Krisis Selat Sunda: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: Perubahan kosmetika
kTidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan aplikasi seluler Suntingan aplikasi Android
 
(45 revisi perantara oleh 27 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Infobox Konflik
{{Infobox Konflik|campaignbox={<nowiki>|</nowiki> class="nowraplinks collapsible autocollapse navbox-inner" style="border-spacing:0;background:transparent;color:inherit" ! scope="col" class="navbox-title" colspan="2" style="background-color:#B0C4DE;" <nowiki>|</nowiki><div class="plainlinks hlist navbar mini"> * [[Templat:Campaignbox Indonesia–Malaysia confrontation|<abbr title="View this template" style=";background-color:#B0C4DE;;background:none transparent;border:none;">v</abbr>]] * [[Pembicaraan Templat:Campaignbox Indonesia–Malaysia confrontation|<abbr title="Discuss this template" style=";background-color:#B0C4DE;;background:none transparent;border:none;">t</abbr>]] * [//en.wiki-indonesia.club/w/index.php?title=Template:Campaignbox_Indonesia%E2%80%93Malaysia_confrontation&action=edit <abbr title="Edit this template" style=";background-color:#B0C4DE;;background:none transparent;border:none;">e</abbr>] </div><div id="Indonesia.E2.80.93Malaysia_confrontation" style="font-size:114%;margin:0 4em"><span style="line-height:1.6em">[[Indonesia–Malaysia confrontation|<span class="wrap">Konfrontasi Indonesia–Malaysia </span>]]</span></div> <nowiki>|</nowiki>- <nowiki>|</nowiki> colspan="2" class="navbox-list navbox-odd hlist" style="width:100%;padding:0px" <nowiki>|</nowiki><div style="padding:0em 0.25em"> * [[Brunei Revolt|Pemberontakan Brunei]]  * [[Limbang raid|Limbang]] * [[Battle of Long Jawai|Long Jawai]] * [[Landing at Labis|Labis]]  * [[Sunda Straits Crisis|Krisis Selat Sunda]] * [[Action of 13 December 1964|Aksi 13 Desember 1964]] * [[Landing at Kesang River|Sungai Kesang]]  * [[Landing at Pontian|Pontian]] * [[Battle of Plaman Mapu|Plaman Mapu]] * [[Battle of Sungei Koemba|Sungei Koemba]] * [[Battle of Kindau|Kindau]] * [[Battle of Babang|Babang]] * [[Operation Claret|Operasi Claret]] * [[MacDonald House bombing|MacDonald]] * [[Battle of Bau|Bau]] </div> <nowiki>|</nowiki>}|conflict=Krisis Selat Sunda|partof=[[Indonesia-Malaysia confrontation|konfrontasi Indonesia-Malaysia]]|image=[[Berkas:Sunda Strait map-fr.svg|300px]]|caption=Selat Sunda yang memisahkan Jawa dan Sumatra adalah pusat krisis.|date=27 Agustus – 10 September 1964|place=[[Sunda Strait|Selat Sunda]], [[Indonesia]]|result=Indesisif|combatant1={{flag|United Kingdom}}|combatant2={{flag|Indonesia}}|commander1={{flagicon|United Kingdom}} [[Varyl Begg]] <br />{{flagicon|United Kingdom}} [[Peter Thorneycroft]] <br /> {{flagicon|United Kingdom}} [[Louis Mountbatten]]|commander2={{flagicon|Indonesia}} [[Sukarno|Soekarno]] <br> {{flagicon|Indonesia}} [[Subandrio|Soebandrio]] <br> {{flagicon|Indonesia}} [[Suwito]]|strength1=1 kapal induk <br> <nowiki> </nowiki>2 penghancur|strength2=Kekuatan hampir penuh [[Indonesian Air Force|Angkatan Udara Indonesia]]<br> Kapal selam dan kapal permukaan ringan yang tidak diketahui|casualties1=Nol|casualties2=Nol}}'''Krisis Selat Sunda''' adalah konfrontasi dua pekan antara [[Britania Raya|Inggris Raya]] dan [[Indonesia]] mengenai pas kapal induk kelas ''Illustrious ''HMS ''Victorious'' melalui Selat Sunda, selat yang memisahkan pulau-pulau Indonesia: [[Jawa]] dan [[Sumatera]], yang terjadi antara bulan Agustus dan September 1964. Insiden ini adalah bagian dari [[konfrontasi Indonesia-Malaysia]] yang lebih besar, konflik bersenjata antara Indonesia dan [[Malaysia]] (dengan dukungan militer Inggris) selama pembentukan Malaysia sebagai negara merdeka.
| campaignbox = {{Kotak kampanye konfrontasi Indonesia–Malaysia}}
| conflict = Krisis Selat Sunda
| partof = [[konfrontasi Indonesia-Malaysia]]|image=[[Berkas:Sunda Strait map-fr.svg|300px]]|caption=Selat Sunda yang memisahkan Jawa dan Sumatra adalah pusat krisis.|date=27 Agustus – 10 September 1964|place=[[Selat Sunda]], [[Indonesia]]|result=Keberhasilan Dua Belah Pihak dalam Menghindari Konflik|combatant1={{flag|United Kingdom}}|combatant2={{flag|Indonesia}}|commander1= {{unbulleted list| {{flagicon|United Kingdom}} [[Varyl Begg]]|{{flagicon|United Kingdom}} [[Peter Thorneycroft]]|{{flagicon|United Kingdom}} [[Louis Mountbatten, 1st Earl Mountbatten of Burma|Earl Mountbatten of Burma]]}}|commander2= {{unbulleted list|{{flagicon|Indonesia}} [[Sukarno|Soekarno]]| {{flagicon|Indonesia}} [[Subandrio|Soebandrio]]| {{flagicon|Indonesia}} [[Suwito]]}}|strength1=1 kapal induk <br> <nowiki> </nowiki>2 penghancur|strength2=Kekuatan hampir penuh [[Indonesian Air Force|Angkatan Udara Indonesia]]<br> Sejumlah kapal selam dan kapal permukaan ringan|casualties1=0|casualties2=0}}
 
'''Krisis Selat Sunda''' adalah [[konfrontasi]] yang berlangsung selama dua pekan pada bulan Agustus dan September 1964. [[Britania Raya|Inggris Raya]] dan [[Indonesia]] melakukan konfrontasi atas jalur yang diambil oleh [[kapal induk]] Inggris HMS ''Victorious'' saat melewati [[Selat Sunda]], selat yang memisahkan [[Pulau Jawa]] dan [[Pulau Sumatra]]. Kejadian ini merupakan bagian dari [[Konfrontasi Indonesia-Malaysia]], yakni konflik bersenjata antara Indonesia dan Malaysia selama pembentukan Malaysia sebagai negara merdeka.
Pada tanggal 27 Agustus 1964, kapal induk Inggris HMS ''Victorious'' dan dua kapal penghancur yang mengawal berlayar melalui Selat Sunda, perairan internasional yang diklaim oleh Indonesia, menuju [[Australia]]. Kesal dengan peringatan santai Inggris soal pas langsung kapal-kapal melalui selat tersebut (panggilan telepon dua hari sebelumnya), tidak disebutkannya kapal induk dalam peringatan tersebut, dan kewaspadaan terhadap kemungkinan bahwa Inggris sedang berusaha untuk memprovokasi mereka agar memberikan respons kekerasan, dua hari kemudian [[Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia]] memutuskan untuk mencoba menghalangi kapal-kapal perang tersebut dalam perjalanan mereka kembali ke [[Singapura]], dijadwalkan di pertengahan September.
 
