Tjipto Mangoenkoesoemo: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
|||
(67 revisi perantara oleh 44 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{No footnotes}}{{Infobox Person
| name =
| image = Tjipto Mangoenkoesoemo - Leden van de Indische Partij, vermoedelijk te 's Gravenhage, KITLV 3725 (cropped).tiff
| caption = Tjipto Mangoenkoesoemo
| birth_date = {{birth date|1886|03|04}}
| birth_place = [[Pecangaan, Jepara|Pecangaan]], [[Kabupaten Jepara|Jepara]], [[Hindia Belanda]]
| death_date = {{death date and age|1943|
| restingplace = Taman Makam Pahlawan [[Ambarawa]], [[Kabupaten Semarang|Semarang]]
| death_place = [[Jakarta]], [[Masa pendudukan Jepang]]
|occupation= [[Politikus]], [[Aktivis]], [[Penulis]], [[Priyayi]]▼
|nationality = [[Jawa]], Indonesia
▲| occupation = [[Politikus]], [[Aktivis]], [[Penulis]], [[Priyayi]]
| spouse =
}}
[[Berkas:Douwes Dekker, Tjipto Mangunkusumo, and Suryadi Suryaningrat (Ki Hadjar Dewantoro), 20 Mei Pelopor 17 Agustus, p11.jpg|jmpl|Tjipto Mangoenkoesoemo (tampak kanan) dalam [[Tiga Serangkai]].]]
'''[[Dokter|dr.]]
Dokter Cipto menikah dengan seorang [[Indo]] pengusaha [[batik]], sesama anggota organisasi ''[[Insulinde]]'', bernama Marie Vogel pada tahun 1920.
Baris 17 ⟶ 19:
Berbeda dengan kedua rekannya dalam "Tiga Serangkai" yang kemudian mengambil jalur pendidikan, Cipto tetap berjalan di jalur politik dengan menjadi anggota ''[[Volksraad]]''. Karena sikap radikalnya, pada tahun 1927 ia dibuang oleh pemerintah penjajahan ke [[Kepulauan Banda|Banda]].
Ia wafat pada tahun 1943 dan dimakamkan di [[TMP]] [[Ambarawa]]. Pada tanggal 19 Desember 2016, atas jasa-jasanya, Pemerintah Republik Indonesia, mengabadikan beliau dia pecahan uang logam rupiah baru, pecahan Rp200.
== Perjalanan
Cipto Mangunkusumo dilahirkan pada 4 Maret 1886 di desa
Meskipun keluarganya tidak termasuk golongan priyayi birokratis yang tinggi kedudukan sosialnya, Mangunkusumo berhasil menyekolahkan anak-anaknya pada jenjang yang tinggi. Cipto beserta adik-adiknya yaitu Gunawan, Budiardjo, dan Syamsul Ma’arif bersekolah di [[School tot Opleiding van Indische Artsen|STOVIA]], sementara Darmawan, adiknya bahkan berhasil memperoleh beasiswa dari pemerintah Belanda untuk mempelajari ilmu kimia industri di [[Universitas Teknik Delft|Universitas Delft]], Belanda. Si bungsu, Sujitno terdaftar sebagai mahasiswa ''[[
== Pendidikan ==
[[File:Cipto_Mangunkusumo_statue_of_prominent_Indonesian_independence_leader.jpg|267x267px|right|thumb|Patung Cipto Mangunkusumo di [[Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo|rumah sakit Cipto Mangunkusumo]], Jakarta]]
Ketika menempuh pendidikan di STOVIA, Cipto mulai memperlihatkan sikap yang berbeda dari teman-temannya. Teman-teman dan guru-gurunya menilai Cipto sebagai pribadi yang jujur, berpikiran tajam, dan rajin. “Een begaafd leerling”, atau murid yang berbakat adalah julukan yang diberikan oleh gurunya kepada Cipto. Di STOVIA, Cipto juga mengalami perpecahan antara dirinya dan lingkungan sekolahnya. Berbeda dengan teman-temannya yang suka pesta dan bermain, Cipto lebih suka menghadiri ceramah-ceramah orang, baca buku, dan
Beberapa
Keadaan ini senantiasa digambarkannya melalui [[De Locomotief]], surat harian kolonial yang sangat berkembang pada waktu itu, di samping [[Bataviaasch Nieuwsblad]]. Sejak tahun 1907 Cipto sudah menulis di harian De Locomotief. Tulisannya berisi kritikan, dan menentang
Kondisi kolonial lainnya yang ditentang oleh Cipto adalah diskriminasi ras. Sebagai contoh, orang Eropa menerima gaji yang lebih tinggi dari orang pribumi untuk suatu pekerjaan yang sama. Diskriminasi membawa perbedaan dalam berbagai bidang misalnya, peradilan, perbedaan pajak, kewajiban kerja rodi dan kerja desa. Dalam bidang pemerintahan, politik, ekonomi, dan sosial, bangsa Indonesia menghadapi garis batas warna. Tidak semua jabatan negeri terbuka bagi bangsa Indonesia. Demikian juga dalam perdagangan, bangsa Indonesia tidak mendapat kesempatan berdagang secara besar-besaran, tidak sembarang anak Indonesia dapat bersekolah di sekolah Eropa.
