Cabai: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
33Maulida (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Membatalkan suntingan berniat baik oleh I Dewa Made Agung Kertha Nugraha (bicara): Sumbernya? (TW)
Tag: Pembatalan Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
 
(173 revisi antara oleh lebih dari 100 100 pengguna tak ditampilkan)
Baris 1:
{{other uses|Cabai (disambiguasi)|}}
{{inuse|8 Mei}}
 
{{kegunaanlain}}
{{taxobox
|name = Cabai
Baris 10 ⟶ 8:
|unranked_classis =
|unranked_ordo =
|ordo =Solanales
|familia =Solanaceae
|genus =Capsicum
|species =
||Nama Ilmiah=Capsicum annuum
|L.}}
'''Cabai''' atau '''cabe merah''' atau '''lombok''' ([[bahasa Jawa]]) adalah buah dan tumbuhan anggota [[genus]] ''[[Capsicum]]''. Buahnya dapat digolongkan sebagai [[sayuran]] maupun [[bumbu]], tergantung bagaimana digunakanpemanfaatannya. Sebagai bumbu, buah cabai yang [[pedas]] sangat populer di [[Asia Tenggara]] sebagai penguat rasa untuk makanan. Bagi seni [[masakan Padang]], cabai bahkan dianggap sebagai "bahan makanan pokok" kesepuluh (alih-alih sembilankesembilan). Sangat sulit bagi masakan Padang dibuat tanpa cabai.
 
== Manfaat cabai ==
Cabai merah Besar (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu jenis sayuran yang memilki nilai ekonomi yanng tinggi. Cabai mengandung berbagai macam senyawa yang berguna bagi kesehatan manusia. Sun et al. (2007) melaporkan cabai mengandung antioksidan yang berfungsi untuk menjaga tubuh dari serangan radikal bebas. Kandungan terbesar antioksidan ini adalah pada cabai hijau. Cabai juga mengandung Lasparaginase dan Capsaicin yang berperan sebagai zat anti kanker (Kilham 2006; Bano & Sivaramakrishnan 1980).
Cabai merah besar (''Capsicum annuum'' L.) merupakan salah satu jenis sayuran yang memilki nilai ekonomi yang tinggi. Cabai mengandung berbagai macam senyawa yang berguna bagi kesehatan manusia.<ref name="Geografi">Sayuti A. 2006. Geografi budaya dalam wilayah pembangunan daerah Sumatera Barat. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah.</ref>
 
Cabai (''Capsicum annum'' L.) merupakan salah satu komoditas sayuran yang banyak dibudidayakan oleh petani di Indonesia karena memiliki harga jual yang tinggi<ref (name="Pestisida Nabati Ramuan dan Aplikasi">Kardinan. 2002). Pestisida Nabati Ramuan dan Aplikasi. Jakarta: Penebar Swadaya.</ref> dan memiliki beberapa manfaat kesehatan yang salah satunya adalah zat capsaicin yang berfungsi dalam mengendalikan penyakit kanker. Selain itu, terdapat kandungan vitamin C yang cukup tinggi pada cabai dapat memenuhi kebutuhan harian setiap orang, tetapi harus dikonsumsi secukupnya untuk menghindari nyeri lambung.
Cabai atau lombok termasuk dalam suku terong-terongan ([[Solanaceae]]) dan merupakan tanaman yang mudah ditanam di dataran rendah ataupun di [[dataran tinggi]]. Tanaman cabai banyak mengandung [[vitamin A]] dan [[vitamin C]] serta mengandung minyak atsiri ''[[capsaicin]]'', yang menyebabkan rasa pedas dan memberikan kehangatan panas bila digunakan untuk rempah-rempah (bumbu dapur). Cabai dapat ditanam dengan mudah sehingga bisa dipakai untuk kebutuhan sehari-hari tanpa harus membelinya di pasar. Tanaman cabe cocok ditanam pada [[tanah]] yang kaya humus, gembur dan sarang serta tidak tergenang air; pH tanah yang ideal sekitar 5 - 6. Waktu tanam yang baik untuk lahan kering adalah pada akhir musim hujan (Maret - April). Untuk memperoleh harga cabe yang tinggi, bisa juga dilakukan pada bulan Oktober dan panen pada bulan Desember, walaupun ada risiko kegagalan. Tanaman cabai diperbanyak melalui biji yang ditanam dari tanaman yang sehat serta bebas dari hama dan penyakit . Buah cabe yang telah diseleksi untuk bibit dijemur hingga kering. Kalau panasnya cukup dalam lima hari telah kering kemudian baru diambil bijinya: Untuk areal satu [[hektar]] dibutuhkan sekitar 2-3 kg buah cabe (300-500 gr biji).
 
