Toar dan Lumimuut: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Punusingon (bicara | kontrib)
Cun Cun (bicara | kontrib)
k Mengembalikan suntingan oleh 103.144.132.41 (bicara) ke revisi terakhir oleh Cun Cun
Tag: Pengembalian
 
(39 revisi perantara oleh 24 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Rapikan}}
Toar dan Lumimuut diyakini oleh masyarakat daerah [[Minahasa]] sebagai nenek moyang mereka. Versi cerita mengenai Toar dan Lumimuut ada dua yaitu versi legenda atau mitos dan versi sejarah.
{{noref}}
[[Berkas:Toar and Lumimuut at Bukit Kasih.JPG|jmpl|ka|250px|Patung Toar dan Lumimuut di [[Bukit Kasih]] ]]
 
Menurut sejarah legenda Minahasa, '''[[Toar]] dan [[Lumimuut]]''' adalah nenek moyang dari [[suku Minahasa]]. Diyakini oleh masyarakat daerah [[Minahasa]] sebagai nenek moyang mereka. Versi cerita mengenai Toar dan Lumimuut ada menurut legenda bermacam.
 
== Versi Legenda ==
 
Cerita ini termasuk [[mitos]] karena pada jamanzaman lampau orang Minahasa menganggap cerita ini suci dan tidak secara sembarang di kisahkandikisahkan, cerita ini hanya dapat di nyanyikandinyanyikan pada upacara khusus seperti upacara [[Rumages]] asal kata "reges" artinya angin ataupun upacara [[Mangorai]]. Walau kisahnya sama tapitetapi jalan ceritanya berbeda.
 
Cerita Toar-Lumimuut yang paling lengkap dan yang terbaik kita ambildiambil dari buku " Uit Onze Kolonien" tulisan.H.Van Kol. terbitan thntahun 1903.halaman.160-165 dalam bahasa Tombulu " De Zang van Karema" ( nyanyian dewi Karema), seperti di kitahuidiketahui dewa-dewi Toar-Lumimuut adalah leluhur pertama orang Minahasa, kedua manusia pertama orang Minahasa yang menurunkan seluruh orang Minahasa itu ,telah dikawinkan oleh seorang dewi yang bernama [[Karema]] berwujud wanita tua. Karema, Lumimuut dan Toar adalah dewa-dewi leluhur pertama orang Minahasa, sebelum mereka ada juga beberapa nama leluhur lainnya, tapitetapi semua leluhur lainnya itu telah mati tenggelam ketika pada jamanzaman purba terjadi banjir besar Ampuhan atau Dimenew yang membuat seluruh tanah Minahasa terbenam air kecuali satu puncak pegunungan Wulur Mahatus di Minahasa selatan, demikianlahdemikian lah menurut cerita mithos Minahasa, dan cerita dibawahdi bawah ini dimulai ketika banjir besar itu telah berlalu. Dinyanyikan oleh seorang wanita tua dalam jabatannya sebagai [[Walian Tua]] (pemimpin [[Walian]]) pada upacara Rumages, wanita tua itu akan berperan sebagai Dewi [[Karema]]. Setiap satu syair dinyanyikan, maka penari [[Maengket Katuakan|Maengket]] akan menyambut dengan menyanyikan bagian refrein...."Eeeeh Rambi-rambian" artinya " bunyikanlah gong perunggu" ( Rambi = gong perunggu), nyanyian itu adalah sebagai berikut, mulai syair pertama yang langsung diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia. Dari cerita inilah sumber utama Minahasanologi mengenai agama asli, kepercayaan, seni budaya, dan adat kebiasaan orang [[Minahasa]].
 
=== Versi Cerita Rumages ===
'''SYAIR PERTAMA''':
[[Berkas:Maengket.jpg|thumb|right|250px|[[Tari Maengket]]]]
SYAIR PERTAMA :
 
''Oooh Talingan nio untenge minatontonai …….Eeeeh Rambi-rambian''.
 
Artinya :wahai dengarkanlah ceritera yang telah di turunkan……diturunkan…….bunyikanlah gong
 
''Si minatontonai wanam puruk u langit ………. Eeeeeh Rambi-rambian''
 
Artinya: ceritera yang telah diturunkan dari atas langit………….bunyikanlah gong
 
''Si zei^kan meilengkaz, wo mawia-me dungus intanak…Eeeh rambi-rambian''
 
Artinya ; Dia ( Karema) tidak dilahirkan ketika datang dan ada di muka bumi..bunyikan gong
 
''Si karengan nimatoume, mei kolote um batu …..Eeeeh rambi-rambian''
 
Baris 25 ⟶ 31:
 
(Syair berikutnya tidak dilanjutkan karena merupakan refrein lagu Rambi-rambian agar mudah mengikuti jalan ceritanya)
Kepercayaan kepada Tuhan
Masyrakat minahasa mempercayai adanya Tuhan. Konsep surga dan neraka di percayai oleh orang minasahasa. Konsep sudah dipengaruhi oleh masuknya agama kriaten.
 
'''SYAIR KEDUA ''':
 
''Niakumo si mahawe^ena^ase , yah wiamo angka^aya^an''
 
Artinya: Sayalah pemberi ingatan kesadaran berpikir, dan saya telah ada di dunia ini.
 
