Poerbatjaraka: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Saeran Arif (bicara | kontrib) k Penambahan Referensi |
kTidak ada ringkasan suntingan Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
(48 revisi perantara oleh 19 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Untuk|musikus dan komponis Indonesia dengan nama yang mirip secara homofonik|Purwacaraka}}
{{Infobox Officeholder
|honorific prefix = Prof. Dr. RM. Ng.
|name = {{PAGENAME}}
|image = Poerbatjaraka.png
|image_size =
|main_width =
|known_for = Pakar sastra Jawa Kuno
| office = Rektor Universitas Udayana
| order = ke-1
| term_start = 1962
| term_end = 1964
| predecessor = Tidak ada, jabatan baru
| successor = [[Ida Bagus Mantra]]
|birth_date = {{Birth date|1884|1|1}}
|birth_place = [[Surakarta]], [[Kasunanan Surakarta]], [[Hindia Belanda]]
|death_date = {{Death date and age|1964|7|25|1884|1|1}}
|death_place = [[Jakarta]], [[Indonesia]]
|resting_place = [[Karet Bivak]], [[Jakarta]], [[Indonesia]]
|spouse = {{unbulleted list|BRAy. Roosinah Poeger}}
|website =
|signature =
|alma_mater = [[Universitas Leiden]]
|parents = {{unbulleted list|KRMT. Poerbodipoero Yoedonegoro (bapak)| RAy. Semu Prawirancono (ibu)}}
|children = {{unbulleted list|RAj. Ratna Saraswati Poerbatjaraka |RAy. Ratna Himawati Poerbatjaraka|Prof. RM. Purnadi Poerbatjaraka SH.}}
|relatives = [[Radinindra Nayaka]] (canggah)
|nationality = [[Indonesia]]
|awards = {{unbulleted list|Anggota kehormatan [[Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde]]|Kehormatan anumerta [[Bintang Mahaputera Utama]]}}
}}
'''Mpu Prof. Dr. Raden Mas Ngabehi Poerbatjaraka''' (ejaan alternatif: '''Purbacaraka''', {{lahirmati|[[Surakarta]], [[Hindia Belanda]]|01|01|1884|[[Jakarta]], [[Indonesia]]|25|07|1964}}) adalah seorang [[budayawan]], ilmuwan Jawa, [[Filologi|filolog]] [[Autodidak|otodidak]], dan terutama pakar [[sastra Jawa Kuno]]. Poerbatjaraka adalah putra seorang [[bangsawan]], Kanjeng Raden Mas Tumenggung Poerbodipoero, yang merupakan sentono dalem (keluarga raja) [[Keraton]] [[Kasunanan Surakarta]]. Poerbodipoero adalah kerabat keluarga kesayangan Sunan [[Pakubuwana X|Pakubuwono X]]. Sekaligus menjabat sebagai Bupati Anom, ia adalah seorang sastrawan dan sering kali menggubah perjalanan-perjalanan Sunan Pakubuwono X dalam bentuk tembang.
Poerbatjaraka menunjukkan minat pada sastra Jawa sejak usia dini, membaca dari buku-buku dalam koleksi keraton. Meskipun hanya bersekolah di sekolah dasar, pengetahuannya tentang sastra Belanda dan Jawa memungkinkannya untuk mengambil posisi di Dinas Purbakala di Batavia. Karena intelektual akademinya, ia dikirim oleh pemerintahan Hindia Belanda ke [[Universitas Leiden]] di [[Belanda]]. Dia diizinkan mendapatkan gelar doktor di Leiden. Dia kemudian kembali ke Hindia Belanda untuk bekerja di [[Museum Nasional Indonesia|Museum Gajah]], Batavia (sekarang Jakarta), membuat katalog teks-teks Jawa dan menulis karya ilmiah. Setelah kemerdekaan Indonesia, ia menjadi profesor di [[Universitas Indonesia]], [[Universitas Gadjah Mada|Gajah Mada]], dan [[Universitas Udayana|Udayana]]. Berkat penelitiannya, Poerbatjaraka dijuluki sebagai "Bapak dan perintis ilmu Sastra Indonesia." ▼
▲Poerbatjaraka menunjukkan minat pada sastra Jawa sejak usia dini
== Latar Belakang ==▼
