Tauhid asma dan sifat: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Pranala luarnya tidak spesifik ke artikel terkait
Penyimpangannya Dari Dalil: Perbaikan kesalahan pengetikan. Tampa > tanpa
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(22 revisi perantara oleh 14 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Ensiklopedia Islam|Muhammad}}
{{unreferenced|date=Februari 2014}}
'''Tauhid Asma' was Shifat''' merupakan bagian dari mentauhidkan (mengesakan) Allah dalam akidah Islam. Tauhid ini merupakan bentuk penerapan pengesaan dari makhluk terhadap Allah mengenai nama-nama-Nya dan sifat-sifat-Nya, yang mana nama-nama dan sifat-sifat ini telah diatributkan oleh-Nya sendiri.
Kita beriman bahwa [[Allah]] memiliki nama-nama yang Dia telah menamakan diri-Nya dan yang telah dinamakan oleh Rasul-Nya. Dan beriman bahwa Allah memiliki sifat-sifat yang tinggi yang telah Dia sifati diri-Nya dan yang telah disifati oleh Rasul-Nya. Allah memiliki nama-nama yang mulia dan sifat yang tinggi berdasarkan firman Allah: “Dan Allah memiliki nama-nama yang baik.” (Qs. Al A’raf: 186) “Dan Allah memiliki permisalan yang tinggi.” (QS. An Nahl: 60)
 
== Definisi ==
Tauhid Asma' was Shifat yaitu mengesakan Allah dengan cara menetapkan bagi Allah nama-nama dan sifat-sifat yang ditetapkan sendiri oleh-Nya (dalam firmannya) atau yang disebutkan oleh Rasul-Nya (dalam hadits), tanpa mengilustrasikan (Takyif), menyerupakan dengan sesuatu (Tamtsil), menyimpangkan makna (Tahrif), atau bahkan menolak nama atau sifat tersebut (Ta’thil).<ref>Berdasarkan perkataan Ibnu Taimiyyah: “Manhaj Salaf dan para Imam Ahlus Sunnah mengimani Tauhid al-Asma’ wash Shifat ialah dengan menetapkan apa-apa yang telah Allah tetapkan atas Diri-Nya dan telah ditetapkan Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam bagi-Nya, tanpa tahrif dan ta’thil serta tanpa takyif dan tamtsil. Menetapkan tanpa tamtsil, menyucikan tanpa ta’thil, menetapkan semua Sifat-Sifat Allah dan menafikan persamaan Sifat-Sifat Allah dengan makhluk-Nya.”</ref>
 
== Landasan hukum ==
Dalil mengenai Tauhid Asma' dan Sifat dari al-Quran di antaranya ialah firman Allah yang artinya:
* “Hanya milik Allah nama-nama yang paling baik, maka berdoalah kepada-Nya dengan menyebut nama-nama itu, dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran mengenai nama-nama-Nya.” (QS. al-A’raaf: 180)
* “Dan hanya bagi-Nya lah sifat yang Maha Tinggi di langit dan di bumi; dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Ruum: 27)
* “Maka janganlah kalian mengadakan penyerupaan-penyerupaan bagi Allah. Sesungguhnya Allah mengetahui, sedang kalian tidak mengetahui.” (An-Nahl: 74)
 
Dalil dari as-Sunnah di antaranya adalah perkataan Nabi {{saw}}:
* “Sesungguhnya Allah memiliki sembilan puluh sembilan nama, barangsiapa menghafalnya maka ia akan masuk surga.” (HR. at-Tirmidzi 3508)
* “Aku meminta kepada-Mu dengan segenap nama-Mu, yang telah Kau namakan diri-Mu dengannya, atau Kau turunkan dalam kitab-Mu, atau Kau ajarkan kepada salah satu hamba-Mu atau Kau simpan di dalam ilmu ghaib yang ada di sisi-Mu.” (HR. Ahmad 3712)
 
== Faedah ==
Dalam Al-Qur'an disebutkan ayat yang artinya {{Quote|"Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan-Nya. Dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”|Asy-Syuura: 11}}
 
Lafal ayat “Tidak ada yang serupa dengan-Nya,” merupakan bantahan kepada orang yang menyamakan sifat-sifat Allah dengan sifat-sifat makhluk. Sedangkan lafal “Dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat,” adalah bantahan kepada orang yang menafikan (mengingkari/menolak) adanya sifat<ref>yaitu sifat mendengar dan melihat, yang mana sifat mendengar dan melihatnya Allah berbeda dengan sifat mendengar dan melihatnya makhluk.</ref> bagi Allah.
 
