Krisis Selat Sunda: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Perubahan kosmetika |
kTidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan aplikasi seluler Suntingan aplikasi Android |
||
(45 revisi perantara oleh 27 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Infobox Konflik
| campaignbox = {{Kotak kampanye konfrontasi Indonesia–Malaysia}}
| conflict = Krisis Selat Sunda
| partof = [[konfrontasi Indonesia-Malaysia]]|image=[[Berkas:Sunda Strait map-fr.svg|300px]]|caption=Selat Sunda yang memisahkan Jawa dan Sumatra adalah pusat krisis.|date=27 Agustus – 10 September 1964|place=[[Selat Sunda]], [[Indonesia]]|result=Keberhasilan Dua Belah Pihak dalam Menghindari Konflik|combatant1={{flag|United Kingdom}}|combatant2={{flag|Indonesia}}|commander1= {{unbulleted list| {{flagicon|United Kingdom}} [[Varyl Begg]]|{{flagicon|United Kingdom}} [[Peter Thorneycroft]]|{{flagicon|United Kingdom}} [[Louis Mountbatten, 1st Earl Mountbatten of Burma|Earl Mountbatten of Burma]]}}|commander2= {{unbulleted list|{{flagicon|Indonesia}} [[Sukarno|Soekarno]]| {{flagicon|Indonesia}} [[Subandrio|Soebandrio]]| {{flagicon|Indonesia}} [[Suwito]]}}|strength1=1 kapal induk <br> <nowiki> </nowiki>2 penghancur|strength2=Kekuatan hampir penuh [[Indonesian Air Force|Angkatan Udara Indonesia]]<br> Sejumlah kapal selam dan kapal permukaan ringan|casualties1=0|casualties2=0}}
'''Krisis Selat Sunda''' adalah [[konfrontasi]] yang berlangsung selama dua pekan pada bulan Agustus dan September 1964. [[Britania Raya|Inggris Raya]] dan [[Indonesia]] melakukan konfrontasi atas jalur yang diambil oleh [[kapal induk]] Inggris HMS ''Victorious'' saat melewati [[Selat Sunda]], selat yang memisahkan [[Pulau Jawa]] dan [[Pulau Sumatra]]. Kejadian ini merupakan bagian dari [[Konfrontasi Indonesia-Malaysia]], yakni konflik bersenjata antara Indonesia dan Malaysia selama pembentukan Malaysia sebagai negara merdeka.
Pada tanggal 27 Agustus 1964, kapal induk Inggris HMS ''Victorious'' dan dua kapal penghancur yang mengawal berlayar melalui Selat Sunda, perairan internasional yang diklaim oleh Indonesia, menuju [[Australia]]. Kesal dengan peringatan santai Inggris soal pas langsung kapal-kapal melalui selat tersebut (panggilan telepon dua hari sebelumnya), tidak disebutkannya kapal induk dalam peringatan tersebut, dan kewaspadaan terhadap kemungkinan bahwa Inggris sedang berusaha untuk memprovokasi mereka agar memberikan respons kekerasan, dua hari kemudian [[Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia]] memutuskan untuk mencoba menghalangi kapal-kapal perang tersebut dalam perjalanan mereka kembali ke [[Singapura]], dijadwalkan di pertengahan September.▼
▲Pada tanggal 27 Agustus 1964,
Marah atas apa yang dianggap sebagai satu lagi penghinaan terhadap martabat Inggris setelah pendaratan baru-baru di Pontian dan [[Pendaratan di Labis|Labis]] oleh relawan Indonesia di Malaysia barat daya, anggota Kabinet Inggris, khususnya Peter Thorneycroft dan [[Louis Mountbatten]], bermaksud mengirim kapal induk tersebut kembali melalui Selat Sunda terlepas dari larangan Indonesia. Meskipun komandan angkatan laut Inggris di Timur Jauh prihatin benar bahwa ''Victorious'' akan tidak dapat dipertahankan melalui rute tersebut, opini yang menang adalah bahwa tidak mengirim kapal tersebut akan mengakibatkan kekalahan besar politik baik pada skala domestik maupun internasional serta hilangnya hak-hak di jalur air penting. Ketegangan bertambah karena Inggris dan Indonesia masing-masing menolak untuk mengalah, dan ketika waktu kapal induk untuk berlayar datang, perang menjadi sangat mungkin.▼
▲
Namun, Indonesia memberi tawaran jalan keluar pada 10 September: rute alternatif melalui [[Selat Lombok]]. Inggris mengambil tawaran ini, melegakan kedua belah pihak, dan ''Victorious'' dengan damai kembali melalui wilayah Indonesia. Perang dihindari, dan puncak dari ketegangan selama konfrontasi telah berlalu. Tidak pernah lagi ada ancaman perang habis-habisan sebagai kemungkinan realistis, meskipun terdapat beberapa pertempuran darat besar di [[Kalimantan|Borneo]] utara pada musim semi berikutnya, dan konfrontasi luka surut pada akhir musim gugur 1965 tanpa pernah meningkat menjadi konflik besar, dengan kesepakatan damai yang ditandatangani tahun berikutnya.▼