Tulisan-tulisannya di harian De Locomotief, mengakibatkan Cipto sering mendapat teguran dan peringatan dari pemerintah. Untuk mempertahankan kebebasan dalam berpendapat Cipto kemudian keluar dari dinas pemerintah dengan konsekuensi mengembalikan sejumlah uang ikatan
Selain dalam bentuk tulisan, Cipto juga sering melancarkan protes dengan bertingkah melawan arus. Misalnya larangan memasuki sociteit bagi bangsa Indonesia tidak diindahkannya. Dengan pakaian khas yakni kain batik dan jas lurik, ia masuk ke sebuah sociteit yang penuh dengan orang-orang Eropa. Cipto kemudian duduk dengan kaki dijulurkan, hal itu mengundang kegaduhan di sociteit. Ketika seorang opas (penjaga) mencoba mengusir Cipto untuk keluar dari gedung, dengan
== Budi Utomo ==
Terbentuknya [[Budi Utomo]] pada [[20 Mei]] [[1908]] disambut baik Cipto sebagai bentuk kesadaran pribumi akan dirinya. Pada kongres pertama Budi Utomo di [[Yogyakarta]], jati diri politik Cipto
Dalam kongres yang pertama terjadi perpecahan antara Cipto dan [[Radjiman Wedyodiningrat]]. Cipto menginginkan Budi Utomo sebagai organisasi politik yang harus bergerak secara demokratis dan terbuka bagi semua rakyat Indonesia.<ref name=":0" /> Organisasi ini harus menjadi pimpinan bagi rakyat dan jangan mencari hubungan dengan atasan, bupati, dan pegawai tinggi lainnya. Sedangkan Radjiman ingin menjadikan Budi Utomo sebagai suatu gerakan kebudayaan yang bersifat Jawa.<ref name=":0" />
Cipto tidak menolak [[kebudayaan Jawa]], tetapi yang ia tolak adalah kebudayaan [[keraton]] yang feodalis. Cipto mengemukakan bahwa sebelum persoalan kebudayaan dapat dipecahkan, terlebih dahulu diselesaikan masalah politik. Pernyataan-pernyataan Cipto bagi
Meskipun diangkat sebagai pengurus Budi Utomo, Cipto akhirnya mengundurkan diri dari Budi Utomo yang dianggap tidak mewakili aspirasinya. Sepeninggal Cipto tidak ada lagi perdebatan dalam Budi Utomo akan tetapi Budi Utomo kehilangan kekuatan
== Indische Partij ==
Setelah mengundurkan diri dari Budi Utomo, Cipto membuka praktik dokter di [[Solo]]. Ia juga berandil besar dalam pemberantasan wabah pes di Malang pada 1911. Berkat jasanya itulah, Dokter Tjipto mendapat bintang emas, penghargaan dari pemerintah kolonial Hindia Belanda.<ref name=":0" />
Setelah mengundurkan diri dari Budi Utomo, Cipto membuka praktik dokter di [[Solo]]. Meskipun demikian, Tjipto tidak meninggalkan dunia politik sama sekali. Di sela-sela kesibukan nya melayani pasien nya, tjyipto mendirikan Raden Ajeng Kartini Klub yang bertujuan memperbaiki nasib rakyat. Perhatiannya pada politik semakin menjadi-jadi setelah dia bertemu dengan [[Ernest Douwes Dekker|Douwes Dekker]] yang tengah berpropaganda untuk mendirikan [[Indische Partij]]. Cipto melihat Douwes Dekker sebagai kawan seperjuangan. Kerja sama dengan Douwes Dekker telah memberinya kesempatan untuk melaksanakan cita-citanya, yakni gerakan politik bagi seluruh rakyat Hindia Belanda. Bagi Cipto [[Indische Partij]] merupakan upaya mulia mewakili kepentingan-kepentingan semua penduduk [[Hindia Belanda]], tidak memandang suku, golongan, dan agama.▼