Pada tanggal 27 Agustus 1964, kapal induk Inggris HMS ''Victorious''  dan dua kapal penghancur yang mengawalberperan sebagai pengawal berlayar melaluimelintasi Selat Sunda, perairan internasional yang diklaim oleh Indonesia, menuju  [[Australia]]. KesalPihak denganMalaysia peringatanmemberikan santaipemberitahuan Inggrisringan soalmendadak pastentang langsunglewatnya kapal-kapal melaluitersebut selathanya tersebutdengan (panggilan telepon dua hari sebelumnya)sebelum jadwal, mereka juga tidak disebutkannyamenyebutkan adanya kapal induk dalam peringatanrombongan tersebut. Pihak Indonesia tidak menerima perlakuan tersebut, dan kewaspadaankhawatir terhadapakan kemungkinan bahwa Inggris sedangMalaysiasedang berusaha untuk memprovokasi merekaIndonesia agar memberikan respons kekerasan,keras. Pada dua hari kemudian , [[Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia]] memutuskan untuk mencoba menghalangimelarang kapal-kapal perang tersebut dalam perjalanan mereka kembali ke [[Singapura]], dijadwalkan dipada pertengahan September.
Marah atas apa yang dianggap sebagai satu lagi penghinaan terhadap martabat Inggris setelah pendaratan baru-baru di Pontian dan [[Pendaratan di Labis|Labis]] oleh relawan Indonesia di Malaysia barat daya, anggota Kabinet Inggris, khususnya Peter Thorneycroft dan [[Louis Mountbatten]], bermaksud mengirim kapal induk tersebut kembali melalui Selat Sunda terlepas dari larangan Indonesia. Meskipun komandan angkatan laut Inggris di Timur Jauh prihatin benar bahwa ''Victorious'' akan tidak dapat dipertahankan melalui rute tersebut, opini yang menang adalah bahwa tidak mengirim kapal tersebut akan mengakibatkan kekalahan besar politik baik pada skala domestik maupun internasional serta hilangnya hak-hak di jalur air penting. Ketegangan bertambah karena Inggris dan Indonesia masing-masing menolak untuk mengalah, dan ketika waktu kapal induk untuk berlayar datang, perang menjadi sangat mungkin.
 
MarahRelawan atasIndonesia apadi yangMalaysia dianggapbarat sebagaidaya satusebelumnya lagibaru penghinaansaja terhadap martabat Inggris setelahmelakukan pendaratan baru-baru di Pontian dan [[Pendaratan di Labis|Labis]]. olehLarangan relawanyang Indonesiadiberikan diuntuk MalaysiaHMS barat''Victorious'' daya,dianggap sebagai penghinaan berulang terhadap martabat Malaysia. anggotaAnggota Kabinet InggrisMalaysia, khususnya Peter Thorneycroft dan [[Louis Mountbatten]], bermaksudberkeras mengirim kapal induk tersebut kembali melalui Selat Sunda, terlepas darimengabaikan larangan Indonesia. Meskipun komandanKomandan angkatan laut InggrisMalaysia di Timur Jauh prihatinmerasa benarkhawatir bahwa HMS ''Victorious'' akan tidak akan dapat dipertahankanmelakukan pertahanan bila melalui rute tersebut tetapi, opinijika yangkapal menangtersebut adalahtidak bahwamelewati tidakSelat mengirimSunda kapalkembali, tersebutMalaysia akan mengakibatkanmengalami kekalahan besar politik baik pada skala domestik maupun internasional sertadan hilangnyakehilangan hak-hak di jalur airperairan yang penting. KeteganganSituasi bertambahsemakin menegang karena baik Inggris danmaupun Indonesia masing-masing menolak untuk mengalah, dan, ketika waktujadwal kapal induk tersebut untuk berlayar datangsemakin mendekat, perang menjaditampak sangatsemakin mungkin terjadi.
Namun, Indonesia memberi tawaran jalan keluar pada 10 September: rute alternatif melalui [[Selat Lombok]]. Inggris mengambil tawaran ini, melegakan kedua belah pihak, dan ''Victorious'' dengan damai kembali melalui wilayah Indonesia. Perang dihindari, dan puncak dari ketegangan selama konfrontasi telah berlalu. Tidak pernah lagi ada ancaman perang habis-habisan sebagai kemungkinan realistis, meskipun terdapat beberapa pertempuran darat besar di [[Kalimantan|Borneo]] utara pada musim semi berikutnya, dan konfrontasi luka surut pada akhir musim gugur 1965 tanpa pernah meningkat menjadi konflik besar, dengan kesepakatan damai yang ditandatangani tahun berikutnya.
 