== Cara penanaman ==
Salah satu kendala utama dalam sistem produksi cabai di Indonesia adalah adanya serangan lalat buah pada tanaman cabai. Kalshoven (1981) menerangkan bahwa hama ini sering menyebabkan gagal panen. berdasarkan laporan yang ada kerusakan pada tanaman cabai di Indonesia dapat mencapai 35% (Deptan 2006). Cabai yang terserang sering tampak sehat dan utuh dari luar tetapi bila dilihat di dalamnya membusuk dan mengandung larva lalat. Penyebabnya adalah hama lalat buah terutama Bactrocera carambolae. Karena gejala awalnya yang tak tampak jelas, sementara hama ini sebarannya masih terbatas di kepulauan Indonesia, lalat buah menjadi hama karantina yang ditakuti sehingga dapat menjadi penghambat ekspor buah-buahan mauapun pada produksi cabai. Sebenarnya sudah dilakukan upaya untuk mengendalikan serangan lalat buah ini, di antaranya adalah pembrongsongan yang dapat mencegah serangan lalat buah. Akan tetapi, cara ini tidak praktis untuk dilakukan pada tanaman cabai dalam areal yang luas. Sementara penggunaan insektisida selain mencemari lingkungan juga sangat berbahaya bagi konsumen buah. Oleh karena itu, diperlukan cara pengendalian yang ramah lingkungan dan cocok untuk diterapkan di areal luas seperti di lahan sentral produksi cabai.
[[Berkas:Chilli plantation bali.jpg|jmpl|Kebun cabai di Bedugul, Bali]]
Upaya pengendalian lalat buah pada tanaman cabai, khususnya cabai merah, adalah penggunaan insektisida sintetik karena dianggap praktis, mudah didapat, dan menunjukkan efek yang cepat. Adiyoga dan Soetiarso (1999) melaporkan 80% petani sayuran menggunakan pestisida untuk mengendalikan penyakit tanaman. Akan tetapi penggunaan insektisida tersebut sering meninggalkan residu yang berbahaya terhadap lingkungan dan kesehatan manusia (Duriat 1996). Disamping harga insektisida sintetik yang mahal, dampak dari adanya residu insektisida sintetik dalam bidang ekonomi adalah penolakan ekspor oleh banyak negara tujuan ekspor atas produk-produk cabai yang mengandung residu fungisida dan pestisida lain (Caswell & Modjusca 1996). Di antara insektisida yang banyak digunakan dalam pengendalian serangan lalat buah pada cabai adalah Diazinon, Dursban, Supracide, Tamaron dengan konsentrasi 3-5%, dan Agrothion (Pracaya 1991).
Cabai atau lombok termasuk dalam suku terong-terongan ([[Solanaceae]]) dan merupakan tanaman yang mudah ditanam pada dataran rendah ataupun [[dataran tinggi]]. Tanaman cabai banyak mengandung [[vitamin A]] dan [[vitamin C]] serta mengandung minyak asiri ''capsaicin'', yang menyebabkan rasa pedas dan memberikan kehangatan panas bila digunakan untuk rempah-rempah (bumbu dapur). Cabai dapat ditanam dengan mudah sehingga bisa dipakai untuk kebutuhan sehari-hari tanpa harus membelinya di pasar.
 