▲
Pada tahun [[1912]] Cipto pindah dari [[Solo]] ke [[Bandung]], dengan dalih agar dekat dengan Douwes Dekker. Ia kemudian menjadi anggota redaksi penerbitan harian ''de Express'' dan majalah ''het Tijdschrijft''. Perkenalan antara Cipto dan Douwes Dekker yang sehaluan itu sebenarnya telah dijalin ketika Douwes Dekker bekerja pada [[Bataviaasch Nieuwsblad]]. Douwes Dekker sering berhubungan dengan murid-murid STOVIA.▼
▲Pada tahun [[1912]] Cipto pindah dari [[Solo]] ke [[Bandung]], dengan dalih agar dekat dengan Douwes Dekker. Ia kemudian menjadi anggota redaksi penerbitan harian ''de Express'' dan majalah ''het Tijdschrijft''. Perkenalan antara Cipto dan Douwes Dekker yang sehaluan itu sebenarnya telah dijalin ketika Douwes Dekker bekerja pada ''[[Bataviaasch Nieuwsblad]]''. Douwes Dekker sering berhubungan dengan murid-murid STOVIA.
Pada November [[1913]], Belanda memperingati 100 tahun kemerdekaannya dari [[Perancis]]. Peringatan tersebut dirayakan secara besar-besaran, juga di Hindia Belanda. Perayaan tersebut menurut Cipto sebagai suatu penghinaan terhadap rakyat bumi putera yang sedang dijajah. Cipto dan [[Suwardi Suryaningrat]] kemudian mendirikan suatu komite perayaan seratus tahun kemerdekaan Belanda dengan nama Komite Bumi Putra. Dalam komite tersebut Cipto dipercaya untuk menjadi ketuanya. Komite tersebut merencanakan akan mengumpulkan uang untuk mengirim telegram kepada [[Ratu Wilhelmina]], yang isinya meminta agar pasal pembatasan kegiatan politik dan membentuk parlemen dicabut. Komite Bumi Putra juga membuat selebaran yang bertujuan menyadarkan rakyat bahwa upacara perayaan kemerdekaan Belanda dengan mengerahkan uang dan tenaga rakyat merupakan suatu penghinaan bagi bumi putera.▼
▲Pada November [[1913]], Belanda memperingati 100 tahun kemerdekaannya dari [[
Aksi Komite Bumi Putera mencapai puncaknya pada 19 Juli 1913, ketika harian De Express menerbitkan suatu artikel Suwardi Suryaningrat yang berjudul ''“Als Ik Een Nederlander Was”'' (Andaikan Saya Seorang Belanda). Pada hari berikutnya dalam harian De Express Cipto menulis artikel yang mendukung Suwardi untuk memboikot perayaan kemerdekaan Belanda. Tulisan Cipto dan Suwardi sangat memukul Pemerintah Hindia Belanda, pada [[30 Juli]] 1913 Cipto dan Suwardi dipenjarakan, pada [[18 Agustus]] 1913 keluar surat keputusan untuk membuang Cipto bersama [[Suwardi Suryaningrat]] dan [[Douwes Dekker]] ke Belanda karena kegiatan propaganda anti Belanda dalam Komite [[Bumi Putera]].▼
▲Aksi Komite Bumi
Selama masa pembuangan di Belanda, bersama Suwardi dan Douwes Dekker, Cipto tetap melancarkan aksi politiknya dengan melakukan propaganda politik berdasarkan ideologi Indische Partij. Mereka menerbitkan majalah De Indier yang berupaya menyadarkan masyarakat Belanda dan Indonesia yang berada di Belanda akan situasi di tanah jajahan. Majalah De Indier menerbitkan artikel yang menyerang kebijaksanaan Pemerintah Hindia Belanda.
