Timor Barat: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
JayaGood (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan aplikasi seluler Suntingan aplikasi Android
Abcdef242526 (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
(8 revisi perantara oleh 5 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 5:
| native_name =
| native_name_lang =
| other_name = Timor Belanda<br>Timor Indonesia
| settlement_type = [[Wilayah di Indonesia|Wilayah]]
| image_skyline =
| imagesize =
Baris 36:
<!-- maps and coordinates -->
| image_map = Timor-map.png
| mapsize = 300px
| map_alt =
| map_caption = Lokasi Timor Barat di Pulau Timor. Wilayah Timor Barat ditandai dengan warna jingga.
| image_map1 =
| mapsize1 =
Baris 85:
<!-- seat, smaller parts -->
| seat_type = Kota
| seat = [[Kota Kupang|Kupang]]
| seat1_type =
| seat1 =
| parts_type = Kabupaten
| parts_style = para
| p1 = [[Kabupaten Belu|Belu]]
| p2 = [[Kabupaten Kupang|Kupang]]
| p3 = [[Kabupaten Malaka|Malaka]]
| p4 = [[Kabupaten RoteTimor Ndao|RoteTengah NdaoUtara]]
| p5 = [[Kabupaten SabuTimor Raijua|SabuTengah RaijuaSelatan]]
| p6 = [[Kabupaten Timor Tengah Selatan|Timor Tengah Selatan]]
| p7 = [[Kabupaten Timor Tengah Utara|Timor Tengah Utara]]
<!-- etc., up to p50: for separate parts to be listed-->
<!-- government type, leaders -->
Baris 111 ⟶ 109:
| unit_pref = <!-- enter: Imperial, to display imperial before metric -->
<!-- area -->
| area_footnotes = <ref name="Badan Pusat Statistik 2024">Badan Pusat Statistik, Jakarta, 28 February 2024, ''Provinsi Nusa Tenggara Timur Dalam Angka 2024'' (Katalog-BPS 1102001.53)</ref>{{efn|name=area|The area of West Timor is 14,513 square kilometers excluding the offshore islands.}}
| area_footnotes = <!-- for references: use <ref> tags -->
| area_magnitude = <!-- use only to set a special wikilink -->
| dunam_link = <!-- If dunams are used, this specifies which dunam to link. -->
| area_total_km2 = 1626414513.7803
| area_total_sq_mi =
| area_land_km2 =
Baris 148 ⟶ 146:
| elevation_m = 2427
| elevation_ft =
| elevation_point = <br>[[Gunung Mutis]]
| elevation_max_footnotes = <!-- for references: use <ref> tags -->
| elevation_max_m =
Baris 160 ⟶ 158:
| elevation_min_rank =
<!-- population -->
| population_as_of = 2019pertengahan tahun 2023
| population_footnotes = <ref name="BPSBadan Pusat Statistik 2024">{{citeBadan web|url=https://ntt.bps.go.id/quickMap.html|title=IndikatorPusat StrategisStatistik, Jakarta, 28 February 2024, ''Provinsi Nusa Tenggara Timur|work=BPS|access Dalam Angka 2024'' (Katalog-date=2019-12-18|language=id}}BPS 1102001.53)</ref>
| population_total = 19780002011269
| pop_est_as_of =
| pop_est_footnotes =
| population_est =
Baris 204 ⟶ 202:
| demographics2_info1 = <!-- etc., up to demographics2_title5 / demographics2_info5 -->
<!-- time zone(s) -->
| timezone1 = [[Zona waktuWaktu Indonesia|WITA Tengah]]
| utc_offset1 = +08:008
| timezone1_DST =
| utc_offset1_DST =
Baris 212 ⟶ 210:
| timezone2_DST =
| utc_offset2_DST =
<!-- postal codes, telephonearea code -->
| postal_code_type = <!-- enter ZIP Code, Postcode, Post code, Postal code... -->
| postal_code =
| postal2_code_type = <!-- enter ZIP Code, Postcode, Post code, Postal code... -->
| postal2_code =
| area_code_type = <!-- defaults to: TelephoneArea code(s) -->
| area_code = (62)3xx
| area_code = [[Daftar kode telepon di Indonesia|+62 380]] ([[Kupang]]) <br /> [[Daftar kode telepon di Indonesia|+62 388]] ([[Kota Kefamenanu, Timor Tengah Utara|Kefamenanu]] & [[Soe (kota)|Soe]]) <br /> [[Daftar kode telepon di Indonesia|+62 389]] ([[Atambua]])
| geocode =
| iso_code =
| registration_plate_type = [[Tanda Nomor Kendaraan Bermotor Indonesia|PelatPlat kendaraan]]
| registration_plate = [[Tanda Nomor Kendaraan Bermotor Indonesia|DH]]
<!-- blank fields (section 1) -->
| blank_name blank_name_sec1 = [[ISOIndeks 3166-2:IDPembangunan Manusia|ISO 3166-2IPM]]
| blank_info_sec1 = {{increase}} 0.631 ({{fontcolor|orange|Sedang}})
| blank_info = ID-NT<ref name="iso">{{cite web |title=Indonesia Provinces |url=http://www.statoids.com/uid.html |website=www.statoids.com}}</ref>
| blank1_name_sec1 = [[Indeks Pembangunan Manusia|IPM]]
| blank1_info_sec1 = {{increase}} 0.631 ({{fontcolor|orange|Sedang}})
| blank2_name_sec1 =
| blank2_info_sec1 =
| blank3_name_sec1 =
| blank3_info_sec1 =
| blank_name_sec2 =
| blank_info_sec2 =
Baris 242 ⟶ 238:
| footnotes =
}}
'''Timor Barat''' adalah wilayah yang meliputi bagian barat Pulau Timor, kecuali distrik [[Oecussi-Ambeno]] (eksklave Timor Leste). Secara administratif, Timor Barat adalah bagian dari Provinsi [[Nusa Tenggara Timur]], [[Indonesia]]. Ibukota sekaligus pelabuhan utamanya adalah [[Kupang]]. Pada masa kolonial, daerah tersebut bernama '''Timor Belanda''' dan merupakan pusat loyalis Belanda pada masa Revolusi Nasional Indonesia (1945–1949).<ref>{{Citation | author1=Great Britain. Foreign Office. Historical Section | title=Dutch Timor and the Lesser Sunda Islands | publication-date=1920 | publisher=H.M.S.O | url=http://trove.nla.gov.au/work/6111822 | access-date=17 January 2014 }}</ref><ref>{{Citation |title=Area study of Dutch Timor, Netherlands East Indies |url=http://trove.nla.gov.au/work/6610368 |publication-date=1943 |series=Terrain Study No. 70 |publisher=Allied Geographical Section |access-date=17 January 2014 |hdl=1959.1/1180950 |hdl-access=free}}</ref> Dari tahun 1949 hingga 1975 dinamakan '''Timor Indonesia'''.<ref>{{cite news |url=http://nla.gov.au/nla.news-article110630384 |title=Political refugees 'flock' to Indonesian Timor. |newspaper=[[The Canberra Times]] |date=25 February 1975 |access-date=17 January 2014 |page=1 |via=National Library of Australia}}</ref><ref>{{cite news |url=http://nla.gov.au/nla.news-article110656705 |title=10,000 waiting to go' to Indonesian Timor. |newspaper=[[The Canberra Times]] |date=4 September 1975 |access-date=17 January 2014 |page=3 |via=National Library of Australia}}</ref><!-- no ref, "Timor" juga dikenal sebagai nama pulau, bukan "timur". Namanya adalah [[oxymoron]] di [[Indonesian language|Indonesian]]: ''Timor'' disebut "Timur", demikianlah nama lokalnya ''Timor Barat'' (West Timor) secara harfiah "Barat Timur" (in Indonesian nouns come before the adjectives that modify them).-->
[[Berkas:Peta Timor Barat - Kabupaten dan Kecamatan.png|jmpl|ka|Peta Timor Barat]]
 
