Salawat dulang: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
 
(13 revisi perantara oleh 8 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
[[Berkas:Salawat Talam.jpg|jmpl|Penampilan salawat dulang pada sebuah acara resmi]]
'''''Salawat dulang''''', juga disebut '''''salawek talam''''' atau '''''salawat talam''''' dalamadalah dialek-dialeksalah [[bahasa Minangkabau]], merupakansatu [[sastra Minangkabau|sastra lisan Minangkabau]] yang bertema [[Islam]]. Sastra lisan ini berupa pertunjukkan dua orang membacakan hafalan teks diiringi tabuhan dulang, nampan kuningan berdiameter 65  cm. ''Salawat dulang'' tersebar luas di [[ranah Minang|ranah Minangkabau]] dan kadang hanya disebut ''salawek'' atau ''salawat'' dalam percakapan sehari-hari.{{sfn|Amir|Zuriati|Anwar|2006|p=53}}
 
== Penamaan ==
Dalam pertunjukkan tersebut, dua pendendang duduk bersisian dan menabuh dulang bersamaan. Keduanya dapat berdendang bersamaan atau saling menyambung larik dalam [[syair]].{{sfn|Amir|Zuriati|Anwar|2006|p=53}} Pendendang umumnya laki-laki. Namun demikian, kini terdapat pula pendendang-pendendang perempuan meskipun belum begitu berterima di [[orang Minang|masyarakat Minangkabau]] sendiri.{{sfn|Amir|Zuriati|Anwar|2006|p=54}}
Salawat Talam adalah sebutan lain dari Salawat Dulang. Perbedaan penamaan itu hanya disebabkan oleh perbedaan [[dialek]]; bahwa dalam dialek [[Kota Payakumbuh|Payakumbuh]] dan Pariaman, kata ''dulang'' disebut dengan ''talam''. Di Payakumbuh ini, khususnya di daerah [[Koto Panjang]], ada ''tukang salawat'' yang terdiri dari tiga orang tiap satu klub. Di Pariaman, Klub Salawat Talam dapat dijumpai di [[Toboh Gadang, Sintuk Toboh Gadang, Padang Pariaman|Toboh]] dan [[Kabupaten Padang Pariaman|Kampung Dalam]].<ref>{{Cite book|title=Pemetaan Sastra Lisan Minangkabau|last=Amir|first=Adriyetti. Dkk|publisher=Andalas University Press|year=2006|isbn=979-1097-08-9|location=Padang|pages=77}}</ref>
 
== Sejarah ==
Penampilan ''salawat dulang'' berupa tanya jawab, saling serang, dan saling mempertahankan diri sehingga pendendang kadang dijuluki menurut nama-nama senjata, seperti "peluru kendali" dan "gas beracun" dan hanya bisa dilaksanakan bila pendendang berjumlah setidaknya dua orang.{{sfn|Amir|Zuriati|Anwar|2006|p=53}} Pembacaan hafalan teks berdurasi antara 25 hingga 40 menit, biasanya berisi tafsiran dari ayat [[al-Quran]] atau [[Hadits]] yang telah ditulis sebelumnya. Sesi pembacaan satu teks ini disebut ''salabuahan'' (disebut juga ''satanggak'' atau ''satunggak'').{{sfn|Amir|Zuriati|Anwar|2006|p=54}}
Berdasarkan informasi dari mulut ke mulut, sejarah salawat dulang ini berawal dari banyaknya ahli agama Islam Minang yang belajar agama ke [[Aceh]], di antaranya [[Burhanuddin Ulakan|Syekh Burhanuddin]]. Ia kemudian kembali ke Minang dan menetap di [[Kota Pariaman|Pariaman]]. Dari daerah itu, ajaran Islam menyebar ke seluruh wilayah MInangkabau. Saat berdakwah itu, Syekh Burhanuddin teringat pada kesenian Aceh yang fungsinya menghibur sekaligus menyampaikan dakwah, yaitu rebana. Syekh Burhanuddin pun kemudian mengambil talam atau dulang yang biasa digunakan untuk makan dan menabuhnya sambil mendendangkan syair-syair dakwah.<ref>{{Cite book|url=https://www.worldcat.org/oclc/962337104|title=Salawat dulang : keberlanjutan dan pewarisannya|last=Eka,|first=Meigalia,|isbn=9786028580892|location=Padang|oclc=962337104}}</ref>
 
