Sardjono Dipokusumo: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
(25 revisi perantara oleh 13 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{rapikan}}
[[Insinyur|Ir.]] '''Sardjono Dipokusumo''' adalah Menteri Pekerjaan Umum ke-14.<ref>http://kepustakaan-presiden.pnri.go.id/cabinet_personnel/popup_profil_pejabat.php?id=634&presiden_id=1&presiden=sukarno{{Pranala mati|date=Mei 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref> ({{lahirmati|[[Kota Gede, Kota Yogyakarta]]|10|11|
== Latar Belakang ==
Sardjono dilahirkan
Tidak lama
▲Sardjono dilahirkan dengan seorang ayah bernama Dharmopranoto/Sastrosuwarno yang berasal dari [[Kauman, Yogyakarta]] yang berprofesi sebagai guru “Sekolah Ongko Loro” (sekolah rakyat dengan bahasa jawa sebagai bahasa pengantar) di Ngabean, Yogyakarta (sekarang Jl. Kyai H. Ahmad Dahlan) dan meninggal pada tahun 1919 (dimakamkan di pemakaman keluarga BKN di belakang Masjid Perak, Kotagede, Yogyakarta) ketika Sardjono berumur 5 tahun. Sedangkan ibunya adalah seorang Ibu rumah tangga dari kalangan pedagang bernama Sukaptinah yang berasal dari [[Kotagede, Yogyakarta]]. Selain menjadi guru, orang tua Sardjono mempunyai usaha sampingan batik kecil-kecilan di daerah [[Kadipaten, Kraton, Yogyakarta|Kampung Bludiran, Jeron Beteng, Yogyakarta]]. Sardjono mempunyai saudara kandung bernama Suradi yang meninggal saat masih bayi berumur 40 hari, sehingga kemudian ia menjadi anak tunggal.
▲Tidak lama berselang setelah kepergian sang ayah, beberapa tahun kemudian Ibu Sukaptinah Sastrosuwarno menikah lagi dengan Bapak Notosukarto dan berganti nama menjadi Ibu Notosukarto, ia mengikuti tugas suaminya yang harus berpindah tugas ke beberapa tempat sebagai mantra guru sekolah rakyat. Jabatan terakhir yang dipegang adalah sebagai seorang kepala sekolah dan setelah pensiun kemudian memilih untuk menetap di daerah Godean, Yogyakarta. Ketika Sardjono kecil, ia diasuh oleh kakak ibunya yaitu Ibu Atmo Seduto, seorang pedagang yang juga dikenal sebagai “Mbah Solo”. Ibu Atmo Seduto menikah dengan seorang Abdi Dalem Keraton, Bapak Kabayan Atmo Seduto namun tidak dikaruniai keturunan, sehingga Ibu Atmo Seduto sangat sayang kepada Sardjono dan sudah menganggapnya sebagai anak sendiri. Sardjono menilai, Ibu Armo Seduto-lah yang mempunyai andil dalam membesarkan dan membantu ia menyelesaikan sekolahnya. Suatu pengorbanan yang luar biasa mengingat kondisi depresi negara pada tahun 1930.
== Riwayat Pendidikan ==
* Sekolah dasar di “Holland Javaansche School,
* Sekolah menengah pertama di
* Sekolah menengah Atas di “[[SMA Negeri 3 Yogyakarta|Algmeene Middelbare School (AMS) Jogyakarta]] pada tahun 1931-1934
* [
== Keluarga ==
Sardjono menikah dengan Ibu Soekapti pada
Setelah menikah, Sardjono dan Seokapti merantau
Sardjono lari dari Surabaya ke Yogyakarta pada tahun 1943 dan mengembara selama 6 bulan karena dicari oleh tentara Jepang. Pada saat pengembaraan tersebut, lahirlah putra ketiganya Tonny Rustam Effendy di [[Panembahan, Kraton, Yogyakarta|Sawojajar, Yogyakarta]] pada 14 Juni 1944.