Cabai atau lombok termasuk dalam suku terong-terongan ([[Solanaceae]]) dan merupakan tanaman yang mudah ditanam di dataran rendah ataupun di [[dataran tinggi]]. Tanaman cabai banyak mengandung [[vitamin A]] dan [[vitamin C]] serta mengandung minyak atsiri ''[[capsaicin]]'', yang menyebabkan rasa pedas dan memberikan kehangatan panas bila digunakan untuk rempah-rempah (bumbu dapur). Cabai dapat ditanam dengan mudah sehingga bisa dipakai untuk kebutuhan sehari-hari tanpa harus membelinya di pasar. Tanaman cabe cocok ditanam pada [[tanah]] yang kaya humus, gembur dan sarang, serta tidak tergenang air; pH tanah yang ideal sekitar 5 - 65—6. Waktu tanam yang baik untuk lahan kering adalah pada akhir musim hujan (Maret - AprilMaret—April). Untuk memperoleh harga cabecabai yang tinggi, bisa juga dilakukan pada bulan Oktober dan panen pada bulan Desember, walaupun adakemungkinan memiliki risiko kegagalan. Tanaman cabai diperbanyak melalui biji yang ditanam dari tanaman yang sehat serta bebas dari hama dan penyakit . Buah cabecabai yang telah diseleksi untuk bibit dijemur hingga kering. Kalau panasnya cukup dalam lima hari telah kering kemudian baru diambil bijinya:. Untuk areal satu [[hektarhektare]] dibutuhkan sekitar 2-3dua sampai tiga kg buah cabecabai (300-500300—500 gr biji).
Agrios. 1998. Plant Pathologi. New York: Academic Press.
BPS (Biro Pusat Statistik). 2007. Data produksi sayuran Indonesia. http://www.deptan.go.id/bdexim/. [6 April 2007]
BPS (Biro Pusat Statistik). 2007. Data ekspor-impor sayuran Indonesia. http://www.deptan.go.id/bdexim/. [6 April 2007]
Ditjen BPPHP. 2002. Volume dan Nilai Ekspor Hortikultura Indonesia Tahun 2000-2001. Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura.
Hamijaya MZ dan Asikin A. 2005. Teknologi ”Indiggenous” dalam mengendalikan hama padi di Kalimantan Selatan. Dalam Simposium Nasional, Ketahanan dan Keamanan Pangan pada Era Otonomi dan Globalisasi. Bogor 22 November 2005.
Irliyandi F. 2006. Pembentukan Badan Pengelolaan Daerah Perlindungan Laut (BP-DPL) dengan model Co-Managemant sebagai Alternatif Solusi Pengelolaan Berkelanjutan di Kepulauan Raja Ampat. Lomba Karya Tulis Mahasiswa Lingkungan Hidup. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB.
 
== Permasalahan produksi ==
Salah satu kendala utama dalam sistem produksi cabai di Indonesia adalah dengan adanya serangan [[lalat buah]] pada tanamanbuah cabai. Hama ini sering menyebabkan gagal [[panen]].<ref name="The Pest of Crops in Indonesia">Kalshoven, L.G.E. (1981). menerangkanThe bahwaPest hamaof iniCrops seringin menyebabkanIndonesia. gagalJakarta: panenPT. berdasarkanIchtiar laporanBaru yangVan adaHoeve.</ref> Laporan [[Departemen Pertanian Republik Indonesia]] tahun 2006 menunjukkan bahwa kerusakan pada tanaman cabai di Indonesia akibat hama dapat mencapai 35% (Deptan 2006). CabaiBuah cabai yang terserang sering tampak sehat dan utuh dari luar tetapi bila dilihat di dalamnya membusuk dan mengandung [[larva]] lalat. Penyebabnya utamanya adalah hama lalat buah terutama ''[[Bactrocera carambolae]]''. Karena gejala awalnya yang taktidak tampak jelas, sementara [[hama]] ini sebarannya masih terbatas di kepulauan Indonesia, lalat buah menjadi hama [[karantina]] yang ditakuti sehingga dapat menjadi penghambat ekspor buah-buahan mauapunmaupun pada produksi cabai. Sebenarnya sudah dilakukan upaya untuk mengendalikan serangan lalat buah ini, di antaranya adalah pembrongsongan yang dapat mencegah serangan lalat buah. Akan tetapi, cara ini tidak praktis untuk dilakukan pada tanaman cabai dalam areal yang luas. Sementara penggunaan insektisida selain mencemari lingkungan juga sangat berbahaya bagi konsumen buah. Oleh karena itu, diperlukan cara pengendalian yang ramah lingkungan dan cocok untuk diterapkan di areal luas seperti di lahan sentral produksi cabai.
 
