|dati2 =Kabupaten
|nama dati2 =Bogor
|kecamatan =Gunung Putri
|kode pos =16961<ref>[https://kodepos.posindonesia.co.id/kodeposnewlist?tab=103967&cmd=search&z_id_prov=%3D&x_id_prov=32&z_id_kotakab=%3D&x_id_kotakab=3201&z_id_kec=%3D&x_id_kec=320102&z_id_desa=%3D&x_id_desa=&search=&searchtype= Kode Pos Kecamatan Gunung Putri]</ref>
|nama pemimpin =Miming Saimin
|nama pemimpin =
|kode pos =16961
|luas =12... km²
|penduduk =43.567.. jiwa
|kepadatan =3.631.. jiwa/km²
}}
'''Gunung Putri''' adalah sebuah [[desa]] sekaligus [[ibukota]] [[kecamatan]]di [[Gunung Putri, Bogor|Kecamatan Gunung Putri]], [[Kabupaten Bogor|Bogor]], [[Jawa Barat]],|Provinsi [[Indonesia]].Jawa [[Desa]] ini memiliki [[kode pos]] 16961. [[Desa]] ini menjadi [[desa]] yang paling padat penduduk di [[Kabupaten BogorBarat]], [[Jawa BaratIndonesia]].
== Yang ada di desa iniReferensi ==
{{Reflist}}
Di [[desa]] ini terdapat kantor [[kecamatan]], kantor [[Komando rayon militer|Koramil]], [[Puskesmas]], kantor [[kepolisian sektor|Polsek]] dan dilewati oleh [[Jalur kereta api Citayam-Nambo]] serta memiliki 1 buah [[stasiun kereta api]] yakni [[Stasiun Gunung Putri]].
== PemerintahanPranala luar ==
{{RefDagri|2022}}
[[Kepala desa]] Gunung Putri saat ini sejak tahun [[2012]] adalah Miming Saimin menggantikan Darmono ([[2007]]-[[2012]]), setelah dilantik pada tanggal [[15 Mei]] [[2012]] serta terjadi [[pemilihan kepala desa]].
{{Gunung Putri, Bogor}}
== Masalah utama ==
=== Kemacetan ===
Desa Gunung Putri terkenal sebagai kawasan industri dan sering macet dikarenakan banyak truk truk dan kontainer terlebih lagi jalan raya yang sempit membuat kemacetan tak terelakkan.
{{Authority control}}
Selain itu, macet ini juga disebabkan oleh bus, mobil [[angkutan umum]] dan [[sepeda motor]] berhenti di [[perlintasan sebidang]] di desa ini untuk menunggu [[kereta api]] yang lewat dan hendak masuk [[Stasiun Gunung Putri]].
=== Polusi ===
Di desa ini terdapat [[kawasan industri]].
{{Kelurahan-stub}}
== Transportasi ==
Desa ini dilalui oleh [[Jalur kereta api Citayam-Nambo]], yang kemudian bercabang ke [[Jatimekar, Jati Asih, Bekasi|Jabung]] dan [[Jonggol, Bogor|Jonggol]], serta memiliki 1 [[stasiun kereta api]] yakni [[Stasiun Gunung Putri]], yang dahulu memiliki 6 [[jalur]] [[kereta api]], kemudian berkurang menjadi 2
{{kelurahan-stub}}
== Yang ada di desa ini ==
Di [[desa]] ini terdapat kantor [[kecamatan]], kantor [[Komando rayon militer|Koramil]], [[Puskesmas]], kantor [[kepolisian sektor|Polsek]] dan dilewati oleh [[Jalur kereta api Citayam-Nambo]] serta memiliki 1 buah [[stasiun kereta api]] yakni [[Stasiun Gunung Putri]].
== Pemerintahan ==
[[Kepala desa]] Gunung Putri saat ini sejak tahun [[2012]] adalah Miming Saimin menggantikan Darmono ([[2007]]-[[2012]]), setelah dilantik pada tanggal [[15 Mei]] [[2012]] serta terjadi [[pemilihan kepala desa]].