Artinya: Sayalah pemberi ingatan kesadaran berpikir, dan saya telah ada didunia ini.
''Yah werenanku an tanak, leme^ loyo kampe''
 
Artinya: Aku lihat tanah permukaan bumi masih lembut berlumpur(karena banjir besar )
 
''Si suatan ma^ra^ar , sumena-sena^''
 
Artinya : Tapi bersama itu sinar matahariMatahari bercahaya terang
 
''Ta^an kangkasi^I , umpele-peleng zima^I – za^I''
 
Artinya : Tetapi juga kesemuanya itu terasa menyenangkan
 
'''SYAIR KETIGA''':
 
''Wo Aku sumaru, sendangan timu''
SYAIR KETIGA:
 
''Wo Aku sumaru , sendangan timu''
 
Artinya ; lalu aku menghadap arah tenggara
 
''Yah, sinumpak um berenku , un Akel Matutung''
 
Artinya : Mataku dihadang oleh pemandangan sebatang pohon Aren (pohong saguer)
''Yah , Tumarak-tak , an tali watu ma^ragos''
 
''Yah, Tumarak-tak, an tali watu ma^ragos''
Artinya : Dan terdengar bunyi gemeretak, buah pohon Aren jatuh ketanah
 
Artinya: Dan terdengar bunyi gemeretak, buah pohon Aren jatuh ketanah
 
''Wo ni^ilek-ku tawi ni^itu, sumo^so^ane me-ngasin''
Baris 61 ⟶ 70:
Artinya; Dan kulihat dekat pohon itu, ada sungai yang airnya mengalir kelaut
 
'''SYAIR KEEMPAT''':
 
''Wo mawiling , sumaru sendangan Amian''
SYAIR KEEMPAT :
 
''Wo mawiling Aku , sumaru sendangan Amian''
 
Artinya: Lalu aku memutarkan badan menghadap arah timur laut
 
''Yah , kina patesanku , un Asa retik''
 
Artinya : dan perhatianku tertuju pada pohon “Asa” (kano-kano, jelaga)
 
''Yah ma^tou karete ni^itu , un Tu^is Rarawir''
 
Artinya : Dan yang bertumbuh dekat itu adalah pohon T u ^ I s (Jenis pohon batang Lembut )
 
''Wo rimuru^ ma^wire-wirei , u la^it um bene^''
 
Artinya ; dan yang dipojokdi pojok itu nampaktampak melambai adalah pohon “ daong nasi “
 
'''SYAIR KELIMA''':
 
''Tumondong Aku mapa-saru, Amian talikuzan''
SYAIR KELIMA :
 
Artinya: Kemudian itu aku menghadap arah Barat laut
''Tumondong Aku mapa-saru , Amian talikuzan''
 
''Yah, kina werenanku witu, um-Bangelei ne Kotulus''
Artinya : Kemudian itu aku menghadap arah Barat laut
 
Artinya: Dan tampak olehku, tanaman obat “Wangelei” ( Tumulawak)
''Yah , kina werenanku witu , um-Bangelei ne Kotulus''
 
''Yah Karuru^ karete ni^itu, um Bawali Kundamah''
Artinya : Dan nampak olehku, tanaman obat “Wangelei” ( Tumulawak)
 
Artinya ; Dan dipojok dekat situ, ada tanaman “ Wawali Kundamah” (pohon Kencur)
''Yah Karuru^ karete ni^itu , um Bawali Kundamah''
 
''Yah minalung ni^itu, un Tewasen ne Rumopa''
Artinya ; Dan dipojok dekat situ , ada tanaman “ Wawali Kundamah” (pohon Kencur)
 
Artinya ; Dan pohon yang menaungi tempat itu adalah pohon “ Tewasen”
''Yah minalung ni^itu , un Tewasen ne Rumopa''
 
Artinya ; Dan pohon yang menaungi tempat itu adalah pohon “ Tewasen”
(pohon katu)Yang batangnya menghasilkan sagu .
 
'''SYAIR KE-ENAM''':
 
''Kamurian Aku mapasaru, Timu^ talikuzan''
SYAIR KE-ENAM :
 
Artinya: kemudian aku menghadap arah, barat daya
''Kamurian Aku mapasaru , Timu^ talikuzan''
 
''Yah, kapatesanku ma-witu, un Ayamen ka^ukur''
Artinya : kemudian aku menghadap arah , barat daya
 
''Yah, kapatesanku ma-witu , un Ayamen ka^ukur''
 
Artinya ; Dan pandanganku tertumbuk pada pohon “Ayamen” (Silar, daun tikar)
 
''Yah sana remong witu , un-Tambelang Tumitikak''
 
Artinya : Dan satu rumpun dengan itu, adalah pohon bambu “ Tambelang”(bulu ikang)
 
''Ta^an un antang witu nate Si Raraha, menorome niaku''
 
Artinya :Tapi (dari arah itu), hati dan kemauan si gadis (Lumimu^ut) sudah teguh dan dia berjalan lurus ke-arah saya ( Karema).
 
 
'''SYAIR KE-TUJUH ''':
 
''Liwaganku sia , sa apa u ngarana''
 
Artinya : Aku bertanya kepadanya , siapakah namanya
 
''Yah Ongah u nuwu^na mingkot sia , LUMIMU'UT u ngaranku''
 
Artinya: Dan dengan jelas didia menjawab pertanyaan saya bahwa namanya LUMIMU'UT
 
''Yah tentu kang-kasi^I, Sia Limiwaga u ngaranku''
 
Artinya ; Dan begitu juga lagi dia (Lumimuut) menanyakan nama saya.
''Wo Totozenku u ngaranku , KAREMA ne Rumarages''
 
''Wo Totozenku u ngaranku, KAREMA ne Rumarages''
Artinya ; Lalu aku tegaskan nama saya : KAREMA pendeta upacara agama “Rumages” .
 