Kehadiran tiga pemimpin tersebut di Belanda ternyata telah membawa pengaruh yang cukup berarti terhadap organisasi mahasiswa Indonesia di Belanda. [[Indische Vereeniging]], pada mulanya adalah perkumpulan sosial mahasiswa Indonesia, sebagai tempat saling memberi informasi tentang tanah airnya. Akan tetapi, kedatangan Cipto, Suwardi, dan Douwes Dekker berdampak pada konsep-konsep baru dalam gerakan organisasi ini. Konsep “Hindia bebas dari Belanda dan pembentukan sebuah negara Hindia yang diperintah rakyatnya sendiri mulai dicanangkan oleh ''[[Indische Vereeniging]]''. Pengaruh mereka
== Insulinde ==
Oleh karena alasan kesehatan, pada tahun [[1914]] Cipto diperbolehkan pulang kembali ke Jawa dan sejak saat itu dia bergabung dengan ''[[Insulinde]]'', suatu perkumpulan yang menggantikan ''Indische Partij''. Sejak itu, Cipto menjadi anggota pengurus pusat Insulinde untuk beberapa waktu dan melancarkan propaganda untuk Insulinde, terutama di daerah pesisir utara pulau Jawa. Selain itu, propaganda Cipto untuk kepentingan Insulinde dijalankan pula melalui majalah Indsulinde yaitu Goentoer Bergerak, kemudian surat kabar berbahasa Belanda De Beweging, surat kabar Madjapahit, dan surat kabar Pahlawan. Akibat propaganda Cipto, jumlah anggota Insulinde pada tahun [[1915]] yang semula berjumlah 1.009 meningkat menjadi 6.000 orang pada tahun [[1917]]. Jumlah anggota Insulinde mencapai puncaknya pada Oktober [[1919]] yang mencapai 40.000 orang. Insulinde di bawah pengaruh kuat Cipto menjadi partai yang radikal di Hindia Belanda. Pada [[9 Juni 1919]] Insulinde mengubah nama menjadi ''Nationaal-Indische Partij'' (NIP).
Pada
Bagi Cipto pembentukan Volksraad merupakan suatu kemajuan yang berarti, Cipto memanfaatkan Volksraad sebagai tempat untuk menyatakan pemikiran dan kritik kepada pemerintah mengenai masalah sosial dan politik. Meskipun Volksraad dianggap Cipto sebagai suatu kemajuan dalam sistem politik, namun Cipto tetap menyatakan kritiknya terhadap Volksraad yang dianggapnya sebagai lembaga untuk mempertahankan kekuasaan penjajah dengan kedok [[demokrasi]].
Pada [[25
== Pengasingan ==
[[Berkas:Ciptomangun-hospital.jpg|jmpl|
Melihat kenyataan itu, Pemerintah Hindia Belanda menganggap Cipto sebagai orang yang sangat berbahaya, sehingga [[Dewan Hindia]] (''Raad van Nederlandsch Indie'') pada 15 Oktober 1920 memberi masukan kepada Gubernur Jenderal untuk mengusir Cipto ke daerah yang tidak berbahasa Jawa.<ref name=":0" /> Akan tetapi, pada kenyataannya pembuangan Cipto ke daerah [[Jawa]], [[Madura]], [[Aceh]], [[Palembang]], [[Jambi]], dan [[Kalimantan Timur]] masih tetap membahayakan pemerintah. Oleh sebab itu, Dewan Hindia berdasarkan surat kepada Gubernur Jenderal mengusulkan pengusiran Cipto ke [[Kepulauan Timor]]. Pada tahun itu juga Cipto dibuang dari daerah yang berbahasa Jawa tetapi masih di pulau Jawa, yaitu ke [[Bandung]] dan dilarang keluar kota Bandung. Selama tinggal di Bandung, Cipto kembali membuka praktik dokter. Selama tiga tahun Cipto mengabdikan ilmu kedokterannya di Bandung, dengan sepedanya ia masuk keluar kampung untuk mengobati pasien.
