Sosrobahu: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
MorganCoolMan (bicara | kontrib)
k Penambahan Sumber
Reno-Sifana (bicara | kontrib)
k Perbaikan Tata Bahasa
(6 revisi perantara oleh 5 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 9:
Pada tahun [[1980-an]], [[Jakarta]] yang memang sudah mengalami kendala kemacetan lalu lintas, banyak membangun jalan layang sebagai salah satu solusi meningkatkan infrastruktur lalu-lintas. Sebagai kontraktor saat itu, [[Hutama Karya|PT. Hutama Karya]] mendapatkan order membangun jalan raya di atas jalan ''by pass'' A. Yani di mana pembangunannya harus memastikan bahwa jalan itu harus tetap berfungsi.
 
Dengan permasalahan tersebut, para direksi Hutama Karya berdiskusi setelah mendapatkan order membangun jalan layang antara [[Cawang]] sampai [[Tanjung Priok (disambiguasi)|Tanjung Priok]] sekitar tahun [[1987]]. Persoalan rumit diurai, yang diperlukan untuk menyangga badan jalan itu adalah deretan tiang beton, satu-sama lain berjarak 30 meter, di atasnya membentang tiang beton selebar 22 meter. Batang vertikalnya (''pier shaft'') berbentuk segi enam bergaris tengah 4 meter, berdiri di jalur hijau. Hal ini tidak sulit, yang merepotkon adalah mengecor lengannya (''pier head''). Jika dengan cara konvensional, yang dilakukan adalah memasang besi penyangga (''bekesting'') di bawah bentangan lengan itu, tetapi ''bekesting'' itu akan menyumbat jalan raya di bawahnya. Cara lain adalah dengan ''bekesting'' gantung tetapi membutuhkan biaya lebih mahal.
 
Di tengah masalah itu, Ir. [[Tjokorda Raka Sukawati]] mengajukan gagasan dengan membangun tiangnya dulu dan kemudian mengecor lengannya dalam posisi sejajar dengan jalur hijau, setelah itu diputar membentuk bahu. Hanya saja kendalanya adalah bagaimana cara memutarnya karena lengan itu nantinya seberat 480 ton.
Baris 26:
[[Berkas:Sosrobahu2.gif|ka|jmpl|200px|2. Lengan beton jalan dibangun di antara dua jalur jalan, sejajar dengan jalanan yang padat di bawahnya.]]
[[Berkas:Sosrobahu3.gif|ka|jmpl|200px|3. Lengan beton jalan diputar 90 derajat. Jalan layang pun kemudian dibangun di atas lengan ini.]]
Setelah semua selesai, Tjokorda mengerjakan rancangan finalnya yakni sebuah landasan putar untuk lengan beton yang dinamai '''[[Landasan Putar Bebas Hambatan]]''' ('''LBPHLPBH'''). Bentuknya dua piringan (cakram) besi bergaris tengah 80 cm yang saling menangkup. Meski tebalnya 5 cm, piring dari [[besi]] cor FCD-50 itu mampu menahan beban 625 ton.
 
Ke dalam ruang di antara kedua piringan itu dipompakan minyak oli. Sebuah ''seal'' (penutup) karet menyekat rongga di antara tepian piring besi itu untuk menjaga minyak tak terdorong keluar, meski dalam tekanan tinggi. Lewat pipa kecil, minyak dalam tangkupan piring itu dihubungkan dengan sebuah pompoa hidraulis. Sistem hidraulis itu mampu mengangkat beban beban ketika diberikan tekanan 78&nbsp;kg/cm<sup>2</sup>. Angka ini sebenarnya angka misteri bagi Tjokorda saat itu.
Baris 36:
Pada tanggal [[27 Juli]] [[1988]] pukul 10 malam waktu setempat ([[Jakarta]]), pompa hidraulis dioperasikan hingga titik tekan 78&nbsp;kg/cm<sup>2</sup>. Lengan ''pier head'' itu, meskipun ''bekesting''-nya telah dilepas, mengambang di atas atap ''pier shaft'' lalu dengan dorongan ringan sedikit saja, lengan beton raksasa itu berputar 90 derajat.
 