== Masalah utama ==
=== Kemacetan ===
Desa Gunung Putri terkenal sebagai kawasan industri dan sering macet dikarenakan banyak truk truk dan kontainer terlebih lagi jalan raya yang sempit membuat kemacetan tak terelakkan.
Selain itu, macet ini juga disebabkan oleh bus, mobil [[angkutan umum]] dan [[sepeda motor]] berhenti di [[perlintasan sebidang]] di desa ini untuk menunggu [[kereta api]] yang lewat dan hendak masuk [[Stasiun Gunung Putri]].
=== Polusi ===
Di desa ini terdapat [[kawasan industri]].
== Transportasi ==
=== Kereta api ===
Dahulu sebelum adanya penurunan jumlah [[penumpang]] [[kereta api]], berikut trayek [[bus]], [[bus kota]] dan [[angkot]] masuk [[desa]] ini pada dekade [[1990-an]] pertengahan, warga [[desa]] '''Gunung Putri''' masih menggunakan [[kereta api]], baik ke [[Jakarta]], [[Bogor]] dan [[Bandung]].
Desa ini dilalui oleh [[Jalur kereta api Citayam-Nambo]], yang kemudian bercabang ke [[Jatimekar, Jati Asih, Bekasi|Jabung]], [[Cibubur, Ciracas, Jakarta Timur|Cibubur]] dan [[Jonggol, Bogor|Jonggol]], serta memiliki 1 [[stasiun kereta api]] yakni [[Stasiun Gunung Putri]] serta 2 buah halte yang terletak di [[dusun|Kp.]] Babakan yang kini telah nonaktif pada pertengahan dekade [[1980an]].
==== Stasiun Gunung Putri ====
{{utama|Stasiun Gunung Putri}}
[[Stasiun Gunung Putri]] yang dahulu merupakan [[stasiun kereta api]] kelas I dan memiliki 8-10 [[jalur]] [[kereta api]] dengan [[jalur]] 1 sebagai sepur lurus, kemudian pada tahun [[1974]] berkurang menjadi 3 (tiga) [[jalur]] [[kereta api]], kemudian pada tahun [[1984]] berkurang menjadi 1 [[jalur]] [[kereta api]].
Awalnya bangunan [[Stasiun Gunung Putri]] ini adalah bangunan bercorak [[arsitektur]] [[Hindia-Belanda]], namun sayangnya bangunan [[stasiun kereta api]] ini hancur akibat diterjang [[banjir]] besar melanda [[desa]] ini pada tahun [[1969]] akibat [[Sungai Cikeas]] meluap.
Kemudian pada era [[Perusahaan Jawatan Kereta Api|PJKA]], tepatnya tahun [[1971]], [[Kereta Api (perusahaan)|PJKA]] membangun kembali [[stasiun kereta api]] dengan [[arsitektur]] yang berbeda, yang terletak kurang lebih 300 [[meter|m]] sebelah [[timur]] bangunan lama [[stasiun kereta api]] ini.
Bangunan [[Stasiun kereta api]] ini yang kembali dibangun di atas tanah seluas 6 [[hektar|ha]] serta dimulai pada tahun [[1971]] dan selesai pada tahun [[1974]] serta diresmikan pada tanggal [[9 November]] [[1974]] oleh:
* [[presiden|Presiden Negara]] [[Indonesia|RI]] : HM. SOEHARTO
* [[wakil presiden|Wakil Presiden Negara]] [[Indonesia|RI]] : HAMENGKUBUWANA IX
* [[gubernur|Gubernur Kepala Daerah Tk. I]] [[Jawa Barat]] : SOLIHIN GAUTAMA PURWANEGARA
* [[bupati|Bupati Kepala Daerah Tk. II]] [[Bogor]] : RADEN MOECHLIS
===== Kontroversi =====
[[1969]]: Banjir
Namun sayangnya, [[Stasiun Gunung Putri]] sempat ditutup pada tahun [[1969]] akibat [[banjir]] besar merendam [[desa]] ini akibat surutnya [[rawa|rawa-rawa]] di [[Kabupaten Bogor]] serta dibuka kembali pada tahun [[1971]] di era kepemimpinan [[Daftar Bupati Bogor|Bupati KDH Tk. II Bogor]], RADEN WISATYA SASMITA.