NamunPada 10 September, Indonesia memberi tawaran jalan keluar pada 10 September: rute alternatif melalui [[Selat Lombok]]. InggrisMalaysia mengambil tawaran ini, melegakan kedua belah pihak, dan HMS ''Victorious'' dengan damai kembali melalui wilayah Indonesia dengan damai. Perang dihindari,tidak terjadi dan puncak dari ketegangan selama konfrontasi telahKonfrontasi berlalu. Tidak pernah lagi ada ancamanAncaman perang habis-habisan sebagaitidak kemungkinanpernah realistis,muncul kembali meskipun masih terdapat beberapa pertempuran darat besar di [[Kalimantan|Borneo]]  utara pada musim semi berikutnya,. danKonfrontasi konfrontasi luka surutmenyurut pada akhir musim gugur tahun 1965. tanpaKonfrontasi pernahtidak meningkatsempat mengalami eskalasi menjadi konflik besar, dengandan penandatanganan kesepakatan damai yangdilakukan ditandatanganipada tahun berikutnya.
== Asal-Usul ==
Pada 31 Agustus 1957, wilayah Inggris [[Malaya Britania|Malaya]] menerima kemerdekaan dari ''Crown'' sebagai bagian dari penarikan koloni Inggris dari [[Timur Jauh]], setelah hampir satu dekade pasukan Inggris dan Persemakmuran melakukan perang kontra-pemberontakan berliku-liku terhadap pemberontak Malayan di [[Kedaruratan Malaya|Malayan Emergency]].<ref>[http://se-asia.commemoration.gov.au/background-to-malayan-emergency/causes-and-description.php "The Malayan Emergency: 1948–1960"]. </ref> Rencana Inggris menentukan bahwa negara baru ini akan digabungan dengan koloni Inggris di [[Sarawak]], [[Sabah]], dan [[Brunei Darussalam|Brunei]] di [[Kalimantan|Borneo]] utara untuk lebih melindungi kepentingan militer dan ekonomi Inggris di daerah-daerah ini. Brunei tidak bergabung, sementara Sarawak, Sabah, dan Singapura telah sepakat untuk bergabung dengan federasi baru ini pada tahun 1963.<ref name=":0">Simpson 2012, p. 161.</ref> Proyek Ini, dilabel 'Grand Design' oleh [[Ramsay MacDonald]], telah menjadi pondasi pemikiran strategi Inggris di wilayah ini selama pertengahan 1950-an, dan berujung pada federasi awal berbagai negara bagian Malay terlepas dari aneka perbedaan, dengan Singapura dan Kalimantan yang bergabung kemudian. Rencana ini juga mendapat dukungan dari pemerintah Malaysia, yang berharap untuk mencegah klaim dari rival: Indonesia di Kalimantan.<ref>Easter 2012, pp. 5–6.</ref>
 
=== AwalLatar daribelakang Konfrontasi ===
Pada tanggal 31 Agustus 1957, wilayah Inggris [[Malaya Britania|Malaya]] menerima kemerdekaan darikarena ''Crown''Inggris sebagai bagian darimelakukan penarikan koloni Inggris dari [[Timur Jauh]],. setelahHal hampirini satuterjadi dekade pasukansetelah Inggris dan Persemakmuran melakukan perang kontra-penumpasan pemberontakan yang berliku-liku  terhadap pemberontak Malayan di [[Kedaruratan Malaya|Malayan Emergency]] selama hampir satu dekade.<ref>[http://se-asia.commemoration.gov.au/background-to-malayan-emergency/causes-and-description.php "The Malayan Emergency: 1948–1960"] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20110706121637/http://se-asia.commemoration.gov.au/background-to-malayan-emergency/causes-and-description.php |date=2011-07-06 }}.</ref> Rencana  Inggris menentukanberencana bahwaagar negara bagian baru ini akankemudian digabungantergabung dengan koloni Inggris di [[Sarawak]], [[Sabah]], dan [[Brunei Darussalam|Brunei]] di [[Kalimantan|Borneo]]  utara. untukMalaya akan lebihmembantu melindungi kepentingan militer dan ekonomi Inggris di daerah-daerah ini. Brunei tidak jadi bergabung, sementara Sarawak, Sabah, dan Singapura telah sepakat untuk bergabung dengan federasi baru ini pada tahun 1963.<ref name=":0">Simpson 2012, p. 161.</ref> Proyek Ini, dilabel 'Grand Design' oleh [[Ramsay MacDonald]], telah menjadi pondasi pemikiran strategi Inggris di wilayah ini selama pertengahan 1950-an, dan berujung pada federasi awal berbagai negara bagian Malay terlepas dari aneka perbedaan, dengan Singapura dan Kalimantan yang bergabung kemudian. Rencana ini juga mendapat dukungan dari pemerintah Malaysia, yang berharap untuk mencegah klaim dari rival: Indonesia di Kalimantan.<ref>Easter 2012, pp. 5–6.</ref>
 
Proyek pembentukan federasi ini diberi nama "Grand Design" oleh [[Ramsay MacDonald]] dan merupakan pondasi pemikiran strategi Inggris menyangkut Asia Tenggara selama pertengahan 1950-an. Federasi awal terbentuk dari berbagai negara bagian Malaya. Singapura dan negara-negara bagian di Borneo bergabung kemudian. Rencana ini juga mendapat dukungan dari pemerintah Malaysia yang berharap untuk mencegah klaim Indonesia atas Pulau Borneo.<ref>Easter 2012, pp. 5–6.</ref>
 
=== Awal Konfrontasi Indonesia-Malaysia ===
[[Berkas:Presiden_Sukarno_dyk.jpg|jmpl|Presiden Soekarno dari Indonesia adalah kekuatan pendorong di balik <span>Konfrontasi</span>.]]
Sementara itu, Indonesia, dan terutama presidennya yang lama menjabat: Soekarno, dengan keras menentang pembentukan Federasi tersebut. Soekarno menentang baik pelestarianmenetapnya kehadiran Inggris yang '"imperialis'" di [[Asia Tenggara]], wilayah di mana ia bercita-cita menjadi kekuatan tertinggi, maupundi wilayah tersebut. penggabunganPenggabungan koloni-koloni Borneo ke Federasifederasi baru tersebut, juga ia tentang karena tujuannyaia adalahbermaksud untuk mengontrolmendapatkan kontrol seluruh pulau. Memang, karenaDengan kepemilikan atas wilayah [[Kalimantan (Indonesia)|Kalimantan]], Indonesia sudah menguasai sebagian besar pulauPulau besarBorneo. Untuk meningkatkan posisi Indonesia di meja perundingan sebelum Federasi tersebut diciptakan, Soekarno bertekad untuk memulai periode k<span>Konfrontasionfrontasi</span>  dengan Malaysia. Awalnya Konfrontasi terdiri atas serangan yang sering terjadidilakukan oleh 'relawan' Indonesia ke wilayah Malaysia,. konflikKonflik ini masih tidak dianggap sebagai perang oleh kedua sisipihak, dan paling tidakterutama oleh seluruh masyarakat Indonesia. Bahkan, ketikaKetika ditanya tentang apa sebenarnya Konfrontasikonfrontasi itu, Menteri Luar Negeri [[Soebandrio]]  dari Indonesia menjawab, "Konfrontasi tidak mencakup perang, karena dapat dilakukan tanpa perang."
 