== Kaidah tentang Nama dan Sifat Allah ==
Beberapa kaidah dalam memahami dan mengimani Tauhid Asma was Shifat:<ref>{{Cite web |url=http://sunnah.or.id/wp-content/uploads/2013/03/Buletin-As-Sunnah-Edisi-12.rar |title=Salinan arsip |access-date=2014-02-26 |archive-date=2014-03-01 |archive-url=https://web.archive.org/web/20140301100707/http://sunnah.or.id/wp-content/uploads/2013/03/Buletin-As-Sunnah-Edisi-12.rar |dead-url=yes }}</ref>
* Nama dan sifat Allah adalah sesuatu yang ''tauqifiyah'' (hanya berdasarkan wahyu; tidak ditetapkan kecuali hanya berdasarkan lafal al-Quran dan as-Sunnah).
* Keyakinan tentang sifat Allah seperti keyakinan tentang Dzat-Nya. Maksudnya, sifat, dzat, dan perbuatan Allah tidak serupa dengan apapun. Karena Allah memiliki dzat secara hakiki dan dzat-Nya itu tidak serupa dengan dzat apapun selain-Nya, maka demikian pula sifat-sifat Allah yang ada di dalam al-Quran dan as-Sunnah. Allah menyandang sifat-sifat tersebut secara hakiki dan tidak serupa dengan apapun.
* Semua nama Allah adalah baik dan sama sekali tidak ada yang buruk, karena nama-nama itu menunjukkan dzat yang memiliki nama tersebut yaitu Allah. Nama-nama itu menunjukkan sifat-sifat kesempurnaan yang tidak mengandung kekurangan sedikitpun dari segala sisi.<ref>Allah berfirman yang artinya: “Hanya milik Allah nama-nama yang terbaik.” (QS. al-A’raaf: 180); “Dan Allah memiliki permisalan yang tinggi.” (QS. An Nahl: 60)</ref>
* Nama-nama Allah tidak terbatas pada jumlah tertentu. Nabi {{saw}} bersabda: “Aku meminta kepada-Mu dengan segenap nama-Mu, yang telah Kau namakan diri-Mu dengannya, atau Kau turunkan dalam kitab-Mu, atau Kau ajarkan kepada salah satu hamba-Mu atau Kau simpan di dalam ilmu ghaib yang ada di sisi-Mu.” (HR. Ahmad 3712)
 
== Kaidah Dasar Oleh Imam Syafi'i ==
Dalam hal ini, kita harus beriman kepada nama-nama dan sifat-sifat Allah sesuai dengan apa yang dimaukan Allah dan Rasul-Nya dan tidak menyelewengkannya sedikitpun. [[Imam Syafi’i]] meletakkan kaidah dasar ketika berbicara tentang nama-nama dan sifat-sifat Allah sebagai berikut: “Aku beriman kepada Allah dan apa-apa yang datang dari Allah dan sesuai dengan apa yang dimaukan oleh Allah. Aku beriman kepada Rasulullah dan apa-apa yang datang dari Rasulullah sesuai dengan apa yang dimaukan oleh Rasulullah” <ref>Lihat Kitab Syarah [[Lum’atul I’tiqad]] oleh [[Muhammad bin Shalih Al Utsaimin]] hal 36</ref>
Imam Asy-Syafi'i merupakan seorang pakar ilmu Kalam yang menolak akidah Asma' wa Ash-Shifat, sebagai bid'ah yang dibuat oleh kaum Zindik (menyimpang) yang tidak selaras dengan tuuan akidah para mutakalimin, beliau menegaskan bahwa Tauhid Asma' wa Ash-Shifat,kekufuran daripada golongan Muhaditsin Mujassimah,
 