▲
Pada 31 Agustus 1957, wilayah Inggris [[Malaya Britania|Malaya]] menerima kemerdekaan dari ''Crown'' sebagai bagian dari penarikan koloni Inggris dari [[Timur Jauh]], setelah hampir satu dekade pasukan Inggris dan Persemakmuran melakukan perang kontra-pemberontakan berliku-liku terhadap pemberontak Malayan di [[Kedaruratan Malaya|Malayan Emergency]].<ref>[http://se-asia.commemoration.gov.au/background-to-malayan-emergency/causes-and-description.php "The Malayan Emergency: 1948–1960"]. </ref> Rencana Inggris menentukan bahwa negara baru ini akan digabungan dengan koloni Inggris di [[Sarawak]], [[Sabah]], dan [[Brunei Darussalam|Brunei]] di [[Kalimantan|Borneo]] utara untuk lebih melindungi kepentingan militer dan ekonomi Inggris di daerah-daerah ini. Brunei tidak bergabung, sementara Sarawak, Sabah, dan Singapura telah sepakat untuk bergabung dengan federasi baru ini pada tahun 1963.<ref name=":0">Simpson 2012, p. 161.</ref> Proyek Ini, dilabel 'Grand Design' oleh [[Ramsay MacDonald]], telah menjadi pondasi pemikiran strategi Inggris di wilayah ini selama pertengahan 1950-an, dan berujung pada federasi awal berbagai negara bagian Malay terlepas dari aneka perbedaan, dengan Singapura dan Kalimantan yang bergabung kemudian. Rencana ini juga mendapat dukungan dari pemerintah Malaysia, yang berharap untuk mencegah klaim dari rival: Indonesia di Kalimantan.<ref>Easter 2012, pp. 5–6.</ref>▼
▲Pada tanggal 31 Agustus 1957,
Proyek pembentukan federasi ini diberi nama "Grand Design" oleh [[Ramsay MacDonald]] dan merupakan pondasi pemikiran strategi Inggris menyangkut Asia Tenggara selama pertengahan 1950-an. Federasi awal terbentuk dari berbagai negara bagian Malaya. Singapura dan negara-negara bagian di Borneo bergabung kemudian. Rencana ini juga mendapat dukungan dari pemerintah Malaysia yang berharap untuk mencegah klaim Indonesia atas Pulau Borneo.<ref>Easter 2012, pp. 5–6.</ref>
=== Awal Konfrontasi Indonesia-Malaysia ===
[[Berkas:Presiden_Sukarno_dyk.jpg|jmpl|Presiden Soekarno dari Indonesia adalah kekuatan pendorong di balik <span>Konfrontasi</span>.]]
Sementara itu, Indonesia, dan terutama presidennya yang lama menjabat: Soekarno, dengan keras menentang pembentukan Federasi
Untuk Soekarno, operasi semacam ini memiliki sejumlah manfaat. Memulai operasi militer melawan 'imperialis' akan membantu mengikat bersama kekuatan
=== Perkembangan Konfrontasi
[[Berkas:Captured_Indonesian_Infiltrators_(AWM_P01499.005).JPG|kiri|jmpl|Pasukan
Bagian utama
== Krisis ==
=== <span>Pelayaran
[[Berkas:HMS_Victorious_(R38)_underway_in_the_Pacific_Ocean_c1964.jpg|jmpl|HMS ''Victorious'' berjalan di Pasifik pada tahun 1964.]]
Pada tanggal 26 Agustus, kapal induk HMS ''Victorious'' berlayar dari Singapura.
=== Respons
[[Berkas:Subandrio_1964.jpg|kiri|jmpl|Menteri Luar Negeri Soebandrio pada tahun 1964.]]
Keesokan harinya (28 Agustus), Wakil Menteri Luar Negeri Indonesia Suwito memanggil ''Charge d'Affaires
=== Putusan dan
Departemen Luar Negeri
Pandangan
Dalam hasil rapat kabinet perihal
=== Alternatif dan
Pada tanggal 9 September, Suwito memberitahu seorang diplomat Inggris bahwa Selat Sunda akan ditutup karena
Dalam rapat Kabinet keesokan paginya, Butler mengangkat isu ini sekali lagi, menginformasikan
== Dampak ==
Krisis Selat Sunda adalah titik puncak di mana
Krisis Selat Sunda dengan cepat mereda setelah pelayaran ''Victorious'' melalui Selat Lombok. Perdana Menteri Malaysia [[Tunku Abdul Rahman]] melaporkan tawaran damai rahasia dari Soekarno pada 16 September. Walaupun Inggris meragukan ketulusan tawaran ini, insiden ini berhasil mengguncang kepercayaan diri Jakarta. Dukungan Indonesia dari Afrika dan Asia di PBB mulai melemah. Indonesia tidak menerima kutukan atas perbuatan mereka terhadap Malaysia hanya karena veto [[Uni Soviet]].
