Katedral Jakarta: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tian x-way (bicara | kontrib) Tidak ada ringkasan suntingan |
|||
(167 revisi perantara oleh 58 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Infobox
|
|fullname = Gereja Santa Maria Diangkat ke Surga
|color = blue
|
|caption = Katedral Jakarta pada tahun 2015
|denomination = [[Gereja Katolik Roma]]
|consecration_year =
|founder =
|architect = Antonius Dijkmans
|style = [[Arsitektur Kebangkitan Gotik|Neo-Gotik]]
|status = [[Katedral]], [[Paroki]]
|functional status = Aktif
|heritage designation =
|architectural type = [[Gereja]]
|capacity = 2.500 orang
|archdiocese = [[Keuskupan Agung Jakarta|Jakarta]]
|deanery = Pusat
|parish = Katedral
|province = Jakarta
|constructed_date = 21 April 1891
|priestincharge = R.P. A. Hani Rudi Hartoko, [[Yesuit|S.J.]]
|asstpriest = R.P. Yohanes Deodatus, S.J.
|bishop = Yang Utama, Mgr. Dr. [[Ignatius Suharyo|Ignatius ''Kardinal'' Suharyo]]
|address = Jl. Katedral No. 7B, [[Pasar Baru, Sawah Besar, Jakarta Pusat|Pasar Baru, Sawah Besar]]
|location = [[Jakarta Pusat]], [[Jakarta]]
|country = [[Indonesia]]
|phone = +62-21-3457-746
|website = {{URL|http://www.katedraljakarta.or.id/}}
|logo = Logo Katedral Jakarta.png
|logosize = 200px
|embedded = {{Infobox cagar budaya
|child = yes
|Name = Gereja Katedral Jakarta
|Image = Jakarta Indonesia Jakarta-Cathedral-04.jpg
|Type = Nasional
|Session = 237/M/1999
|Extension = Menteri
|Criteria = Situs
|ID = CB.64
|Location = [[Jakarta Pusat]], [[Jakarta]]
|Year = 4 Oktober 1999
|ownership = [[Daftar paroki di Keuskupan Agung Jakarta|Paroki Katedral]]
|management = [[Daftar paroki di Keuskupan Agung Jakarta|Paroki Katedral]]
|Link = https://cagarbudaya.kemdikbud.go.id/public/objek/detailcb/PO2015090300036/gereja-katedral-jakarta
|map_location = Indonesia Jakarta
|map_label = {{PAGENAME}}
|map_caption = Lokasi {{PAGENAME}} di [[Jakarta Pusat]]
|coordinates = {{coord|-6.169175|106.833134|format = dms|display = title,inline}}
}}
}}
'''Gereja Katedral Jakarta''', atau bernama resmi '''Gereja Santa Maria Diangkat ke Surga''' ({{lang-nl|De Kerk van Onze Lieve Vrouwe ten Hemelopneming}}; {{lang-en|The Church of Our Lady of the Assumption}}) adalah sebuah [[gereja]] [[katedral]] [[Gereja Katolik Roma|Katolik]] yang terletak di [[Jakarta Pusat]], [[Jakarta]], ibu kota [[Indonesia]]. Gedung gereja ini diresmikan pada [[1901]] dan dibangun dengan arsitektur [[Kebangkitan Gotik|neo-gotik]] dari Eropa, yakni arsitektur yang sangat lazim digunakan untuk membangun gedung gereja beberapa abad yang lalu.<ref name="Situs resmi Katedral Jakarta">[http://www.katedraljakarta.or.id Situs resmi Katedral Jakarta]</ref>
Gereja yang sekarang ini dirancang dan dimulai oleh Pastor [[Antonius Dijkmans]] dan peletakan batu pertamanya dilakukan oleh Pro-vikaris, [[Carolus Wenneker]]. Pekerjaan ini kemudian dilanjutkan oleh [[Cuypers-Hulswit]] ketika Dijkmans tidak bisa melanjutkannya, dan kemudian diresmikan dan diberkati pada [[21 April]] [[1901]] oleh Mgr. [[Edmundus Sybradus Luypen]], S.J., Vikaris Apostolik Jakarta.
