Kerajaan Gelgel: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Dikembalikan VisualEditor
k Update dari Sumber Babad Dalem Klungkung, Prasasti Kuwun milik Dewa Sumerta
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(12 revisi perantara oleh 7 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Sejarah Indonesia}}
'''Kerajaan Gelgel''' adalah salah satu negara berbentuk kerajaan yang pernah didirikan di [[Pulau Bali]].{{Sfn|Diana|2016|p=60}} Wilayah kekuasaannya mencakup seluruh Pulau Bali, [[Pulau Lombok]] dan [[Pulau Sumbawa]].{{Sfn|Kartini|2011|p=121}} Kerajaan Gelgel menerapkan sistem pemerintahan yang disesuaikan dengan [[Majapahit|Kerajaan Majapahit]].{{Sfn|Alit|2017|p=2}} Masyarakatnya terbagi menjadi Bali [[Agama Hindu|Hindu]] dan Bali Aga.{{Sfn|Suwitha|2019|p=8}} Keberhasilan Ekspedisi Majapahit-Bali pada tahun 1343 masehi menempatkan Arya Kutawaringin sebagai Penguasa Wilayah Gelgel. Kerajaan Gelgel berdiri setelah Kyayi Klapodiana/I Gusti Kubontubuh menjemput dan menghaturkan Istananya kepada Ida Sri Semara Kepakisan (Ngelesir) pada tahun 1383 masehi,dan berakhir pada masa pemerintahan [[Ki Agung Maruti]] setelah diserang oleh pasukan [[Dewa Agung Jambe I]] pada tahun 1687.{{Sfn|Suwitha|2019|p=5}}
 
== Wilayah Kekuasaan ==
[[File:Bali Kingdom Gelgel.svg|thumb|Wilayah kekuasaan Kerajaan Gelgel pada pertengahan abad ke-16 wilayah kekuasaanya mencakup Blambangan (Banyuwangi) hingga Sumbawa bagian barat]]
Raja Kerajaan Gelgel yang pertama adalah [[Dalem Ketut|Dalem Ketut Ngelesir]], beliau diabhiseka tahun 1383 M dan menempati bekas puri Arya Kuthawaringin, yang dihaturkan oleh Kyayi Agung Bendesa Gelgel putra tertua Arya Kuthawaringin, dan puri tersebut dikenal dengan nama ''Puri Suwecalinggarsapura''.{{butuh rujukan}} Ia adalah keturunan dari seorang jendral dari Kerajaan Majapahit.{{Sfn|Kartini|2011|p=119}} Wilayah awal dari Kerajaan Gelgel mencakup seluruh Pulau Bali. Wilayah ini diperoleh dari penaklukan Kerajaan Majapahit pada tahun 1343 masehi terhadap kerajaan-kerajaan kecil di Pulau Bali.{{Sfn|Diana|2016|p=49}} Pada abad ke-17, wilayah Kerajaan Gelgel mencakup seluruh Pulau Bali, Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa.{{Sfn|Kartini|2011|p=121}} Selain itu, Kerajaan Gelgel juga menguasai seluruh wilayah [[Kerajaan Blambangan]] dan [[Kerajaan Selaparang]].{{Sfn|Kartini|2011|p=125}}
 
Raja Kerajaan Gelgel yang pertama adalah [[Dalem Ketut|Dalem Ketut Ngelesir]], beliau diabhiseka tahun 1383 M dan menempati bekas puri Arya Kuthawaringin, yang dihaturkan oleh Kyayi Klapodhyana/Kyayi Gusti Agung BendesaAnglurah Gelgel putra tertua Arya Kuthawaringin, dan puri tersebut dikenal dengan nama ''Puri Suwecalinggarsapura''.{{butuh rujukan}} Ia adalah keturunan dari seorang jendral dari Kerajaan Majapahit.{{Sfn|Kartini|2011|p=119}} Wilayah awal dari Kerajaan Gelgel mencakup seluruh Pulau Bali. Wilayah ini diperoleh dari penaklukan Kerajaan Majapahit pada tahun 1343 masehi terhadap kerajaan-kerajaan kecil di Pulau Bali.{{Sfn|Diana|2016|p=49}} Pada abad ke-17, wilayah Kerajaan Gelgel mencakup seluruh Pulau Bali, Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa.{{Sfn|Kartini|2011|p=121}} Selain itu, Kerajaan Gelgel juga menguasai seluruh wilayah [[Kerajaan Blambangan]] dan [[Kerajaan Selaparang]].{{Sfn|Kartini|2011|p=125}} Gelgel tidak pernah berkuasa atas Jawa ([[Blambangan]] dan [[Pasuruan]]).
 