Artinya ; Lalu aku tegaskan nama saya: KAREMA pendeta upacara agama “Rumages” .
 
'''SYAIR -DELAPAN ''':
 
''Witu kai ma^esa^an sana zizikezan, tu le^os wo u lewo''
Baris 148 ⟶ 154:
Artinya ; Dan bersama-sama kita pergi ke-tempat tinggal kita
 
''In toro-itu , kai Timou mina^elu-eluzan mahwatu''
 
Artinya : waktu itu kita berdua hidup berkasih-kasihan dan menyatu
 
''Yah , witu kai lawiz , wo zei'kazei'an''
 
Artinya : Dan disitulahdi situlah kita hidup diberkati dan senantiasa berkecukupan
 
'''SYAIR KE-SEMBILAN''':
 
''Pina'aleiku wia nisia, Wehane A'asaren Aku''
SYAIR KE-SEMBILAN:
 
Artinya; Aku (karema) mintakan kepadanya, berikanlah ceritera kepadaku
''Pina'aleiku wia nisia , Wehane A'asaren Aku''
 
''Sa sei si Ama'na, wo sei si Ina'na''
Artinya; Aku (karema) mintakan kepadanya , berikanlah ceritera kepadaku
 
''Sa sei si Ama'na , wo sei si Ina'na''
 
Artinya: Kalau siapa Ayah-nya dan siapakah Ibunya
Baris 169 ⟶ 174:
''Sa kura u lalana, angika ayome wia''
 
Artinya : Dan bagaimana caranya, hinga dapat tiba disinidi sini (di Minahasa)
 
''Wo kura um pa’az-na, in Tumou wia''
 
Artinya : Dan bagaimana keinginannya, hidup disinidi sini (di Minahasa)
 
'''SYAIR KE-SEPULUH''':
 
SYAIR KE-SEPULUH :
 
''Yah ongah u nuwuk’ku ing kumua wia ni sia''
 
Artinya : Dengan jelas aku berkata kepada-nya (Karema)
 
''Wewe’an un Aoan nah-gio-gioan, ang kenap-sena’na''
 
Artinya : Ada bukit-bukit yang berhadap-hadapan, yang terang dengan cahaya
 
''Ni itu ya tanu lalem-lalemdeman, wo tanu zuni-zuni’an''
 
Artinya : Tempat itu nampaktampak seperti berkabut awan, dengan warna seperti pelangi
 
''Ya wituma un Arina, Linengkaran niaku''
 
Artinya : DisanalahDi sanalah tempatnya, aku dilahirkan
 
'''SYAIR KE-SEBELAS''':
 
SYAIR KE-SEBELAS :
 
''U ngaran nei ketor um pusez ni Inaku-ku en WENGI''
 
Artinya : Nama ketika tali pusar dipotong dari ibu adalah WENGI
 
''Yah si Ama’ku ka’uman, wen KAWENGIAN u ngaranan''
 
Artinya : Dan ayahku, bernama Kawengian
 
''Ni Sera se timau’ niaku, witu um bantang''
 
Artinya : Mereka (Ibu dan Ayahku) yang memasukkan aku dalam perahu-rakit
 
''Ni sera se nimayome niaku, witu u louz''
 
Artinya : Mereka (Ibu dan Ayahku), yang telah mengayunkan ke-laut.
 
'''SYAIR KE-DUABELAS''':
 
SYAIR KE-DUABELAS:
 
''Si Ina’ku si Simi’si’me, witung kikile’ku kakan''
 
Artinya : Ibuku telah menyelipkan, pada ketiak-ku sebelah kanan
 
''Un Sinaputan, an ipa’pespes, wo un Atelu’ Esa''
 
Artinya : Satu Bungkusan disemaikan, dan satu butir telur
 
''Si Ama’ku Ka’ uman si simipsipe, witung Kawi’i''
 
Artinya : Dan Ayah-ku telah menyisipkan, di (ketiak-ku) sebelah kiri
 
''Un Uka’ Winutame, am batuna Tumou – tou''
 
Artinya : Tempurung di isidiisi penuh dengan biji-bijian besar yang dapat bertumbuh.
 
 
'''SYAIR KE-TIGABELAS''':
 
''Um Bantang – ku ayur wo Lembo, Limaya’ wo uma’lending''
 
Artinya : Perahu rakit-ku hanyut dan timbul (dipermukaandi permukaan laut), dipermainkan (Ombak) dan bunyi berderak-derak
 
''U Limingke-lingkey, endo wo wengi''
 
Artinya :Dan bergoyang-goyang (kekiri, kekanan, kemuka, kebelakang), siang dan malam.
 
''Ya naigom aku wo ika-tekel, zie’mo si genang-ku''
 
Artinya :Dan aku mabuk-laut hingga tertidur, dan tidak sadar diri
 
''Le’os Limengki’ um bantang, simangkil wurias''
 
Artinya :Untunglah tertumbuk perahu rakit-ku, tersandung benda keras
 
'''SYAIR KE-EMPATBELAS''':
 
SYAIR KE-EMPATBELAS :
 
''Tare Aku Mapolo, woan ma’we’ena’as ung genang-ku''
 
Artinya : Barulah aku terbangun, kemudian ingatan kesadaranku kembali
 
''Yah, tana’ rimagos witun saput kakan, nimamualimo un tana’ kenu''
 
Artinya : Dan tanah yang terbungkus di (ketiak) kanan-ku yang terjatuh
telah berubah menjadi tanah (minahasa) ini
 
''Ka’ uman um batuna I peresouw, timoumo wangun sombor''
 
Artinya : Dan lagi biji-bijian untuk di hamburkandihamburkan, telah tumbuh menghijau
 
''Ya un atelu’ e minawalui-ye, tatamun-tuan''
 
Artinya : dan Telur itu telah berubah menjadi binatang-binatang
 
'''SYAIR KE-LIMABELAS''':
 
SYAIR KE-LIMABELAS :
 
''Yah Wisamo dei mei-ayur, kita winaway minasungkul wia''
 
Artinya : Kemanapun dia yang telah dihanyutkan ( kelaut ), kita (berdua saya dan
karema) telah bertemu di tempat ini.
 