Untuk Soekarno, operasi semacam ini memiliki sejumlah manfaat. Memulai operasi militer melawan 'imperialis' akan membantu mengikat bersama kekuatan antagonisyang saling bertentangan, yaitu pasukan angkatan darat dengan dan [[Partai Komunis Indonesia|Partai Komunis]] (PKI), dalam mendukungnya,dukungan terhadap Soekarno. Operasi sementaraini tidak menciptakan lautan apikerusakan yang ditingkatkanmeningkat sepenuhnyasangat akanbesar sehingga mencegah Inggris danbeserta sekutu PersemakmurannyaPersemakmuran-nya yang secara militer superiorlebih agar tidakkuat menggunakan kekuatan penuh mereka. Indonesia juga telah mengadakan operasi sukses yang menggunakandengan teknik yang sama dalam  [[Persengketaan Irian Barat|Operasi Irian Barat]]  melawan Belanda satu dekade sebelumnya,. operasiOperasi penyerbuan ke [[Papua Bagian Barat|Western NewPapua GuineaBarat]]  berakhir dengan Belanda yang menyerahkan wilayah itu untuk mencegah Indonesia 'jatuh' ke tangan Komunisme.<ref>Simpson 2012, pp. 161–2.</ref>
 
=== Perkembangan Konfrontasi MengembangIndonesia-Malaysia ===
[[Berkas:Captured_Indonesian_Infiltrators_(AWM_P01499.005).JPG|kiri|jmpl|Pasukan indonesiaIndonesia yang ditangkap setelah serangan di Sungai Kesang.]]
Bagian utama dari Konfrontasi ini umumnya terbagi menjadi tiga tahap yang berbeda. Pada tahap pertama, Indonesia mendukung pemberontakan terhadap kekuasaan AngloInggris-Malaysia di KalimantanBorneo Utara,. Konflik yang terjadi dan menjadi perhatian terutamayaitu [[Pemberontakan Brunei]] pada bulan Desember 1962. Di tahap  kedua, serangan-serangan  [[gerilya]] yang membuatmulai konflik ini paling terkenal dimulaidiadakan dengan sungguh-sungguh, mulai dari bulan April 1963. hinggaAktivitas seterusnya.gerilyawan Pertempuranini dimenjadi faseciri ini,khas Konfrontasi. sementaraMeskipun menyebabkan beberapasejumlah kerusakan dan korban jiwa, pertempuran di tahap ini termasuk berskala relatif kecil dan serangan-serangan ini biasanya hanya dilakukan oleh kelompok-kelompok kecil yang tidak lebih besar dari ukuran peleton yangdalam melintasi perbatasan Kalimantan ke Sarawak dan Sabah. Operasi ini merupakan inti dari strategi awal untuk memperbaikimeningkatkan posisi negosiasi Indonesia,. danStrategi yang sama masih terus berlanjutdipakai seiringselama negosiasiberjalannya tersebutnegosiasi sepanjang musim panas tahun 1963. Namun, pada tanggal 16 September, negosiasi diakhiriberakhir dengan pembentukan Federasi Malaysia, yang meliputi Malaya, Singapura, dan, yang paling penting, dua negara bagian Borneo (Sarawak dan Sabah). Menanggapi hal ini, serangan semakin intensif menjadi kelompok-kelompok lebih besar yang bekerja dengan atau terdiri dari pasukan regular Indonesia. Ini awal dari eskalasi konflik menuju fasenya yangfase ketiga danyang paling berbahaya.<ref>Simpson 2012, p. 162.</ref>
 
Namun,Fase faseterakhir itubaru masihakan terjadi pada satu tahun yang akan datang. Setelah menghabiskan sebagian besar tahun 1964 bergerak di KalimantanBorneo utara dan menjadi semakinterus frustrasiberhadapan dengan oposisi Inggris terhadap rencana Indonesia, Soekarno menyampaikan sebuah pidato terobosan namun pahit di Jakarta pada tanggal 17 Agustus dalam  [[Hari libur nasional di Indonesia|peringatan Hari Kemerdekaan]]. Di dalamnya, ia mencerca Barat, terutama Inggris dan Amerika,. atasSoekarno tidak setuju dengan kebijakan mereka untukterhadap Vietnam dan Malaysia. Yang paling terkenal, iaIa menyatakan bahwa tahun berikutnya akan menjadi "tahun hidup berbahaya"<ref>Tuck 2016, p. 30.</ref> untuk Indonesia. Pidato ini, terutama karenadisampaikan seminggu setelah Soekarno mengakui kenegaraan  [[Vietnam Utara]],. menjadiSoekarno sinyalmenyerukan niat,niatnya dan Soekarnobenar-benar bermaksud menyokongmerealisasikan kata-katanyaperkataannya. dengan tindakan.Pada Malammalam itu juga, sebuah kontingen kecil tentara Indonesia mendarat di [[Pontian]], diNegara negara bagianBagian Johor di, ujung selatan [[Semenanjung Malaya|Semenanjung Melayu]]. Meskipun para penyerbu dengan cepat ditangkap oleh pasukan keamanan elit Malaysia , [[Senoi Praaq]], pesannyapesan sudah jelas: Konfrontasi sedang berkembang dengan cepat. Malaysia, merasa terancam, menyatakan keadaan darurat, dan menekan Inggris untuk bertindakmembela dalam pertahanan merekaMalaysia.<ref>Subritzky 2000, p. 116.</ref>
 
== Krisis ==
 
=== <span>Pelayaran  </span>''Victorious''  dari Singapura ===
[[Berkas:HMS_Victorious_(R38)_underway_in_the_Pacific_Ocean_c1964.jpg|jmpl|HMS ''Victorious'' berjalan di Pasifik pada tahun 1964.]]
Pada tanggal 26 Agustus, kapal induk HMS ''Victorious'' berlayar dari Singapura. bersama duaDua kapal perusak yang mengawal, HMS ''Caesar'' dan HMS ''Cavendish'', mengawal kapal induk tersebut menuju [[Fremantle|Perth]],  [[Australia Barat]]. Tujuan sebenarnya perjalanan ini masih diperdebatkan,. tetapiNamun, ada kemungkinan bahwa kelompokrombongan kapal induk tersebut lewat sebagai unjuk kekuatan kepada Indonesia mengikutisetelah peristiwa pendaratan relawan Indonesia di Pontian. danPerjalanan 'kunjunganini muhibah'juga rutinmerupakan resmibagian di mana"kunjungan kapalberniat itubaik" kononyang menujurutin dilakukan kepada negara sekutu Inggris.<ref name=":7">Auerswald 2000, p. 103.</ref><ref name=":4">Roberts 2009, p. 52.</ref> Satuan tugas itutersebut ternyata mendapati sangat sedikitmendapat respons Indonesiayang saatsangat melewatikecil wilayahdari perairanIndonesia. mereka, kapalKapal induk melaporkan hanya ada satu [[Tu-16 Badger|Tupolev Tu-16]]  yang melakukan ''flyover''  ketika kapal-kapal perang ini melalui Selat Sunda pada hari berikutnya.<ref>McCart 1998, p. 153.</ref> Kepemilikan selat itu sendiri kompleks,bersifat rumit. Indonesia mengklaimnyamengklaim meskipunmemiliki selat tersebut sementara Inggris menegaskannyamenegaskan sebagaibahwa selat itu adalah perairan internasional. sehinggaBerdasarkan sudut pandang Inggris, kapal perang mereka bisa lewat setiap waktu. Mengikuti  standar prosedur Inggris dalam situasi seperti ini, [[Atase militer|Atase Militer]]  Inggris di [[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|Jakarta]] telah menelepon Direktur Intelijen Angkatan Laut Indonesia dan menyampaikan bahwa skuadron mereka akan melewati wilayah Indonesia tanpa memintapersetujuan. izinSebelumnya, sebelumnya Inggris telah melalui selat tersebut samadengan halnyacara serupa pada bulan Oktober 1963.<ref>Easter 2012, p. 99.</ref> Kebijakan ini,yang dibuat oleh [[Departemen Luar Negeri dan Persemakmuran|Departemen Luar Negeri Inggris]], memiliki tujuan ganda. memberitahukanMereka orang-orangmemberi peringatan terhadap Indonesia atastentang aksi yang mungkindinilai provokatif tanpa kesadaran mengenai apa yang mereka pikir sebagai klaim berlebihan diatas perairan internasional. Tanggal kembali ke Singapura tidakbelum diatur dengan pasti pada saat berlayarini, tetapipelayaran kembali diperkirakan dilakukan pada sekitar pertengahan bulan September.<ref name=":1">Boon Kwan 2005, p. 406.</ref>
 