Luas total Timor Barat adalah {{convert|14513.03|km2|sqmi|abbr=on}}, termasuk pulau-pulau lepas pantai. Puncak tertingginya adalah [[Gunung Mutis]], {{convert|2,427|m|ft|sp=us|0}} di atas permukaan laut, dan Gunung Lakaan, {{convert|1,600|m|ft|sp=us|0}} di atas permukaan laut. Bahasa utama Timor Barat adalah [[Dawan]], Marae dan [[Tetun]], serta beberapa bahasa lainnya, seperti [[Bahasa Kemak|Kemak]], [[Bahasa Bunak|Bunak]] dan [[Bahasa Helong|Helong]], juga digunakan di [[Timor Leste]]. Tiga bahasa lainnya yang hanya digunakan di daerah lokal kelompok bahasa Austronesia dari cabang Fabron adalah Ndao, Rote dan Sabu. Kota dengan jumlah penduduk terbanyak adalah Kota [[Kupang]] dengan 466.632 jiwa menurut perkiraan resmi pertengahan tahun 2023, Kota [[Atambua]] dengan 85.838 jiwa, Kota [[Kefamenanu]] dengan 49.589 jiwa, Kota [[Soe]] dengan 41.640 jiwa, dan Kota [[Betun]] dengan 41.631 jiwa.<ref name="Badan Pusat Statistik 2024">Badan Pusat Statistik, Jakarta, 28 February 2024, ''Provinsi Nusa Tenggara Timur Dalam Angka 2024'' (Katalog-BPS 1102001.53)</ref>
'''Timor Barat''' adalah wilayah yang mencakup bagian barat [[Pulau Timor]], kecuali [[Oe-Cusse Ambeno|Distrik Oecusse]] (sebuah [[eksklave]] milik [[Timor Leste]]). Secara administratif, Timor Barat merupakan bagian dari Provinsi [[Nusa Tenggara Timur]], [[Indonesia]]. Ibu kota sekaligus pelabuhan utamanya ialah [[Kupang]]. Luas wilayah Timor Barat adalah 16.264,78&nbsp;km². Puncak tertinggi adalah [[Gunung Mutis]] (2.427 meter dpl) dan [[Gunung Lakaan]] (1.600 meter dpl).
 
== Sejarah ==
Bahasa utama Timor Barat, yakni [[Bahasa Dawan|Dawan]], [[Bahasa Marae|Marae]], dan [[Bahasa Tetun|Tetun]], dan juga beberapa bahasa datangan lainnya, seperti [[Bahasa Kemak|Kemak]], [[Bahasa Bunak|Bunak]] dan [[Bahasa Helong|Helong]] dari grup bahasa Proto dan Melayu Deutero, juga digunakan di Timor Leste. Tiga bahasa lainnya yang hanya digunakan di wilayah setempat dari grup bahasa Austronesia dari cabang Fabron yaitu Ndao, Rote dan Sabu.
=== Masa pra-kolonial ===
[[File:Timor warrior outfit.jpg|thumb|Prajurit dari daerah sekitar Kupang (1875). Ukiran dari laporan Ekspedisi Gazelle]]
Penduduk Timor datang ke pulau ini sebagai bagian dari pemukiman umum di wilayah tersebut. Para antropolog berasumsi bahwa keturunan dari tiga gelombang imigrasi tinggal di sini, yang juga menjelaskan keragaman etnis-budaya di Timor.<ref>{{Cite web |date=8 July 2005 |title=Government of Timor-Leste: History |url=http://www.timor-leste.gov.tl/AboutTimorleste/history.htm |url-status=dead |archive-url=https://web.archive.org/web/20080725193729/http://www.timor-leste.gov.tl/AboutTimorleste/history.htm |archive-date=25 July 2008}}</ref> Orang Australia-Papua diperkirakan telah mencapai Timor dari utara dan barat sekitar 40.000 hingga 20.000 SM, pada Zaman Es terakhir. [[Atoni|Atoin Meto]], yang mendominasi Timor Barat, dianggap sebagai keturunan pemukim gelombang pertama ini, meskipun bahasa mereka merupakan salah satu [[bahasa Austronesia]]. Hal yang sama berlaku untuk [[Bahasa Helong|Helong]], yang awalnya mendiami wilayah sekitar [[Kabupaten Kupang|Kupang]] dan dipindahkan oleh Atoin Meto ke ujung paling barat pulau.<ref>{{Cite web |title=Royal Timor |url=http://www.royaltimor.com/Helong.html |url-status=dead |archive-url=https://web.archive.org/web/20110219190241/http://www.royaltimor.com/Helong.html |archive-date=19 February 2011}}</ref> Sekitar tahun 3000 SM, orang [[Melanesia]] datang dari barat melalui imigrasi gelombang kedua dan membawa Budaya kapak oval ke Timor. Masyarakat [[Bunak]] yang tinggal di perbatasan dengan Timor Timur termasuk di antara keturunan mereka. Masyarakat terakhir yang bermigrasi ke Timor pada zaman prasejarah adalah masyarakat [[Melayu]]. Terdapat indikasi berbeda mengenai apakah orang Melayu mencapai Timor dalam satu atau dua gelombang. Proto -Melayu dari [[Tiongkok selatan]] dan [[Indochina|Indochina utara]], kemungkinan mencapai Timor pada tahun 2500 SM. Mereka menyebar ke seluruh nusantara di bawah tekanan ekspansi masyarakat Asia Timur. Mungkin sekitar tahun 500 Masehi, [[Deutero-Melayu]] (yang muncul dari masyarakat [[Austronesia]] [[Zaman Besi]] yang dilengkapi dengan teknik pertanian yang lebih maju dan pengetahuan baru tentang logam){{sfn|Murdock|1969|p=278}}{{sfn|Ooi|2004|p=[https://books.google.com/books?id=QKgraWbb7yoC&pg=PA495 495]}}{{sfn|Anderbeck|2002}} menjadi populasi dominan di seluruh nusantara dan juga mencapai Timor. Suku [[Tetum]] di Timor Barat bagian timur merupakan kelompok etnis terbesar di Timor Timur dan merupakan keturunan imigran Melayu, begitu pula suku [[Kemak]] yang tinggal di perbatasan.
 
