Wikramawardhana: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
k Mengembalikan suntingan oleh Mojopahit1293 (bicara) ke revisi terakhir oleh CommonsDelinker Tag: Pengembalian |
||
(83 revisi perantara oleh 12 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{infobox royalty
| title = Bhra Hyang Wisesa Aji Wikramawardhana
|title = Bhre Mataram▼
| image =
|death_date = 1429
|father = Singhawardhana▼
|
▲| father = Singhawardhana Dyah Sumana
|succession = Penguasa Monarki Kerajaan Majapahit▼
| mother =Rajasaduhita Iswari Dyah Nertaja
| reign = {{flag|Majapahit}} (1389-1400, 1406-1429)
| successor = [[Suhita]]▼
|
▲| successor = [[Suhita]]
| spouse = [[Kusumawardhani]]
| issue = *Rajasakusuma
* ''Bhre Tumapel''
*[[Suhita]]
*[[Kertawijaya]]
| reign1 = ? – 1389
| successor1 = Rajasakusuma
| house = [[Wangsa Rajasa|Rajasa]]
}}
{{Keluarga kerajaan Majapahit}}
'''Wikramawardhana''' adalah
==
[[Berkas:Rajasa Dynasty.svg|jmpl|ka|280px|
Wikramawardhana dalam ''[[Pararaton]]'' bergelar '''Bhra Hyang Wisesa Aji Wikrama'''. Nama aslinya adalah '''Raden Gagak Sali'''. Ibunya bernama '''Dyah Nertaja''', adik [[Hayam Wuruk]], yang menjabat sebagai [[Bhre]] Pajang. Sedangkan ayahnya bernama '''Raden Sumana''' yang menjabat sebagai Bhre Paguhan, bergelar '''Singhawardhana'''.▼
Diagram silsilah [[Wangsa Rajasa]], keluarga kerajaan [[Singhasari]] dan [[Majapahit]]]]
▲Wikramawardhana dalam ''[[Pararaton]]'' bergelar '''Bhra Hyang Wisesa Aji
Permaisurinya, yaitu Kusumawardhani adalah putri [[Hayam Wuruk]] yang lahir dari '''Padukasori'''. Dalam ''[[Nagarakretagama]]'' (ditulis 1365), Kusumawardhani dan Wikramawardhana diberitakan sudah menikah. Padahal waktu itu [[Hayam Wuruk]] baru berusia 31 tahun. Maka, dapat dipastikan kalau kedua sepupu tersebut telah dijodohkan sejak kecil.▼
▲Permaisurinya, yaitu Kusumawardhani adalah putri [[Hayam Wuruk]] yang lahir dari Sri Sudewi disebut juga '''
Dari perkawinan itu, lahir putra mahkota bernama '''Rajasakusuma''' bergelar '''Hyang Wekasing Sukha''', yang meninggal sebelum sempat menjadi raja.
Baris 22 ⟶ 35:
''[[Pararaton]]'' juga menyebutkan, Wikramawardhana memiliki tiga orang anak dari selir, yaitu Bhre Tumapel, [[Suhita]], dan [[Kertawijaya]].
Bhre Tumapel lahir dari Bhre Mataram
Kedudukan sebagai pewaris takhta Majapahit kemudian dijabat oleh [[Suhita]] yang lahir dari Bhre Daha putri [[Bhre Wirabhumi]].
==
Saat ''[[Nagarakretagama]]'' ditulis tahun [[1365]], Kusumawardhani masih menjadi putri mahkota
Menurut ''[[Pararaton]]'', sepeninggal [[Hayam Wuruk]] tahun [[1389]], [[Kusumawardhani]] dan Wikramawardhana naik takhta dan memerintah berdampingan. Jabatan Bhre Mataram lalu
[[Rajasakusuma]] sang [[putra mahkota]] diperkirakan mewarisi jabatan Bhre Kabalan menggantikan
Pada tahun [[1389]], terjadi ketegangan antara Bhre Wirabumi dan Wikramawardhana, karena Wikramawardhana memberikan gelar Bhre Lasem kepada permaisurinya, Kusumawardhani, padahal gelar Bhre Lasem sedang disandang adiknya, Nagarawardhani, istri Bhre Wirabumi. Sengketa jabatan Bhre Lasem ini menciptakan perang dingin antara istana barat dan timur.