=== Respons Awalawal Indonesia ===
[[Berkas:Subandrio_1964.jpg|kiri|jmpl|Menteri Luar Negeri Soebandrio pada tahun 1964.]]
Keesokan harinya (28 Agustus), Wakil Menteri Luar Negeri Indonesia Suwito memanggil ''Charge d'Affaires  ''Inggris. Ia mengeluhkan bahwa pemberitahuan Inggris yang terlalu kasual;santai. sementara tidakTanpa meminta Inggris untuk memohon izin kepada Indonesia untuk tindakan sepertihal itu, ia meminta Inggris untuk memberikan pengumuman yang lebih formal, sebaiknya tertulis, di waktu berikutnya. Jika tidak, Suwito memperingatkan, "ketegangan sekarang mungkin dapat mengakibatkan insiden yang tidak direncanakandisengaja, tidak diinginkan tetapi serius,". pernyataanPernyataan yang dengantersebut cepatsegera diteruskan ke pemerintah Inggris.<ref name=":2">Easter 2012, p. 100.</ref>  ''Charge d'Affairs''  menjawab bahwa setiap pemberitahuan lebih lanjut akan dilakukan secara tertulis, agar tidak menimbulkan masalah apapun. Beberapa hari kemudian, pada tanggal 2 September, sehari setelah [[Pendaratanpendaratan di Labis|pendaratan Labis]], Subandrio berjalanmengambil disikap garisyang lebih keras, dengan memberitahu Duta Besar Australia di Jakarta bahwa ''Victorious''  akan ditolak jika kembali melalui Selat Sunda. Penyebab larangan tersebut tidak jelas, karena dokumen-dokumen resmi dari waktu itu tidak tersedia,. tetapiNamun, pengumuman Subandrio ini sejalan dengan kebijakan pemerintah soal paspelayaran melalui perairan Indonesia, menujuyang bermaksud melakukan penindakan terhadap kegiatan-kegiatan ilegal setelah grupkelompok kapal induk Amerika lewat diberlayar pada awal bulan.<ref>Boon Kwan 2005, p. 402.</ref> Para pembuatPembuat kebijakan Indonesia juga mungkinkemungkinan khawatir atasmengkhawatirkan ancaman kekuatan udara Inggris yang begitu dekat denganterhadap Jakarta serta kemungkinan akanInggris usahasedang Inggrisberusaha untuk memprovokasi respons yangIndonesia, mirip dengan tindakan Vietnam terhadap Amerika pada  [[insiden Teluk Tonkin]]  di awal tahun itu. YangAlasan terakhir ini tampaknya sangat mungkin, denganmenilik tampaknya kemurkaankemarahan Sukarno yang sangat tampak dalam menanggapi insiden itu,. sudahSudah wajar jika tanggapan terhadap serangantindakan Inggris ini sama kuat. Bagaimanapun juga, pimpinan Indonesia memahami insiden ini sebagai pembalasan langsung atas pendaratan Pontian, danunjuk sinyal putusantekad Inggris;. meskipunMeskipun mengkhawatirkan, tidak bisa menyelesaikan pelanggaran Inggris atas klaim bahari merekaIndonesia tidak kalah penting.<ref>Boon Kwan 2005, p. 407.</ref>
 
=== Putusan dan Rencanarencana Inggris Memaksakanmemaksa melewati Selat Sunda ===
Departemen Luar Negeri, sementaraInggris itu,tidak bertekad untuk tidakberniat mundur dalam menghadapi tantangan dan perbuatan yang dipandang sebagai penghinaan lebih terhadap martabat Inggris. Thorneycroft berargumen bahwa jika ''Victorious'' tidak melewati Selat Sunda dalam perjalanan pulang, Inggris "harus menderita kekalahan politik substansialbesar dengan efek yang tak terduga terhadap posisi militer di Timur Jauh,";. Pandangan pandangannyatersebut didukung oleh Laksamana Mountbatten dan David Luce, Kepala Staf Angkatan Laut.<ref name=":3">Boon Kwan 2005, p. 408.</ref> Mountbatten bahkan melangkah lebih jauh, memperingatkan Thorneycroft bahwa kegagalan dalam memenuhi tantangan ini akan memiliki "dampak serius" untuk "staturperawakan seluruh militer - tidak hanya di Timur Jauh, tetapi di seluruh dunia." Luce dan Mountbatten juga menganggap ini sebagai kesempatan sempurna untuk menekan Jakarta untuk pertama kalinya,. Luce menyatakan bahwa paspelayaran kembali "bisa saja memberikan inisiatif ini untuk kita" dan. Mountbatten memandangnya sebagai saat yang tepat untuk mengalihkan Soekarno dari penyerangan terhadap Malaysia. Setidaknya, pas polospelayaran melalui Selat Sunda harus dipertahankan.
 