Kontak budaya baru-baru ini dengan penduduk dominan di Timor Barat, Atoin Meto, disebabkan oleh ketertarikan berbagai pedagang Asia (India dan Cina) dan Eropa (Portugal dan Belanda) terhadap sumber daya kayu cendana yang dulunya sangat kaya di pulau tersebut. Perdagangan [[Cendana|kayu cendana]] dengan Asia Tenggara, yang berlangsung selama berabad-abad, tidak meninggalkan dampak buruk pada budaya Timor. Semua pembeli cendana Timor telah meninggalkan jejaknya dari sudut pandang budaya.
Timor Barat adalah tempat penampungan pengungsi pada tahun 1998-2002, karena [[Krisis Timor Timur 1999|Konflik Timor Timur]] (Timor Leste) yang berkepanjangan. Beberapa kota yang memiliki penduduk paling banyak adalah [[Kota Kupang]] dengan penduduk lebih dari 400.000 jiwa, [[Kota Atambua]] dengan penduduk lebih dari 86.000 jiwa, [[Kefamenanu|Kota Kefamenanu]] dengan penduduk lebih dari 40.000 jiwa, [[Soe (kota)|Kota Soe]] dengan penduduk lebih dari 40.000 jiwa. Rata-rata penduduk di [[Kota Atambua]] memiliki aliran darah Timor Leste.
 
=== SejarahPortugis ===
Kolonisasi Eropa pertama di Timor terjadi pada abad ke-16. Pada tahun 1512 (sumber lain menyebutkan tahun 1509 atau 1511), navigator Portugis [[António de Abreu]] adalah orang Eropa pertama yang menemukan pulau Timor untuk mencari [[Kepulauan Rempah-Rempah]].<ref name="RICKLEFSp24">{{cite book |last=Ricklefs |first=M.C. |title=A History of Modern Indonesia since c.1300 |publisher=Macmillan |year=1991 |isbn=0-333-57689-6 |edition=2nd |location=London |page=24}}</ref><ref>{{cite book |last=Hannard |first=Willard A. |title=Indonesian Banda: Colonialism and its Aftermath in the Nutmeg Islands |publisher=Yayasan Warisan dan Budaya Banda Naira |year=1991 |location=[[Bandanaira]] |pages=7–8}}</ref> Ketika Portugis pertama mencapai Timor, mereka menemukan penduduknya terbagi menjadi banyak kerajaan kecil yang relatif independen satu sama lain. Bagian tengah pulau didominasi oleh [[Wehali|Kerajaan Wehale (Wehali)]] dengan sekutunya antara suku suku Tetum, Bunak, dan Kemak. Tetum membentuk inti kerajaan. Ibu kota desa Laran di wilayah Timor Barat saat ini merupakan pusat spiritual seluruh pulau pada saat itu.<ref>L. de Santa Catharina (1866), ''História de S. Domingos, Quatra parte''. Lisboa: Panorama, p. 300.</ref> Mengikuti model Wehale, muncullah kerajaan kedua di Timor Barat, yaitu kerajaan [[Sonbai|Sonba'i]].<ref>H. G. Schulte Nordholt (1971), ''The political system of the Atoni of Timor'', pp. 262-74.</ref>
Selama masa penjajahan, kawasan ini dinamakan [[Timor Belanda]] dan menjadi pusat pejuang asal [[Belanda]] pada masa [[Indonesia: Era 1945-1949|Perang Kemerdekaan Indonesia]] ([[1945]] - [[1949]]). Pada tahun 1950, Timor Belanda berubah menjadi Timor Indonesia. Nama Timor Barat digunakan pada tahun 1975, ketika Indonesia menduduki [[Timor Portugis]] ([[Timor Timur]]).
 
Pada tahun 1556, [[Ordo Dominikan]] mendirikan desa [[Lifau]],<ref>{{cite book |last=Heuken |first=Adolf |title=A History of Christianity in Indonesia |date=2008 |publisher=Brill |isbn=978-90-04-17026-1 |editor-last1=Aritonang |editor-first1=Jan Sihar |pages=73–97 |chapter=Chapter 4: The Solor-Timor mission of the Dominicans, 1562-1800 |volume=35 |jstor=10.1163/j.ctv4cbgb1.9 |editor-last2=Steenbrink |editor-first2=Karel |chapter-url=https://www.jstor.org/stable/pdf/10.1163/j.ctv4cbgb1.9.pdf}}</ref> enam kilometer sebelah barat [[Pante Makasar]] saat ini, untuk mengamankan perdagangan kayu cendana. Portugal awalnya mendirikan beberapa garnisun dan pos perdagangan di Timor. Baru ketika ancaman dari Belanda meningkat barulah Portugis mulai memperluas posisinya. Pedagang Belanda pertama kali mencapai Timor pada tahun 1568.
 