''Ni iamo Ka’pa un tinouw-Toouwan-ta in dua''
 
Artinya : Sudah beginilah atua sudah inilah kehidupan kita berdua
 
''Niaku eh ma’ayang, akaz I lumomei u mu’u unggio''
 
Artinya : Saya (Lumimu’ut) akan bekerja, hingga (badanku) licin berkeringat sampai ke wajah-ku
 
''Satoro Ka’uman, si menginalei Kalalawiz-ta in dua''
 
Artinya : Tapi aku mintakan (pada Karema) kalau boleh, agar di doa’kanlahdidoa’kanlah
kebahagia’an hidup untuk kita berdua.
 
'''SYAIR KE-ENAMBELAS''':
 
SYAIR KE-ENAMBELAS :
 
''Laleyo un tou-touan nera, zei si kawenduan wo kalewo’an''
 
Artinya :Telah lama mereka hidup, dengan tidak ada keluhan atau pederitaan
 
''Si Karema si nime’an kura ung kawendu, sa zei’ si Tuama''
 
Artinya : Karema memberikan pendapatnya bagaimana tidak bahagianya (seorang wanita) bila tidak ada lelaki
 
''Ni Sia si Mahalez si kariana, si siga’ ka’uman ma’ lele-lele''
 
Artinya : Dialah (Kaerma) yang menggerakkan temannya lumimu’ut karena (Karema) pandai membujuk agar kemauannya di ikutidiikuti
 
''Wo sera mondole witi rurag, wen miki rara’ate si Empung''
 
Artinya : lalu mereka keluar dari lobanglubang gua (tempat tinggalnya) untuk berdoa meminta pengasihan Tuhan
 
'''SYAIR KE-TUJUHBELAS''':
 
SYAIR KE-TUJUHBELAS :
 
''Si Kaerma tare tumo’tol, ma-endo Walian''
 
Artinya : Karema lalu menyiapkan upacara agama, dan bertindak sebagai Pendeta.
 
''Yah I rondorna si Lumimu’ut, sumaru timu’ – sendangan''
 
Artinya : Lalu diaturnyalah agar Lumimu’ut, berdiri menghadap tenggara
 
''Si Karema menginalei ung kalalawiz ni lumimu’ut''
 
Artinya : Karema berdoa minta kebagaiaan Lumimu’ut, tapitetapi tidak terjadi apa-apa.
 
''Si Lumimu’ut si zei’ si- torona, to walina’an u Rendaina''
 
Artinya : Lumimu’ut tidak mendapat apa-apa, karena itu cara berdirinya dirobahdiubah arah
 
'''SYAIR KE-DELAPANBELAS''':
 
SYAIR KE-DELAPANBELAS :
 
''A sia Sumaru un amian – sendangan''
 
Artinya : Lalu dia dihadapkan ke arah timur laut
 
''Si Karema menginalei, we’ane Kalalawiz si Lumimu’ut''
 
Artinya :Karema lalu berdoa memintakan kebahagiaan untuk Lumimu’ut
 
''Ta’an zei si wua’na, wen si Lumimu’ut zei’ si ka’ara’an''
 
Artinya : Tapi tidak juga dibuahi, karena Lumimu’ut tidak merasa sesuatu
 
''Si Karema zei’ mento’, an enso’ana u rendai ni Lumimu’ut''
 
Artinya : Kareama tidak berhenti berusaha, pindah arah berdiri Lumimu’ut
 
'''SYAIR KE-SEMBILANBELAS''':
 
SYAIR KE-SEMBILANBELAS :
 
''Si Lumimu’ut sumarulah un Amian-talikuzan''
 
Artinya : Dan Lumimu’ut lalu berdiri kearahke arah barat-latu
 
''Si Walian Menginalei kasi’I, ta’an zei’ si Torona''
 
Artinya : Pendeta Karema lalu berdoa lagi, tapitetapi tidak diberi apa-apa
 
''Ma’an dei’ si Wua’ na, Ta’an zei’ mento’ sia mengimbali''
 
Artinya :walau tidak di buahidibuahi, tapitetapi Karema tidak berhenti meminta doa
dengan bersungguh-sungguh
 
''Ni’itu Sia Sumaru-mo kasi’I sanaera, lumele si Karema''
 
Artinya : karena itu dia menghadap lagi kearahke arah yang lain, Karema membujuk (dalam doa-nya)
 
 
'''SYAIR KE-DUAPULUH ''':
 
''Yah mera, a sumaru si Empung ti timu-Talikuzan''
 
Artinya : Dan berpindahlah menghadap Tuhan di arah barat laut
 
''Yah un Awa’at timu-Talikuzan, minehe za’I si Lumimu’ut''
 
Artinya : Dan angin dari barat laut memberikan kesenangan yang diminta Lumimu’ut
 
''Yah ne ilengkaz name, si utuk wangun''
 
Artinya : Dan dilahrkanlahdilahirkanlah oleh lumimu’ut, anak bayi lelaki yang tampan
 
''Nisia si lemekep ung katutu’a, wo ung Kalalawiz nera zua''
 
Artinya : anak itulah yang melengkapi kebahagiaan kedua wanita itu sampai hari tuanya.
 
