Tauhid asma dan sifat: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: Perubahan kosmetika
→‎Penyimpangannya Dari Dalil: Perbaikan kesalahan pengetikan. Tampa > tanpa
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(15 revisi perantara oleh 11 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Ensiklopedia Islam|Muhammad}}
'''Tauhid Asma' was Shifat''' merupakan bagian dari mentauhidkan (mengesakan) Allah dalam akidah Islam. Tauhid ini merupakan bentuk penerapan pengesaan dari makhluk terhadap Allah mengenai nama-nama-Nya dan sifat-sifat-Nya, yang mana nama-nama dan sifat-sifat ini telah diatributkan oleh-Nya sendiri.
 
Baris 20 ⟶ 21:
 
== Kaidah tentang Nama dan Sifat Allah ==
Beberapa kaidah dalam memahami dan mengimani Tauhid Asma was Shifat:<ref>{{Cite web |url=http://sunnah.or.id/wp-content/uploads/2013/03/Buletin-As-Sunnah-Edisi-12.rar |title=Salinan arsip |access-date=2014-02-26 |archive-date=2014-03-01 |archive-url=https://web.archive.org/web/20140301100707/http://sunnah.or.id/wp-content/uploads/2013/03/Buletin-As-Sunnah-Edisi-12.rar |dead-url=yes }}</ref>:
* Nama dan sifat Allah adalah sesuatu yang ''tauqifiyah'' (hanya berdasarkan wahyu; tidak ditetapkan kecuali hanya berdasarkan lafal al-Quran dan as-Sunnah).
* Keyakinan tentang sifat Allah seperti keyakinan tentang Dzat-Nya. Maksudnya, sifat, dzat, dan perbuatan Allah tidak serupa dengan apapun. Karena Allah memiliki dzat secara hakiki dan dzat-Nya itu tidak serupa dengan dzat apapun selain-Nya, maka demikian pula sifat-sifat Allah yang ada di dalam al-Quran dan as-Sunnah. Allah menyandang sifat-sifat tersebut secara hakiki dan tidak serupa dengan apapun.
Baris 31 ⟶ 32:
== Macam sifat Allah ==
=== Sifat Tsubutiyyah ===
Sifat Tsubutiyyah adalah setiap sifat yang ditetapkan Allah Subhanahu wa Ta’ala bagi diri-Nya di dalam Al-Qur-an atau melalui perkataan Rasulullah {{saw}}. Semua sifat-sifat ini adalah sifat kesempurnaan, serta tidak menunjukkan sama sekali adanya cela dan kekurangan. Contohnya: Hayaah (hidup): ‘Ilmu (mengetahui), Qudrah (berkuasa), Istiwaa’ (bersemayam) ?
di atas ‘Arsy, Nuzuul (turun) ke langit terendah, Wajh (wajah), Yad (tangan) dan lain-lainnya. Sifat-sifat Allah Subhanahu wa Ta’ala tersebut wajib ditetapkan benar-benar sebagai milik Allah sesuai dengan keagungan dan kemuliaan-Nya, berdasarkan dalil naqli dan ‘aqli. Sifat Tsubutiyyah ada dua macam, yaitu Dzaatiyah dan Fi’liyah.
 
'''Sifat Dzaatiyyah''' adalah sifat yang senantiasa dan selamanya tetap ada pada Diri Allah Subhanahu wa Ta’ala. Seperti, Hayaah (hidup), Kalam (berbicara): ‘Ilmu (mengetahui), Qudrah (berkuasa), Iradah (ke-inginan), Sami’ (pendengaran), Bashar (penglihatan), Izzah (kemuliaan, keperkasaan), Hikmah (kebijaksanaan): ‘Uluw (ketinggian, di atas makhluk): ‘Azhamah (keagungan). Dan yang termasuk dalam sifat ini adalah Sifat Khabariyyah seperti adanya wajah, yadan (dua tangan) dan ‘ainan (dua mata).
 
'''Sifat Fi’liyyah''' adalah sifat yang terikat dengan [[Kehendak Allah|masyi-ah (kehendak)]] Allah Azza wa Jalla, seperti Istiwa’ (bersemayam) di atas ‘Arsy dan Nuzul (turun) ke langit terendah, atau punataupun datang pada hari Kiamat, sebagaimana firman Allah Azza wa Jalla: “Dan datanglah Rabb-mu, sedang Malaikat berbaris-baris.” (Al-Fajr: 22)
 
Suatu sifat bisa terpenuhi kedua-duanya (sifat dzaatiyyah-fi’liyyah) ditinjau dari dua segi, yaitu asal (pokok) dan perbuatannya. Seperti sifat Kalaam (pembicaraan), apabila ditinjau dari segi asal atau pokoknya adalah sifat dzaatiyyah karena Allah Azza wa Jalla selamanya akan tetap berbicara, tetapi jika ditinjau dari segi satu persatu terjadinya Kalaam adalah sifat fi’liyyah karena terikat dengan masyiah (kehendak), dan Allah Subhanahu wa Ta’ala berbicara apa saja yang Dia kehendaki jika Dia menghendaki. Sebagaimana firman-Nya: “Sesungguhnya perintah-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berfirman kepadanya: ‘Jadilah,’ maka terjadilah.” (Yaasiin: 82)
Baris 43 ⟶ 45:
 
== Penyimpangannya Dari Dalil ==
Ketika berbicara tentang sifat-sifat dan nama-nama Allah yang menyimpang dari yang dimaukan oleh Allah dan Rasul-Nya, maka kita telah berbicara tentang Allah tampatanpa dasar ilmu. Tentu yang demikian itu diharamkan dan dibenci dalam agama. Allah berfirman: “Katakanlah: ‘Tuhanku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang nampaktampak ataupun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tampatanpa alasan yang benar, (mengharamkan) mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujjah (keterangan) untuk itu dan (mengharamkan) kalian berbicara tentang Allah tampatanpa dasar ilmu.” (QS. Al A’raf: 33).
 
== Rujukan ==
Baris 50 ⟶ 52:
== Pranala luar ==
* [http://yufidia.com/tauhid-asma-wa-sifat Pengertian Tauhid Asma Wa Sifat]
* [http://al-atsariyyah.com/tauhid-al-asma-wa-ash-shifat.html Tauhid Al-Asma wa Ash-Shifat] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20140302151945/http://al-atsariyyah.com/tauhid-al-asma-wa-ash-shifat.html |date=2014-03-02 }}
* [http://sunnah.or.id/wp-content/uploads/2013/03/Buletin-As-Sunnah-Edisi-12.rar Bulletin tentang Tauhid Al-Asma wa Ash-Shifat] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20140301100707/http://sunnah.or.id/wp-content/uploads/2013/03/Buletin-As-Sunnah-Edisi-12.rar |date=2014-03-01 }}
* [https://alkitab.sabda.org/passage.php?passage=yesaya%2040:18-31 Yesaya 40:18]
 
[[Kategori:Tauhid]]