Sosrobahu: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Reno-Sifana (bicara | kontrib)
k Perbaikan Tata Bahasa
(35 revisi perantara oleh 27 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{refimprove}}
{{kegunaanlain}}
[[Berkas:Jalan Layang Ahmad Yani Pramuka Pemuda Jakarta.jpg|jmpl|300px|Jalan layang di atas Jalan Ahmad Yani (By Pass) Jakarta, Indonesia. Lokasi di perempatan lampu merah Pramuka-Pemuda-Bypass. Jalan layang ini dibangun dengan menggunakan teknik konstruksi Sosrobahu, yakni lengan beton panjang penopang gelagar beton diputar di atas pylon.]]
 
'''Teknik Sosrobahu''' merupakan teknik [[konstruksi]] yang digunakan terutama untuk memutar bahu lengan beton [[jalan layang]] dan ditemukan oleh [[Tjokorda Raka Sukawati]]. Dengan teknik ini, lengan jalan layang diletakkan sejajar dengan jalan di bawahnya, dan kemudian diputar 90° sehingga pembangunannya tidak mengganggu arus lalu lintas di jalanan di bawahnya.
[[Berkas:Productbrand-sosrobahu-x1.gif|thumb|Konstruksi Sosrobahu PT Hutama Karya]]
'''Teknik Sosrobahu''' merupakan teknik [[konstruksi]] yang digunakan terutama untuk memutar bahu lengan beton [[jalan layang]] dan ditemukan oleh [[Tjokorda Raka Sukawati]]. Dengan teknik ini, lengan jalan layang diletakkan sejajar dengan jalan di bawahnya, dan kemudian diputar 90° sehingga pembangunannya tidak mengganggu arus lalu lintas di jalanan di bawahnya.
 
Teknik ini dianggap sangat membantu dalam membuat jalan layang di kota-kota besar yang jelas memiliki kendala yakni terbatasnya ruang kota yang diberikan, terutama saat pengerjaan konstruksi serta kegiatan pembangunan infrastrukturnya tidak boleh mengganggu kegiatan masyarakat kota khususnya arus lalu-lintas dan kendaraan yang tidak mungkin dihentikan hanya karena alasan pembangunan jalan.
 
== Latar belakang ==
Pada tahun [[1980-an]], [[Jakarta]] yang memang sudah mengalami kendala kemacetan lalu lintas, banyak membangun jalan layang sebagai salah satu solusi meningkatkan infrastruktur lalu-lintas. Sebagai kontraktor saat itu, [[Hutama Karya|PT. Hutama Karya]] mendapatkan order membangun jalan raya di atas jalan ''by pass'' A. Yani di mana pembangunannya harus memastikan bahwa jalan itu harus tetap berfungsi.
[[Berkas:Autoroute_M25.jpg|thumb|Kemacetan lalu lintas pada sebuah jalan 'bebas hambatan'.]]
Pada tahun [[1980-an]], [[Jakarta]] yang memang sudah mengalami kendala kemacetan lalu lintas, banyak membangun jalan layang sebagai salah satu solusi meningkatkan infrastruktur lalu-lintas. Sebagai kontraktor saat itu, [[Hutama Karya|PT. Hutama Karya]] mendapatkan order membangun jalan raya di atas jalan ''by pass'' A. Yani di mana pembangunannya harus memastikan bahwa jalan itu harus tetap berfungsi.
 
Dengan permasalahan tersebut, para direksi Hutama Karya berdiskusi setelah mendapatkan order membangun jalan layang antara [[Cawang]] sampai [[Tanjung Priok (disambiguasi)|Tanjung Priok]] sekitar tahun [[1987]]. Persoalan rumit diurai, yang diperlukan untuk menyangga badan jalan itu adalah deretan tiang beton, satu-sama lain berjarak 30 meter, di atasnya membentang tiang beton selebar 22 meter. Batang vertikalnya (''pier shaft'') berbentuk segi enam bergaris tengah 4 meter, berdiri di jalur hijau. Hal ini tidak sulit, yang merepotkon adalah mengecor lengannya (''pier head''). Jika dengan cara konvensional, yang dilakukan adalah memasang besi penyangga (''bekesting'') di bawah bentangan lengan itu, tetapi ''bekesting'' itu akan menyumbat jalan raya di bawahnya. Cara lain adalah dengan ''bekesting'' gantung tetapi membutuhkan biaya lebih mahal.
 
Di tengah masalah itu, Ir. [[Tjokorda Raka Sukawati]] mengajukan gagasan dengan membangun tiangnya dulu dan kemudian mengecor lengannya dalam posisi sejajar dengan jalur hijau, setelah itu diputar membentuk bahu. Hanya saja kendalanya adalah bagaimana cara memutarnya karena lengan itu nantinya seberat 480 ton.
 
