (perahu untuk transportasi antar pulau sekaligus perahu dagang dan untuk menangkap ikan)
#[[Kole-kole]] (perahu tanpa naju dan semang)
#[[Speedboat]] (perahu fiber)
#[[Jolor]] (perahu sejenis speedboat kecil berbahan dasar papan).
Suku Kurudu mempunyai pengetahuan tradisional pembuatan bagian depan wantbo dan belakang wantbo.
Depan dan belakang perahu wantbo dalam [[bahasa Kurudu]] disebut ''ode''. Yakni depan perahu disebut ''ode waraun'' dan belakang perahu disebut ''ode wasriu''. Bentuk bagian depan dan belakang perahu suku Kurudu tidak sama dengan perahu suku-suku lainnya.<ref>{{cite Instagram|url=https://www.instagram.com/p/CH41Ypoj0FU/?igshid=NTc4MTIwNjQ2YQ==|title=BENTUK ODEBO, WASRIU DAN BAGIAN-BAGIAN WANTBO (PERAHU TRADISIONAL SUKU KURUDU)|postid=www.instagram.com|user=paulssukardipapua|access-date=19 Mei 2023|date=27 November 2020|language=id}}</ref>
Baris 50:
*{{Cite book|author=Melalatoa, J.|date=1995|title=Ensiklopedi Suku Bangsa di Indonesia Jilid A-K|location=Jakarta|publisher=[[Departemen Pendidikan dan Kebudayaan]]}}
 
[[Kategori:Suku bangsa di Papua|Kurudu]]
[[Kategori:Suku bangsa di Indonesia|Kurudu]]