== Macam sifat Allah ==
=== Sifat Tsubutiyyah ===
Sifat Tsubutiyyah adalah setiap sifat yang ditetapkan Allah Subhanahu wa Ta’ala bagi diri-Nya di dalam Al-Qur-an atau melalui perkataan Rasulullah {{saw}}. Semua sifat-sifat ini adalah sifat kesempurnaan, serta tidak menunjukkan sama sekali adanya cela dan kekurangan. Contohnya: Hayaah (hidup): ‘Ilmu (mengetahui), Qudrah (berkuasa), Istiwaa’ (bersemayam)?
di atas ‘Arsy, Nuzuul (turun) ke langit terendah, Wajh (wajah), Yad (tangan) dan lain-lainnya. Sifat-sifat Allah Subhanahu wa Ta’ala tersebut wajib ditetapkan benar-benar sebagai milik Allah sesuai dengan keagungan dan kemuliaan-Nya, berdasarkan dalil naqli dan ‘aqli. Sifat Tsubutiyyah ada dua macam, yaitu Dzaatiyah dan Fi’liyah.
 
'''Sifat Dzaatiyyah''' adalah sifat yang senantiasa dan selamanya tetap ada pada Diri Allah Subhanahu wa Ta’ala. Seperti, Hayaah (hidup), Kalam (berbicara): ‘Ilmu (mengetahui), Qudrah (berkuasa), Iradah (ke-inginan), Sami’ (pendengaran), Bashar (penglihatan), Izzah (kemuliaan, keperkasaan), Hikmah (kebijaksanaan): ‘Uluw (ketinggian, di atas makhluk): ‘Azhamah (keagungan). Dan yang termasuk dalam sifat ini adalah Sifat Khabariyyah seperti adanya wajah, yadan (dua tangan) dan ‘ainan (dua mata).
 
'''Sifat Fi’liyyah''' adalah sifat yang terikat dengan [[Kehendak Allah|masyi-ah (kehendak)]] Allah Azza wa Jalla, seperti Istiwa’ (bersemayam) di atas ‘Arsy dan Nuzul (turun) ke langit terendah, ataupun datang pada hari Kiamat, sebagaimana firman Allah Azza wa Jalla: “Dan datanglah Rabb-mu, sedang Malaikat berbaris-baris.” (Al-Fajr: 22)
 
Suatu sifat bisa terpenuhi kedua-duanya (sifat dzaatiyyah-fi’liyyah) ditinjau dari dua segi, yaitu asal (pokok) dan perbuatannya. Seperti sifat Kalaam (pembicaraan), apabila ditinjau dari segi asal atau pokoknya adalah sifat dzaatiyyah karena Allah Azza wa Jalla selamanya akan tetap berbicara, tetapi jika ditinjau dari segi satu persatu terjadinya Kalaam adalah sifat fi’liyyah karena terikat dengan masyiah (kehendak), dan Allah Subhanahu wa Ta’ala berbicara apa saja yang Dia kehendaki jika Dia menghendaki. Sebagaimana firman-Nya: “Sesungguhnya perintah-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berfirman kepadanya: ‘Jadilah,’ maka terjadilah.” (Yaasiin: 82)
 
=== Sifat Salbiyyah ===
Sifat Salbiyyah adalah setiap sifat yang dinafikan (ditolak) Allah Subhanahu wa Ta’ala bagi diri-Nya melalui Al-Qur-an atau sabda Rasul-Nya {{saw}}. Dan seluruh sifat ini adalah sifat kekurangan dan tercela, contohnya; maut (kematian), naum (tidur), jahl (kebodohan), nis-yan (kelupaan), ‘ajz (kelemahan, ketidakmampuan), ta’ab (kelelahan). Sifat-sifat tersebut wajib dinafikan (ditolak) dari Allah Azza wa Jalla, dengan disertai penetapan sifat kebalikannya secara sempurna. Misalnya, menafikan sifat maut (mati) dan naum (tidur) berarti telah menetapkan kebalikannya bahwasanya Allah adalah Dzat Yang Maha Hidup, menafikan jahl (kebodohan) berarti menetapkan bahwasanya Allah Maha Mengetahui dengan ilmu-Nya yang sempurna.
 