Untuk memperluas kendali mereka hingga ke pedalaman pulau, Portugis memulai invasi besar-besaran pada tahun 1642 di bawah [[Francisco Fernandes (komandan)|Francisco Fernandes]]. Namun, tindakan ini dibenarkan oleh perlindungan para penguasa [[Kristenisasi|Kristen]] di wilayah pesisir. Kristenisasi sebelumnya mendukung Portugis dalam kemenangan mereka yang cepat dan brutal, karena pengaruh mereka terhadap masyarakat Timor telah melemahkan perlawanan. Fernandes mula-mula bergerak melalui daerah Sonba'i dan kemudian dengan cepat menaklukkan kerajaan Wehale, yang dianggap sebagai pusat keagamaan dan politik di pulau itu.<ref name=":3">{{Cite journal |title=History of Timor |url=http://pascal.iseg.utl.pt/~cesa/History_of_Timor.pdf |journal=[[Technical University of Lisbon]]|archive-url=https://web.archive.org/web/20090324213447/http://pascal.iseg.utl.pt/~cesa/History_of_Timor.pdf |archive-date=24 March 2009 }}</ref> Setelah kemenangan tersebut, imigrasi [[Topasses]] terus meningkat. Mereka adalah [[mestizo]] yang nenek moyangnya adalah penduduk pulau [[Solor]] dan [[Flores]] dan Portugis. Pusat Topasses menjadi Lifau, markas utama Portugis di Timor. Belakangan, suku Topass juga menetap di pedalaman di desa [[Kefamenanu]] dan [[Niki-Niki]] yang sekarang, Mereka diberi tanah oleh penguasa setempat dan segera membentuk kerajaan lokal mereka sendiri, seperti [[Noimuti]], dan menjadi kekuatan di pulau itu.<ref name=":0">{{Cite web |last=Resture |first=Jane |title=Jane's Oceania - Timor |url=http://www.janesoceania.com/timor/index.htm |url-status=dead |archive-url=https://web.archive.org/web/20180109075501/http://www.janesoceania.com/timor/index.htm |archive-date=9 January 2018}}</ref> Dua klan, ''Hornay'' dan ''Costa'', kadang-kadang menguasai sebagian besar wilayah Timor, dan bukannya tanpa konflik di antara mereka.<ref>{{Cite web |last=Durand |first=Frédéric |title=Three centuries of violence and struggle in East Timor (1726-2008) |url=https://www.sciencespo.fr/mass-violence-war-massacre-resistance/ |access-date=2023-11-01 |website=Online Encyclopedia of Mass Violence}}</ref>
 
=== Belanda ===
[[File:Dampier-nh2-04.jpg|thumb|326x326px|Kerajaan Copang pada peta karya [[William Dampier]], 1699]]
Pada tahun 1640, Belanda membangun benteng pertama mereka di Timor dekat [[Kupang]] dan pembagian politik pulau tersebut dimulai. [[Kabupaten Kupang|Teluk Kupang]] dianggap sebagai [[pelabuhan alami]] terbaik di seluruh pulau. Sejak tahun 1642, sebuah benteng sederhana kembali melindungi pos Portugis. Dua serangan Belanda terhadapnya gagal pada tahun 1644. Untuk pertahanan yang lebih baik, Dominikan di bawah ''Antonio de São Jacointo'' membangun benteng baru pada tahun 1647, namun pada tahun 1653 Belanda menghancurkan pos Portugis dan akhirnya berhasil menaklukannya pada tanggal 27 Januari 1656 dengan kekuatan yang kuat di bawah pimpinan Jendral ''Arnold de Vlamigh van Outshoorn''. Namun Belanda harus segera mundur dari benteng tersebut karena mengalami kerugian besar setelah mengikuti Topasse ke luar Kupang. Namun untuk saat ini, pengaruh Belanda masih terbatas pada wilayah Timor saja, kecuali [[Maubara]], yang jatuh ke tangan Belanda pada tahun 1667. Hingga penaklukan terakhir benteng Portugis di Teluk Kupang pada tahun 1688, [[Perusahaan Hindia Timur Belanda]] (VOC) membuat perjanjian dengan lima penguasa kecil di wilayah ini, "lima sekutu setia" ([[Sonbai Kecil]], Helong, [[Amabi]] di 1665, [[Amfo'an]] di 1683 dan [[Taebenu]] di 1688).<ref>{{Cite web |title=retro{{!}}bib - Seite aus Meyers Konversationslexikon: Timomachos - Timur |url=https://www.retrobibliothek.de/retrobib/seite.html?id=115739 |access-date=2023-11-01 |website=www.retrobibliothek.de}}</ref> Pada pertengahan abad ke-18, Timor terbagi menjadi dua bagian menurut sudut pandang Portugis. Bagian barat yang lebih kecil terdiri dari provinsi [[Servião]] dengan 16 kerajaan lokal dan dikuasai oleh Topasses.<ref name=":1">{{Cite journal |last=Hägerdal |first=Hans |title=Servião and Belu: Colonial conceptions and the geographical partition of Timor |url=http://www.isp.msu.edu/studiesonasia/s3_v3_n1/3_3_1Hagerdal.pdf |journal=University of Vaxjo|archive-url=https://web.archive.org/web/20060907191041/http://www.isp.msu.edu/studiesonasia/s3_v3_n1/3_3_1Hagerdal.pdf |archive-date=7 September 2006 }}</ref> Bagian timurnya adalah [[Belu (provinsi)|provinsi Belu]] (Bellum) dan terdiri dari 46 kerajaan.<ref>{{cite book |author=H.G. Schulte Nordholt |title=The Political System of the Atoni of Timor |publisher=Springer Science & Business Media |year=2013 |isbn=978-94-015-1013-4 |editor=M.J.L. Yperen}}</ref><ref name=":1" /> Tiga kali Topass juga berusaha mengusir Belanda dari Timor. Namun, ketika serangan Portugis dan Topasses di Kupang berakhir dengan bencana pada tahun 1749, meski jumlahnya lebih banyak, kekuasaan keduanya di Timor Barat runtuh. Pada [[Pertempuran Penfui]] (sekarang [[Bandara Internasional El Tari]] Kupang terletak di sana), [[Gaspar da Costa|Capitão-Mor Gaspar da Costa]] dan banyak pemimpin Topasse lainnya terbunuh. Sebanyak 40.000 prajurit Topass dan sekutunya dikatakan tewas. Akibat kekalahan tersebut, kekuasaan Portugis dan Topasses di Timor Barat runtuh.{{sfn|Hägerdal|2012|pp=367–369}}{{sfn|Nordholt|2014|p=181}}
 