Katedral yang kita kenal sekarang sesungguhnya bukanlah gedung gereja yang asli di tempat itu, karena Katedral yang asli diresmikan pada Februari 1810, namun pada [[27 Juli]] [[1826]] gedung Gereja itu terbakar bersama 180 rumah penduduk di sekitarnya saat terjadi kebakaran besar. Lalu pada tanggal [[31 Mei]] [[1890]], Gereja itu pun sempat roboh oleh masalah struktur sehingga harus dilakukan renovasi. Arsitektur bangunan gereja yang sekarang sangat mirip dengan Gereja Sint-Petrus-en-Pauluskerk, Oostende, Belgia.
Pada malam natal, [[24 Desember]] [[2000]], Gereja ini menjadi salah satu lokasi yang terkena [[Bom malam Natal 2000|serangan ledakan bom]] oleh kelompok ekstremis Islam, [[Jamaah Islamiyah]].
== Sejarah ==
===
Dengan adanya perubahan politik di [[Belanda]] khususnya kenaikan tahta Raja [[
Pada tanggal 4 April 1808, dua orang Imam dari Negeri Belanda tiba di Jakarta, yaitu
Setelah sekitar dua abad perayaan [[ekaristi]] dilarang di Hindia Belanda, pada tanggal 10 April 1808, untuk pertama kalinya diselenggarakan [[misa]] secara terbuka di [[Batavia]] di rumah Dokter [[F.C.H Assmuss]], kepala Dinas Kesehatan waktu itu. Dokter Assmuss bersama dengan beberapa kawan berhasil mengumpulkan sejumlah orang dan sebagian besar adalah tentara. Upacara Misa berlangsung sederhana dengan tempat yang kurang memadahi. Kedua Pastor tersebut untuk sementara tinggal di rumah Dokter Assmuss.
Pada bulan Mei, kedua Pastor itu sempat pindah ke rumah bambu yang dipinjamkan pemerintah untuk digunakan sebagai pusat sementara kegiatan-kegiatan katolik. Letaknya di asrama tentara di pojok barat daya ''Buffelsveld'' atau [[Lapangan Banteng]] (sekarang kira-kira di antara jalan Perwira dan Jalan Pejambon, di atas tanah yang saat ini
Selama tahun 1808, mereka membaptis 14 orang, yaitu seorang dewasa keturunan Eropa Timur, delapan anak hasil hubungan gelap,
Karena dirasa perlu adanya sebuah rumah ibadah yang dapat digunakan untuk mengumpulkan umat, pada [[2 Februari]] [[1810]], Pastor J. Nelissen, Pr mendapat sumbangan sebuah kapel dari [[Gubernur-Jenderal]] [[Meester]] [[Herman Daendels]], yaitu sebuah kapel sederhana yang terletak di pinggir jalan Kenanga, di daerah [[Senen]], menuju [[Istana Weltevreden]] (sekarang RSPAD Gatot Subroto). Kapel ini dibangun oleh Cornelis Chasteleijn (
Pada tanggal [[10 Mei]] [[1812]] [[Sir Thomas Stamford Raffles]], gubernur Pulau Jawa, beserta istrinya menjadi ibu/bapak permandian dari Olivia Marianne Stamford Raffles Villeneuve, putri dari Ludorici Francisci Josephi Villeneuve dan Jeanna Emilie Gerische Conjugum.<ref name="katedral"/>
Pada tanggal [[6 Desember]] [[1817]], jenasah Prefektur Apostolik pertama, Mgr Jacobus Nellisen, yang meninggal karena sakit TBC disemayamkan di kuburan Tanah Abang.<ref name="katedral"/> Digantikan Pastor Prinsen, Pr yang sejak tahun 1808 bertugas di Semarang. Meskipun Pastor Prinsen, Pr telah menjadi Prefek Apostolik Jakarta yang ke dua,
Pada tanggal [[27 Juli]] [[1826]], terjadi kebakaran di segitiga Senen. Pastoran turut lebur menjadi abu bersama dengan 180 rumah lainnya, sementara itu gedung gereja selamat namun gedungnya sudah rapuh juga dan tidak dapat digunakan lagi.<ref name="Situs resmi Katedral Jakarta"/>
===
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM De kathedraal aan het Waterlooplein in Batavia TMnr 60025933.jpg|