=== Hasil yang Diperdebatkan ===▼
Perdebatan mengenai siapa yang lebih diuntungkan dengan hasil krisis ini, Inggris atau Indonesia, berlanjut hingga kini; meskipun banyak sejarawan menggambarkan Inggris untung (diakui, mereka berkebangsaan Inggris dan Amerika) ada kondisi kredibel yang menunjukkan keberhasilan kedua belah pihak.<ref>Boon Kwan 2005, p. 410.</ref>▼
Dengan demikian, Tunku mengabari Inggris pada tanggal 18 September bahwa ia tidak akan menyerang balik secara langsung dan akan berusaha membawa kasus ini ke PBB. Keputusan ini melegakan Inggris yang menyambut perelaan ini.<ref name=":8">Subritzky 2000, p. 121.</ref> Inggris membatalkan rencana pelayaran kapal-kapal perang besar yang provokatif. Dimulai saat itu, menjadi jelas bahwa tidak ada pihak yang menginginkan perang.<ref>Kraska & Pedrozo 2013, p. 137.</ref>
▲
==== Inggris ====
Kebanyakan sejarawan mendukung
==== Indonesia ====
Sebaliknya, sejarawan Toh Boon Kwan berpendapat panjang lebar mengenai kepentingan
== Referensi ==
{{reflist|20em}}
==
{{refbegin}}
* {{Cite book|title=Disarmed Democracies: Domestic Institutions and the Use of Force|url=https://archive.org/details/disarmeddemocrac0000auer|last=Auerswald|first=David P.|publisher=University of Michigan Press|year=2000|isbn=9780472111206|location=|pages=|quote=|via=}}
* {{Cite journal|last=Boon Kwan|first=Toh|year=2005|title=Brinkmanship and Deterrence Success during the Anglo-Indonesian Sunda Straits Crisis, 1964–1966|url=http://www.jstor.org/stable/20072668|journal=Journal of Southeast Asian Studies|volume=36|pages=|via=JSTOR}}
* {{Cite book|title=Britain and the Confrontation with Indonesia, 1960–66|last=Easter|first=David|publisher=I.B.Tauris|year=2012|isbn=9780857721150|location=|pages=|quote=|via=}}
* {{Cite book|title=Naval Power and Expeditionary Wars: Peripheral Campaigns and New Theatres of Naval Warfare|last2=Paine|first2=S.C.M.|publisher=Routledge|year=2010|isbn=9781136841699|location=|pages=|quote=|via=|last1=Elleman|first1=Bruce A.}}
* {{Cite book|title=A History of Counterinsurgency|last=Fremont-Barnes|first=Gregory|publisher=ABC-CLIO|year=2015|isbn=9781440804250|location=|pages=|quote=|via=}}
* {{Cite book|title=International Maritime Security Law|last2=Pedrozo|first2=Raul|publisher=Martinus Nijhoff Publishers|year=2013|isbn=9789004233577|location=|pages=|quote=|via=|last1=Kraska|first1=James}}
* {{Cite book|title=HMS Victorious, 1937–1969|last=McCart|first=Neil|publisher=Fan Publications|year=1998|isbn=9781901225013|location=|pages=|quote=|via=}}
* {{Cite book|title=Safeguarding the Nation: The Story of the Modern Royal Navy|url=https://archive.org/details/safeguardingnati0000robe|last=Roberts|first=John|publisher=Seaforth Publishing|year=2009|isbn=9781848320437|location=|pages=|quote=|via=}}
* {{Cite book|title=War From the Ground Up: Twenty-First Century Combat as Politics|url=https://archive.org/details/warfromgroundupt0000simp|last=Simpson|first=Emile|publisher=Oxford University Press|year=2012|isbn=9780199365357|location=|pages=|quote=|via=}}
* {{Cite book|title=Confronting Sukarno: British, American, Australian and New Zealand Diplomacy in the Malaysian-Indonesian Confrontation, 1961–5|last=Subritzky|first=J.|publisher=Springer|year=2000|isbn=9780230595453|location=|pages=|quote=|via=}}
* {{Cite book|title=Confrontation, Strategy and War Termination: Britain's Conflict with Indonesia|last=Tuck|first=Christopher|publisher=Routledge|year=2016|isbn=9781317162100|location=|pages=|quote=|via=}}
{{refend}}
{{Bencana di Indonesia tahun 1960an}}
[[Kategori:Indonesia dalam tahun 1964]]
|