Poerbatjaraka merupakan putra dari pasangan RM.T. Poerbodipoero Yoedonegoro, dan RAy. Semu Prawirancono. RM.T. Poerbodipoero Yoedonegoro adalah putra dari pasangan RM.T. Yoedonegoro dan RAy. Wianyagupita. RM.T. Yoedonegoro sendiri merupakan anak dari pasangan K.RM.T Tondanagoro, Bupati Nayoko Siti Hageng Surakarta, dan BRAy. Soeimah. Dari K.RM.T Tondanagoro, ia adalah putra K.P.H. Poerbonagoro, putra pasangan [[Mangkunegara I|Mangkunagoro I]] dan Nyi Aj. Kertasari, dan G.K.R. Poerbanagoro, putri pasangan Pakubuwono III dan permaisurinya G.K.R. Kencana. Dari BRAy. Soeimah, ia adalah putri RAy. Tasikwoelan dan K.G.P.H. Mangkubumi I, sebagai putra Pakubuwuno III dan G.K.R. Kencana adalah saudara kandung G.K.R. Poerbanagoro. Dari garis bapaknya, Poerbatjaraka merupakan keturunan Trah Mangkunagoro I dan Pakubuwono III.▼
Dari garis ibunya, RAy. Semu Prawirancono, Poerbatjaraka adalah keturunan Trah Amangkurat IV. Msy.Aj. Semu Prawirancono adalah putri dari Kyai RM. Ng. Prawirancono, yang merupakan putra dari Kyai RM. Soerontani. RM. Soerontani adalah putra dari pasangan RM. Soemodiwiryo dan RAy. Soemodiwiryo Yosodipoero. RM. Soemodiwiryo adalah putra K.P.H. Hadiwijaya I, Bupati Tanah Kedu, putra dari Amangkurat IV. Di sisi lain, RAy. Soemodiwiryo Yosodipoero adalah putri dari R.Ng. Yosodipoero, [[Pujangga]] [[Kasunanan Kartasura|Keraton Kartosura]].▼
Poerbatjaraka merupakan putra tertua dari pasangan KRMT. Poerbodipoero Yoedonegoro dan RAy. Semu Prawirancono. Ia mempunyai kakak perempuan, RAy. Hamongrejo. Adik-adiknya merupakan RM. Kodrat Purbopangrawit, RM. Wiradat Purbodirenggo, dan RAy. Buyoturonggo.
▲
== Masa Kecil ==▼
▲Dari garis ibunya, RAy. Semu Prawirancono, Poerbatjaraka adalah keturunan Trah [[Hamangkurat IV|Amangkurat IV]].
[[Berkas:Pakubuwono X in uniform.jpg|jmpl|Sunan [[Pakubuwana X|Pakubuwono X]], raja [[Kasunanan Surakarta]] pada masa Poerbatjaraka. Ia menantang keras atas keputusan Poerbatjaraka untuk meninggali lingkungan keraton.]]
Poerbatjaraka lahir dengan nama lahir (''asma timur'') Raden Mas Lesya, pada 1 Januari 1884 di Surakarta, Hindia Belanda. Sebagai putra bangsawan dari pasangan
Walaupun
Perkenalan pertamanya dengan sastra Jawa Kuno terjadi ketika ia menemukan buku karangan ahli [[Indologi]] termasyhur, Prof. Dr. [[Johan Hendrik Caspar Kern|Hendrik Kern]]. Buku ini sebenarnya hadiah Residen Belanda kepada Pakubuwono X, tetapi, karena ia kurang mengerti isi buku ini dan tidak fasih dalam bahasa Belanda, sehingga memberikannya kepada Poerbodipoero, yang dimaksudkan agar dapat menjelaskan isi buku tersebut. Sejak saat itu, Lesya menjadi sangat tertarik pada sastra Jawa Kuno.
Pada tahun
Lesya yang gemar dengan sastra Jawa mendekati para punggawa keraton yang gemar akan sastra Jawa, yang kala itu sering suka mengadakan pertemuan-pertemuan untuk berdiskusi, di mana mereka membicarakan sastra Jawa, terutama beberapa bagian syair dan karya sastra lainnya yang sulit. Lesya yang masih muda suka mengikuti pertemuan ini. Karena ia merasa sudah banyak berpengetahuan kala itu berkat buku-buku Belanda, pernah suatu ketika ia menantang seorang abdi dalem senior. Hal ini ternyata berbuntut panjang dan Lesya merasa tidak betah lagi dalam suasana ini, dan akhirnya tersingkir dari lingkar sastra itu karena dianggap sombong atas kritiknya dengan usianya yang masih muda.