Pada waktu itu yang menjabat sebagai Komisaris Jenderal adalah [[Leonard Pierre Joseph du Bus de Gisignies|Leonardus Petrus Josephus Burggraaf Du Bus de Ghisignies]], seorang ningrat yang juga beragama Katolik, berasal dari daerah [[Komunitas Flandria|Vlaanderen]] di [[Belgia]]. Ia memiliki wewenang penuh di Batavia, serta lebih tinggi kekuasaannya dari seorang Gubernur Jenderal. Selama jabatan Du Bus De Ghisignies, 1825-1830, [[Gereja Katolik di Indonesia]] bisa
Melihat kebutuhan umat yang mendesak akan adanya gereja untuk tempat ibadah, Ghisignies mengusahakan tempat untuk mendirikan Gereja baru. Ia memberi kesempatan kepada Dewan Gereja Katedral untuk membeli persil bekas istana Gubernur Jenderal di pojok barat/utara Lapangan Banteng (dulu ''Waterlooplein'') yang waktu itu dipakai sebagai kantor oleh Departemen Pertahanan. Pada waktu itu, di atas tanah tersebut berdiri bangunan bekas kediaman panglima tentara Jenderal de Kock. Umat Katolik saat itu diberi kesempatan untuk membeli rumah besar tersebut dengan harga 20.000 gulden. Pengurus gereja mendapat pengurangan harga 10.000 gulden dan pinjaman dari pemerintah sebesar 8.000 gulden yang harus dilunasi selama 1 tahun tanpa bunga.
Pada tahun [[1826]] Ghisignies memerintahkan Ir. Tromp untuk menyelesaikan "Gedung Putih" yang dimulai oleh [[Daendels]] (1809) dan kini dipakai Departemen Keuangan di Lapangan Banteng. Ir. Tromp diminta juga membangun kediaman resmi untuk komandan Angkatan Bersenjata (1830) dan sekarang dikenal sebagai Gedung Pancasila di Jl. Pejambon. Order ketiga pada Ir. Tromp adalah merancang Gereja Katolik pertama di Batavia. Tempatnya adalah yang sekarang dipakai Gereja Katedral.
Atas desakan Komisaris-Jenderal Du Bus De Ghisignies, Ir. Tromp merancang gereja baru berbentuk salib sepanjang 33 x 17 meter. Ruang altar dibuat setengah lingkaran, sedang dalam ruang utama yang panjang dipasang 6 tiang. Gaya bangunan ini bercorak [[barok]]-[[gotik]]-[[Arsitektur Klasik|klasisisme]]; jendela bercorak [[Kebangkitan Gotik|neogotik]], tampak muka bergaya barok, pilaster dan dua gedung kanan kiri bercorak klasisistis. Menara tampak agak pendek dan dihiasi dengan kubah kecil di atasnya. Maka, gaya bangungan itu disebut [[Arsitektur Klasik|eklektisistis]]. Ditambah lagi dua gedung untuk pastoran yang mengapit gereja di kanan kiri serta deretan kamar-kamar dibelakangnya. Rupanya rancangan Ir. Tromp ini membutuhkan dana yang cukup besar dan melampaui kemampuan finansial gereja waktu itu. Maka rancangan ini tidak pernah terlaksana.<ref name="Situs resmi Katedral Jakarta"/>
Oleh karena itu, gedung yang diperoleh umat Katolik tersebut, atas usul Ir. Tromp dirombak sedemikian rupa sehingga dapat digunakan untuk gereja. Bangunan ini sebenarnya adalah gedung dengan sebuah ruangan luas di antara dua baris pilar. Di kedua sisi panjangnya dilengkapi dengan gang. Di tengah atap dibangun sebuah menara kecil enam persegi. Di sebelah timur sebagian dari rumah asli tetap dipertahankan untuk kediaman pastor dan di sebelah barat untuk koster. Altar Agungnya merupakan hadiah dari Komisaris Jenderal du Bus Ghisignies. Gereja yang panjangnya 35 meter dan lebarnya 17 meter ini pada tanggal [[6 November]] [[1829]] diberkati oleh Monseigneur Prinsen dan diberi nama '''Santa Maria Diangkat ke Surga'''.