Tahun 1946, pada saat Sardjono bekerja di Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat, tanggal 24 Agustus ia dianugerahi putra keempat dan diberi nama Bobby Imam Santoso di
Menjelang serangam umum 1 Maret 1949 tepatnya pada tanggal 4 Februari, putra ke empat Harry Budiman lahir. Pada saat itu, Sardjono tengah berada di daerah pengungsian di sekitaran Yogyakarta. Tiga tahun kemudian, Sardjono yang saat itu telah pindah ke kota Jakarta, kembali dikarunai seorang anak laki-laki yang diberi nama Eddy Purnawarman pada tanggal 2 Februari 1952.
Baris 27 ⟶ 26:
Setelah keenam putra dan putrinya mulai beranjak besar, Sardjono merindukan suara tangis bayi di rumah. Kemudian istri Sardjono, Soekapti sempat mengasuh anak perempuan bernama Wiwik namun tak lama berselang, orang tua asli Wiwik mengambil kembali anaknya. Akhirnya pada tanggal 12 September 1958, keluarga Sardjono kembali dianugerahi seorang putri yang diberi nama Baby Setiawati Andriani.
== Masa Pergerakan/Perjuangan Nasional ==
=== Zaman Sebelum Perang Dunia ke-II (sampai tahun 1942) ===
Dunia organisasi sudah dimasuki Sardjono sejak masih di sekolah menengah pertama (MULO) dengan menjadi anggota
Soekarno
=== Pada Zaman Penjajahan Jepang (1942-1945) ===
Perang Pasifik berpengaruh terhadap gerakan kemerdekaan di Negara Asia Timur termasuk di Indonesia. Masa pendudukan Jepang dimulai sejak tanggal 8 maret 1942, ketika [[Perjanjian Kalijati|panglima tertinggi Hindia Belanda menyerah tanpa syarat di Kalijati, Subang]]. Sebenarnya, tujuan Jepang meduduki Hindia Belanda adalah untuk menguasai sumber sumber alam terutama [[minyak bumi
Sardjono juga diam-diam melamar pekerjaan di ''Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat'' dan mendapat tugas dalam bidang riset industri kecil hingga akhirnya dianugerahi nama dan gelar ''Kanjeng Raden Tumenggung Dipokusumo''. Dengan pergantian nama baru tersebut, memudahkan ia luput dari kejaran tentara Jepang. Perlawanan terhadap jepang terus dilakukan oleh bangsa Indonesia. Dengan telah menyerahnya Italia dan terus mundurnya Jerman dan Jepang dari Perang Dunia kedua, maka kekalahan Jerman dan Jepang sudah dapat diprediksi.
Satu-satunya pilihan yang dimiliki oleh
Kemudian Sardjono sempat bersembunyi lagi guna menghindari penangkapan tentara Jepang, karena terlibat pertengkaran keras dengan seorang Jepang bernama Tanaka. Menjelang 17 Agustus 1945, aktivitas kelompok persiapan kemerdekaan makin meningkat dengan membuka segel beberapa radio dan mengikuti jalannya peperangan dari siaran sekutu.
=== Zaman Revolusi (1945-1949) ===
Pada tanggal 6
Atas instruksi dari Jakarta, kemudian dibentuklah Komite Nasional Indonesia (KNI) daerah yang bertugas memimpin pengambilan alih kekuasaan Jepang. Ketua KNI pada saat itu adalah [[Mohammad Saleh (disambiguasi)|Mohamad Saleh
Untuk penyelenggaraan perusahaan daerah maka dibentuklah Panitia Penyelenggara Perusahaan Daerah Jogyakarta (PPPDJ). Sardjono ditunjuk sebagai ketuanya dan dalam perkembangannya badan tersebut berubah menjadi Kantor Oeroesan Perusahaan Perusahaan (KOPP). Selanjutnya berubah menjadi Badan Industri Negara (BIN) yang lingkup pelayanannya tersebar di seluruh Indonesia dan ia duduk sebagai direktur utama sampai dihapusnya badan ini pada tahun 1949. Bekas pengurus badan antara lain Prof Ir. Ali Djoyoadinoto, Ir. Tjokronolo, Lacuba, Adam Basori dll.