Di Bandung, Cipto dapat bertemu dengan kaum nasionalis yang lebih muda, seperti [[Sukarno]] yang pada tahun [[1923]] membentuk ''[[Algemeene
Pada akhir tahun [[1926]] dan tahun [[1927]] di beberapa tempat di Indonesia terjadi pemberontakan [[komunis]]. Pemberontakan itu menemui kegagalan dan ribuan orang ditangkap atau dibuang karena terlibat di dalamnya. Dalam hal ini Cipto juga ditangkap dan didakwa turut serta dalam perlawanan terhadap pemerintah. Hal itu disebabkan suatu peristiwa, ketika pada bulan Juli 1927 Cipto kedatangan tamu seorang [[militer]] pribumi yang berpangkat [[kopral]] dan seorang kawannya. Kepada Cipto tamu tersebut mengatakan rencananya untuk melakukan [[sabotase]] dengan meledakkan persediaan-persediaan [[mesiu]], tetapi dia bermaksud mengunjungi keluarganya di [[Jatinegara]], [[Jakarta]], terlebih dahulu. Untuk itu dia memerlukan uang untuk biaya perjalanan. Cipto
Setelah pemberontakan komunis gagal dan dibongkarnya kasus peledakan gudang mesiu di Bandung, Cipto dipanggil pemerintah untuk menghadap pengadilan karena dianggap telah memberikan andil dalam membantu anggota komunis dengan memberi uang 10 gulden dan
== Akhir Hidup ==
Dalam pembuangan, penyakit asmanya kambuh. Beberapa kawan Cipto kemudian mengusulkan kepada pemerintah agar Cipto dibebaskan. Ketika Cipto diminta untuk menandatangani suatu perjanjian bahwa dia dapat pulang ke Jawa dengan melepaskan hak politiknya, Cipto secara tegas mengatakan bahwa lebih baik mati di Banda daripada melepaskan hak politiknya. Cipto kemudian dialihkan ke Bali, [[Makasar]], dan pada tahun [[1940]] Cipto dipindahkan ke [[Sukabumi]].
== Catatan kaki ==
{{reflist}}
== Referensi ==
Baris 93 ⟶ 99:
== Pranala luar ==
* [http://www.britannica.com/EBchecked/topic/362068/Tjipto-Mangunkusumo Article in Britannica.]
* [http://openlibrary.org/books/OL519555M/Dr._Tjipto_Mangoenkoesoemo Biographical notes at the Open library.]
* [http://www.iisg.nl/rebels/en/content/173-tjipto-mangunkusumo International institute of social history.] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20131213163837/http://www.iisg.nl/rebels/en/content/173-tjipto-mangunkusumo |date=2013-12-13 }}
* [http://www.jstor.org/pss/3350857 JSTOR article.]
* {{id}} [http://www.ekonomirakyat.org/edisi_20/artikel_2.htm Jurnal Ekonomi Rakyat] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20050210153300/http://ekonomirakyat.org/edisi_20/artikel_2.htm |date=2005-02-10 }}
* {{id}} [http://tokohindonesia.com/ensiklopedi/c/cipto-mangunkusumo/index.shtml Artikel di TokohIndonesia.com] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20050307025426/http://www.tokohindonesia.com/ensiklopedi/c/cipto-mangunkusumo/index.shtml |date=2005-03-07 }}
* {{id}} [http://segitiga.stikom.edu/v.01/main.php?act=tok&xid=200108 biografi di segitigaonline.com] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20070312022155/http://segitiga.stikom.edu/v.01/main.php?act=tok&xid=200108 |date=2007-03-12 }}
* {{id}} [http://www.solusihukum.com/tokoh/tokoh30.php biografi di solusihukum.com] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20050201133510/http://www.solusihukum.com/tokoh/tokoh30.php |date=2005-02-01 }}
{{Pahlawan Indonesia}}
Baris 110 ⟶ 115:
[[Kategori:Dokter Indonesia]]
[[Kategori:Pahlawan nasional Indonesia]]
[[Kategori:Tokoh dari Semarang]]▼
[[Kategori:Tokoh Jawa Tengah]]
[[Kategori:Tokoh Semarang]]<!--dilarang memakai kategori "Tokoh dari Semarang"-->
[[Kategori:Tokoh Jawa]]
[[Kategori:Tokoh dari Ambarawa]]
[[Kategori:Tokoh dari Kecamatan Pecangaan]]
[[Kategori:Kelahiran 1886]]
[[Kategori:Kematian 1943]]
[[Kategori:Politikus Partai Nasional Indonesia]]
[[Kategori:Pendiri partai politik]]
[[Kategori:Pejuang kemerdekaan Indonesia]]
|