[[1994]]-[[1995]]: Penurunan jumlah penumpang dan [[banjir]] besar
Namun [[stasiun kereta api]] ini telah sempat dinonaktifkan pada tahun [[1990-an]] pertengahan akibat [[banjir]] melanda wilayah [[desa]] ini disebabkan kerusakan pada prasarana, terendamnya [[rel]] [[kereta api]], minimnya [[penumpang]] [[kereta api]] serta beralih ke [[transportasi umum]] lain seperti [[angkutan kota]], [[bus]] dan [[taksi]].
===== Pengaktifan kembali =====
Diaktifkan kembali setelah [[Kerusuhan Mei 1998]] dan dikelola oleh [[PT Kereta Api Indonesia|PT KAI]] sejak tahun [[1998]]. Pada tahun [[2000-an]] awal, [[Kereta Api (perusahaan|PT KAI]] meluncurkan [[KRD Tanahabang-Nambo|KRD, jurusan Tanah Abang (Jakarta) - Depok - Nambo]] pp dengan jumlah 100-120 [[orang]] dengan [[tarif]] sebesar [[Rupiah|Rp]]5.000 per sekali [[jalan]] pada tahun [[2000]] dengan pemberhentian di sepanjang [[Jalur kereta api Citayam-Nambo|lintas Citayam-Nambo]], yakni diihat di:
{{hatnote|Lihat di [[Jalur kereta api Citayam-Nambo#Pemberhentian terdekat]].}}
Namun operasional [[kereta api]]) tak berlangsung lama.
===== Penutupan =====
Pada tahun [[2006]] jalur ini dan [[stasiun kereta api]] ini dinonaktifkan karena okupansi yang minim dan [[biaya]]nya tinggi. Saat ini [[Stasiun Gunung Putri]] dipenuhi coret-coretan dan [[grafiti]].
=== Angkutan umum ===
==== Yang melayani [[desa]] ini ====
Selain [[kereta api]], [[angkutan kota]] (angkot), [[angkutan pedesaan]] (angkudes), [[ojek]], [[taksi]], [[bemo]] dan [[becak]] juga merupakan [[transportasi umum]] di [[Desa]] '''Gunung Putri'''. Di desa ini, terdapat [[Terminal Gunung Putri]] yang melayani rute [[angkutan kota|angkot]] ke sekitar [[desa]] '''Gunung Putri'''.
[[Bajaj]] juga merupakan [[transportasi umum]] yang melayani [[desa]] ini, hampir ditemukan di [[pasar|pasar-pasar]], [[stasiun kereta api]] dan [[terminal bus]].
==== Yang melayani rute ke [[Jakarta]] ====
Selain ini juga, [[bus kota]], [[TransJakarta|APTB]], [[taksi]] dan [[angkot]] juga menarik [[penumpang]] dari [[desa]] ini untuk berpergian ke [[kota]] [[Jakarta]] dari jam 06.00 [[WIB]] s.d 18.00 [[WIB]].
=== Akses tol ===
Selain jalur [[kereta api]] dan [[transportasi umum]], [[desa]] ini dilalui oleh [[Jalan Tol Jagorawi]]. Akses [[jalan tol]] menuju [[desa]] ini, adalah:
{| class="wikitable"
|-
! Jalan tol
! Status
! Pintu tol
! KM
|-
| rowspan="3"|[[Jalan Tol Jagorawi]]
| rowspan="3"|''Beroperasi''
| [[Cibubur, Ciracas, Jakarta Timur|Cibubur]]
| 13
|-
| '''Gunung Putri'''
| 24
|-
| [[Citeureup, Bogor|Citeureup]]
| 27
|-
| rowspan="2"|[[Jalan Tol Cibubur-Padalarang]]
| rowspan="2"|''Rencana''
| [[Nagrak, Gunung Putri, Bogor|Nagrak]]
| 10
|-
| [[Cileungsi, Bogor|Cileungsi]]
| 15
|}
{{kelurahan-stub}}
|