Rajasakusuma meninggal tahun 1399. Candi makamnya bernama Paramasuka Pura di Tanjung. Kedudukan putra mahkota lalu dijabat Bhre Tumapel putra Wikramawardhana dan Bhre Mataram.▼
Pada tahun [[1398]], Majapahit mengirimkan armadanya untuk menyerang [[Parameswara|Iskandar Shah]] (raja [[Kerajaan Singapura]]). Hal ini disebabkan atas tuduhan Iskandar Shah kepada salah satu selirnya yang melakukan perzinaan. Sebagai hukuman, raja menelanjangi selir itu di depan umum. Untuk membalaskan dendamnya, ayah selir itu, ''Sang Rajuna Tapa'' yang juga seorang pejabat di pengadilan Iskandar Shah, diam-diam mengirim pesan kepada Wikramawardhana dari Majapahit, untuk menyerang Singapura.
Pada tahun [[1398]] Rajasakusuma mengangkat ''Gajah Menguri'' sebagai patih menggantikan ''Gajah Enggon'' yang meninggal dunia. Berita dalam ''[[Pararaton]]'' ini harus ditafsirkan sebagai “mengusulkan”, bukan “melantik”.
Peninggalan sejarah Wikramawardhana berupa '''[[Prasasti Katiden I]]''' (1392) ▼
dan '''[[Prasasti Katiden II]]''' (1395), yang berisi penetapan Gunung Lejar sebagai tempat pendirian sebuah bangunan suci.▼
▲Pada tahun [[1399]], Rajasakusuma meninggal
Pada tahun [[1400]], setelah Nagarawardhani dan Kusumawardhani sama-sama meninggal. Wikramawardhana segera mengangkat menantunya sebagai Bhre Lasem yang baru, yaitu istri Bhre Tumapel. Ketegangan Majapahit Barat dan Timur tersebut semakin besar hingga pada tahun 1404 terjadilah peperangan besar antara kerajaan Majapahit Barat dengan Majapahit Timur ([[Blambangan]]) yang dikenal dengan sebutan perang dua tahun atau [[Perang Paregreg]] yang berakhir tahun 1406, yang dimenangkan oleh Wikramawardhana.
Menurut ''[[Pararaton]]'', Wikramawardhana kembali menjadi raja, karena Kusumawardhani meninggal dunia. Kusumawardhani dicandikan di [[Pabangan]], bernama Laksmipura.▼
== Menyerang Kerajaan Singhapura ==
Pada tahun [[1398]], Majapahit mengirimkan armadanya untuk menyerang [[Parameswara|Iskandar Shah]] (raja [[Kerajaan Singapura]]), yang terdiri dari tiga ratus kapal perang utama dan ratusan kapal kecil, membawa tidak kurang dari 200.000 orang. Awalnya, tentara Jawa bertempur di luar benteng dengan penduduk Singapura. Sebelum akhirnya memaksa mereka untuk mundur ke belakang tembok. Kekuatan invasi Jawa terus melakukan pengepungan kota dan berulang kali mencoba untuk menyerang benteng.<ref>{{harvnb|Tsang|Perera|2011|p=120}}</ref><ref>{{harvnb|Sabrizain|p=[http://www.sabrizain.org/malaya/parames1.htm Palembang Prince or Singapore Renegade?]}}</ref><ref name="A. Samad 1979 69–70">{{harvnb|A. Samad|1979|pp=69–70}}</ref>
Setelah sekitar satu bulan, makanan di dalam benteng mulai kehabisan dan pihak yang bertahan berada di ambang kelaparan. Sang Rajuna Tapa kemudian diminta untuk mendistribusikan biji-bijian milik kerajaan kepada masyarakat yang bertahan. Sebagai bentuk balas dendam, menteri berbohong kepada raja, dan mengatakan bahwa gudang kerajaan sedang kosong. Akhirnya orang-orang yang bertahan mengalami kelaparan. Serangan terakhir Majapahit terjadi setelah gerbang akhir dibuka atas perintah seorang menteri. Para prajurit Majapahit bergegas masuk ke benteng dan pembantaian yang mengerikan terjadi.<ref name="A. Samad 1979 69–70"/> Menurut ''Malay Annals'', "darah mengalir seperti sungai" dan noda merah di tanah Singapura disebut-sebut berasal dari darah pembantaian itu.<ref>{{harvnb|Windstedt|1938|p=32}}</ref> Mengetahui kekalahan sudah dekat, Iskandar Shah dan para pengikutnya melarikan diri dari Singapura.