Informasi lain menyebutkan bahwa salawat dulang ini berasal dari [[Kabupaten Tanah Datar|Tanah Datar]]. Di sini salawat dulang dikembangkan oleh kelompok [[Tarekat Syattariyah|Tarekat Syatariah]] sebagai salah satu cara untuk mendiskusikan pelajaran yang mereka terima. Oleh karena itu, pesannya cenderung berisi ajaran tasawuf.
Pertunjukkan ''salawat dulang'' dipertunjukkan pada hari-hari besar umat muslim seperti [[Maulid Nabi]], [[Idul Fitri]], dan [[Idul Adha]] atau pada upacara bernuansa agama seperti ketika menaiki rumah baru dan khatam al-Quran. Tempat penyelenggaraan ''salawat dulang'' biasanya merupakan tempat yang dipandang terhormat menurut nilai masyarakat Minangkabau, seperti surau atau masjid, atau tempat untuk tamu yang dihormati bila diadakan di rumah penduduk (terletak di bagian kiri dari pintu masuk utama).{{sfn|Amir|Zuriati|Anwar|2006|p=54}}
 
==Catatan kakiPertunjukan ==
[[Berkas:Salawat_dulang_padusi.jpg|jmpl|Salawat dulang dimainkan oleh mahasiswa [[Institut Seni Indonesia Padang Panjang|ISI Padangpanjang]]]]
{{reflist}}
Dalam pertunjukkan tersebutsalawat dulang, dua pendendang duduk bersisian dan menabuh dulang bersamaan. Keduanya dapat berdendang bersamaan atau saling menyambung larik dalam [[syair]].{{sfn|Amir|Zuriati|Anwar|2006|p=53}} Pendendang umumnya laki-laki. Namun demikian, kini terdapat pula pendendang-pendendang perempuan meskipun belum begitu berterima di [[orang Minang|masyarakat Minangkabau]] sendiri.{{sfn|Amir|Zuriati|Anwar|2006|p=54}}
 
Penampilan ''salawat dulang'' berupa tanya jawab, saling serang, dan saling mempertahankan diri sehingga pendendang kadang dijuluki menurut nama-nama senjata, seperti "peluru kendali" dan "gas beracun" dan hanya bisa dilaksanakan bila pendendang berjumlah setidaknya dua orang.{{sfn|Amir|Zuriati|Anwar|2006|p=53}} Pembacaan hafalan teks berdurasi antara 25 hingga 40 menit, biasanya berisi tafsiran dari ayat [[al-Quran|Alquran]] atau [[Haditshadits]] yang telah ditulis sebelumnya. Sesi pembacaan satu teks ini disebut ''salabuahan'' (disebut juga ''satanggak'' atau ''satunggak'').{{sfn|Amir|Zuriati|Anwar|2006|p=54}}
==Referesi==
 
{{refbegin}}
Pertunjukkan ''salawat dulang'' dipertunjukkan pada hari-hari besar umat muslim seperti [[Maulid Nabi]], [[Idul Fitri]], dan [[Idul Adha]] atau pada upacara bernuansa agama seperti ketika menaiki rumah baru dan khatam al-Quran. Tempat penyelenggaraan ''salawat dulang'' biasanya merupakan tempat yang dipandang terhormat menurut nilai masyarakat Minangkabau, seperti surau atau masjid, atau tempat untuk tamu yang dihormati bila diadakan di rumah penduduk (terletak di bagian kiri dari pintu masuk utama).{{sfn|Amir|Zuriati|Anwar|2006|p=54}}
* {{Cite book |last1= Amir |first1= Adriyetti|last2= |first2= Zuriati|last3= Anwar|first3= Khairil|title= Pemetaan Sastra Lisan Minangkabau |year= 2006|publisher= Andalas University Press|location= Padang|isbn= 979109708-9}}
 
{{refend}}
== Referensi ==
{{reflist}}
 
[[Kategori:Sastra lisan Minangkabau|Salawat dulang]]