Karena Lesya merasa lebih cocok dengan pendekatan ilmiah yang dibacanya dari buku-buku Belanda, maka ia menulis surat kepada [[Residen]] [[Surakarta]] waktu itu, Residen Helpke. Pada awalnya Pakubuwono X tidak mengizinkannya pindah ke [[Batavia]]. Menurutnya, Lesya tidak berterima kasih karena sudah disekolahkan dan sudah menjadi pandai, tetapi mau meninggalkan Surakarta. Berkat perantaraan Residen Helpke, akhirnya Pakubuwono X menyetujui karena untuk Lesya, di Surakarta, pengetahuannya tidak akan bertambah. Sang residen yang sudah mendengar kepandaian Lesya lalu mengirimnya ke Batavia pada tahun 1910.
== Masa di Batavia ==
[[Berkas:KITLV 3953 - Kassian Céphas - Dr. GAJ Hazeu cropped - c 1902.tif|jmpl|lurus|Saat di Universitas Leiden, Poerbatjaraka menjadi asisten dari Dr. [[G. A. J. Hazeu]] (''gambar'').]]
Dr. Hendrik Kern, yang memperhatikan potensi Lesya, memutuskan untuk mengirimnya ke Belanda. Sesuai tradisi bangsawan Jawa, disaat kenaikan pangkat secara berkala, mereka diberi gelar yang lebih tinggi dan dapat menentukan nama baru. Lesya Atmopradonggo
== Di Belanda ==
[[Berkas:Pimpinan Koloniaal Onderwijscongres ketiga.png|jmpl|Pimpinan ''Koloniaal Onderwijcongres'' ketiga di Leiden. Baris terdepan di tengah ''Poerbatjaraka''; baris kedua dan ketiga dari kiri: ''N.J.Krom'' dan ''G.A.J.Hazeu''; baris belakang, kedua dari kiri, ''J.M.M van Asch van Wijk'', ketiga dari kiri ''Moh. Zain''.]]
Dr. Hendrik Kern
Ia berangkat ke Belanda pada bulan Agustus 1921. Poerbatjaraka sama sekali tidak
Poerbatjaraka merupakan anggota yang aktif dan unik di dalam organisasi [[Perhimpoenan Indonesia]]. Ia juga menjadi anggota yang terhomat dalam organisasi sarjana ''Oostersch Genootschap'' (Masyarakat Timur),
Bersama rekannya, asisten dosen Mohammad Zain, Poerbatjaraka juga termasuk dalam pengurus Kongres Pengajaran Kolonial ketiga yang berlangsung pada bulan April 1924 di Den Haag. Kongres tersebut memusatkan perhatian pada pengajaran tinggi di Hindia Belanda. Poerbatjaraka menjadi salah satu prasaran masalah-masalah yang didiskusikan. Dalam kongres ketiga ini, tokoh-tokoh Belanda juga ikut serta, dengan [[Adipati Hendrik dari Mecklenburg-Schwerin|Pangeran Hendrik]], suami [[Wilhelmina dari Belanda|Ratu Wilhelmina]], menjadi pelindung dan pembuka kongres.
== Masa
[[Berkas:RM Purnadi Purbocaroko dan BRAy Ratna Himawati Purbocaroko.jpg|jmpl|Kedua anak Poerbatjaraka: RM. Purnadi Poerbatjaraka dan
Sekembalinya ke Batavia pada tahun 1927, ia diberi pekerjaan di Museum Gajah sebagai kurator naskah manuskrip dan diberi tugas untuk mengkatalogisasi semua naskah Jawa.
Tetapi Poerbatjaraka tetap menantang batasan-batasan yang dikenakan padanya. Ia tekun menyelidiki buku-buku dan prasasti kuno dan hasil karyanya terus terbit berupa tulisn dalam majalah ilmiah atau berupa buku-buku. Tidak kurang dari 50 (lima puluh) buah karya ilmiah Poerbatjaraka berada dalam perpustakaan Museum Gajah.
