Kejadian, Way Serdang, Mesuji: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
baru -- rintisan artikel PWDI Tag: pranala ke halaman disambiguasi |
Rizky Augia (bicara | kontrib) Saya memberikan gambaran umum Desa Kejadian, Kecamatan Way Serdang, Kabupaten Mesuji Tag: menambah kata-kata yang berlebihan atau hiperbolis VisualEditor |
||
Baris 12:
}}
'''Kejadian
Desa Kejadian adalah daerah transmigrasi lokal yang dibentuk pada tahun 1982. Desa Kejadian dihuni oleh penduduk transmigran yang berasal dari berbagai Kabupaten di Provinsi Lampung, khususnya Lampung bagian selatan.
Nama "Kejadian" berasal dari peristiwa angin puting beliung yang menimpa Bupati Lampung Utara saat hendak meresmikan desa ini. Bupati Lampung Utara, Masno Asmono memberikan nama untuk desa di Satuan Pemukiman 2 Unit Pemukiman Terpadu Mesuji E ini dengan nama "Kejadian". Nama ini diputuskan setelah disepakati oleh Camat Mesuji Lampung dan tokoh masyarakat setempat.
Desa Kejadian terdiri dari lima Dusun yang secara umum dikenal sebagai RK, yaitu Sido Makmur (RK 1), Sido Bangun (RK 2), Sido Murni (RK 3), Sido Mukti (RK 4), dan Sido Dadi (RK 5). Organisasi setingkat RK ini diakui dan dibina oleh pemerintah untuk memelihara dan melestarikan nilai-nilai kehidupan masyarakat. Sebelumnya, Desa Kejadian memiliki satu dusun yang sangat besar, yaitu Dusun Sido Jaya yang kemudian memisahkan diri dan menjadi Desa Tri Tunggal Jaya pada tahun 2013.
Desa Kejadian memiliki luas 891,5 hektar atau 8,915 kilometer persegi. Desa ini memiliki posisi strategis karena menjadi jalur penghubung antara Desa Tri Tunggal Jaya, Desa Labuhan Makmur, Desa Labuhan Batin, Tiyuh Tritunggal Jaya, Tiyuh Jaya Murni, Tiyuh Bangun Jaya, Tiyuh Kagungan Jaya, dan Tiyuh Tunas Jaya dengan Desa Bumi Harapan yang merupakan lokasi gerbang Tol Way Kenangan. Selain itu, Desa Kejadian bersama dengan Desa Tritunggal Jaya juga merupakan pintu masuk utama ke wilayah barat daya Kecamatan Way Serdang, Kabupaten Mesuji, yang berbatasan dengan Kecamatan Gunung Agung, Kabupaten Tulang Bawang Barat.
Orbitasi Desa Kejadian mencakup jarak yang relatif strategis dengan pusat-pusat penting, seperti 10 kilometer dari Ibu Kota Kecamatan, 50 kilometer dari Ibu Kota Kabupaten, 200 kilometer dari Ibu Kota Provinsi, dan 350 kilometer dari Ibu Kota Negara (Jakarta). Sementara itu, batas-batas wilayah Desa Kejadian adalah dengan Desa Tri Tunggal Jaya di utara, Tiyuh Bangun Jaya dan Tiyuh Kagungan Jaya di selatan, Tiyuh Jaya Murni di barat, serta Kampung Kebun Dalam di timur. Dengan posisi dan batas wilayah ini, Desa Kejadian memiliki konektivitas yang baik dengan pusat-pusat administrasi dan masyarakat sekitarnya.
Berdasarkan data 2016, Desa Kejadian memiliki topografi dataran rendah, dengan mayoritas wilayahnya digunakan untuk perkebunan seluas 699,5 hektar, serta lahan persawahan sebesar 25 hektar, tanah pemukiman seluas 101 hektar, dan area lainnya mencapai 65 hektar. Secara hidrologi, Desa Kejadian dilintasi oleh satu sungai utama yang disebut Kali Jari oleh penduduk setempat. Sungai ini bermuara di Sungai Mesuji setelah berhulu di Kabupaten Tulang Bawang Barat, tepatnya di Desa Labuhan Batin. Di samping Kali Jari, Desa Kejadian juga dilalui beberapa sungai kecil yang tersebar di seluruh wilayahnya.