'''SYAIR KE-DUAPULUH SATU''':
 
SYAIR KE-DUAPULUH SATU :
 
''An sia ngaran-neralah, un Toa’ar''
 
Artinya : Lalu dia di namakanlahdinamakanlah oleh mereka itu, dengan nama To’ar
 
''Si To’ar timou-me, Totoz sombor zima’e''
 
Artinya : To’ar tumbuh jadi pemuda yang jadi idaman mereka
 
''Matu’a me sia, yah zime’e ung kasiga wo ung ketezen''
 
Artinya : Ketika To’ar dewasa, lalu menjadi cekatan rajin dengan badan yang kuat
 
''Si To’ar si Kalaya’ wo kaleong ni Ina’na, wo ni Walian''
 
Artinya : To’ar menjadi teman bercanda dan bersenda gurau oleh Ibunya dan
Pendeta Karema.
 
'''SYAIR KE-DUPULUH DUA''':
 
SYAIR KE-DUPULUH DUA :
 
''Apa in sana endo, line’os un teken dua ni Karema''
 
Artinya : Lalu pada suatu hari, Karema membuat dua batang tongkat
 
''Un Teken Esa wen Asa, ta’an un esa wen tu’is Rarawiz''
 
Artinya : tongkat yang satu dari Pohon Asa (kano-kano), tapitetapi tongkat yang satu
lagi dari pohon “Tu’is” diberikan pada ibunya
 
''Si Karema ni-mutum ni sera, wia si empung''
 
Artinya : Karema lalu berdoa menyerahkan kedua mereka kepada Tuhan
 
'''SYAIR KE-DUAPULUH TIGA''':
 
SYAIR KE-DUAPULUH TIGA :
 
''Karia u nuwu’ ketez, Kumua Sia wia ni sera''
 
Artinya : Dengan suara nyaring, Karema berkata kepada mereka (berdua)
 
''Nikamu yah Lumampang lumiklik, an Tana kenu''
 
Artinya : Kamu berdua berjalan-lah mengelilingi tanah (Minahasa) ini
 
''Niko To’ar yah Lumampang kumakan''
 
Artinya : Dan Engkau To’ar, berjalanlah kearahke arah kanan
 
Niko Lumimu’ut Lumampang Kumawi’i
 
Artinya : Serta engkau Lumimu’ut berjalan ke-arah kiri
 
 
'''SYAIR KE-DUAPULUH EMPAT ''':
 
''Sa kamu masungkul, yah pa’ toro-nange an teken nio''
 
Artinya : Kalau sampai nanti saling bertemu, bandingkanlah (tinggi) tongkatmu (berdua)
 
''Kura u mamualina, an teken nio san''
 
Artinya : Apa yang akan terjadi dan apa maknanya dari kedua tongkatmu nantinya
 
''Itu pa’aline, mei-asar niaku''
 
Artinya : Bawalah tongkatmu itu kepadaku, agar aku ceritakan apa maknanya
 
''Wo itu I kuaku u lekepan, um pa’ar ni Empung''
 
Artinya : Agar aku katakan apa yang harus di perbuatdiperbuat, sesuai kehendak Tuhan
 
'''SYAIR KE-DUAPULUH LIMA''':
 
SYAIR KE-DUAPULUH LIMA :
 
''A Ma’wuat si Ina’, wo si Oki’na''
 
Artinya : Dan berpisahlah si ibu, dengan anaknya
 
''Zei’ ure sera masungkul, waki Tingkolongan''
 
Artinya : Tidak lama berlalu mereka kemudian bertemu di Tingkolongan
 
''Yah Pa’a Toronera, an teken wituma''
 
Artinya : Dan disanalahdi sanalah mereka membadingkan tongkat mereka apakah sama tinggi
 
''Yah weta’ un tu’is u lambot ta’an un asa''
 
Artinya : Aduhai ternyata tongkat batang pohon “tu’is” lebih panjang dari tongkat
pohon “asa” (kano-kano)
 
'''SYAIR KE-DUAPULUH ENAM''':
 
SYAIR KE-DUAPULUH ENAM :
 
''An sera Zua mawurime, wia si Karema''
 
Artinya : Lalu mereka berdua kembalilah, kepada Karema
 
''Wen me ma’asar, in na’ singkela mo an teken''
 
Artinya : Untuk menceriterakan (pada Karema) bahwa tongkat mereka tidak sama tinggi lagi
 
''Kawuslah un asar nera, numuwu’ si Karema''
 
Artinya : Untuk melengkapi ceritera mereka, To’ar dan Lumimu’tu, lalu Karema berkata
 
''Karia u ngaran ni Wa’ilan, yah nima zei’ mo u ma’ ina’ an nio''
 
Artinya : Dengan nama “Yang Maha Mulia” (Tuhan), kamu (berdua) tidak lagi sebagai ibu dan anak
 
'''SYAIR KE-DUAPULUH TUJUH''':
 
SYAIR KE-DUAPULUH TUJUH :
 
''Akaz I nania wo mange, ya Tou sana awu-mo kamu''
 
Artinya : Mulai sekarang dan seterusnya, kamu berdua sudah menjadi Suami – Istri
 
''Tumouma malawi-lawiz, witu un rara’atean ni Empung''
 
Artinya :Hiduplah dengan penuh berkat, di dalam pengasihan Tuhan
 
''Niaku Toumou kario mio, wen aku yah, Karema wo walian''
 
Artinya : Saya akan hidup bersamamu, karena saya adalah Karema sebagai Pendeta
 
''Wo zei’lewo’enta, ung ka’ara’anta''
 
Artinya : Dan jangan kita putuskan perasaan kita satu sama lain.
 