Poerbatjaraka, yang ayahnya dulu merupakan punggawa kesayangan Pakubuwono X, menasehati penerusnya, [[Pakubuwana XI|Pakubuwono XI]], akrab waktu kecil dipanggil Pangeran Antasena, yang ia sering dampingi ke sekolah ELS nya. Kedua anak Poerbatjaraka tumbuh besar bersama anak-anak Pakubuwuno XI, dan kecantikan BRAy. Ratna Himawati yang luar biasa membuat para aristokrat keraton terpesona, dan menjulukinya sebagai ''Mawar Keraton Solo.'' Keluarga Poerbatjaraka hadir dalam penobatan [[Pakubuwana XII|Pakubuwuno XII]] pada 11 Juni 1945, penerus Pakubuwono XI yang gemar dipanggil ''Bobbie'' oleh BRAy. Ratna Himawati dan kerabat dekat lainnya. Sampai tahun 1950, Poerbatjaraka dan keluarganya tinggal di kediaman keluarga Poerbodipoeran sampai selesainya Perang Kemerdekaan Indonesia pada 27 Desember 1949.▼
Poerbatjaraka juga merupakan salah satu anggota Kongres Bahasa Indonesia I di Surakarta, pada 25—27 Juni 1938. Pada tahun 1940-an, saat [[Palagan Pasifik Barat Daya dalam Perang Dunia II|teater Pasifik]] [[Perang Dunia II]] pecah dan mulainya ekspansi [[Kekaisaran Jepang]] ke Asia Tenggara, Poerbatjaraka dan keluarganya meninggalkan Batavia yang memiliki risiko tinggi menjadi zona perang, dan kembali ke kediaman Poerbodipoeran di lingkungan Keraton Surakarta, Surakarta.
== Masa Republik Indonesia dan Kematian ==▼
[[Berkas:Ugm-Gedung Poerbatjaraka.jpg|jmpl|Gedung 'Poerbatjaraka' di Fakultas Sastra, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.|216x216px]]▼
Poerbatjaraka dan keluarganya pindah ke Jakarta pada tahun 1950, dan tinggal di kediaman baru di daerah [[Menteng, Jakarta Pusat|Menteng]], Jakarta. Ia menjadi anggota Panitia Lambang Negara yang dibentuk [[Soekarno|Presiden Soekarno]] pada 10 Januari 1950. Anggota lainnya yakni [[Syarif Hamid II dari Pontianak|Sultan Hamid II]] (ketua panitia), [[Ki Hadjar Dewantara|Ki Hajar Dewantara]], [[Mohammad Yamin]], [[Mohammad Natsir]] (ketua partai islam terbesar, yaitu Masyumi), dan juga [[Melkias Agustinus Pellaupessy|MA Pellaupessy]] selaku menteri penerangan yang juga mewakili Indonesia Timur karena beliau berasal dari Ambon. Poerbatjaraka merupakan tokoh yang mengusulkan lambang pohon beringin di dada lambang negara [[Lambang negara Indonesia|Garuda]].▼
Di Surakarta, Poerbatjaraka mengajarkan [[Prof. Dr. R.M. Soetjipto Wirjosoeparto|Prof. Dr. RM. Soetjipto Wirjosoeparto]] dan [[Koentjaraningrat|Prof. D.R. RM. Koentjaraningrat]]. Sambil bekerja di Museum Surakarta, mereka menerima pelajaran dari Poerbatjaraka mengenai Jawa Kuno dan Sansekerta. Kemudian Prof. Soetjipto pindah mendalami ilmu sejarah, sedangkan Prof. Koenjaraningrat mengambil jurusan antropologi.