Gereja itu cukup membantu para imam dalam menjalankan misi pelayanannya di Batavia. Umat yang mengikuti misa semakin banyak. Untuk pertama kalinya, pada tanggal [[8 Mei]] [[1834]], empat orang pribumi suku [[Jawa]] dibaptis di gereja ini.
Seiring dengan berjalannya waktu, gereja tersebut mengalami banyak kerusakan. Perbaikan yang dilakukan hanya bersifat tambal sulam saja. Kemudian pada tahun [[1859]] diadakan renovasi yang cukup besar. Menurut pengamatan seorang ahli bangunan, menara yang ada di tengah atap merupakan penyebab terjadinya kerusakan dan kebocoran. Menara tersebut terlalu berat bagi struktur atap gereja, sehingga menekan tembok dan menimbulkan kebocoran dimana-mana. Oleh karena itu diusulkan untuk membongkar menara kecil tersebut dan menggantinya dengan sebuah menara baru yang terletak di atas pintu masuk, di sebelah barat. Akhirnya pada tanggal [[31 Mei]] [[1880]] gereja ini mulai difungsikan lagi setelah selesai direnovasi.
Hampir sepuluh tahun kemudian, [[9 April]] [[1890]], ditemukan bagian-bagian gereja yang mulai rusak, Setumpuk kapur dan pasir berserakan dekat sebuah pilar. Keadaan ini cukup mencemaskan para imam, terutama Pater Kortenhorst yang pagi itu sempat menginjak setumpuk kapur dan pasir tersebut. Pada hari yang sama sekitar pk. 09.00 pagi, Pastor Kortenhorst dan Pastor Luypen memeriksa situasi gereja. Salah satu pilar
Ketika debu sudah mulai turun, kehancuran gereja mulai
Kondisi gereja saat itu sangat parah dan tidak memungkinkan untuk penyelenggaraan misa. Untuk sementara waktu misa diselenggarakan di dalam garasi kereta kuda yang disesuaikan fungsinya untuk gereja darurat.<ref name="Situs resmi Katedral Jakarta"/>
===
Para imam dan umat mulai mengupayakan dibangunnya gereja yang baru. Tanggal [[1 November]] [[1890]] ditandatangani sebuah kontrak antara Monseigneur Claessens dan pengusaha Leykam tentang pembelian tiga juta batu bata. Ukurannya harus sesuai dengan contoh yang dilampirkan dan harganya ditetapkan 2,2 dan 2,5 sen sebuah. Mulai tanggal [[1 Desember]] [[1890]], setiap bulannya harus diserahkan 70.000 buah batu bata dari perusahaan pembakaran. Jumlah batu bata yang retak dan pecah tidak boleh melebihi 10%. Dari kondisi ini jelaslah bahwa pembangunan gereja dilakukan secara lebih professional.
Orang yang ditunjuk dan dipercaya untuk menjadi perencana dan arsitek pembangunan gereja ini adalah Pastor [[Antonius Dijkmans]], SJ seorang ahli bangunan yang pernah mengikuti kursus arsitektur gerejani di [[Violet-le-Duc]] di [[Paris]],
Pada pertengahan tahun [[1891]] mulai dilakukan peletakan batu pertama untuk memulai pembangunan gereja tersebut. Setelah kurang lebih setahun berjalan pembangunan terpaksa dihentikan karena kurangnya biaya. Selain itu, pada tahun [[1894]] Pastor Antonius Dijkmans, SJ harus pulang ke Belanda karena sakit dan akhirnya meninggal dunia pada tahun 1922. Pekerjaan pembangunan macet dan misa tetap dilaksanakan di garasi Pastoran.