== Sistem pemerintahan ==
Baris 12 ⟶ 14:
== Sejarah ==
=== Sejarah awal ===
Sejarah Gelgel dijelaskan secara rinci dalam kronik tradisional ([[babad]]), khususnya karya abad ke-18 Masehi berjudul [[Babad Dalem]]. Menurut teks-teks ini, penaklukan Bali [[Hindu]] oleh kerajaan [[Majapahit]] diikuti dengan dinasti bawahan di [[Samprangan]] (di masa sekarang, kabupaten [[Gianyar]]), dekat dengan pusat kerajaan lama [[Bedulu]]. Pelantikan ini terjadi pada masa Majapahit [[Gajah Mada]] (wafat 1364). Penguasa Samprangan pertama [[Sri Aji Kresna Kepakisan]] memiliki tiga putra. Yang tertua, [[Dalem Samprangan]], menggantikan ayahnya, tetapi ternyata menjadi penguasa yang tidak kompeten. Adik bungsunya [[Dalem Ketut]] mendirikanNgelesir, kursidijemput oleh Kiyai Klapodhyana, Anglurah Gelgel yang bergelar I Gusti Agung Bendesa Gelgel untuk menggantikan Ida Dalem Ille dan memberikan Keratonnya sehingga berdirlah kerajaan baru di Gelgel, sementara kekuasaan Samprangan memudar. Ia kemudian mengunjungi Majapahit dan menerima pusaka sakti dari raja [[Hayam Wuruk]]. Setelah beberapa saat kerajaan Majapahit jatuh ke dalam kekacauan dan lenyap, meninggalkan Dalem Ketut dan kerajaan Bali-nya sebagai pewaris budaya Hindu-Jawa.<ref>I Wayan Warna dkk. (1986), ''Babad Dalem; Teks dan terjemahan''. Denpasar: Dinas Pendidkan dan Kebudayaan Provinsi Tingkat I Bali.</ref> Catatan tradisional ini bermasalah karena mencakup kesulitan kronologis yang tidak dapat didamaikan; penguasa Majapahit Hayam Wuruk meninggal pada 1389, sedangkan kejatuhan Majapahit terjadi jauh kemudian, pada awal abad ke-16.
 
=== Masa keemasan ===
Jelas dari perbandingan sumber eksternal dan asli bahwa Gelgel adalah pemerintahan yang kuat di Bali pada abad ke-16 M. Putra Dewa Ketut, [[Dalem Baturenggong]], diperkirakan memerintah pada pertengahan abad ke-16. Dia menerima di istananya seorang [[Brahmana]] bijak bernama [[Nirartha]] yang telah melarikan diri dari kondisi kacau di [[Jawa]]. Hubungan pelindung-pendeta yang subur terjalin antara penguasa dan Nirartha, yang terlibat dalam kegiatan sastra yang luas. Pada masa Dalem Baturenggong, [[Lombok]], dan [[Sumbawa]] Barat dan [[Kerajaan Blambangan|Blambangan]] (Jawa paling timur) diperkirakan berada di bawah kekuasaan Gelgel. Setelah kematiannya, putranya [[Dalem Bekung]] memimpin pemerintahan yang bermasalah yang ditandai oleh dua pemberontakan serius oleh bangsawan istana (secara tradisional terjadi pada 1558 dan 1578), dan kekalahan militer yang parah terhadap kerajaan Jawa [[Pasuruan]].
 
Saudara laki-laki dan penerusnya [[Dalem Seganing]] adalah seorang raja yang sukses dengan masa pemerintahannya relatif lama dan bebas dari masalah internal. Daftar tanggal asli menempatkan kematiannya pada tahun 1623, meskipun beberapa sejarawan telah menempatkannya kemudian. Putra Dalem Seganing, [[Dalem Di Made]], mengirimkan ekspedisi lain yang gagal melawan Jawa, yang dikalahkan oleh raja [[Kesultanan Mataram|Mataram]].<ref>H. Hägerdal (1998), 'Dari Batuparang ke Ayudhya; Bali and the Outside World, 1636-1655', ''Bijdragen tot de Taal-, Land-en Volkenkunde'' 154-1, p.66-7.</ref> Di usia tuanya ia kehilangan kekuasaan dari menteri utamanya ([[patih]]), [[Anglurah Agung]] (Gusti Agung Maruti). Teks-teks asli tertentu menempatkan kematiannya pada tahun 1642, tetapi para sejarawan juga telah mengusulkan tahun 1651 atau c. 1665 sebagai tanggal yang benar.<ref>H. Creese (1991), 'Babad Bali sebagai sumber sejarah; Sebuah reinterpretasi dari jatuhnya Gelgel', ''Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde'' 147-2.</ref>
 