Ketika ''pier shaft'' itu sudah dalam posisi sempurna, secara perlahan minyak dipompa keluar dan lengan beton itumerapatitu merapat ke tiangnya. Sistem LPBH itu dimatikan sehingga perlu alat berat untuk menggesernya. Namun karena khawatir kontruksi itu bergeser, Tjokorda memancang delapan batang besi berdiameter 3,6&nbsp;cm untuk memaku ''pier head'' ke ''pier shaft'' lewat lubang yang telah disiapkan. Kemudian satu demi satu alat LBPH itu diterapkan pada kontruksi beton lengan jembatan layang yang lain.
 
== Penamaan Sosrobahu dan pemberian paten ==
 
Pada pemasangan ke-85, awal [[November]] [[1989]], [[Presiden]] [[Soeharto]] ikut menyaksikannya dan memberi nama teknologi itu ''[[KisahKartawirya SasrabahuArjuna|Sosrobahu]]'' yang diambil dari nama tokoh cerita sisipan [[MahabharataRamayana]]. Sejak itu LBPH tersebut dikenal sebagai '''Teknologi Sosrobahu'''.
 
Temuan Tjokorda digunakan [[insinyur]] [[Amerika Serikat]] dalam membangun jembatan di [[Seattle]]. Mereka bahkan patuh pada tekanan minyak 78&nbsp;kg/cm<sup>2</sup> yang menurut Tjokorda adalah misteri ketika menemukan alat LBPH Sosrobahu itu. Tjokorda kemudian membangun laboratorium sendiri dan melakukan penelitian dan hasilnya berupa perhitungan susulan dengan angka teknis tekanan 78,05&nbsp;kg/cm<sup>2</sup>, nyaris persis sama dengan angka ''wangsit'' yang diperolehnya sebelum itu.
Baris 47:
 
Teknologi Sosrobahu ini dikembangkan menjadi versi ke-2. Bila pada versi pertama memakai angker (jangkar) baja yang disusupkan ke beton, versi keduanya hanya memasang kupingan yang berlubang di tengah. Lebih sederhana dan bahkan hanya memerlukan waktu kurang lebih 45 menit dibandingkan dengan yang pertama membutuhkan waktu dua hari. Dalam hitungan eksak, konstruksi Sosrobahu akan bertahan hingga 100 tahun (1 abad).
 
Menurut Dr. [[Drajat Hoedajanto]] pakar struktur dari [[Institut Teknologi Bandung]], Sosrobahu pada dasarnya hanya metode sangat sederhana untuk pelaksanaannya (memutar bahu lengan beton jalan layang). Sistem ini cocok dipakai pada ''elevated toll road'' (jalan tol layang dalam kota) yang biasanya mengalami kendala lalu lintas dibawahnya yang padat. Sosrobahu terbukti bermanfaat dalam proses pembangunan jalan layang, sangat aplikatif, teruji baik teknis dan ekonomis.
 
== Sumber ==
* {{id}} [http://www.gatra.com/2004-08-13/majalah/beli.php?pil=23&id=43664 "Sosrobahu Bertumpu di Atas Piring"] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20070930185836/http://www.gatra.com/2004-08-13/majalah/beli.php?pil=23&id=43664 |date=2007-09-30 }}, [[GATRA]], [[21 Agustus]] [[2004]] (memerlukan pembayaran)
* {{id}} {{cite book |last=Hidayat |first=Dony |title=Muatan Lokal Ensiklopedia untuk, Anak, Pelajar, & Umum (Jilid 3) |year=2004 |isbn=979-3535-09-1 }}
 
 
== Pranala luar ==