Uskup baru, Mgr [[Edmundus Sybradus Luypen|E.S. Luypen SJ]] (1898-1923) mengumpulkan dana di Belanda dan Insinyur [[M.J. Hulswit]] memulai pembangunan lagi. Batu "pertama" diletakkan dan diberkati pada tanggal [[16 Januari]] [[1899]], sebagai tanda dimulainya lagi pembangunan gereja ini. Pada bulan November balok-balok atap di pasang.<ref name="Situs resmi Katedral Jakarta"/>
Untuk mendukung dana pembangunan gereja, umat tidak tinggal diam saja. Badan Pengurus Gereja bersama umat dua kali mengadakan undian (loterai), satu kali sebelum pelatakan fondamen, kemudian sebelum pembangunan atas dimulai. Karena subsidi dari pemerintah tetap ditolak, maka menutup kekurangan itu dikeluarkan obligasi sebesar Fl 50.000,- dan pengumpulan derma di kalangan umat Katolik maupun
Selain arsitek baru, ada juga seorang kontraktor bernama van Schaik. Sedangkan Ir. van Es mewakili Badan Pengurus Gereja sebagai ''bouwheer''. Konstruksi besi kedua menara digambar dan dikerjakan oleh Ir. van Es sendiri.
11 tahun sesudah keputusan Badan Pengurus Gereja, 10 tahun sesudah peletakan batu pertama, gereja selesai. Perlu diingat bahwa selama 7 tahun pembangunan gereja terhenti karena kehabisan dana, sehingga pembangunan sebenarnya hanya berlangsung 3 tahun.
"'''De Kerk van Onze Lieve Vrowe ten Hemelopneming - Gereja Santa Maria Diangkat Ke Surga'''" diresmikan dan diberkati oleh Mgr. Edmundus Sybradus Luypen, SJ, seorang Vikaris Apostolik Jakarta pada tanggal [[21 April]] [[1901]]. Dalam upacara peresmian tersebut banyak dihadiri para pejabat dan umat. Mgr Luypen berdoa sejenak di hadapan patung Maria yang terdapat
Mulai sejak itu gereja utama di Jakarta itu layak disebut '''Katedral''', karena
===
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM De kathedraal aan het Lapangan Banteng Djakarta TMnr 60054762.jpg|
Berbagai peristiwa mewarnai lebih dari 100 tahun berdirinya Gereja Katedral ini. Pada tahun [[1924]] untuk pertama kalinya seorang Uskup ditahbiskan dalam Gereja Katedral, yaitu Mgr. [[
Kardinal [[
Pembicaraannya dengan para waligereja dan pembesar ordo yang berkarya di seluruh Indonesia penting bagi masa depan. Hasilnya diumumkan pada tahun [[1961]]
Vikaris Apostolik Jakarta, Mgr. [[Adrianus Djajasepoetra]], yang ditahbiskan di Katedral Jakarta oleh Duta Besar Vatikan pada tanggal [[23 April]] [[1953]], sepuluh tahun tahun kemudian diangkat menjadi Uskup Agung. Pada saat itu
Pada tahun 1963/1965 para Uskup Indonesia ikut serta dalam [[konsili Vatikan II]], yang membawa banyak perubahan dalam pastoral dan liturgi Gereja. Waktu para Uskup masih berada di Roma, di Jakarta pecah G30S PKI, sehingga Katedral perlu dijaga oleh para [[Pemuda Katolik]] dan tentara.
Peristiwa lainnya yang menggembirakan bagi umat Jakarta adalah kunjungan [[Paus Paulus VI]] (1970) dan [[Paus Yohanes Paulus II]] (1989) ke Indonesia yang disambut oleh Mgr [[Leo Soekoto]]. Ibadat dirayakan dengan meriah oleh Paus Paulus VI bersama banyak Uskup di Katedral. Pada waktu kunjungan Paus Yohanes Paulus II di Keuskupan Agung Jakarta sedang berlangsung Sinode Pertama.<ref name="Situs resmi Katedral Jakarta"/>
Seiring dengan masa 100 tahun ini, pada tahun [[1988]] dilakukan pemugaran untuk memperbaiki kerusakan-kerusakan dan membersihkan lumut serta pengecatan ulang. Disamping itu juga dibangun gedung Pastoran dan gedung pertemuan yang baru
Pada [[13 Agustus]] [[1988]], purnakarya pemugaran gereja Katedral diresmikan oleh Bapak [[Soepardjo Roestam]] yang pada saat itu
Pada tahun [[2002]] juga sempat dilakukan pembersihan dan pengecatan ulang pada dinding luar gedung gereja Katedral karena lumut banyak tumbuh merambat di dinding.