Di Jakarta, ia juga menjadi profesor di [[Universitas Indonesia]], Jakarta, [[Universitas Gajah Mada|Universitas Gadjah Mada]], [[Yogyakarta]] dan [[Universitas Udayana]], [[Denpasar]], [[Bali]]. Bahkan di Denpasar, ia lah yang mendirikan [[Fakultas sastra UGM|Fakultas Sastra]]. ▼
▲Poerbatjaraka, yang ayahnya dulu merupakan
Di masa pensiunnya, ia terus menulis tentang sejarah dan sastra Jawa untuk jurnal di Indonesia dan Belanda. Pada tahun 1952, ia menerbitkan koleksi studinya dalam sebuah buku berjudul ''Kapustakaan Djawi''. Ia diangkat menjadi anggota kehormatan Institut Studi Asia Tenggara dan Karibia Kerajaan Belanda pada tahun 1963. Pada tahun 1964, Jurnal Kajian Budaya Indonesia menerbitkan dua puluh enam artikel untuk menghormatinya yang berulang tahun ke-80. Pada tanggal 3 Mei di tahun yang sama civitas akademika Universitas Nasional Jakarta memberinya gelar "Mpu" atas jasa-jasanya di bidang penelitian dan pengembangan ilmu sastra di Indonesia. Pada 25 Juli di tahun yang sama juga, ia meninggal di Jakarta. Poerbatjaraka dimakamkan di [[Taman Pemakaman Umum Karet Bivak|Karet Bivak]], Jakarta.▼
Pada 17 Agustus 1969, atas pengabdiannya kepada budaya Indonesia, terutama dalam bidang sastra, sejarah, arkeologi, dan filologi, Poerbatjaraka diberikan kehormatan anumerta [[Bintang Mahaputera Utama|Bintang Maha Putera Utama]] oleh [[Soeharto|Presiden Soeharto]], lima tahun setelah ia meninggal dunia.▼
▲[[Berkas:Ugm-Gedung Poerbatjaraka.jpg|jmpl|Gedung 'Poerbatjaraka' di Fakultas Sastra, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.|216x216px]]
▲Poerbatjaraka dan keluarganya pindah ke Jakarta pada tahun 1950, dan tinggal di kediaman baru di daerah [[Menteng, Jakarta Pusat|Menteng]], Jakarta. Ia menjadi anggota Panitia Lambang Negara yang dibentuk [[Soekarno|Presiden Soekarno]] pada 10 Januari 1950. Anggota lainnya yakni [[Syarif Hamid II dari Pontianak|Sultan Hamid II]] (ketua panitia), [[Ki Hadjar Dewantara|Ki Hajar Dewantara]], [[Mohammad Yamin]], [[Mohammad Natsir]] (ketua partai
▲
Di masa pensiunnya, ia terus menulis tentang sejarah dan sastra Jawa untuk jurnal di Indonesia dan Belanda. Pada tahun 1952, ia menerbitkan koleksi studinya dalam sebuah buku berjudul ''Kapustakaan Djawi''. Pada tahun 1957, [[Pemerintah India]] mengundang Poerbatjaraka ke [[India]] untuk menghadiri [[Waisak|peringatan Buddha Jayanti]]. Peristiwa tersebut merupakan salah satu lembaran bahagia dalam kehidupan Poerbatjaraka, karena kepuasannya yang terletak pada kemampuannya untuk menerjemahkan buku-buku indah penuh pelajaran mulia seperti ''[[Ramayana]], [[Kakawin Arjunawiwāha|Arjunawiwaha]], Suluk Wijil, dan Dewa Ruci''.
▲
▲Pada 17 Agustus 1969, atas pengabdiannya kepada budaya Indonesia, terutama dalam bidang sastra, sejarah, arkeologi, dan filologi, Poerbatjaraka diberikan kehormatan anumerta [[Bintang Mahaputera Utama|Bintang Maha Putera Utama]] oleh [[Soeharto|Presiden Soeharto]], lima tahun setelah ia meninggal dunia.
== Kehidupan pribadi ==
Poerbatjaraka lahir dalam keluarga Keraton Surakarta sebagai putra tertua dari Kanjeng Raden Mas Tumenggung Purbadipura, yang dekat dengan Sunan Pakubuwono IX dan membesarkan putra mahkotanya, Pakubuwono X. Nama Poerbatjaraka, yang berarti "Duta besar utama", diberikan oleh Pakubuwono X, yang mengizinkannya untuk dikirim ke Leiden, Belanda sebagai perwakilan Keraton Surakarta. Sekembalinya, Poerbatjaraka diperintahkan oleh Pakubuwono X untuk menikah dengan BRAy. Roosinah Poeger, putri GPH. Poeger dari keluarga Keraton Yogyakarta, untuk meredakan ketegangan antara kedua keraton.
Seorang bangsawan Jawa yang terpandang, ia bangga dengan kebangsawannya, dan dikenang dengan baik karena selalu mengikuti adat keraton dan mengenakan pakaian Jawa sampai akhir hayat. Sepanjang hidupnya, Poerbatjaraka tidak pernah ragu untuk berbagi ilmu dan kebijaksanaan, ia selalu bersedia membantu kerabatnya. Anggota keluarga Poerbatjaraka merupakan keturunan dari Sunan Pakubuwana X dari Keraton Surakarta, Sultan Hamengkubuwana VI dari Keraton Yogyakarta dan KGPAA. Mangkunegoro I dari Keraton Mangkunegaran.