Selain lalat buah, kutu daun ''Myzus persicae'' ([[Hemiptera]]: Aphididae) merupakan salah satu hama penting pada budi daya cabai, karena dapat menyebabkan kerusakan hingga 80%. Upaya pengendaliannya dapat menggunakan insektisida nabati ekstrak ''Tephrosia vogelii'' dan ''Alpinia galanga''.<ref>[http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/58836 Toksisitas Ekstrak Tephrosia vogelii dan Alpinia galanga terhadap Myzus persicae pada Tanaman Cabai]</ref>
 
=== Upaya penanggulangan hama ===
Kalie MB. 1996. Bertanam Pepaya. Jakarta: Penebar Swadaya.
Sebenarnya sudah dilakukan upaya untuk mengendalikan serangan lalat buah ini, di antaranya adalah pembrongsongan yang dapat mencegah serangan lalat buah. Akan tetapi, cara ini tidak praktis dan efektif untuk dilakukan pada tanaman cabai dalam areal yang luas. Sementara penggunaan insektisida selain dapat mengakibatkan pencemaran lingkungan juga sangat berbahaya bagi [[konsumen]]. Oleh karena itu, diperlukan cara pengendalian yang ramah lingkungan dan cocok untuk diterapkan di areal luas seperti di lahan sentral produksi cabai. Upaya pengendalian lalat buah pada tanaman cabai, khususnya cabai merah, adalah penggunaan insektisida sintetik karena dianggap praktis, mudah didapat, dan menunjukkan efek yang cepat. Selain insektisida sintetik, insektisida nabati seperti kacang babi ''Tephrosia vogelii'', jeruk purut ''[[Citrus × hystrix|Citrus]]'' [[Citrus × hystrix|x ''hystrix'']], serai wangi ''Cymbopogon citratus'' efektif sebagai penolak lalat buah.<ref>[http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/56345 Evaluasi Lima Ekstrak Tanaman sebagai Penolak Lalat Buah Bactrocera sp. (Diptera: Tephritidae) pada Cabai Merah.]</ref>
Kalshoven, L.G.E. 1981. The Pest of Crops in Indonesia. Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve.
Kamrin MA. 1997. Pesticide Profiles: Toxicity, Environmental, Impact, and Fate. New York: Lewis Publisher.
Kardinan. 2002. Pestisida Nabati Ramuan dan Aplikasi. Jakarta: Penebar Swadaya.
WALHI (Wahana Lingkungan Hidup). 1987. Teropong Masalah Pestisida (Terompet). Jakarta: WALHI.
Pomeroy, Robert. 2004. Fisheries co-Management A Fact Sheet for Connecticut Fishermen. Connecticut Sea Grant Extension. Department of Agriculture and Resource Economics University of Connecticut.
Prijono D. 1999. Prospek dan strategi pemanfaatan insektisida alami dalam PHT. Di dalam: Nugroho BW, Dadang dan Prijono D, editor. Bahan Pelatihan Pengembangan dan Pemanfaatan Insektisida alami, Bogor 9-13 Agustus 1999. Bogor: pusat Kajian PHT IPB. Halaman 1-7.
Sabari SD, Broto W, Mulyani T, Yuni S, Pratikno S. 2001. Perbaikan teknologi penyadapan dan pengawetan getah pepaya segar untuk produksi papain. Jurnal Hortikultura 11 (3):196-206.
 