Pandangan Whitehallpemerintah Inggris tidak digemakandisetujui oleh para komandan angkatan laut, terutama Sir Varyl Begg, ''Commander-in-Chief''Panglima tentara Inggris di wilayah itu,. yangIa percayameyakini bahwa kapal induk itu terlalu lemah untukjika harus membelamempertahankan diri atau menyerang balik Indonesia. Begg memvonismerasa bahwa sempitnya Selat Sunda berkombinasidan dengan fiturkondisi geografis lokal membatasi gerakan kapal dan menegasimenghilangkan fungsi radar,. sementaraAturan kustompelayaran mencegahsendiri operatormembuat darikapal menerbangkantidak pesawatbisa ataumembawa membawanyapesawat di atas dek, membuatatau kapalmenerbangkan danpesawat. yangIa mengawalmenyarankan sangatagar rentankapal-kapal jikaperusak diserang.saja Daripadayang itu,melewati iaselat menyarankan untuk mengirimtersebut. Kapal-kapal perusak,tersebut yang jauh dapattidak dibuangsama dibandingkanberharganya dengan armadakapal pengangkutinduk. Pandangannya didukung oleh Lord Antony Head, yang berpendapat bahwa akanjika adakapal sedikitinduk keuntungantidak bagiberada Indonesiadalam danposisi kerugianbahaya, bagiIndonesia Inggrishanya jikasedikit kapaldiuntungkan indukdan tidakInggris ditaruhpun dalamsedikit bahayadirugikan. Namun,  Luce tetap bersikukuh bahwa ''yang Victorious''  harus berlayar; untukmelewati meredakanSelat ketakutanSunda. Menghadapi kekhwatiran Begg, iaLuce memberi meyakinkantahu bahwa kapal induk yang lebih modern , HMS ''Centaur,'' akan siap memberikan perlindungan udara untuk satuan tugas tersebut. Bala bantuan juga dilarikandisiapkan kedi Singapura untuk menemuimenghadang provokasi Indonesia. Thorneycroft memerintahkan Begg untuk mulai merencanakan pemaksaanpelayaran pasmelalui Selat Sunda, sebagaimana para pejabatpetugas tentukan pada 3 - 4 September: kapal induk itu tidak boleh dialihkan.
 
Dalam hasil rapat kabinet perihal penyebaranoperasi angkatan laut pada 7 September, Thorneycroft dan Mountbatten mengajukan pemaksaan pelayaran melalui Selat Sunda dengan satuan tugas, meskimeskipun mereka mengakui bahwa kapal induk akan berisiko mengalami kerusakan atau kerugian,. Hal ini mereka anggap mencegah Soekarno dari mencapai kemenangan ''[[brinkmanship]],''  bernilai samasepadan dengan kerugian yang akan diderita. Walau  Menteri Luar Negeri R. A. Butler  dengan sangat kuat menunjukkan bahwa dalammendukung argumen Begg bahwa ''Victorious ''itumerupakan aset yang terlalu kuatberharga untuk direlakandikorbankan, argumen Thorneycroft menang. Kabinet setuju bahwa kapal tidak akan dialihkan, karenasebab penghalangan kapal induk itu akan meningkatkan martabat Soekarno tanpa batas,. danMereka menyetujui persiapan Operasi Althorpe, rencana untuk melenyapkan angkatan udara Indonesia sebagai balasan terhadap serangan yang mungkin terjadi.<ref name=":5">Easter 2012, p. 102.</ref> ; meskipunMeskipun tidak ada keputusan tergesa-gesa yang dibuat, dan walaupun Kabinet telah setuju untuk memeriksa masalah ini lebih lanjut.<ref>Boon Kwan 2005, pp. 408–9.</ref>
 
=== Alternatif dan Resolusiresolusi Indonesia untuk Krisis Ini ===
Pada tanggal 9 September, Suwito memberitahu seorang diplomat Inggris bahwa Selat Sunda akan ditutup karena  diselenggarakannya latihan angkatan laut dan. Ia memberitahu bahwa apabilajika kapal perang Inggris menjauhi daerah itu untuk sementara waktu, ituia akanberterima dihargaikasih. Untuk Inggris, pemberitahuan ini tampak sebagaimerupakan eskalasi krisis;. jikaJika satuan tugas berlayar melaluinyamelalui Selat Sunda, mungkin mereka harus melawan [[Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut|Angkatan Laut Indonesia]] secara langsung - meskipun pada kenyataannya Indonesia sedang mengurangi tekad untuk menolakmenghadang paspelayaran satuan tugas Inggris melalui Selat Sunda, dan berharap menjauhkan Inggris dari mencobapercobaan memaksakan diri melalui berbagaidengan cara tidak langsungtersirat.<ref>Easter 2012, p. 101.</ref>  Bagaimanapun,  Inggris tidak menafsirkan demikian;. pengumumanPengumuman itu memicu babak baru perdebatan mengenai pemaksaan paspelayaran ini. Thorneycroft meninjau kembali rencana dengan Kementerian Luar Negeri, Kementerian Pertahanan, dan ''CommonwealthKantor RelationsRelasi Office'';Persemakmuran. kebanyakanKebanyakan dari mereka memberitahunyameminta untukagar ia mempertimbangkan pendapat para komandan di tempat. Setelah mengingat endorsemen berpengaruhdukungan Lord Head atasterhadap pandanganpendapat Begg, Thorneycroft goyah dan memutuskan bahwa dua kapal perusak harus lanjut lewatmelalui Selat Sunda tanpa ''Victorious'', dengan pesawat dari kapal itu dan ''Centaur'' mengikuti sebagai bala bantuan.<ref name=":6">Boon Kwan 2005, p. 409.</ref> Meskipun khawatir tentang efek psikologis dari tidak lewatnya kapal induk, ia diingatkanmengingat kembali bahwa Inggris tidakbelum memberitahu Jakarta bahwa kapal ituinduk akan kembali lewat jalanrute ituyang sama dengan sebelumnya.
 
Dalam rapat Kabinet keesokan paginya, Butler mengangkat isu ini sekali lagi, menginformasikan merekaKabinet bahwa Indonesia berusaha untuk menghalangi ''Victorious'' yang ''hanya'' ingin lewatmelewati Selat Sunda dengan dalih latihan angkatan laut. Thorneycroft kemudian berbicara, menyatakan bahwa Soekarno akan "mendapatkan prestise" jika ia menghentikan kapal-kapal agar tidak lewat, dan bahwa ia mungkin akan menutup jalur air lainya untuk RoyalAngkatan NavyLaut Inggris jika iausaha kali ini berhasil. Thorneycroft mengaku bahwa ia awalnya berencana untuk mengirim kapal induk itu untukagar melalui Selat Sunda, tetapi, setelah diskusi dengan Head dan Begg, ia memutuskan untuk mengirim kapal perusakpenghancur saja lewat selat itu, dan mengirim ''Victorious''  ke utara lewat kelilingmengelilingi SumateraSumatra. Kapal-kapal penghancur masih akan mampu menegakkan hak atas pasnya,pelayarannya sementara memaksa Soekarno untuk menyerang atau membiarkan mereka lewat. Jika Indonesia menyerang kapal-kapal tersebut, "itu akan jadi sebuah tindakan perang... dan kita [Inggris] akan harus membalas dengan kekuatan besar." Meskipun Kabinet mencatat bahwa kapal perusakpenghancur bisa saja hancur jika diserang, tidak membungkuk kepadamenuruti Soekarno dianggap perlu. Inggris dan Indonesia berada di jurang perang habis-habisan.
 