 
'''SYAIR KE-DUAPULUH DELAPAN ''':
 
''Yah nisera Sana’awu, se minaka suzu-me''
 
Artinya : Dan mereka suami istri (Toar dan Lumimu’ut) berketurunan
 
''Se Makazua Siouw, se Oki’''
 
Artinya : Makarua Siouw (2 x 9) adalah anak-anaknya
 
''Se Makatelu Pitu, se puyun''
 
Artinya : Makatelu Pitu (3 x 7) adalah cucu-cucu
 
''Karia ne telu pa’siouwan, kinasuzuan puyun-impuyun''
Baris 539 ⟶ 525:
Dan dengan tiga wanita “Pasiowan” menurunkan buyut-buyut, cece-cece
 
Hanya satu orang penulis bangsa barat yang menganalisis Mitos Minahasa Toar dan Lumimuut secara ilmiah yakni J.Alb.T.Schwarz melalui bukunya “ Tontemboansche Teksten “ terbitan thn.1907 . Penulis J.Albt.T.Schwarz berkesimpulan bahwa mitos Toar dan LumimuutMinahasa sebenarnya ingin menggambarkan ilmu Astrologi pengetahuan bumi dan jagat raya Matahari, bulan, Bintang-bintang yang selalu sangat menarik bagi umat manusia zaman purba. Bahwa cerita Toar berjalan kekanan dan Lumimuut berjalan kekiri yang membuat mereka berpisah ke arah yang berlawanan, sebenarnya ingin menggambarkan rotasi perjalanan Matahari. Matahari terbit di timur tampak Matahari menjauhi bumi naik keatas langit dan kemudian pada sore hari Matahari terbenam di barat mendekati atau bertemu lagi dengan Bumi. Pada cerita mitos dikisahkan bahwa Toar dan Lumimuut berpisah dengan berjalan ke-arah yang berlawanan kemudian disuatu tempat yang bernama Tingkolongan mereka berdua bertemu lagi untuk menyamakan kedua tongkat mereka apakah sama tinggi. Karena tidak sama tinggi itu menjadi penyebab status Toar yang tadinya anak lalu kelak berubah jadi suami
 
Ketika Matahari terbit tampak Toar ( Dewa Matahari) keluar dari perut bumi ( dewi bumi Lumimuut) gejala alam ini menempatkan Toar ber-status ''anak''. Pada sore hari Matahari ( Dewa Matahari Toar) terbenam dan tampak masuk kedalam perut Bumi ( dewi Bumi Lumimuut) hingga tampak seperti berhubungan badan dengan bumi dan gejala alam ini menempatkan Toar ber-status sebagai ''suami'' . Dari penggambaran rotasi posisi Matahari dan bumi inilah lahir cerita mitos IBU kawin dengan ANAK ketika Bumi mendapat personifikasi manusia menjadi “Dewi Bumi” LUMIMU^UT asal kata LU^UT yang artinya berkeringat karena bumi pada pagi hari selalu ber-embun yang di anggap keringat bumi, Matahari mendapat Personifikasi TOAR yang artinya akan kita dapatkan pada Mitos Toar dan Lumimuut lainnya dalam bentuk nyanyian “ Mangorai”.
Hanya satu orang penulis bangsa barat yang menganalisa Mitos Minahasa Toar dan Lumimuut secara ilmiah yakni J.Alb.T.Schwarz melalui bukunya “ Tontemboansche Teksten “ terbitan thn.1907 . Penulis J.Albt.T.Schwarz berkesimpulan bahwa mitos Toar dan LumimuutMinahasa sebenarnya ingin menggambarkan ilmu Astrologi pengetahuan bumi dan jagat raya Matahari, bulan , Bintang-bintang yang selalu sangat menarik bagi umat manusia jaman purba. Bahwa cerita Toar berjalan kekanan dan Lumimuut berjalan kekiri yang membuat mereka berpisah kearah yang berlawanan, sebenarnya ingin menggambarkan rotasi perjalanan Matahari. Matahari terbit di timur nampak Matahari menjauhi bumi naik keatas langit dan kemudian pada sore hari Matahari terbenam di barat mendekati atau bertemu lagi dengan Bumi. Pada cerita mitos di kisahkan bahwa Toar dan Lumimuut berpisah dengan berjalan ke-arah yang berlawanan kemudian disuatu tempat yang bernama Tingkolongan mereka berdua bertemu lagi untuk menyamakan kedua tongkat mereka apakah sama tinggi. Karena tidak sama tinggi itu menjadi penyebab status Toar yang tadinya anak lalu kelak berubah jadi suami
 
Analisis J. Albt. T. Schwarz mengenai istilah "Si Apok Ni Mema' Untana' (bahasa Tontemboan) artinya: Leluhur ( Lumimu'ut) yang membuat tanah (Bumi) agar dapat didiami dan tempat anak-cucunya hidup, dan bukan berarti bahwa Lumimu'ut - lah pencipta bumi.
Ketika Matahari terbit nampak Toar ( Dewa Matahari) keluar dari perut bumi ( dewi bumi Lumimuut) gejala alam ini menempatkan Toar ber-status ''anak''. Pada sore hari Matahari ( Dewa Matahari Toar) terbenam dan nampak masuk kedalam perut Bumi ( dewi Bumi Lumimuut) hingga nampak seperti berhubungan badan dengan bumi dan gejala alam ini menempatkan Toar ber-status sebagai ''suami'' . Dari penggambaran rotasi posisi matahari dan bumi inilah lahir cerita mitos IBU kawin dengan ANAK ketika Bumi mendapat personifikasi manusia menjadi “Dewi Bumi” LUMIMU^UT asal kata LU^UT yang artinya berkeringat karena bumi pada pagi hari selalu ber-embun yang di anggap keringat bumi, Matahari mendapat Personifikasi TOAR yang artinya akan kita dapatkan pada Mitos Toar dan Lumimuut lainnya dalam bentuk nyanyian “ Mangorai”.
 