Pada tahun 1946, Sardjono mendirikan kursus perindustrian guna menambah tenaga pimpinan perusahaan industri. Ia juga mensponsori pendirian Persatuan
Dalam menjalankan tugasnya sebagai Direktur Utama Badan Industri Negara ke Madiun bersama dengan Gubernur Jawa Timur,
=== Perjalanan di Daerah Gerilya (1945-1949) ===
Meskipun Indonesia telah dinyatakan merdeka pada tahun 1945, Belanda tetap melakukan agresi militer yang Belanda sebut sebagai “Aksi Ketertiban Umum Belanda”. Mereka menganggap wilayah Indonesia masih dalam wilayah Hindia Belanda bukan wilayah Indonesia yang berdaulat, sehingga terjadilah kekejaman tentara belanda terhadap rakyat Indonesia yang menyebabkan pertempuran dan perlawanan kepada pihak Belanda.
Dalam penyerbuan Belanda ke Yogyakarta (''Politioneele Actie'' II), Sardjono turut membantu Pemerintah Darurat RI dengan menjadi penasihat Markas Besar Angkatan
Perang geriliya dimulai dari kota ke desa Jurug, kurang lebih 5
Selanjutnya Sardjono naik ke Gunung Kidul yang merupakan markas Mayor Hajid. Ia menyampaikan pesan
▲Selanjutnya Sardjono naik ke Gunung Kidul yang merupakan markas Mayor Hajid. Ia menyampaikan pesan Pak Harto yang meminta bala bantuan, seraya menunggu kedatangan anggota dari Pemerintah Darurat RI yaitu Pak Kasimo dan Pak Panji Suroso. Di daerah Wonosari, Wiladeg dan Ngawis tersebut Sardjono kemudian bertemu dengan Bung Tomo, Sdr. Sudiro, dan Kolonel Simatupang. Setelah bertemu dengan rombongan tersebut, ia mendapat tugas untuk menyusun laporan radio telegram ke Bukit Tinggi, mengenai keadaan Pemerintah Darurat di Jawa dan Medan pertempuran. Di Ngawis, ia ditugasi untuk membuat bahan cadangan makanan bagi para pejuang di garis terdepan.
=== Serangan Umum 1 Maret 1949 ===
Dua hari sebelum
Pada tanggal 1 Maret, kurir pembawa berita pertama datang dari kota dan mengabarkan bahwa serangan pertama telah sukses, Sardjono kemudian langsung mengirim berita tersebut melalui radio telegram ke
Ketika wilayah Wonosari diserang oleh Belanda, para tentara menghindar ke daerah [[Bayat, Klaten|Bayat (
Dari Dekso, mereka berpindah ke [[Kliripan]] dan tinggal di kediaman camat setempat tak lama memutuskan untuk kembali ke wilatah Dekso dan melintasi gunung hingga akhirnya bertemu dengan Kolonel T.B. Simatupang, Mr. Ali Budiardjo, dan Mayor Widyapranoto.
== Perjalanan Karier ==
Setelah lulus dari [[Institut Teknologi Bandung|TH Bandoeng]], Sardjono bekerja di ''N.V. Volkermaatschapay'', sebuah perusahaan pemborong sipil Belanda, ia ditugasi untuk melakukan supervisi di [[Palembang]] pada [[Pertamina|proyek kilang minyak ''Stanvac'' di (Plaju)]] serta jembatan “Ophaalbrug” (Komering) dari PU pada tahun 1939–1940. Pada Tahun 1940-1942, ia ditunjuk sebagai designer pada CV ''Machinfabrik & Constructiewerkplaats'' “De Vulkaan“ di [[Ngagel, Wonokromo, Surabaya|Ngagel, Surabaya]]. Pada saat itu,
Setelah Jepang masuk ke Indonesia, Sardjono tetap bekerja pada pabrik yang sama, namun saat itu sudah berada dibawah pengawasan bala tentara Jepang dengan nama
Pada tahun 1944, Sardjono ditugasi Kesultanan Ngajogyakarta Hadiningrat,
▲Pada Tahun 1940-1942, ia ditunjuk sebagai designer pada CV Machinfabrik & Constructiewerkplaats “De Vulkaan“ di Ngagel, Surabaya. Pada saat itu ia ditugasi untuk merencanakan berbagai bangunan untuk beberapa pabrik, ''onderneming'' (perkebunan swasta besar), jembatan, tangki, dan hanggar lapangan udara Morokrembangan.