== Lihat pula ==▼
▲== Lihat pula ==
* [[Sastra Jawa]]
* [[Tokoh Indonesia]]
Baris 74 ⟶ 108:
{{reflist|30em}}
=== Buku ===
* {{cite book|ref=harv|last=Poeze|first=Harry A. |title=Di Negeri Penjajah: Orang Indonesia di Negeri Belanda, 1600-1950|year=2008|publisher=Kepustakaan Populer Gramedia|isbn=978-979-91-0749-7|date=|location=Jakarta|pages=181-183|url-status=live}}
* {{Cite magazine article|last=|first=|year=2006|title=Damar Jati|url=|journal=Kuciwane Trah Poerbatjarakan|volume=2|issue=32|pages=42|issn=1858-2575}}
=== Jurnal ===
* {{cite journal|first=Th.|last=Pigeaud|authorlink=Theodoor Gautier Thomas Pigeaud|title=In Memoriam Professor Poerbatjaraka|journal=[[Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde]]|volume=122|issue=4|date=1966|doi=10.1163/22134379-90002918|issn=0006-2294|location=Leiden|p=404–412|ref=harv|jstor=27860637}}
*{{cite journal|first=M. C.|last=Ricklefs|authorlink=M. C. Ricklefs|date=1985|title=In Memoriam Dr. H. J. de Graaf: 2 December 1899 — 24 August 1984|pages=191–201|jstor=27863672|publisher=Brill|journal= Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde|volume=141|issue=2/3|ref=harv}}
*{{cite paper|first=Dick|last=van der Meij|title=Prof. Dr. R.M. Ng. Purbatjaraka Tokoh Jawa Dalam Dunia Ilmu Pengetahuan Kesusastraan Jawa|url=http://perpumda-dki.pnri.go.id/?q=content/prof-dr-rm-ng-purbatjaraka-tokoh-jawa-dalam-dunia-ilmu-pengetahuan-kesusastraan-jawa|publisher=Perpustakaan Nasional Indonesia (The National Library of Indonesia)|language=id|date=2006|ref=harv}} {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20170822100231/http://perpumda-dki.pnri.go.id/?q=content%2Fprof-dr-rm-ng-purbatjaraka-tokoh-jawa-dalam-dunia-ilmu-pengetahuan-kesusastraan-jawa |date=2017-08-22 }}
*{{cite web|url=https://tirto.id/m/poerbatjaraka-pB|title=Poerbatjaraka|work=tirto.id|ref={{harvid|tirto.id}}|access-date=2017-05-21}}
*{{cite web|url=https://addakhil.wordpress.com/2008/10/15/prof-dr-rm-ng-poerbatjaraka-1/|title=Prof. Dr. R.M. Ng. Poerbatjaraka: Doktor Tanpa Ijazah Sekolah Dasar (1)|work=Urip Mung Sakderma Ngelampahi|ref={{addakhil.wordpress.com}}|access-date=2020-07-04|date=|last=|first=}}
*{{cite web|url=https://addakhil.wordpress.com/2008/11/09/prof-dr-rm-ng-poerbatjaraka-2-habis/|title=Prof. Dr. R.M. Ng. Poerbatjaraka: Doktor Tanpa Ijazah Sekolah Dasar (2)|work=Urip Mung Sakderma Ngelampahi|ref={{addakhil.wordpress.com}}|access-date=2020-07-04|date=|last=|first=}}
*{{cite book|ref=harv|last=Anderson|first=Benedict R. O'G |authorlink=Benedict Anderson|title=Language and Power: Exploring Political Cultures in Indonesia|url=https://books.google.com/books?id=05cZ6dxZYLcC|year=2006|publisher=Equinox Publishing|isbn=978-979-3780-40-5}}
*{{cite book|ref=harv|first=Daniel George Edward |last=Hall|title=Historians of South East Asia|url=https://books.google.com/books?id=zGsrAAAAIAAJ|year=1961|publisher=Oxford University Press}}
Baris 86 ⟶ 124:
{{Authority control}}
[[Kategori:Sastrawan Indonesia]]▼
[[Kategori:Sastra Jawa]]
[[Kategori:
[[Kategori:
[[Kategori:
[[Kategori:Guru besar Universitas Udayana]]
[[Kategori:Alumni Universitas Leiden]]
[[Kategori:Tokoh Jawa Tengah]]
[[Kategori:Tokoh dari Surakarta]]
[[Kategori:Penerima Bintang Mahaputera Utama]]
|