Di Desa Kejadian, kegiatan pertanian yang umum dilakukan meliputi budidaya sawit, karet, singkong, padi, holtikultura, ikan lele, serta ternak sapi, bebek, ayam, dan kambing. Selain itu, terdapat juga aktivitas seperti kerajinan anyaman bambu, pembuatan kusen, batu bata, genteng, penyewaan tenda, produksi meubel, dan lainnya. Pasar di Desa Kejadian berada di sepanjang jalan poros (jalan Kabupaten), terutama di Dusun Sido Bangun yang buka setiap Selasa dan Jumat. Pasar ini tidak hanya didatangi oleh penduduk Desa Kejadian tetapi juga dari desa-desa dan tiyuh (wilayah administratif) tetangga. Di wilayah Mesuji E, pasar di Desa Kejadian merupakan salah satu pasar terbesar dan ramai ke-3. Keterlibatan masyarakat dalam berbagai jenis pekerjaan mencerminkan keragaman ekonomi dan kegiatan yang ada di Desa Kejadian.
Sampai tahun 2016, mayoritas penduduk Desa Kejadian menganut agama Islam, diikuti oleh beberapa kepala keluarga penganut Katolik. Secara etnis, Desa Kejadian didominasi oleh suku Jawa, dengan komunitas terbesar kedua adalah suku Sunda yang terkonsentrasi di Dusun Sido Dadi. Selain itu, terdapat juga komunitas kecil dari suku-suku bangsa seperti Lampung, Bali, Makassar, Melayu (Palembang), Minangkabau, dan lain-lain.
Desa Kejadian memiliki akses jalan Kabupaten (jalan poros) yang menghubungkannya dengan wilayah lain. Selain itu, desa ini juga memiliki jalan-jalan desa dengan beragam kondisi. Beberapa bagian dari jalan desa di Desa Kejadian telah diaspal, namun sebagian besar masih berupa jalan batu pasir. Selain itu, masih terdapat jalan-jalan tanah di Desa Kejadian. Kondisi jalan Kabupaten yang melintasi desa ini sangat memprihatinkan. Saat ini, warga Desa Kejadian dapat menggunakan jalan Tol yang telah tersedia. Jarak desa ini dengan gerbang Tol terdekat adalah 9,5 kilometer yang dapat ditempuh dalam waktu kurang dari 30 menit. Moda transportasi umum yang tersedia di Desa Kejadian adalah bus antarkota, yang menghubungkan desa ini dengan Unit 2 Tulang Bawang (Banjar Agung, Tulang Bawang). Selain itu, terdapat juga layanan carter dan travel yang sering digunakan oleh warga untuk perjalanan ke kampung halaman. Dalam hal transportasi pribadi, sebagian besar warga masih mengandalkan sepeda motor dengan rata-rata dua motor untuk satu keluarga.
Desa Kejadian menyediakan layanan pendidikan yang meliputi: TK PGRI 1 Way Serdang, SDN 6 Way Serdang, SDN 19 Way Serdang, dan SMP PGRI 1 Way Serdang. Sementara itu, untuk tingkat pendidikan yang lebih tinggi, terdapat SMAN 1 Way Serdang di Desa Buko Poso dan SMKN 1 Way Serdang di Desa Kebun Dalam. Lebih lanjut, terdapat juga Universitas Terbuka Way Serdang di sekitar desa. Dalam hal kesehatan, terdapat Puskesmas Pembantu di Desa Kejadian dan beberapa bidan yang membuka praktik di rumah pribadi. Selain itu, fasilitas keagamaan seperti masjid dan musolah tersedia dengan empat unit masjid dan tiga buah musolah. Adapun fasilitas umum lainnya meliputi Balai Dusun Sido Mukti yang sering digunakan untuk kegiatan kebudayaan, serta Lapangan Sepak Bola Kejadian yang sering digunakan untuk berbagai acara mulai dari turnamen sepak bola hingga kegiatan keagamaan seperti Salat Ied.
== Referensi ==
|