Baris 123 ⟶ 140:
Ketika gedung ini pertama kali dibangun dulu, para pejabat genie (pasukan zeni) waktu itu menilai gedung gereja yang menghabiskan biaya 628.000 gulden rancangan P.A Dijkmans tersebut sebagai "gedung yang terlampau kuat" mengingat struktur gedung dan material yang digunakan sungguh-sungguh pilihan yang terbaik. Maka sampai sekarang - 100 tahun sesudahnya - gereja Katolik utama di Jakarta tetap berdiri tegak.
[[Berkas:Jakarta Indonesia Jakarta-Cathedral-05.jpg|jmpl|Pintu Masuk Utama]]
== Arsitektur dan eksterior ==
[[Berkas:Plaza Pancasila Gereja Katedral Jakarta.jpg|jmpl|kiri|Plaza Pancasila Katedral.]]
Gereja Katedral Jakarta memiliki arsitektur dan eksterior:<ref name="katedral"/>
* Arsitektur gereja dibuat dengan gaya [[Kebangkitan Gotik|neo-gotik]]. Denah dengan bangunan berbentuk salib dengan panjang 60 meter dan lebar 20 meter. Pada kedua belah terdapat balkon selebar 5 meter dengan ketinggian 7 meter. Konstruksi bangunan ini dikerjakan oleh seorang tukang batu dari Kwongfu, [[Tiongkok]]. konstruksi bangunan ini terdiri dari batu bata tebal yang diberi plester dan berpola seperti susunan batu alam. Dinding batu bata ini menunjang kuda-kuda kayu jati yang terbentang selebar bangunan.
* Ada 3 menara di Gereja Katedral, yaitu: Menara Benteng Daud, Menara Gading dan Menara Angelus Dei. Menara ini dibuat dari besi. Bagian bawah didatangkan dari Nederland dan bagian atas dibuat di bengkel Willhelmina, Batavia.
* Di menara gading terdapat jam yang pada mesinnya tertulis Van Arcken & Co.
* Lonceng: Pada menara Benteng Daud terdapat lonceng yang dihadiahkan oleh Clemens George Marie van Arcken. Pada menara Gading terdapat lonceng yang lebih kecil dan disumbankan oleh Tuan Chasse. Lonceng yang terbesar bernama Wilhelmus yang merupakan hadiah dari Tuan J.H. de Wit.
* Patung Kristus Raja: berada di halaman depan gereja.
* Goa Maria: Bentuk fisiknya mirip dengan [[Tempat Ziarah Bunda Maria dari Lourdes|Goa Maria di Lourdes]], [[
* Pintu Masuk Utama: terdapat patung Maria dan ada tulisan ''Beatam Me Dicentes Omnes''' yang berarti "Semua keturunan menyebut aku bahagia".
* Rozeta: merupakan jendela bercorak Rosa Mystica sebagai lambang dari Bunda Maria. Benda ini terletak di atas gerbang utama.
* Plaza Pancasila: taman dengan hiasan dengan ikon [[Garuda Pancasila]].