Pada bulan April 1751, [[Liurais dari Servião]] bangkit; menurut salah satu sumber, Gaspar hanya menemui ajalnya di sini.<ref>{{Cite journal |date=10 December 1750 |title=Rebelião na província de Servião : Letter from the Bishop of Malacca |url=http://siarq.iict.pt/pagman/iman001.asp?RCODOBJ=102083000048&CODDES=234&txtDes=prov%C3%83%C6%92%C3%86%E2%80%99%C3%83%E2%80%A0%C3%A2%E2%82%AC%E2%84%A2%C3%83%C6%92%C3%A2%E2%82%AC%C5%A1%C3%83%E2%80%9A%C3%82%C2%ADncia&offset=0 |journal=Instituto de Investigação Científica Tropical}}</ref> Pada tahun 1752, Belanda menyerang [[Amarasi|Kerajaan Amarasi]] dan Kerajaan Topasse [[Noimuti]]. Serangan ini dipimpin oleh [[Hans Albrecht von Plüskow]] Jerman, yang merupakan komandan Belanda di Kupang. Dia dibunuh oleh rencana pembunuhan Topasse di Lifau pada tahun 1761. Belanda juga memanfaatkan kampanye ini untuk memburu budak guna melayani kebutuhan perkebunan di Maluku.<ref>{{Cite journal |last=Fiedler |first=H. |date=1931 |title=Hans Albrecht von Plüskow as head of Timor: History of a small cantor of the VOC 1758-1761 |journal=Deutsche Wacht}}</ref> Pada tahun 1752, [[Keuskupan Katolik Roma Melaka–Johor|Uskup Malaka]] mencap perdagangan budak oleh Belanda, yang juga dijual kepada orang Tionghoa dan Arab, sebagai kejahatan yang berujung pada ekskomunikasi bagi umat Katolik.<ref>{{Cite journal |last=Jongeneel |first=Jan A.B. |date=2010 |title=Jan Sihar Aritonang and Karel Steenbrink (eds.), A History of Christianity in Indonesia, Leiden et al.: Brill 2008, 1004 p., ISBN 978-90-04-17026-1, price € 179.00. |url=http://dx.doi.org/10.1163/016627410x12560074289360 |journal=Exchange |volume=39 |issue=1 |pages=104–106 |doi=10.1163/016627410x12560074289360 |issn=0166-2740}}</ref>
[[File:COLLECTIE TROPENMUSEUM Aquarel van het feestmaal georganiseerd door Paravicini TMnr 3728-541a.jpg|thumb|Perayaan di mana Paravicini dikelilingi oleh penguasa lokal, 1756]]
Pada tahun 1755, Perusahaan Hindia Timur Belanda (VOC) mengirimkan [[John Andrew Paravicini]] untuk merundingkan perjanjian dengan penguasa di beberapa [[Kepulauan Sunda Kecil]]. Pada tahun 1756, 48 Raja Kecil [[Solor]], [[Pulau Rote|Roti]], [[Savu|Sawu]], [[Sumba]] dan sebagian besar Timor Barat membuat aliansi dengan VOC. Inilah awal pemerintahan Belanda di wilayah yang sekarang disebut Timor Barat Indonesia. Di antara mereka adalah Jacinto Correa (Hiacijinto Corea), Raja Wewiku-Wehale dan Pangeran Agung Belu, yang juga menandatangani [[Perjanjian Paravicini]] yang meragukan atas nama 27 wilayah yang bergantung padanya di Timor tengah.<ref name=":2">{{Cite journal |last=Fox |first=James J. |date=December 9, 1996 |title=The Paradox of Powerlessness: Timor in Historical Perspective |url=http://dspace.anu.edu.au/bitstream/1885/41370/1/TimorOslo_Paper.pdf |url-status=dead |journal=Department of Anthropology, Research School of Pacific and Asian Studies, the Australian National University |archive-url=https://web.archive.org/web/20070706232737/http://dspace.anu.edu.au/bitstream/1885/41370/1/TimorOslo_Paper.pdf |archive-date=July 6, 2007}}</ref> Untungnya bagi Portugis, Wehale tidak lagi cukup kuat untuk menarik semua penguasa lokal ke pihak Belanda. Dengan demikian, bekas pengikut Wehale di bagian timur tetap berada di bawah bendera Portugal, sedangkan Wehale sendiri berada di bawah kekuasaan Belanda.<ref>{{Cite journal |last=Yoder |first=Laura Suzanne Meitzner |date=2005 |title=Custom, Codification, Collaboration: Integrating the Legacies of Land and Forest Authorities in Oecusse Enclave, East Timor. |url=http://oecusse.com/adat/docs/Custom_Codification.pdf |url-status=dead |journal=Yale University |pages=82–83 |archive-url=https://web.archive.org/web/20070307033640/http://oecusse.com/adat/docs/Custom_Codification.pdf |archive-date=March 7, 2007}}</ref>
[[File:Ostindienfahrer.jpg|left|thumb|190x190px|Replika seorang Hindia Timur Belanda tahun 1748]]
Pada tanggal 11 Agustus 1769, gubernur Portugis Antonio Jose Teles de Meneses terpaksa meninggalkan Lifau oleh Topasses. Ibu kota baru Portugis di Timor adalah Dili di sebelah timur pulau.<ref>D. Carlos Filipe Ximenes Belo (2013), ''História da Igreja em Timor-Leste: 450 Anos de Evangelização, 1562-1940'', 1.º volume, Porto, Fundação Eng. António de Almeida, p. 223.</ref> Topaz Francisco da Hornay menawarkan Lifau kepada Belanda, tetapi setelah mempertimbangkan dengan cermat mereka menolak.<ref name=":2" />
 
Namun, kekuasaan Belanda masih terbatas di wilayah barat dan sebagian besar berada di tangan sekutu mereka, Timor. Pada tahun 1681, Belanda menaklukkan pulau Roti di bagian barat, tempat para budak kemudian dibawa ke Timor.<ref name="PAROTW433">{{cite book |author=Бернова А. А. & Членов М. А. |title=Народы и религии мира. Энциклопедия |publisher=М.: Большая Российская энциклопедия |year=1999 |editor=Тишков В.А. |page=433}}</ref> Belanda juga merekrut tentara untuk pasukan mereka di sana dan membangun sekolah setelah penguasa setempat berpindah agama menjadi Kristen pada tahun 1729. [[Orang Roten]] menjadi elit yang terpelajar. Untuk menggunakan mereka sebagai penyeimbang terhadap orang Timor, Belanda mendorong imigrasi mereka ke Timor Barat, sehingga mereka masih ada di sini sampai sekarang.<ref name=":0" />
 
