Suku Mongondow: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Anakbinsus4 (bicara | kontrib)
Perubahan kecil..tentang foto dan beberapa kalimat.
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
(42 revisi perantara oleh 24 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{ethnic group|
|group = Suku Mongondow <br> سوكو موڠوندو
|image =
|poptime = 900.000 (1989) <ref>[http://archive.ethnologue.com/16/show_language.asp?code=mog Ethnologue]</ref>
Baris 8:
|related =
}}
'''Suku Mongondow''' ([[Aksara Jawi|Jawi]]: سوكو موڠوندو) adalah sebuah [[Kelompok etnik|etnis]] di [[Indonesia]]. Dahulu suku ini memiliki kerajaan yang bernama [[Kerajaan Bolaang Mongondow|Bolaang Mongondow]], yang kemudian pada tahun 1958 secara resmi bergabung ke dalam Indonesia serta menjadi [[Kabupaten Bolaang Mongondow]]. Suku ini mayoritas bermukim di [[Sulawesi Utara]] dan [[Gorontalo]].
 
== Etimologi ==
Baris 15:
== Sejarah ==
=== Awal hingga Abad 8-9 ===
Orang-orang Suku Mongondow mempercayai bahwa nenek moyang mereka berasal dari pasangan Gumalangit dan Tendeduata serta pasangan Tumotoiboko dan Tumotoibokat, yang tinggal di [[Gunung Komasan]], yang sekarang masuk ke dalam [[Bintauna, Bolaang Mongondow Utara|Bintauna]]. Masing-masing dari pasangan ini menurunkan keturunan yang kemudian menjadi suku Mongondow. Jumlah masyarakat Suku Mongondow yang semakin lama semakin bertambah banyak membuat penyebaran populasi mereka kian meluas, hingga ke daerah-daerah bukan tempat asal mereka, yaitu: Tudu (desa) di Lombagin, Buntalo, Pondoli’, Ginolantungan, Tudu di Passi, Tudu di Lolayan, Tudu di Sia’, Tudu di Bumbungon, Mahag, Siniow, dan tudu-tudu lain sebagainya. Mata pencaharian suku Mongondow pada masa itu adalah berburu hewan, menangkap ikan, mengolah sagu dan mencari umbi di hutan. Pada umumnya mereka belum mengenal cara bercocok tanam.<ref name="tribun">[http://manado.tribunnews.com/2013/06/25/kerajaan-bolaang-mongondow Bolaang Mongondow].</ref> Merupakan kepercayaan dulu agama seperti islam
 
=== Perkembangan ===
Baris 30:
Raja Jakobus Manoppo ialah [[raja]] [[Bolaang Mongondow]] yang pertama mendapatkan pendidikan di Hoofden School [[Ternate]], karena ia telah dibawa oleh pedagang V.O.C. sesudah melalui persetujuan ayahnya raja Loloda Mokoagow (datu Binangkang). Jakobus Manoppo adalah raja ke-10 yang memerintah pada tahun 1691-1720, yang diangkat oleh V.O.C., walaupun pengangkatannya sebagai raja tidak direstui oleh ayahnya. Jakobus Manoppo pada saat dilantik menjadi raja beragama Roma [[Katolik]].
 
Pada zaman pemerintahan raja Cornelius Manoppo, raja ke-16 ([[1832]]), agama [[Islam]] masuk daerah [[Bolaang Mongondow]] melalui [[Palu]] dan [[Gorontalo]] yang dibawa oleh [[Syarif]] ([[Ejaan Republik|Aloewi,]]) yangatau kawin[[Syarif]] denganAlwi putriAl-gaus<ref>{{Cite rajajournal|date=2021-06-30|url=http://dx.doi.org/10.22515/isnad.v2i1|journal=Al-Isnad: ituJournal tahunof [[1866]]Islamic Civilization History and Humanities|volume=2|issue=1|doi=10.22515/isnad.v2i1|issn=2798-3110}}</ref>, menurut dari kalam Karenapara keluarga kerajaanketurunan sebelumsyarif rajaAlwi Corneliusalgaus Manoppobahwa memelukkekek agamamereka [[Islam]](Syarif Alwi algaus) tidak memiliki pusar, makawallahu agamaa'lam. itudan dianggapdepercaya sebagaibanyak [[agama]]karamat [[raja]],nya. sehinggadan sebagiandi besardalam pendudukJournal [[BolaangAriel Mongondow]]C. memelukLopez, agamapada “Conversion and Colonialism: [[Islam]] jugaand telahChristianity turutin memengaruhiNorth perkembanganSulawesi, kebudayaanc. dalam1700-1900”<ref>{{Cite beberapaweb|title=Islam segiand kehidupanChristianity masyarakatin South-East Asia 1600-1700|url=http://dx.doi.org/10.1163/2451-9537_cmrii_com_30306|website=Christian-Muslim Relations 1500 - 1900|access-date=2024-01-10}}</ref>.
 