Sistem penelitian J.Albt.T.Schwarz tentu dapat kita lanjutkan dengan meneliti setiap syair dalam nyanyian ini, misalnya penjelasan bahwa ibu Lumimuut bernama Wengi dan ayahnya bernama Kawengian. Dalam bahasa Minahasa ([[Tombulu]]) ''Wengi'' artinya malam dan apabila dimaksudkan sebagai personifikasi benda malam, maka maksutnya mungkin Bulan, dan arti ''Kawengian'' adalah benda siang yang kemalaman yang mungkin ingin menggambarkan Matahari yang masih tampak sinarnya walaupun hari sudah termasuk malam. Sebagai tanda hari sudah malam adalah hewan peliharaan seperti ayam sudah naik kepohon untuk tidur, atau sudah ada Serangga malam yang berbunyi seperti “Kongkoriang” tetapi sinar Matahari masih tampak me-merah di kaki langit sebelah barat. Berarti yang di maksutkan dengan “kemalaman” (Kawengian) adalah Matahari, jadi ayah Lumimuut adalah Matahari dan ibunya adalah Bulan. Nyanyian Karema yang dinyanyikan pada upacara [[Rumages]] ini, masih banyak mengandung simbolisasi-simbolisasi yang masih dapat kita gali untuk membuka rahasia jalan pikiran dan konsep hidup orang Minahasa purba yang sejak zaman Toar dan Lumimuut telah mengenal satu konsep Yang Maha Mulia Maha Besar dan bukan leluhur. Manusia pertama Minahasa sendiri Karema dan Lumimuut tidak berdoa pada Leluhur sebelum mereka tetapi mereka berdua diceritakan keluar dari dalam lubang gua tempat tinggalnya untuk berdoa “Minta dikasihani Empung” atau Minta dikasihani TUHAN. Dalam mitos Minahasa semua manusia mati tenggelam oleh banjir besar dan hanya Karema dan Lumimuut yang Tersisa dimuka bumi Minahasa. Orang Minahasa menyebut Tuhan mereka Empung Walian Wangko atau Maha berada dan Maha besar.
Analisa J. Albt. T. Schwarz mengenai istilah "Si Apok Ni Mema' Untana' (bahasa Tontemboan) artinya : Leluhur ( Lumimu'ut) yang membuat tanah (Bumi) agar dapat didiami dan tempat anak-cucunya hidup, dan bukan berarti bahwa Lumimu'ut - lah pencipta bumi.
 
Sistim penelitian J.Albt.T.Schwarz tentu dapat kita lanjutkan dengan meneliti setiap syair dalam nyanyian ini , misalnya penjelasan bahwa ibu Lumimuut bernama Wengi dan ayahnya bernama Kawengian. Dalam bahasa Minahasa ([[Tombulu[[) ''Wengi'' artinya malam dan apabila dimaksudkan sebagai personifikasi benda malam, maka maksutnya mungkin Bulan , dan arti ''Kawengian'' adalah benda siang yang kemalaman yang mungkin ingin menggambarkan Matahari yang masih nampak sinarnya walaupun hari sudah termasuk malam. Sebagai tanda hari sudah malam adalah hewan peliharaan seperti ayam sudah naik kepohon untuk tidur, atau sudah ada Serangga malam yang berbunyi seperti “Kongkoriang” tapi sinar matahari masih nampak me-merah di kaki langit sebelah barat. Berarti yang di maksutkan dengan “kemalaman” (Kawengian) adalah Matahari , jadi ayah Lumimuut adalah Matahari dan ibunya adalah Bulan. Nyanyian Karema yang dinyanyikan pada upacara [[Rumages]] ini, masih banyak mengandung simbolisasi-simbolisasi yang masih dapat kita gali untuk membuka rahasia jalan pikiran dan konsep hidup orang Minahasa purba yang sejak jaman Toar dan Lumimuut telah mengenal satu konsep Yang Maha Mulia Maha Besar dan bukan leluhur. Manusia pertama Minahasa sendiri Karema dan Lumimuut tidak berdoa pada Leluhur sebelum mereka tapi mereka berdua diceritakan keluar dari dalam lobang gua tempat tinggalnya untuk berdoa “Minta dikasihani Empung” atau Minta dikasihani TUHAN. Dalam mitos Minahasa semua manusia mati tenggelam oleh banjir besar dan hanya Karema dan Lumimuut yang Tersisa dimuka bumi Minahasa. Orang Minahasa menyebut Tuhan mereka Empung Walian Wangko atau Maha berada dan Maha besar.
 
=== Versi Cerita Mangorai ===
 
Toar - Lumimu'ut versi Mithology pada upacara "Mangorai" berjumlah tigapuluh tujuh (37) syair diambil dari buku karangan H.M. Taulu tahun 1977, tapitetapi sumber data tidak ditulis oleh H.M. Taulu. (hanya diambil dua syair pertama dan syair ke duapuluh empat yang menjelaskan arti kata Toar).
 