▲Setelah Jepang masuk ke Indonesia, Sardjono tetap bekerja pada pabrik yang sama, namun saat itu sudah berada dibawah pengawasan bala tentara Jepang dengan nama “Surabaya Tekhoso“ . Ia ditugasi menjadi pembantu utama manajemen Jepang dengan mengerjakan rehabilitasi dan reparasi beberapa pabrik, jembatan, dan instalasi yang rusak akibat perang. Pada tahun 1943, ia keluar dari perusahaan tersebut sebagai bentuk protes atas kekejaman tentara Jepang terhadap karyawan Indonesia.
▲Pada tahun 1944, Sardjono ditugasi Kesultanan Ngajogyakarta Hadiningrat, mengenai penelitian atas usaha industri kecil dalam keadaan darurat dan berkantor di kantor Pengaotan, Pancarworo. Sebagai pegawai tinggi, ia dianugerahi kedudukan sebagai “Bupati Anom” dan mendapat gelar Kanjeng Raden Tumenggung Dipokusumo
Pada Tahun 1945-1948, Sardjono turut membantu Pemerintah RI mengalihkan perusahaan bekas Belanda dari tangan Jepang, kemudian memimpin badan yang mengawasi perusahaan tersebut. Selanjutnya ia diangkat menjadi Ketua Panitia Penyelenggara Perusahaan Perusahaan daerah Jakarta (PPPDJ), lalu diangkat menjadi Ketua dari KOOP Kantor Oerosan Perusahaan Perusahaan (KOOP).
Sardjono ditugasi oleh Pemerintah RI pada tahun 1946 untuk memimpin Badan Industri Negara sebagai Direktur Utama. Ketika itu gelar KRT yang ia miliki dikembalikan ke Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dan mengubah namanya menjadi Ir. Sardjono Dipokusumo (nama tersebut melekat hingga akhir hayat beliau). Kemudian, ia ditunjuk oleh Pemerintah RI untuk menjadi anggota Panitia Industrialisasi (1950) sebagai wakil dari swasta. Badan ini pernah diketahui oleh Drs. Khouw Bian Tie, Dr. Sumitro dan Ir. Djuanda.▼
▲Sardjono ditugasi oleh Pemerintah RI pada tahun 1946 untuk memimpin Badan Industri Negara sebagai Direktur Utama. Ketika itu gelar KRT yang ia miliki dikembalikan ke Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dan mengubah namanya menjadi Ir.Sardjono Dipokusumo (nama tersebut melekat hingga akhir hayat beliau).
Karier Sardjono kemudian semakin meningkat. Pada tahun 1950–1951, Sardjono memasuki dunia swasta dengan menjadi Direktur pada perusahaan ''Joint Venture'' Indonesia–Italia yang mengimpor barang teknik dari [[Italia]], [[Jerman]] dan [[Swiss]] yaitu PT Electrodinamica. Selanjutkan, ia mendirikan perusahaan bekerja sama dengan Ir. Omar Tosin di Tokyo yaitu perusahaan “Jakarta – Tokyo Consulting Berau“ pada tahun 1952-1954 yang bergerak dalam bidang manufaktur atau industri kecil.
▲Merupakan sebuah badan yang memelopori Kamar Dagang Indonesia. Ketua pertama badan ini adalah Bapak Roedjito dari perusahaan asuransi Bumi Putra. Sardjono ikut bergabung menjadi anggota pengurus sampai badan ini dilebur.
Pada tahun 1967-1968, Sardjono kembali lagi terpilih di Parlemen sebagai anggota [[Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara|Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS)]]. Ia ikut mendirikan Ikatan Konsultan Indonesia (Inkindo) dan menjadi anggota organisasi tersebut hingga akhir hayat. Pada 8 Januari 1959 di [[Tretes|Tretes, Malang, Jawa Timur
== Menteri Pekerjaan Umum ==
Saat Presiden Soekarno mengeluarkan [[Dekrit Presiden Republik Indonesia 1959|Dekrit 5 Juli 1959]], Perdana Menteri Djuanda telah menyerahkan kembali mandatnya pada Presiden sekaligus mengangkat Soekarno sebagai Kepala Negara sekaligus Kepala Pemerintahan. Sardjono dipercaya oleh Presiden Soekarno untuk menjabat sebagai Menteri Muda Pekerjaan Umum dan Tenaga, di dalam Kabinet Kerja I. Pada saat itu, Perdana Menteri dipegang oleh Ir. Soekarno dan dibantu oleh Menteri Pertama Ir. Djuanda.