== Inspirasi dari dongkrak hidrolikhidraulik mobil ==
 
Ketika Tjokorda memperbaiki kendaraannya, hidung mobil [[Mercedes-Benz|Mercedes]] buatan 1974-nya diangkat dengan dongkrak sehingga dua roda belakang bertumpu di lantai yang licin karena ceceran tumpahan oli secara tidak sengaja. Begitu mobil itu tersentuh, badan mobil berputar dengan sumbu batang dongkrak. Satu hal yang ia catat, dalam ilmu [[fisika]] dengan meniadakan gaya geseknya, benda seberat apa pun akan mudah digeser. Kejadian tadi memberikan inspirasi bahwa pompa hidrolikhidraulis bisa dipakai untuk mengangkat benda berat dan bila bertumpu pada permukaan yang licin, benda tersebut mudah digeser. Bayangan Tjokorda adalah menggeser lengan beton seberat 480 ton itu.
 
Kemudian Tjokorda membuat percobaan dengan membuat silinder bergaris tengah 20  cm yang dibuat sebagai dongkrak hidrolikhidraulis dan ditindih beban beton seberat 80 ton. Hasilnya bisa diangkat dan dapat berputar sedikit tetapi tidak bisa turun ketika dilepas. Ternyata dongkrak tersebut miring posisinya. Tjokorda kemudian menyempurnakannya. Posisinya ditentukan persis di titik berat lengan beton di atasnya.
 
Untuk membuat rancangan yang pas, dasar utama [[Hukum Pascal]] yang menyatakan: "''Bila zat cair pada ruang tertutup diberikan tekanan, maka tekanan akan diteruskan segala arah''". Zat cair yang digunakan adalah minyak oli ([[minyak pelumas]]). Bila tekanan P dimasukkan dalam ruang seluas A, maka akan menimbulkan gaya (F) sebesar P dikalikan A. Rumus itu digabungkan dengan beberapa parameter dan memberikan nama [[Rumus Sukawati]], sesuai namanya. Rumus ini orisinil idenya karena sampai saat itu belum ada buku yang membahasnya sebab memang tidak ada kebutuhannya.
Baris 24 ⟶ 23:
Masalah lain yang muncul ada variabelnya yang mempengaruhinya, di antaranya adalah jenis minyak yang digunakan yang tidak boleh rusak [[kekentalan]]nya ([[viskositas]]). Urusan minyak menjadi hal yang krusial karena minyak inilah yang meneruskan tekanan untuk mengangkat [[beton]] yang berat itu.
 
[[Berkas:Sosrobahu1.gif|rightka|thumbjmpl|200px|1. Bangun tiang jalan.]]
[[Berkas:Sosrobahu2.gif|rightka|thumbjmpl|200px|2. Lengan beton jalan dibangun di antara dua jalur jalan, sejajar dengan jalanan yang padat di bawahnya.]]
[[Berkas:Sosrobahu3.gif|rightka|thumbjmpl|200px|3. Lengan beton jalan diputar 90 derajat. Jalan layang pun kemudian dibangun di atas lengan ini.]]
Setelah semua selesai, Tjokorda mengerjakan rancangan finalnya yakni sebuah landasan putar untuk lengan beton yang dinamai '''[[Landasan Putar Bebas Hambatan]]''' ('''LBPHLPBH'''). Bentuknya dua piringan (cakram) besi bergaris tengah 80  cm yang saling menangkup. Meski tebalnya 5  cm, piring dari [[besi]] cor FCD-50 itu mampu menahan beban 625 ton.
 
Ke dalam ruang di antara kedua piringan itu dipompakan minyak oli. Sebuah ''seal'' (penutup) karet menyekat rongga di antara tepian piring besi itu untuk menjaga minyak tak terdorong keluar, meski dalam tekanan tinggi. Lewat pipa kecil, minyak dalam tangkupan piring itu dihubungkan dengan sebuah pompoa hidrolikhidraulis. Sistem hidrolikhidraulis itu mampu mengangkat beban beban ketika diberikan tekanan 78 &nbsp;kg/cm<sup>2</sup>. Angka ini sebenarnya angka misteri bagi Tjokorda saat itu.
 
== Uji coba langsung di lapangan ==
Baris 35 ⟶ 34:
Secara teknik penemuan itu belum diuji coba karena waktu yang terbatas, namun ia yakin temuannya itu bisa bekerja. Tjokorda bahkan berani bertanggungjawab bila lengan beton jalan layang itu tidak bisa berputar.
 
Pada tanggal [[27 Juli]] [[1988]] pukul 10 malam waktu setempat ([[Jakarta]]), pompa hidrolikhidraulis dioperasikan hingga titik tekan 78 &nbsp;kg/cm<sup>2</sup>. Lengan ''pier head'' itu, meskipun ''bekesting''-nya telah dilepas, mengambang di atas atap ''pier shaft'' lalu dengan dorongan ringan sedikit saja, lengan beton raksasa itu berputar 90 derajat.
 
Ketika ''pier shaft'' itu sudah dalam posisi sempurna, secara perlahan minyak dipompa keluar dan lengan beton itumerapatitu merapat ke tiangnya. Sistem LPBH itu dimatikan sehingga perlu alat berat untuk menggesernya. Namun demikian karena khawatir kontruksi itu bergeser, Tjokorda memancang delapan batang besi berdiameter 3,6 &nbsp;cm untuk memaku ''pier head'' ke ''pier shaft'' lewat lubang yang telah disiapkan. Kemudian satu demi satu alat LBPH itu diterapkan pada kontruksi beton lengan jembatan layang yang lain.
 