Namun Belanda juga harus menghadapi pemberontakan pada tahun 1750-an dan 1780-an. Yang terburuk adalah hilangnya kembali [[Sonbai Besar|Sonba'i Besar]]. Penguasa, Kau Sonbai , secara terbuka memisahkan diri dari Belanda pada tahun 1783, meninggalkan Kupang dan mendirikan kembali Sonba'i sebagai kerajaan pedalaman yang merdeka, terus-menerus mengadu domba Belanda dan Portugis. [[Sonbai kecil]] tetap berada di bawah kendali Belanda.<ref>H. Hägerdal (2007), 'Rebellions or Factionalism? Timorese Forms of Resistance in an Early Colonial Context', ''Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde'' 163-1, p. 18.</ref> Alasan terjadinya pemberontakan mungkin karena kekurangan dalam administrasi VOC, yang kini menjadi jelas dengan perluasan domain. Setelah tahun 1733, VOC mengalami kekurangan personel akibat wabah [[malaria]] di [[Batavia, Hindia Belanda|Batavia]]. Situasinya bahkan lebih buruk lagi terjadi di Kupang, dimana tingkat kematian di kalangan masyarakat Eropa akibat penyakit malaria sangat tinggi. Paravicini, salah satu orang yang sangat memuji VOC dalam perjanjiannya, Paravicini, di antara semua orang, yang sangat memuji VOC dalam perjanjiannya, menggambarkan personel mereka sebagai orang yang buruk, tidak jujur, serakah, kejam, dan ketidaktaatan akan merajalela bersamanya. Mereka memaksa penguasa lokal untuk membeli barang dengan harga yang sangat mahal dan Opperhoofd (pemukim) memangsa raja-raja yang miskin. Kerajaan-kerajaan Timor terpaksa mengirimkan pasukan dan 200 orang setiap tahunnya untuk mendulang emas di pegunungan. Baik ekspedisi militer maupun pencarian emas tidak membawa keberhasilan yang diinginkan. Sebaliknya, ketidakpuasan di kalangan masyarakat Timor Timur semakin meningkat. Pasalnya, kecelakaan saat mencari emas juga bisa membahayakan bupati. Seorang Belanda melaporkan pada tahun 1777, ketika lima tambang emas runtuh, bahwa kerabat para korban dapat membalas dendam kepada penguasa yang mengirim mereka untuk mencari emas. Ada juga masalah korupsi dan juga dengan [[Orang Mardijker|Mardijkers]], yang setara dengan Topasse di Belanda, tetapi sebagian besar dari mereka belum menganut agama Kristen. Mereka dipandang sebagai kelompok arogan yang berusaha memperluas pengaruhnya di wilayah tersebut.<ref>{{Cite journal |last=Hägerdal |first=Hans |date=2008-01-01 |title=Rebellions or factionalism? Timorese forms of resistance in an early colonial context, 1650-1769 |url=https://brill.com/view/journals/bki/163/1/article-p1_1.xml |journal=Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde |language=en |volume=163 |issue=1 |pages=1–33 |doi=10.1163/22134379-90003678 |s2cid=161915149 |issn=0006-2294|doi-access=free }}</ref><ref>{{Cite web |title=Royal timor - Sonbai |url=http://www.royaltimor.com/Sonbai_Article.html |url-status=dead |archive-url=https://web.archive.org/web/20110715205124/http://www.royaltimor.com/Sonbai_Article.html |archive-date=15 July 2011}}</ref>
[[File:UvA-BC 300.144 - Siboga - Noimini-bocht op het eiland Timor (Noimina-bocht).jpg|thumb|[[Teluk Noimini]] di pantai selatan Timor Barat. Foto [[Ekspedisi Siboga]] oleh [[Max Carl Wilhelm Weber|Max Wilhelm Carl Weber]] (1899/1900).]]
[[William Bligh]] mencapai Kupang bersama pengikutnya pada tahun 1789 setelah terdampar di laut selama [[pemberontakan di Bounty]].{{sfn|Hough|1972|p=189}}
 
Pada tahun 1790, pemberontakan di Sonba'i dan Maubara berhasil dipadamkan oleh Belanda, namun koloni tersebut terus mengalami masalah hingga abad ke-19 dan Belanda gagal menguasai bagian dalam pulau tersebut. Pada tahun 1799, Perusahaan Hindia Timur Belanda bangkrut dan pemerintah Belanda mengambil alih pemerintahan Timor Barat, meskipun tidak menunjukkan minat terhadap Kupang yang tidak menarik secara ekonomi dan terpencil. Perdagangan terutama dilakukan oleh orang Tionghoa.
 
Pada tahun 1797, Inggris berusaha menduduki Kupang, karena khawatir Perancis akan menguasai wilayah ini setelah pendudukan [[Republik Batavia|pendudukan Belanda]]. Namun Inggris berhasil diusir oleh panglima Belanda dengan bantuan penduduk setempat dan para budak. Runtuhnya perusahaan tersebut menyebabkan pada tahun 1799, wilayah tersebut kembali ke kekuasaan resmi Belanda. Pada masa [[Perang Napoleon]], Inggris berhasil menduduki Kupang pada tahun 1811. Pada tahun 1812, kekuasaan Inggris diperluas ke seluruh Timor Barat Belanda. Baru setelah Wangsa Oranye-Nassau kembali ke tahta Belanda barulah Belanda secara resmi mendapatkan kembali kepemilikan Timor mereka pada tanggal 7 Oktober 1816.<ref>Monika Schlicher: ''Portugal in Osttimor. Eine kritische Untersuchung zur portugiesischen Kolonialgeschichte in Osttimor 1850 bis 1912''. Abera, Hamburg 1996, {{ISBN|3-931567-08-7}}, (''Abera Network Asia-Pacific''&nbsp;4), (Zugleich: Heidelberg, Univ., Diss., 1994).</ref><ref name=":3" /> Pada awal tahun 1815, pasukan Belanda telah gagal dalam upaya membawa Raja pemberontak tersebut [[Amanuban]] (Amanubang) kembali di bawah kendali mereka. Ia adalah seorang penguasa Kristen di Timor Barat yang pernah mengenyam pendidikan di Kupang dan juga pernah mengunjungi kota metropolitan kolonial Belanda, Batavia. Pada tahun 1816, ekspedisi militer kedua gagal total karena taktik gerilya Timor. Enam puluh tentara Belanda tewas, sedangkan pemberontak hanya menderita enam korban jiwa. Hingga tahun 1915, Belanda masih harus mengirimkan ekspedisi militer ke pedalaman hampir setiap tahun untuk menenangkan penduduk asli, sebagian besar melawan Kerajaan Amanuban.
[[File:Westtimor 1911.png|thumb|Timor Belanda (oranye) dan Portugis (hijau) seperti yang dilihat oleh Belanda (1911)]]
Pada tahun 1851, gubernur Portugis [[José Joaquim Lopes de Lima]] mencapai kesepakatan dengan Belanda mengenai batas-batas kolonial di Timor, tapi tanpa izin dari Lisbon. Di dalamnya, bagian barat, kecuali eksklave [[Oecusse|Oe-Cusse Ambeno]], diserahkan kepada Belanda.<ref>{{Cite web|last=Teles |first=Miguel Galvão |title=East Timor in Reprint of the II Supplement to the Legal Dictionary of Public Administration |url=https://www.mlgts.pt/xms/files/v1/Publicacoes/Artigos/446.pdf }}</ref> Tak perlu dikatakan lagi, gubernur tersebut kecewa dan digulingkan ketika Lisbon mengetahui perjanjian tersebut. Namun perjanjian tersebut tidak dapat dibatalkan, meskipun perjanjian tentang perbatasan telah dinegosiasi ulang pada tahun 1854 dan baru diratifikasi pada tahun 1859 sebagai [[Perjanjian Lisbon]]. Berbagai kerajaan kecil di Timor terpecah di bawah kekuasaan Belanda dan Portugis. Namun perjanjian tersebut memiliki beberapa kelemahan. Satu kantong tanpa akses ke laut tetap berada di wilayah pihak lain. Selain itu, ketidaktepatan perbatasan kerajaan-kerajaan Timor dan klaim tradisional mereka menjadi dasar demarkasi kolonial.<ref>{{Cite book |last=Portugal |url=https://books.google.com/books?id=4gMMAAAAYAAJ&q=tratado+de+lisboa+de+1859 |title=Tratado de demarcação e troca de algumas possessões portuguezas e neerlandezas no Archipelago de Solor e Timor entre sua magestade el-rei de Portugal e sua magestade el-rei dos Paizes Baixos assignado em Lisboa pelos respectivos plenipotenciarios aos 20 de abril de 1859 |date=1861 |publisher=Imprensa nacional |language=pt}}</ref>
 