== Penyimpangannya Dari Dalil ==
Ketika berbicara tentang sifat-sifat dan nama-nama Allah yang menyimpang dari yang dimaukan oleh Allah dan Rasul-Nya, wajibmaka untukkita melakukantelah takwilberbicara terhadaptentang teksAllah tajsimtanpa yangdasar kufurilmu. danTentu menyelewengyang daripadademikian akidahitu Al-Asy'ariyindiharamkan dan kaumdibenci Falsafah,dalam tujuandagama. aripadaAllah akidahberfirman: ilmu“Katakanlah: Kalam‘Tuhanku adalahhanya membantahmengharamkan kesesatan merekaperbuatan yang kufurkeji, betapa banyak penyimangan dalam akidah kaum muslimin dengan bid'ahbaik yang dibuattampak oleh golongan Mujassimah dalam aqidah, sehingga kufurlah orang-orang menganggap bahwa al-Asma' adalah bermakna dengan al-wahyiataupun yang shadiqtersembunyi, padahal al-Murawi dan al-Musyarahperbuatan haditsdosa, inimelanggar adalahhak kekufuranmanusia dantanpa menyimpang daripada aqidahalasan yang sharihbenar, yang(mengharamkan) menolakmempersekutukan takwilAllah sebagiandengan haditssesuatu yang mengandungAllah tidak atributmenurunkan tajsimhujjah (tubuhketerangan) sepertiuntuk tanganitu (al-yad), tubuhdan (al-shurahmengharamkan), jari-jemari,kalian kepala,berbicara kakitentang bahkanAllah merekatanpa menyifatkandasar Allahilmu.” seenaknya(QS. denganAl haditsA’raf: durjana dan kufur,33).
 
Maka wajib untuk menakwilkan makna tangan sebagai al-ni'mat atau pun keagungan (al'azham) dan juga muka dengan al-Quwwah,
== Rujukan ==
tidak boleh mengatakan Allah mempunyai tangan (al-yad) tetapi wajib untuk mengartikannya dengan tepat dengan mensucikannya daripada keserupaan, tidak benar bahwa maknawi daripada hadits ini dapat dipahami tanpa ilmu Nahwu (grammatik), bayan dan mantiq (logika), perlu mengkaji ilmu-ilmu tersebut agar tidak menyimpang daripad akidah Ahlus Sunnah wa al-Jama'ah yang sejati, dimana merek Ahli Tauhid sangat peduli dan menjauhi penyifatan Allah dan mereka menjauhi pertentangan sebagaimana kaum yang menyimpang.
{{reflist}}
 
== Pranala luar ==
* [http://yufidia.com/tauhid-asma-wa-sifat Pengertian Tauhid Asma Wa Sifat]
* [http://al-atsariyyah.com/tauhid-al-asma-wa-ash-shifat.html Tauhid Al-Asma wa Ash-Shifat] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20140302151945/http://al-atsariyyah.com/tauhid-al-asma-wa-ash-shifat.html |date=2014-03-02 }}
* [http://sunnah.or.id/wp-content/uploads/2013/03/Buletin-As-Sunnah-Edisi-12.rar Bulletin tentang Tauhid Al-Asma wa Ash-Shifat] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20140301100707/http://sunnah.or.id/wp-content/uploads/2013/03/Buletin-As-Sunnah-Edisi-12.rar |date=2014-03-01 }}
* [https://alkitab.sabda.org/passage.php?passage=yesaya%2040:18-31 Yesaya 40:18]
 
[[Kategori:Tauhid]]
[[Kategori:Tauhid Asma wa Shifat]]