== Penamaan Sosrobahu dan pemberian paten ==
 
Pada pemasangan ke-85, awal [[November]] [[1989]], [[Presiden]] [[Soeharto]] ikut menyaksikannya dan memberi nama teknologi itu ''[[KisahKartawirya SasrabahuArjuna|Sosrobahu]]'' yang diambil dari nama tokoh cerita sisipan [[MahabharataRamayana]]. Sejak itu LBPH tersebut dikenal sebagai '''Teknologi Sosrobahu'''.
 
Temuan Tjokorda digunakan [[insinyur]] [[Amerika Serikat]] dalam membangun jembatan di [[Seattle]]. Mereka bahkan patuh pada tekanan minyak 78 &nbsp;kg/cm<sup>2</sup> yang menurut Tjokorda adalah misteri ketika menemukan alat LBPH Sosrobahu itu. Tjokorda kemudian membangun laboratorium sendiri dan melakukan penelitian dan hasilnya berupa perhitungan susulan dengan angka teknis tekanan 78,05 &nbsp;kg/cm<sup>2</sup>, nyaris persis sama dengan angka ''wangsit'' yang diperolehnya sebelum itu.
 
Hak paten yang diterima adalah dari pemerintah [[Jepang]], [[Malaysia]], [[Filipina]]. Dari [[Indonesia]], [[Dirjen Hak Cipta Paten dan Merek]] mengeluarkan patennya pada tahun [[1995]] sedangkan Jepang memberinya pada tahun [[1992]]. Saat ini teknologi Sosrobahu sudah diekspor ke Filipina, Malaysia, Thailand dan Singapura. Salah satu jalan layang terpanjang di [[Metro Manila]], yakni ruas [[Vilamore]]-[[Bicutan]] adalah buah karya teknik ciptaan Tjokorda. Di Filipina teknologi Sosrobahu diterapkan untuk 298 tiang jalan. Sedangkan di [[Kuala Lumpur]] sebanyak 135. Saat teknologi Sosrobahu diterapkan di Filipina, Presiden Filipina [[Fidel Ramos]] berujar, "''Inilah temuan Indonesia, sekaligus buah ciptaan putra [[ASEAN]]''". Sementara [[Korea Selatan]] masih bersikeras ingin membeli hak patennya.
 
Teknologi Sosrobahu ini dikembangkan menjadi versi ke-2. Bila pada versi pertama memakai angker (jangkar) baja yang disusupkan ke beton, versi keduanya hanya memasang kupingan yang berlubang di tengah. Lebih sederhana dan bahkan hanya memerlukan waktu kurang lebih 45 menit dibandingkan dengan yang pertama membutuhkan waktu dua hari. Dalam hitungan eksak, konstruksi Sosrobahu akan bertahan hingga 100 tahun (1 abad).
 
Menurut Dr. [[Drajat Hoedajanto]] pakar strktur dari [[Institut Teknologi Bandung]], Sosrobahu pada dasarnya hanya metode sangat sederhana untuk pelaksanaannya (memutar bahu lengan beton jalan layang). Sistem ini cocok dipakai pada ''elevated toll road'' (jalan tol layang dalam kota) yang biasanya mengalami kendala lalu lintas dibawahnya yang pada. Sosrobahu terbukti bermanfaat dalam proses pembangunan jalan layang, sangat aplikatif, teruji baik teknis dan ekonomis.
 
== Sumber ==
* {{id}} [http://www.gatra.com/2004-08-13/majalah/beli.php?pil=23&id=43664 "Sosrobahu Bertumpu di Atas Piring"] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20070930185836/http://www.gatra.com/2004-08-13/majalah/beli.php?pil=23&id=43664 |date=2007-09-30 }}, [[GATRA]], [[21 Agustus]] [[2004]] (memerlukan pembayaran)
* {{id}} {{cite book |last=Hidayat |first=Dony |title=Muatan Lokal Ensiklopedia untuk, Anak, Pelajar, & Umum (Jilid 3) |year=2004 |isbn=979-3535-09-1 }}
 
== Pranala luar ==
* {{en}} [http://www.hutama-karya.com/script/prdsosrobahu.php Tentang Sosrobahu]
* {{en}} [http://www.skyscrapercity.com/showthread.php?t=122142&page=2&pp=20 Posting di forum SkyscraperCity dengan diagram]
* {{id}} [http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2005/0305/10/cakrawala/profil.htm Tentang Tjokorda Raka Sukawati dan Sosrobahu] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20060502035922/http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2005/0305/10/cakrawala/profil.htm |date=2006-05-02 }}
 
{{featured article}}
 
[[Kategori:Jalan]]
[[Kategori:Artikel pilihan bertopikPenemuan Indonesia]]
 
[[en:Sosrobahu]]