Sejak tahun 1872 dan seterusnya, Belanda menyerahkan "urusan dalam negeri" kepada penguasa pribumi, yang dengan demikian dapat melanjutkan perdagangan budak dan pembajakan tanpa hambatan serta melakukan penggerebekan di tempat lain. Namun pada tahun 1885, salah satu kerajaan besar di Timor Barat, Sonba'i, jatuh ke dalam anarki setelah kematian Raja. Ketika gubernur Belanda dan garnisunnya tidak berada di Kupang, ibu kota kolonial malah diduduki pemberontak. Belanda kemudian meninggalkan kebijakan non-intervensi terhadap urusan dalam negeri penguasa yang dikuasainya. Kemudian [[Gubernur Jenderal Hindia Belanda|Gubernur Jenderal]], [[Jan Jacob Rochussen]], mengirim pasukan dan menempatkan bagian dalam pulau di bawah administrasi militer. Para penguasa kembali dipaksa untuk menandatangani perjanjian (''Korte Verklaring'') di mana mereka mengakui kedaulatan Belanda dan dilarang berhubungan dengan kekuatan asing.
 
Hanya setelah tiga negosiasi lagi (1893, 1904 dan 1913) antara kedua kekuatan kolonial tersebut masalah [[perbatasan Timor Timur – Indonesia|perbatasan akhir]] terselesaikan. Pada tanggal 17 Agustus 1916, perjanjian ditandatangani di Den Haag yang menetapkan perbatasan antara Timor Timur dan Barat yang masih ada sampai sekarang.<ref name="Deeley">{{Citation |last=Deeley |first=Neil |title=The International Boundaries of East Timor |date=2001 |url=https://www.dur.ac.uk/ibru/publications/view/?id=220 |access-date=22 September 2020 |publisher=IBRU, University of Durham |language=en}}</ref> Perselisihan mengenai perbatasan antara Portugal dan Belanda dan pandangan penduduk asli mengenai apakah mereka milik Barat atau Timur mempunyai konsekuensi yang berlanjut hingga saat ini. Berbagai suku bangsa yang tergabung dalam Kerajaan Wehale atau sekutu dekatnya terpecah belah oleh perbatasan. Saat ini, Tetum, Bunak dan Kemak tinggal di Timor Barat Indonesia dan di Timor Timur merdeka. Secara tradisional, masih ada pemikiran di kalangan masyarakat ini tentang [[Timor Besar|Timor Bersatu]]. Terdapat konflik antara berbagai kerajaan di Timor, yang sudah ada sejak masa pra-kolonial. Berbagai sebab kemudian dapat memicu pecahnya konflik bersenjata antar masyarakat Timor. Misalnya, suku ''Mold'' dan ''Miomafo'' di Timor Barat bagian tengah-selatan memperebutkan tambang emas antara tahun 1760 dan 1782. Dari tahun 1864 hingga 1870, ''Sonba'i'' dan ''suku Sorbia'' dari ''Amfo'an'' memperebutkan hak untuk menggunakan beberapa [[pohon sirih]] di Kupang. kerajaan.<ref name=":3" />
 
Belanda, seperti halnya Portugis di bagian timur pulau ini, mengalami kesulitan dalam membiayai koloninya. Kapten korvet Portugis Sa de Bandeira melaporkan dari kunjungannya pada tahun 1869 bahwa Belanda tidak dapat membalas hormat 21 senjatanya karena mereka kekurangan senjata dan tentara. Kapten Portugis melihat ini sebagai contoh cara "administrasi ekonomi" Belanda.<ref name=":3" /> Pada tahun 1875, kapal ekspedisi Jerman SMS Gazelle mengunjungi Kupang dalam perjalanan mengelilingi dunia. Studi ekstensif terhadap daerah sekitarnya telah dilakukan.<ref>{{Cite book |last=N/A |url=https://edoc.hu-berlin.de/handle/18452/686 |title=Die Forschungsreise S.M.S. |date=1889-01-01 |publisher=Humboldt-Universität zu Berlin |isbn=978-1-110-06990-3}}</ref>
 