Sumber [[Orang Belanda|Belanda]] dan [[orang Portugis|Portugis]] mengkonfirmasi keberadaan kerajaan yang kuat di abad 16 dan 17 M, dimana daerah tetangga Lombok, Sumbawa Barat dan Balambangan berdiri dalam hubungan anakBlambangan atauadalah bawahantetangga yang longgardinamis. Disisi raja (dalem) berdiri menteri senior milik keluarga Agung dan Ler, dan garis keturunan dari para pembimbing Brahmana.<ref>P.A. Leupe (1855), 'Schriftelijck rapport gedaen door den predicant Justus Heurnius', ''Bijdragen tot de Taal-, Land-en Volkenkunde'' 3, hlm. 250-62.</ref> Kerajaan Gelgel terancam oleh kerajaan laut [[Makassar]] di c. 1619, yang menghilangkan kepentingannya di Sumbawa dan setidaknya sebagian Lombok. Gelgel juga bertempur dengan [[Kesultanan Mataram|Mataram]] memperebutkan Blambangan pada tahun 1635-1647; yang pada akhirnya dimenangkan Gelgel.<ref>H.J. de Graaf (1958), ''De regering van Sultan Agung, vorst van Mataram, 1613-1645, en die van zijn voorganger Panembahan Seda-ing-Krapjak, 1601-1613''. Den Haag: M. Nijhoff, hlm. 255-63; H.J. de Graaf (1961), ''De regering van Sunan Mangu-Rat I Tegal-Wangi, vorst van Mataram, 1646-1677'', Vol I. Den Haag: M. Nijhoff, hlm. 25-7.</ref>
 
Belanda muncul pertama kali di pulau itu pada tahun 1597 dan menjalin hubungan persahabatan dengan penguasa Gelgel. Hubungan selanjutnya antara [[Perusahaan Hindia Timur Belanda]] (VOC) dan raja-raja Gelgel biasanya baik, meskipun usaha-usaha kerjasama politik yang konkret kebanyakan tidak berhasil. Portugis di [[Malaka]] mengirimkan ekspedisi misionaris yang gagal pada tahun 1635.<ref>H. Jacobs (1988), ''Dokumen Jesuit Makasar (1615-1682)''. Roma: Institut Sejarah Yesuit, hal. 35; C. Wessels (1923), 'Een Portugeesche missie-poging op Bali in 1635', ''Studiën: Tijdschrift voor Godsdienst, Wetenschap en Letteren'' 99, hlm. 433-43.</ref>
Baris 26 ⟶ 28:
 
=== Fragmentasi dan kejatuhan ===
Menurut sumber-sumber pribumi dan Belanda, pertempuran internal pecah pada 1651 setelah kematian seorang penguasa Gelgel, dan masalah-masalah internal berlanjut selama dekade-dekade berikutnya. Menteri kerajaan [[Anglurah Agung]] menetapkan dirinya sebagai penguasa Gelgel dari setidaknya 1665 tetapi menghadapi tentangan dari berbagai sudut. Akhirnya pada 1686, Anglurah Agung gugurMaruti dalamdiserang pertempuranoleh melawanPanglima bangsawanPerang BatulepangIda Dewa Agung Jambe yaitu Rakriyan Gusti Kubontubuh, Ki Gusti Hyang Taluh, Ki Gusti Ngurah Sidemen, Ki Dukuh Pemedilan, Ki Gusti Panji Sakti dan Ki Gusti Nyoman Pemedilan sehingga Anglurah Agung Maruti melarikan diri dan dikejar oleh Kyayi Gusti Ngurah Tubuh/Kyayi Nyanyap sehingga Sagung Maruti mengalami kekalahan. Setelah peristiwa ini, seorang keturunan dari garis kerajaan lama yang disebut Dewa Agung Jambe mengukuhkan dirinya sebagai penguasa atas yang baru, dengan kedudukannya di Klungkung (Semarapura).<ref>H.J. de Graaf (1949), 'Goesti Pandji Sakti, vorst van Boeleleng', ''Tijdschrift voor Indische Taal-, Land- en Volkenkunde'' 83-1.</ref>
 