ejaan penulisan marga Al-gaus adalah Alghout atau Alghawht dari Al Hasani (bersambung ke sayyidina Hasan) itu dibuktikan dengan adanya [[Naskah beriluminasi|manuscript]] silsilah keluarga yang menggunakan penulisan Arab Pegon<ref>{{Cite journal|last=Wijaya|first=Lukman Hakim|last2=Zulkarnain|first2=Ismail Abdurrazzaq|last3=Nurfitri|first3=Khoiru|date=2021-04-07|title=PEGON-GLIPH GAME PENGENALAN DAN PEMBELAJARAN ARAB PEGON BERBASIS ANDROID|url=http://dx.doi.org/10.24269/jkt.v5i1.685|journal=KOMPUTEK|volume=5|issue=1|pages=77|doi=10.24269/jkt.v5i1.685|issn=2614-0977}}</ref> yang bersambung kepada Sayyidina Hasan r.a dan memang tidak semua orang di perlihatkan manuscript tersebut. hanya saja keturunan [[Syarif]] ini banyak dari mereka menyembunyikan diri serta berbaur dan menikah dengan masyarakat lokal lainnya, serta mereka tidak ingin di ketahui atau di hormati apalagi untuk membanggakan leluhurnya, datuk' datuk' mereka menyampaikan dan mengajarkan pada mereka (anak cucu nya) bahwa mereka masih [[Syarif]] dan tidak boleh sembarangan berucap apalagi sampai bersumpah serapah, dalam pesan kakek mereka semua manusia sama di mata Allah swt, yang membedakan hanyalah ketaqwaan, dan wasiat itu turun temurun dari orang tua mereka sampaikan kepada anak cucunya, sampai dengan sekarang. Syarif Alwi yang menikah dengan putri raja bernama Bua' Sarah itu tahun [[1866|(1866]]) dan melahirkan anak bernama [[Syarif]] Hasan bin Alwi Algaus Kotabagon, masyarakat kotabangon mengenal nya dengan nama Tuan Syarif<ref>{{Cite book|last=Kohnstamm|first=Rita|date=2011|url=http://dx.doi.org/10.1007/978-90-313-8157-9_1|title=Ieder mensenkind wordt te vroeg geboren|location=Houten|publisher=Bohn Stafleu van Loghum|isbn=978-90-313-8156-2|pages=8–11}}</ref> yang dimakamkan di desa Langgagon.
 
Tuan Syarif Hasan bin Alwi Algaus memkliki 4 orang anak yang melanjutkan dengan marga istri nya yaitu Bua' Zaenab Makalalag.
 
Berikut beberapa faktor dan alasan pergantian marga:
* Ahlul bait<ref>{{Cite journal|last=Suib|first=Muhammad|date=2023-12-05|title=Makna Ahlul Bait dalam Al-Qur’an Menurut Ulama Tafsir Nusantara|url=http://dx.doi.org/10.58578/anwarul.v4i1.2215|journal=ANWARUL|volume=4|issue=1|pages=81–100|doi=10.58578/anwarul.v4i1.2215|issn=2808-7895}}</ref> Nabi ini terjadi sejak zaman Bani Umayyah dan Bani Abbas, diburu dan dibunuh oleh penguasa terutama para ulamanya, ini berlangsung kurang lebih sekitar 750 tahun.
* Mahal nya pajak untuk para Syarif, dan pedagang arab pada masa kerajaan/dan beberapa alasan yang tidak di sebutkan.
Disamping itu masyarakat suku bolango yang bermukim di Bolaang Oeki pada zaman kolonial menyebut/memanggil dengan [[Syarif]] Algaus. tanpa menyebut kan nama (alwi), mereka menjaga adab dengan tidak menyebutkan nama Alwi, Dan Karena keluarga kerajaan sebelum raja Cornelius Manoppo memeluk agama [[Islam]], maka agama itu dianggap sebagai [[agama]] [[raja]], sehingga sebagian besar penduduk [[Bolaang Mongondow]] memeluk agama [[Islam]] juga telah turut memengaruhi perkembangan kebudayaan dalam beberapa segi kehidupan masyarakat.
 