 
SYAIR PERTAMA :
 
''Maka Tu'tul lako si Lumimu'ut''
Artinya : Setelah selesai semuanya
Sia tumula'uh mo si ina' wo si ama'na
Artinya : maka Lumimu'ut meninggalkan ayah dan ibunya.
 
Artinya: Setelah selesai semuanya
 
Sia tumula'uh mo si ina' wo si ama'na
Artinya: maka Lumimu'ut meninggalkan ayah dan ibunya.
 
Syair Kedua :
 
''Sia menek wana esa londei ma' ali-ali un tana' sana pongo''
Artinya : Dia naik ke sebuah perahu membawa tanah segenggam
 
Artinya: Dia naik ke sebuah perahu membawa tanah segenggam
 
Syair keduapuluh empat :
 
''Si Loway ni' itu ngaranan ni Karema to'ar''
 
Artinya : Anak itu dinamakan oleh Karema, Toar
Artinya: Anak itu dinamakan oleh Karema, Toar
 
''Pinotot an tou ari'i, si tou tatamber ni ari'i''
Artinya : Singkatan dari Tou ari'i sebagai pemberian dari ari'i.
 
Artinya: Singkatan dari Tou ari'i sebagai pemberian dari ari'i.
 
AnalisaAnalisis Dari Syair Nyanyian "Mangorai"
 
AnalisaAnalisis dari syair nyanyian "Mangorai" mengenai Toar-Lumimu'ut ini lebih sederhana
dari syair yang sebelumnya, tapitetapi dari syair keduapuluh empat ini nampaktampak jelas arti kata
Toar. yang merupakan singkatan dari dua kata : "tou" artinya, "orang" dan "ari'i"
artinya, "tiang batu, tiang utama rumah, tiang matahariMatahari, atau anak dewa matahariMatahari"
 
Banyak budayawan Minahasa yang mencari - cari arti sebenarnya dari kata Toar, dan
dari nyanyian inilah kita mendapatkan arti yang sebenarnya dari nama "Toar".
 
== Versi SejarahFiktif ==
 
Cerita Toar Lahope ini bukan merupakan fakta melainkan '''karangan''' seseorang belaka yang hanya mengait-ngaitkan dengan rumor yang berkembang dimana masyarakat minahasa berasal dari Mongolia. Ini dapat dilihat dari tidak adanya catatan sejarah tentang 'Panglima Besar' Lahope ini dari Kekaisaran Genghis Khan dan tak ada catatan perjalanan Ogedei Khan ke Asia Tenggara. Cerita ini juga bertentangan dengan perbedaan rumpun bahasa Mongolia dan Minahasa yang jauh.
 
Toar dan Lumimuut adalah nenek moyang bangsa Minahasa. Sejarah Toar dan Lumimuut dimulai pada saat berdirinya kekaisaran Mongolia yang dipimpin oleh Kaisar Genghis Khan. Pada tahun 1206, Genghis Khan mempersatukan suku-suku Mongolia yang terpecah-pecah dan saling berselisih antara satu dengan yang lain. Panglima perang Genghis Khan pada saat itu adalah Toar Lahope.
 
Dibawah kepemimpinan Toar, pasukan Kekaisaran Mongolia berhasil menguasai seluruh benua Eurasia. Penaklukan tersebut dimulai dengan menguasai dinasti Xia Barat di Republik Rakyat CinaTiongkok Utara dan Kerajaan Khawarezmi di Persia. Pada masa puncak kejayaannya, Kekaisaran Mongolia berhasil menguasai sebagian besar wilayah Asia Tenggara ke Eropa tengah.
 
Panglima Toar memiliki seorang kekasih bernama Lumimuut. Dia adalah pelayan di istana Kaisar. Lumimuut adalah seorang gadis cantik yang kecantikannya disetarakan dengan dewi-dewi dan sikap tuturnya halus serta berbudi. Kecantikan Lumimuut ini membuat Ogedei Khan, anak dari Genghis Khan tergila-gila kepadanya.
Baris 601 ⟶ 590:
Toar berhasil selamat dari usaha pembunuhan Ogedei dan melarikan diri ke wilayah Xia. Disana ia bersembunyi selama 2 tahun sebelum menyusul Lumimuut.
 
Kapal Toar berlabuh di sebuah pulau kecil yang kosong bernama Lihaga. Ia berencana tinggal di pulau itu karena dirasanya aman, tapitetapi sulitnya air tawar di pulau tersebut membuat Toar berpindah ke pulau Talise. Selama beberapa waktu, Toar menyusuri pulau-pulau di sekitar Talise untuk mencari tahu keberadaan Lumimuut.
 
Saat ia tiba di pulau Bangka yang ternyata berpenghuni, ia mendengar bahwa beberapa tahun lalu ada rombongan orang asing yang datang dengan kapal ke Likupang. DiantaraDi antara rombongan tersebut terdapat seorang wanita cantik.
 
Toar berangkat ke Likupang dan menemukan Lumimuut bersama rombongannya. Di Likupang, Lumimuut tinggal bersama seorang wanita tua bernama Karema. Ia adalah pemimpin (yang dituakan) di kampung tersebut.
Baris 610 ⟶ 599:
 
Toar dan Lumimuut membawa rombongan mereka ke daerah pegunungan dan membangun pemukiman di tempat yang bernama Kanonang. Toar meninggal di sana pada tahun 1269 dalam usia 86 tahun.
 
[[Kategori:Mitologi Minahasa]]
[[Kategori:Cerita rakyat dari Sulawesi Utara]]