== Perang Paregreg ==
{{Main|Perang Regreg}}
▲Menurut ''[[Pararaton]]'', Wikramawardhana kembali menjadi raja, karena Kusumawardhani meninggal dunia. Kusumawardhani dicandikan di Pabangan, bernama Laksmipura.
Pada tahun [[1389]], Wikramawardhana berselisih dengan [[Bhre Wirabhumi]], karena Wikramawardhana, memberikan gelar Bhre Lasem kepada permaisurinya, Kusumawardhani, padahal gelar Bhre Lasem sedang disandang adiknya, Nagarawardhani, istri Bhre Wirabumi.
Pada tahun
Pada tahun 1406 pasukan istana barat dipimpin Bhre Tumapel menghancurkan istana timur. [[Bhre Wirabhumi]] tewas di tangan Raden Gajah alias Bhra Narapati. Wikramawardhana kemudian memboyong Bhre Daha putri [[Bhre Wirabhumi]] sebagai selir.▼
▲Pada tahun [[1406]] pasukan
== Akhir Pemerintahan Wikramawardhana ==▼
[[Perang
Wikramawardhana juga berhutang ganti rugi pada kaisar [[Dinasti Ming]] penguasa [[Tiongkok]]. Ketika terjadi penyerbuan ke timur, sebanyak 170 orang anak buah Laksamana [[Ceng Ho]] ikut terbunuh. Padahal waktu itu [[Ceng Ho]] sedang menjadi duta besar mengunjungi [[Jawa]].
Baris 54 ⟶ 77:
Menurut [[kronik Tiongkok]] tulisan Ma Huan (sekretaris [[Ceng Ho]]), Wikramawardhana diwajibkan membayar denda pada kaisar sebesar 60.000 tahil. Sampai tahun 1408 baru bisa diangsur 10.000 tahil saja. Akhirnya, kaisar membebaskan hutang tersebut karena kasihan.
== Menjalin Hubungan Dengan Kerajaan Budha ==
Wikramawardhana akhirnya meninggal pada akhir tahun 1429. Ia dicandikan di '''Wisesapura''' yang terletak di '''Bayalangu'''.▼
Pada tahun 1412 Wikramawardhana menjalin dengan berbagai kerajaan penganut agama Budha di Kalimantan, Indochina, Korea hingga Jepang dengan cara memberikan cinderamata berupa hewan Gajah dari [[Kerajaan Wengker|Wengker]]. Wikramawardhana mengutus Bre Wengker menjadi duta Majapahit untuk berbagai kerajaan yang dituju, program ini membuat hewan gajah di Wengker menjadi sedikit hingga punah tak tersisa. maka dari itu dibuatlah arca peringatan berupa Gajah di kawasan Wengker.
▲Wikramawardhana akhirnya meninggal pada akhir tahun 1429. Ia dicandikan di '''Wisesapura''' yang terletak di '''Bayalangu'''. Wikramawardhana digantikan oleh putrinya dari Bhre Daha yaitu [[Suhita]] yang naik takhta tahun 1429. Usia Suhita saat itu diperkirakan sekitar 20-tahun.
▲Peninggalan sejarah Wikramawardhana berupa '''[[Prasasti Katiden I]]''' (1392)
▲dan '''[[Prasasti Katiden II]]''' (1395), yang berisi penetapan Gunung Lejar sebagai tempat pendirian sebuah bangunan suci.
==Silsilah==
|