* Ariel C. Lopez, “Conversion and Colonialism: Islam and Christianity in North Sulawesi, c. 1700-1900”,Dissertation (Leiden: Universiteit Leiden, 2018), 88. ⁷⁰
* Over de Vorsten van [[Bolaang Mongondow]] [[1949]]
* Een Mongondowsh verhaaal met vertaling en aanteekeningen 1911
Baris 73 ⟶ 84:
Pada tahun 1911 didirikan seuah rumah sakit di ibu kota yang baru Kotamobagu. Rakyat mulai mengenal pengobatan modern, namun ada juga yang masih mempertahankan dan melestarikan pengobatan tradisional melalui tumbuh-tumbuhan yang berkhasiat obat.
 
Dengan masuknya agama dan pendidikan, maka sistem kehidupan sosial budaya masyarakat turut mengalami perubahan, antara lain: tentang cara pengelolaan tanah pertanian (mulai mengenal penanaman padi di sawah), adat kebiasaan, pernikahan, kematian, pembangunan rumah, pengaturan saran perhubungan, dan media komunikasi dan lain-lain sebgainya.
 
Sebagai informasi perlu disampaikan bahwa: rumah adat Bolaang Mongondow yang diwujudkan dalam bentuk pavilyun Bolaang Mongondow di Taman Mini Indonesia Indah jakarta (samping bangunan rumah adat Sulawesi Utara), yang miniaturnya diminta oleh almarhum Alex Wetik dan dibawa ke Manado tahun 1972 dan kemudian menjadi contoh pembangunan rumah adat Bolaang Mongondow di TMII Jakarta.
Baris 83 ⟶ 94:
== Bahasa ==
Suku Mongondow dalam kehidupan keseharian menggunakan [[bahasa Mongondow]], bahasa Bolango dan bahasa Bintauna. Secara linguistik, bahasa-bahasa ini masuk kedalam [[Rumpun bahasa Filipina]], bersama dengan [[Bahasa Gorontalo]], [[Bahasa Minahasa]] dan [[Bahasa Sangir]]. Suku Mongondow juga menggunakan [[Bahasa Melayu Manado]] dan juga [[Bahasa Indonesia]] dalam komunikasi mereka dengan masyarakat Sulawesi Utara lainnya.
 
== Marga ==
Seperti suku lain di Indonesia, Suku Mongondow juga memiliki marga yang diwariskan kepada setiap keturunan, diantaranya: Paputungan, Makalalag, Mokoginta, Mokodongan, Manoppo, Makalunsenge, Mokoagow, Loloda, Loloada, Datungsolang, Ponto, [[Mokodompit]], Mamonto, Damopolii, Podomi, Pasambuna, Potabuga.
 
== Pemekaran Daerah ==
Karena wilayah [[Bolaang Mongondow]] memiliki luas 54,3% dari luas wilayah [[Sulawesi Utara]] sehingga Pemerintah [[Kabupaten Bolaang Mongondow]] bersama tokoh masyarakat, tokoh adat dan agama sepakat melakukan pemekaran wilayah dengan Dukungan Penuh Bupati Bolaang Mongondow saat itu Ny. HJ Marlina Moha Siahaan,
 
Dengan dukungan penuh dari seluruh lapisan masyarakat serta Pemkab [[Bolaang Mongondow]] panitia pemekaran berhasil meyakinkan pemerintah pusat dan DPR RI sehingga wilayah [[Bolaang Mongondow]] secara resmi mekar menjadi 5 dearahdaerah tingkat II yaitu:
* [[Kabupaten Bolaang Mongondow]]
* [[Kota Kotamobagu]]
Baris 93 ⟶ 107:
* [[Kabupaten Bolaang Mongondow Timur]]
* [[Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan]]
 
== Lihat Pula ==
[[Tokoh Mongondow]]
Baris 101 ⟶ 116:
 
[[Kategori:Suku bangsa di Gorontalo]]
[[Kategori:Suku bangsa di Sulawesi Utara|Mongondow]]
[[Kategori:Suku Mongondow]]