== Interior Katedral ==
[[Berkas:Jakarta Indonesia Jakarta-Cathedral-01.jpg|jmpl|Interior Katedral]]
[[Berkas:Jakarta Indonesia Jakarta-Cathedral-03.jpg|jmpl|Orgel Pipa]]
* Serambi Gereja:
:Pada pintu utama terdapat sebuah batu pualam yang isinya hendak memberitahu bahwa gereja ini didirikan oleh Arsitek [[Marius Hulswit]] 1899-1901. Pada tembok sebelah selatan terdapat pualam putih yang menjelaskan bahwa gedung ini digambarkan oleh [[Antonius Dijkmans]]. Pada sisi kiri terdapat monumen "Du Bus" yang dibuat di [[Belgia]] dan dipersembahkan kepada umat katolik.<ref name="katedral"/>
* Ruang Umat:
* Panti Imam:
:[[Berkas:Altar Katedral Des 22.jpg|jmpl|Altar Katedral Jakarta, Natal 2022]]
== Museum Katedral ==
Museum ini diresmikan pada tanggal 28 April 1991 oleh Mgr Julius Darmaatmadja. Pembuatan museum Katedral diprakarsai oleh pastor kepala Katedral pada waktu itu, yaitu Pater [[Rudolf Kurris]]. Hal ini berawal dari rasa cinta Kurris terhadap sejarah dan benda-benda bersejarah. Menurutnya, benda-benda bersejarah itu dapat membangkitkan rasa kagum manusia terhadap masa lampau dan keinginannya menyalurkan pengetahuan dari generasi ke generasi. Museum Katedral ini sebelumnya berada di ruang balkon Katedral, namun sekarang dpindahkan ke pastoran lama, sisi utara gereja atau Plaza Maria.<ref name="katedral"/>
:- Teks doa berbingkai: Dua versi buku misa ber[[bahasa Latin]] yang dipakai pada masa pra-[[Vatikan II]].
:- Mitra dan
:- Piala dan Kasula [[Paus Yohanes Paulus II]]
:- Replika Pastoran
:- Perangko
:- Lukisan dari batang pohon pisang karya [[Kusni Kasdut]]
:- Replika perahu Pastor P. Bonnike, SJ
:-
:- Orgel Pipa asli katedral
== Pastor
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
* 2017–kini: A. Hani Rudi Hartoko, SJ
==
<center><gallery>
Berkas:Jakarta Indonesia Jakarta-Cathedral-08.jpg|Altar gereja
Berkas:Jakarta Indonesia Jakarta-Cathedral-02.jpg|Aspersorium katedral, dengan sebuah batu peringatan untuk Marius Hulswit
Berkas:Jakarta Indonesia Jakarta-Cathedral-07.jpg|Menara Katedral Jakarta
Berkas:Saint Francis Xavier statue, Jakarta Cathedral, Indonesia.jpg|Patung [[Fransiskus Xaverius|Santo Fransiskus Xaverius]]
Berkas:Pieta Gereja Katedral Jakarta.jpg|Katedral Jakarta [[Pietà]]
</gallery></center>
== Lihat pula ==
*[[Daftar paroki di Keuskupan Agung Jakarta]]
* [[Daftar gereja tua di Indonesia]]
*[[Daftar katedral di Indonesia]]
*[[Keuskupan Agung Jakarta]]
== Referensi ==
Baris 226 ⟶ 250:
== Pranala luar ==
{{Commonscat|Jakarta Cathedral}}
* {{id}} [http://www.katedraljakarta.or.id Situs resmi] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20110817010015/http://www.katedraljakarta.or.id/ |date=2011-08-17 }}
* {{id}} [http://www.kompas.com/kompas-cetak/0312/23/natal/761087.htm "Parkir antara Istiqlal dan Katedral"] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20101204124716/http://www.kompas.com/kompas-cetak/0312/23/natal/761087.htm |date=2010-12-04 }}, ''KOMPAS''
{{Cagar budaya peringkat nasional di Indonesia}}
{{Batavia}}
{{Topik Jakarta}}
{{Keuskupan Agung Jakarta}}
{{DEFAULTSORT:Jakarta}}
[[Kategori:Paroki di Keuskupan Agung Jakarta|+Katedral]]
[[Kategori:
[[Kategori:
[[Kategori:Gereja tua di Indonesia|Katedral]]
[[Kategori:Bangunan bersejarah di Jakarta]]
[[Kategori:Cagar budaya peringkat nasional]]
[[Kategori:Situs cagar budaya di Indonesia]]
[[Kategori:Cagar budaya Indonesia di Daerah Khusus Ibukota Jakarta]]
|