[[Berkas:1. Tanaman Cabai Besar Hijau.jpg|jmpl|tanaman cabai]]
 
Upaya pengendalian lalat buah pada tanaman cabai, khususnya cabai merah, adalah penggunaan insektisida sintetik karena dianggap praktis, mudah didapat, dan menunjukkan efek yang cepat. Adiyoga dan Soetiarso (1999) melaporkan 80% petani sayuran menggunakan pestisida untuk mengendalikan penyakit tanaman. Akan tetapi, penggunaan insektisida tersebut sering meninggalkan [[residu]] yang berbahaya terhadap lingkungan dan kesehatan manusia (Duriat 1996). DisampingDi samping harga [[insektisida]] sintetik yang mahal, dampak dari adanya residu insektisida sintetik dalam bidang ekonomi adalah penolakan [[ekspor]] oleh banyak negara, tujuan ekspor atas produk-produk cabai yang mengandung residu [[fungisida]] dan [[pestisida]] lain (Caswell & Modjusca 1996). Di antara insektisida yang banyak digunakan dalam pengendalian serangan lalat buah pada cabai adalah Diazinon, Dursban, Supracide, Tamaron dengan konsentrasi 3-53—5%, dan Agrothion (Pracaya 1991).
 
== Kegunaan ==
Cabai adalah buah pokok di [[Bhutan]]. Orang Bhutan menyebut tanaman ini ema (dalam Dzongkha) atau solo (dalam Sharchop). [[Ema datshi]] seluruhnya terbuat dari cabai yang dicampur dengan [[keju]] lokal.
 
== Referensi ==
{{Reflist}}
 
== Lihat pula ==
Baris 51 ⟶ 50:
* [[Cabai rawit]]
 
== Pranala luar ==
{{bahan-masakan-stub}}
{{Commons category|Capsicum}}
{{tumbuhan-stub}}
* {{en}} [http://au.lifestyle.yahoo.com/b/better-homes-gardens/8003/some-like-it-hot/ Petunjuk bercocok tanam cabai] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20090218022925/http://au.lifestyle.yahoo.com/b/better-homes-gardens/8003/some-like-it-hot |date=2009-02-18 }}
* {{en}} [http://www.plantcultures.org/plants/chilli_pepper_landing.html Sejarah dan manfaat cabai] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20050220140720/http://www.plantcultures.org/plants/chilli_pepper_landing.html |date=2005-02-20 }}
* {{en}} [http://www.chilepepperinstitute.org/ Tentang cabai di situs web New Mexico State University] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20161120165150/http://www.chilepepperinstitute.org/ |date=2016-11-20 }}
* {{en}} [http://www.g6csy.net/chile/database.html Basis data varietas cabai] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20070415014525/http://www.g6csy.net/chile/database.html |date=2007-04-15 }}
 
{{Taxonbar|from=Q165199}}
 
[[Kategori:Cabai| ]]
[[Kategori:Tumbuhan]]
[[Kategori:Solanaceae]]
[[Kategori:TumbuhanCapsicum]]
 
[[ar:فلفل حار]]
[[bg:Люта чушка]]
[[cs:Chilli paprička]]
[[da:Chili (krydderi)]]
[[en:Chili pepper]]
[[eo:Kapsiketo]]
[[fi:Chili]]
[[fr:Piment]]
[[hi:मिर्च]]
[[hr:Čili]]
[[ht:Piman]]
[[hu:Csilipaprika]]
[[ja:唐辛子]]
[[ko:고추]]
[[la:Chili]]
[[lt:Raudonasis pipiras]]
[[ms:Cili]]
[[nl:Chilipeper]]
[[pl:Papryka chili]]
[[pt:Chili]]
[[ru:Красный перец]]
[[simple:Chili pepper]]
[[sv:Chilipeppar]]
[[th:พริก]]
[[vi:Ớt]]