Bagaimanapun jugaNamun, Kabinet belum tahu bahwa Indonesia sudah menyiapkan alternatifjalan dariselain terjun bebas ke jurangperang tersebut. Pada hari itu juga, tanggal 10 September, Suwito meminta Inggris untuk menghindari "kesalahpahaman" yang mengerikan dan secara diam-diam menawarkan mereka agaruntuk melewati Selat Lombok. Di samping lebih jauh dari Jakarta, wilayah itu masih diklaimtermasuk dalam klaim Indonesia,. danRute lain ini mungkin akan membantu Inggris menyelamatkan wajahnyareputasi sementaradan tidak melepaskan diri dalammemasuki perang yang mereka tidak inginkandiinginkan. Dengan dukungan Departemen Luar Negeri, Thorneycroft dan Perdana Mentri Menteri [[Alec Douglas-Home]] meyetujuimenyetujui kompromi tersebut,. danMereka memberitahu Suwito bahwa kapal-kapal itu akan mengambil jalur Selat Lombok. Suwito tampak, menurut para saksi mata, "teramat lega" setelah menghindari konflik penuh.<ref>Easter 2012, pp. 102–3.</ref> ''Victorious'', setelah bertemu dengan kapal perusak  HMS ''Hampshire'' dan ''frigate'' frigat HMS ''Dido'' dan  HMS ''Berwick'', berlayar dengan aman melalui Selat Lombok pada tanggal 12 September.
 
== Dampak ==
Krisis Selat Sunda adalah titik puncak di mana konfrontasiKonfrontasi Indonesia-Malaysia hampir memasuki perang penuh,. danMeskipun pada akhirnya pergerakankemungkinan itu memang terhindari, tetapi bayangan konflik belum sepenuhnyamasih berlaluberjalan. Indonesia belum berhenti melakukan pendaratan di Malaysia, dan. Inggris telah berniat melakukan pembalasan jika terpojok karena tekanan Malaysia baik melalui badan pemerintahpemerintahan maupun  [[Perserikatan Bangsa-Bangsa]] (PBB).<ref>Easter 2012, p. 103.</ref> Namun, krisis ini dengan cepat mereda setelah pas ''Victorious'' melalui Selat Lombok. [[Gelar kehormatan Melayu|Tunku]] Malaysia melaporkan tawaran damai rahasia dari Soekarno pada 16 September; walaupun Inggris meragukan ketulusan tawaran ini, ada sedikit keraguan bahwa insiden ini telah menguncang kepercayadirian Jakarta. Dukungan Indonesia dari Afrika dan Asia di PBB mulai melemah; bertahan dari penghakiman sebab perbuatan mereka terhadap Malaysia hanya karena veto [[Uni Soviet]]. Hasilnya Tunku memberitahu Inggris pada 18 September bahwa ia tidak akan membalas secara langsung dan akan berusaha membawa kasus ini ke PBB, melegakan Inggris, yang menyambut "let-off" ini.<ref name=":8">Subritzky 2000, p. 121.</ref> Inggris membatalkan rencana pas penuh kisruh kapal-kapal perang besar mereka, dan mulai dari saat itu menjadi jelas bahwa tidak ada pihak yang menginginkan perang.<ref>Kraska & Pedrozo 2013, p. 137.</ref>
 
Krisis Selat Sunda dengan cepat mereda setelah pelayaran ''Victorious'' melalui Selat Lombok. Perdana Menteri Malaysia [[Tunku Abdul Rahman]] melaporkan tawaran damai rahasia dari Soekarno pada 16 September. Walaupun Inggris meragukan ketulusan tawaran ini, insiden ini berhasil mengguncang kepercayaan diri Jakarta. Dukungan Indonesia dari Afrika dan Asia di PBB mulai melemah. Indonesia tidak menerima kutukan atas perbuatan mereka terhadap Malaysia hanya karena veto [[Uni Soviet]].
=== Hasil yang Diperdebatkan ===
 
Perdebatan mengenai siapa yang lebih diuntungkan dengan hasil krisis ini, Inggris atau Indonesia, berlanjut hingga kini; meskipun banyak sejarawan menggambarkan Inggris untung (diakui, mereka berkebangsaan Inggris dan Amerika) ada kondisi kredibel yang menunjukkan keberhasilan kedua belah pihak.<ref>Boon Kwan 2005, p. 410.</ref>
Dengan demikian, Tunku mengabari Inggris pada tanggal 18 September bahwa ia tidak akan menyerang balik secara langsung dan akan berusaha membawa kasus ini ke PBB. Keputusan ini melegakan Inggris yang menyambut perelaan ini.<ref name=":8">Subritzky 2000, p. 121.</ref> Inggris membatalkan rencana pelayaran kapal-kapal perang besar yang provokatif. Dimulai saat itu, menjadi jelas bahwa tidak ada pihak yang menginginkan perang.<ref>Kraska & Pedrozo 2013, p. 137.</ref>
 
=== Hasil yang Diperdebatkandiperdebatkan ===
Perdebatan mengenai siapaSiapa yang lebih diuntungkan dengandalam hasilresolusi krisis ini, Inggris atau Indonesia, berlanjutmasih diperdebatkan hingga kini; meskipun. banyakBanyak sejarawan menggambarkanmenganggap Inggris untungdiuntungkan. (diakui,Sejarawan-sejarawan merekatersebut berkebangsaan Inggris dan Amerika). Namun, ada kondisilaporan kredibeltepercaya yang menunjukkan keberhasilan kedua belah pihak.<ref>Boon Kwan 2005, p. 410.</ref>
 