Sardjono
▲Pada tahun 1954-1959, Sardjono mendirikan perusahaan bernama “Biro Insinyur Dan Konstruksi Baja“ yang membuat konstruksi baja dengan karya antara lain Vem di Tanjung Priok, bangunan Pasar Rawa Bangke, Pabrik Madukismo, jembatan, kantor di Jalan Raden Saleh nomor 3, ''workshop'' di Jl. Gatot Subroto (sekarang bekas lokasi PT Kapin).
Semasa menjabat Menteri Pekerjaan Umum, Sardjono
▲== Karier di Parlemen ==
▲Terpilih menjadi Anggota DPR-GR wakil dari partai Parindra (1955-1956). Parindra adalah [[Partai Indonesia Raya]] yang didirikan oleh dr.Soetomo pada tahun 1935 di Solo, partai yang berdasarkan nasionalisme Indonesia dan meyatakan tujuannya adalah Indonesia mulia dan sempurna. Tokoh-tokoh yang bergabung dengan Parindra antara lain [[Margono Djojohadikoesoemo|RM. Margono Djojohadikusumo]] (kakek dari [[Prabowo Subianto]]), [[Soeroso|RM Panji Soeroso]], dll.
# [[Hotel Indonesia]]
▲Pada 8 Januari 1959 di Tretes Malang, Jawa Timur, bersama 3 organisasi pemborong daerah yaitu IPEMBI, IABN, dan DPI, Sardjono menggagas pendirian Organisasi GAPENSI (Gabungan Perencana dan Pemborong Indonesia). Sebagai hasil keputusan Kongres I Gabungan Pemborong Bangunan Seluruh Indonesia yang dihadiri oleh 160 peserta dari seluruh Indonesia, ia ditunjuk sebagai ketua presidium GAPENSI yang berkedudukan di ibu kota Negara RI. Duduk sebagai Ketua GAPENSI Jakarta Raya adalah Ir. Oerip Djoyosantoso serta Edie Kowara sebagai komisaris[[#%20ftn1|[1]]].
▲Sardjono ditugasi antara lain mengawasi pembangunan [[Stadion Utama Gelora Bung Karno|Stadion Senayan]], [[Hotel Indonesia]], menyusun rencana tiga tahun irigasi, instalasi air minum, rencana rehabilitasi jalan, pusat tenaga listrik diseluruh Indonesia. Karena tugasnya sebagai Menteri tidak memperbolehkan ia mempunyai perusahaan maka Perusahaan Biro Insinyur dan Konstruksi Baja dijual kepada Mr. Widjatmika (NV Prana).
▲Semasa menjabat Menteri Pekerjaan Umum, Sardjono m menginisiasikan dan meresmikan beberapa proyek strategis nasional, adapun proyek strategis tersebut adalah:
▲1. Gelora Bung Karno Complex yang pembangunannya dimulai tahun 1960 dan diselesaikan tahun 1962
▲2. [[Bundaran Semanggi]]
▲4. Kawasan Sudirman Thamrin
▲5. [[Waduk Jatiluhur|Bendungan Jatiluhur]] sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) dan sumber air bersih bagi DKI Jakarta
▲6. Jembatan Ampera di Palembang
== Berkarier di Bank ==
Setelah tidak menjadi menteri, Sardjono kemudian diminta menjadi Direktur Adviseur Bank Pembangunan Indonesia ([[Bank Pembangunan Indonesia|BAPINDO]]).
== Sumber ==
Baris 160 ⟶ 117:
3. [[Daftar Menteri Pekerjaan Umum Indonesia]]
4. http://www.gapensijabar.net/index.php/selayang-pandang/tentang-gapensi {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20190302024520/http://www.gapensijabar.net/index.php/selayang-pandang/tentang-gapensi |date=2019-03-02 }}
{{URUTANBAKU:Dipokusumo, Sardjono}}
[[Kategori:Kelahiran 1914]]
[[Kategori:Kematian 1986]]
|