=== Abad ke-20 ===
[[File:COLLECTIE TROPENMUSEUM Residentiehuis Koepang TMnr 60022905.jpg|thumb|Rumah Belanda [[Residen (gelar)|Residen]] di Kupang (c. 1900)]] Pada abad ke-20, Timor Barat berstatus ''[[Residen]]'' di Hindia Belanda untuk memudahkan administrasi. Lemahnya kekuasaan Belanda di Timor Barat terlihat dari kenyataan bahwa pada tahun 1904 mereka hanya bisa memaksa audiensi resmi dengan penguasa Wehale di ibu kotanya, Laran, dengan menggunakan kekuatan militer. Ini merupakan pertemuan langsung pertama perwakilan Belanda dengan "Kaisar" (Keizer).<ref name=":2" />
[[File:COLLECTIE TROPENMUSEUM De Radja van Amarasi met krijgers TMnr 10001759.jpg|thumb|Ketua Molo [[Kerajaan Amarasi|Amarasi]] bersama delegasi mengunjungi perwakilan Belanda di Babau]]
Pada tahun 1905, Belanda akhirnya ingin membawa penguasa Timor di koloni mereka ke bawah kendali mereka. Liurai ( atau Raja ) diminta bersumpah kepada Belanda dan menyerahkan wewenangnya kepada administrator Belanda. Sebagai imbalannya, mereka diberikan otonomi di wilayah mereka. Liurai akan mengambil alih pemungutan pajak untuk Belanda. Dampaknya adalah pecahnya pemberontakan di seluruh Timor Barat sejak tahun 1906 dan seterusnya. Reaksi Belanda datang dengan cepat. Di Niki-Niki, Liurai setempat dan keluarganya dikepung oleh pasukan Belanda hingga menyebabkan mereka bunuh diri. Pemberontakan berlanjut hingga tahun 1916, ketika penguasa Timor Barat harus menerima Belanda sebagai tuan baru mereka.
 
Pada tahun 1920-an dan 1930-an, organisasi-organisasi politik masyarakat adat yang pertama muncul, seperti Timorsch Verbond pada tahun 1922,<ref>{{Cite web |last1=Jumaidi |first1=Susanto |last2=Indriawati |first2=Tri |date=2023-03-20 |title=Timorsch Verbond, Organisasi Perlawanan di Indonesia Timur Halaman all |url=https://www.kompas.com/stori/read/2023/03/20/150000979/timorsch-verbond-organisasi-perlawanan-di-indonesia-timur |access-date=2023-11-01 |website=Kompas |language=id}}</ref> Timor Evolutie pada tahun 1924,<ref name=":4">{{Cite book |last=Farram |first=Steven |url=https://books.google.com/books?id=zT7fPwAACAAJ |title=A Political History of West Timor 1901-1967 |date=2009 |publisher=Lap Lambert Academic Publishing GmbH KG |isbn=978-3-8383-0219-5 |language=en}}</ref> dan aneksasi Timor pada tahun 1926. mahasiswa membentuk Jongeren Timor di Bandung,<ref name=":4" /> salah satu anggotanya adalah pembuat bom terkenal dan pahlawan nasional, [[Herman Johannes]].<ref>{{Cite web |title=Penjabat Kabinet - Herman Johannes |url=https://kepustakaan-presiden.perpusnas.go.id/cabinet_personnel/?box=detail&id=116&from_box=list_245&hlm=1&search_tag=&search_keyword=&activation_status=&presiden_id=1&presiden=sukarno |website=Perpusnas Presiden Indonesia}}</ref> Perkembangan ini berlawanan dengan apa yang terjadi di Timor Timur Portugis, dimana kediktatoran menekan kerja politik. [[Perserikatan Nasional Indonesia]] (PNI) juga mulai mendapatkan pengaruh di Timor Barat dan [[Partai Komunis Indonesia]] (PKI) membuka cabang di Kupang pada tahun 1925. Di sana, partai tersebut menuntut pengurangan pajak dan diakhirinya kerja paksa, yang berujung pada penghapusan pajak. pemenjaraan dan pengasingan pemimpinnya Christian Pandie.<ref>{{Cite journal |last=Farram |first=Steven |date=2002 |title=Revolution, Religion and Magic: The PKI in West Timor, 1924-1966 |journal=Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde |volume=158 |issue=1 |pages=21–48 |doi=10.1163/22134379-90003785 |jstor=27865812 |issn=0006-2294|doi-access=free }}</ref><ref name=":3" />
[[File:Japanische Invasion bei Kupang 1942.png|thumb|Invasi Jepang ke Kupang (1942)]]
Selama [[Perang Dunia II|Perang Dunia Kedua]], Timor diduduki oleh tentara Kekaisaran Jepang. Pada malam tanggal 19‒20 Februari 1942, unit Jepang mendarat di Kupang dan menguasai hampir seluruh Timor Barat pada akhir bulan selama [[Pertempuran Timor]]. Jepang baru secara resmi menyerah di Timor Barat pada tanggal 11 September 1945 dalam sebuah upacara di [[HMAS Moresby (1918)|HMAS Moresby]], Australia. Setelah kemerdekaan Indonesia , Timor Barat menjadi bagian dari Republik Indonesia yang baru.
 
Hampir setahun, [[Permesta|Gerakan Permesta]] yang berasal dari [[Sulawesi]],Gerakan ini, yang diduga didukung oleh [[CIA]], berperang melawan pemerintah pusat di Jakarta hingga dikalahkan oleh pasukan Indonesia pada bulan Maret 1958. 14 anggota Permesta berhasil melarikan diri ke eksklave Portugis di Oe-Cusse Ambeno. Mereka dikatakan bertanggung jawab atas [[Pemberontakan Viqueque]] di Timor Portugis pada tahun 1959.<ref>Ernest Chamberlain: ''[http://tlstudies.org/pdfs/tlsa_conf_whole.pdf#page=174 The 1959 Rebellion in East Timor: Unresolved Tensions and an Unwritten History] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20170712143732/http://www.tlstudies.org/pdfs/tlsa_conf_whole.pdf#page=174|date=2017-07-12}}'', Accessed in 11 October 2018.</ref>
 
Pemerintahan daerah tetap berada di tangan Liurai sampai tahun 1958. Meskipun mereka kemudian dicopot dari kekuasaan, keluarga mereka masih mempunyai pengaruh besar dalam masyarakat Timor Barat. Sejak tahun 1988, telah terjadi peningkatan upaya untuk mengembangkan wilayah tersebut.
 
Timor Barat pernah menjadi tempat penampungan pengungsi pada tahun 1998 hingga 2002, akibat [[Krisis Timor Timur 1999|konflik Timor Timur]] yang berkepanjangan. Pada tanggal 6 September 2000, Pero Simundza dari Kroasia, Carlos Caceres-Collazio dari Puerto Rico dan Samson Aregahegn dari Ethiopia – semuanya anggota staf UNHCR – tewas dalam serangan yang dilakukan oleh 5.000 anggota milisi pro-Indonesia, bersenjatakan parang, di kantor UNHCR di kota Atambua, yang berada di sekitar perbatasan dengan Timor Timur dan merupakan lokasi kamp pengungsi utama.<ref>{{Cite web |last=Masterman |first=Sue |date=September 6, 2000 |title=3 U.N. Workers Dead in West Timor Rampage |url=https://abcnews.go.com/International/story?id=82698&page=1 |access-date=2023-07-11 |website=ABC News |language=en}}</ref>
 
== Geografi ==