[[Kerajaan Klungkung]] bertahan hingga abad ke-20. Namun, kerajaan baru tidak mampu mengumpulkan kelompok elit di Bali seperti yang dilakukan Gelgel. Para penguasa ([[Dewa Agung]]) Klungkung tetap memegang jabatan sebagai raja tertinggi, tetapi pada kenyataannya pulau itu terpecah menjadi beberapa kerajaan kecil ([[Kabupaten Karangasem|Karangasem]], [[Sukawati]], [[Kerajaan Buleleng|Buleleng]], [[Tabanan]], [[Badung]], dan lainnya). Situasi fragmentasi politik ini berlanjut hingga penaklukan kolonial Belanda antara tahun [[Intervensi Belanda di Bali (1849)|1849]] dan [[Intervensi Belanda di Bali (1908)|1908]]. Dengan pindahnya kursi kerajaan, Gelgel sendiri berubah menjadi desa yang dikelola oleh cabang sampingan dari dinasti Dewa Agung. Sekitar tahun 1730-an, penguasa Gelgel saat itu diserang dan dibunuh oleh tiga pangeran Karangasem, yang ayahnya telah ia bunuh.<ref>H. Hägerdal (2001), ''penguasa Hindu, rakyat Muslim; Lombok dan Bali pada abad XVII dan XVIII''. Bangkok: Teratai Putih, hal. 29.</ref>
 
Pada tahun 1908, selama [[intervensi Belanda di Bali (1908)|intervensi Belanda di Bali]], penguasa lokal menyerang pasukan tentara kolonial Belanda, yang merupakan katalis untuk [[puputan]] dari [[Istana Klungkung]] (18 April 1908) di mana dinasti kerajaan dan para pengikutnya melakukan serangan bunuh diri terhadap pasukan Belanda yang bersenjata lengkap.<ref>M. Wiener (1995), ''Alam yang terlihat dan tidak terlihat; Kekuasaan, sihir dan penaklukan kolonial di Bali''. Chicago: Pers Universitas Chicago.</ref>
 
=== Keruntuhan ===
Kekuasaan dari Kerajaan Gelgel mengalami kemunduran setelah mencapai kejayaan pada masa pemerintahan [[Dalem Baturenggong|Dalem Waturenggong]] (1460-1550). Perebutan wilayah oleh kerajaan-kerajaan di luar Pulau Bali membuat kerajaan-kerajaan yang berada dalam pengaruh Kerajaan Gelgel mulai memisahkan diri. Setelah [[Dalem Seganing]] mulai berkuasa pada tahun 1605, satu per satu wilayah Kerajaan Gelgel diserang dan direbut oleh kerajaan lain. [[Kerajaan Blambangan]] yang menjadi bawahan dari Kerajaan Gelgel diserang oleh [[Kesultanan Mataram]]. Selain itu, [[Kesultanan Gowa]] juga merebut Pulau Sumba pada tahun 1633 dan menyerang [[Pulau Lombok]] pada tahun 1640.{{Sfn|Alit|2017|p=2}}
 
Pada tahun 1651, pejabat pemerintahan Ki Agung Maruti memberontak dan merebut kekuasaan di Kerajaan Gelgel. Raja [[Dalem Di Made]] bersama para bangsawan lain yang mendukungnya, mengungsi ke desa Guliang. Pada tahun 1686, Dewa Agung Jambe dengan Pasukan dan Panglima Perangnya Rakriyan Gusti Kubontubuh, Ki Gusti Hyang Taluh, Ki Gusti Ngurah Sidemen, Ki Gusti Panji Sakti dan Ki Gusti Pemedilan menyerang Maruti. PafaPada tahun 1687, Maruti dikalahkan dan Dewa Agung Jambe kemudian mendirikan [[Kerajaan Klungkung]] dengan pusat pemerintahannya berada di [[Klungkung, Klungkung|Klungkung]].{{Sfn|Suwitha|2019|p=5}} dengan Maha Patih Rakriyan Gusti Kubontubuh di Pekandelan Klungkung.
 
== Peninggalan Kebudayaan ==
Baris 54 ⟶ 56:
Kerajaan Gelgel diduga sebagai negara [[vasal]] di bawah Majapahit 1343-c.1527. Adapun daftar raja-rajanya antara lain:
* [[Dalem Samprangan]] (abad ke-14 atau c. 1502 {{?}}) [anak Sri Kresna Kepakisan]
* Arya Kuthawaringin, Anglurah Agung Gelgel (1343M - 1380M), Putranya Kyayi Klapodhyana memohon Dalem Ketut Ngelesir untuk bertahta di Gelgel
* [[Dalem Ketut]], dikenal juga dengan nama ''Dalem Ketut Ngelesir'' (abad ke-14 atau c. 1520 {{?}}; Raja Bali di [[Gelgel, Klungkung, Klungkung|Gelgel]]; Perkiraan lain [[Islam di Bali|1380-1460]]) [saudara Dalem Samprangan]
* [[Dalem Baturenggong]] (1520-1558) [anak Dalem Ketut]