==== Inggris ====
Kebanyakan sejarawan mendukung ceritanarasi bahwa meskipun ''Victorious'' justru berlayar melalui Selat Lombok dan bukan Selat Sunda, Inggris dengan gamblang menang dalam unjuk kekuatan selama Krisis Selat Sunda. Banyak laporan, termasuk ''History of Counterinsurgency  ''oleh Gregory Fremont-Barnes, setuju dengan versi sederhana bahwa Indonesia menutup selat tersebut karena satu alasan tertentuatau yang lain dan kedatangan satuan tugas di sekeliling kapal induk tersebut mengintimidasi Soekarno untuk membukanya kembali.<ref>Fremont-Barnes 2015, p. 112.</ref> ArgumenBanyak argumen yang umum adalah paspelayaran tersebut merupakan unjuk kekuatan yang efektif dan berani,. Mereka sering seringkalikali mengabaikan masalah Selat Sunda sama sekali; sentimen. yangSentimen itu ditunjukkan oleh para awak ''Victorious ''sendiri,. yang selamaSelama perjalanan melalui Selat Lombok, mereka berada di pos aksi saat melihat kapal selam Indonesia  dan siap untuk menembak jika ada tanda-tanda permusuhan, percaya bahwa orang Indonesia memilih untuk menahan diri karena takut terhadap kekuatan mereka. Pandangan tersebut dipertahankan oleh laporan resmi Inggris,. menggambarkanResolusi hasilkrisis krisidianggap sebagai kompromi dari masyarakat Indonesia, yang dalam istilah ''brinksmanship'', "berkedip pertamaterlebih dahulu" setelah Inggris menolak untuk mundur. Departemen  Luar Negeri bahkan habis-habisan mengklaim bahwa Selat Lombok sama saja dengan Selat Sunda, meskipun terdapat jarak yang lebih jauh antara Singapura dan Australia lebih jauh karenanya.<ref>Boon Kwan 2005, p. 411.</ref> Setidaknya, kekalahan Indonesia kemudian hari di Perserikatan Bangsa-Bangsa dan kesepakatan pembatalan Tunku untukAbdul menjauhkan diriRahman dari pembalasanpenyerangan balik adalah hasil yang sangat positif bagi Inggris dariuntuk insidenperistiwa ini.
 
==== Indonesia ====
Sebaliknya, sejarawan Toh Boon Kwan berpendapat panjang lebar mengenai kepentingan orang Indonesia,. Ia menegaskan bahwa mereka mendapatkanmemperoleh kemenangan yang sama jika tidakatau lebih valid daripada Inggris. Ia menyatakan bahwa pembuat kebijakan Inggris, lega karena dapat terhindar dari jalanrute menuju peperanganperang, sudah lupa bahwa Selat Lombok secara militer menguntungkan Indonesia,. kapalKapal perang Indonesia bisa menghalangi satuan tugas Inggris dengan mudah dari pusat pangkalan angkatan laut yang dekat. Secara simbolis, juga,mereka memaksa kapal-kapal kebanggaan [[Angkatan Laut Britania Raya|Royal Navy]] untuk mengambilmelewati jalanjalur yang panjang mengitari wilayah merekaIndonesia. Hal ini dapat dianggap sebagai keberhasilan diplomatik yang besar. Politisi indonesia memperoleh kekuatan dari krisis ini,. Mereka menjadi percaya bahwa mereka bisa setara dengan 'Imperialis' dan bertahanselamat dari "bersenggolansenggolan dengan bahaya." Hal ini, akumenurut Boon Kwan, anehnyabersilang kontraspendapat dengan pandangan tentaraangkatan bersenjata yang mengalah,merasa kesalkalah karena dekatnya mereka dengansangat mungkin memulai perang, dansaat bagaimanapunitu. Mereka juga tidak begitu senang melaksanakan kebijakan-kebijakan konfrontasiKonfrontasi. Para tentaralahtentara-lah, ia menegaskan, yang mengirim inisiatif perdamaian ke Tunku pada bulan September.<ref>Boon Kwan 2005, pp. 411–2.</ref>
 
== Referensi ==
{{reflist|20em}}
 
== SumberDaftar pustaka ==
{{refbegin}}
* {{Cite book|title=Disarmed Democracies: Domestic Institutions and the Use of Force|url=https://archive.org/details/disarmeddemocrac0000auer|last=Auerswald|first=David P.|publisher=University of Michigan Press|year=2000|isbn=9780472111206|location=|pages=|quote=|via=}}
* {{Cite journal|last=Boon Kwan|first=Toh|year=2005|title=Brinkmanship and Deterrence Success during the Anglo-Indonesian Sunda Straits Crisis, 1964–1966|url=http://www.jstor.org/stable/20072668|journal=Journal of Southeast Asian Studies|volume=36|pages=|via=JSTOR}}
* {{Cite book|title=Britain and the Confrontation with Indonesia, 1960–66|last=Easter|first=David|publisher=I.B.Tauris|year=2012|isbn=9780857721150|location=|pages=|quote=|via=}}
* {{Cite book|title=Naval Power and Expeditionary Wars: Peripheral Campaigns and New Theatres of Naval Warfare|last2=Paine|first2=S.C.M.|publisher=Routledge|year=2010|isbn=9781136841699|location=|pages=|quote=|via=|last1=Elleman|first1=Bruce A.}}
* {{Cite book|title=A History of Counterinsurgency|last=Fremont-Barnes|first=Gregory|publisher=ABC-CLIO|year=2015|isbn=9781440804250|location=|pages=|quote=|via=}}
* {{Cite book|title=International Maritime Security Law|last2=Pedrozo|first2=Raul|publisher=Martinus Nijhoff Publishers|year=2013|isbn=9789004233577|location=|pages=|quote=|via=|last1=Kraska|first1=James}}
* {{Cite book|title=HMS Victorious, 1937–1969|last=McCart|first=Neil|publisher=Fan Publications|year=1998|isbn=9781901225013|location=|pages=|quote=|via=}}
* {{Cite book|title=Safeguarding the Nation: The Story of the Modern Royal Navy|url=https://archive.org/details/safeguardingnati0000robe|last=Roberts|first=John|publisher=Seaforth Publishing|year=2009|isbn=9781848320437|location=|pages=|quote=|via=}}
* {{Cite book|title=War From the Ground Up: Twenty-First Century Combat as Politics|url=https://archive.org/details/warfromgroundupt0000simp|last=Simpson|first=Emile|publisher=Oxford University Press|year=2012|isbn=9780199365357|location=|pages=|quote=|via=}}
* {{Cite book|title=Confronting Sukarno: British, American, Australian and New Zealand Diplomacy in the Malaysian-Indonesian Confrontation, 1961–5|last=Subritzky|first=J.|publisher=Springer|year=2000|isbn=9780230595453|location=|pages=|quote=|via=}}
* {{Cite book|title=Confrontation, Strategy and War Termination: Britain's Conflict with Indonesia|last=Tuck|first=Christopher|publisher=Routledge|year=2016|isbn=9781317162100|location=|pages=|quote=|via=}}
{{refend}}
 
{{Bencana di Indonesia tahun 1960an}}
 
[[Kategori:Indonesia dalam tahun 1964]]