Kesultanan Sambas: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Memparbaiki Tulisan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
(14 revisi perantara oleh 10 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 3:
 
{{Infobox Former Country
| native_name = '''كسولتاننكسلطانن ملايو سمبس'''
| conventional_long_name = Kesultanan Sambas
| common_name = Kesultanan Sambas
| image_flag = Bendera kesultanan sambas.jpg
| image_coat = LogoFile:Lambang kesultananKesultanan sambasSambas.png
| symbol_type =
| p1 = Kesultanan Brunei
Baris 40:
| footnotes =
}}
'''Kesultanan Sambas''' adalah sebuah [[Kerajaan Melayu]] [[Islam]] yang terletak di wilayah pesisir utara [[Provinsi Kalimantan Barat]] atau wilayah barat laut [[Pulau Kalimantan]] dengan pusat pemerintahannya adalah di Kota [[Sambas]] sekarang. Kesultanan Sambas adalah penerus pemerintahan dari kerajaan-kerajaan Sambas sebelumnya. Kerajaan yang bernama "Sambas" di wilayah ini paling tidak telah berdiri dan berkembang sebelum abad ke-14 M sebagaimana yang tercantum dalam Kitab [[Negarakertagama]] karya [[Mpu Prapanca]]. Pada masa itu, rajanya bergelar "Nek",. salahSalah satunya bernama [[Nek Riuh]]. Setelah masa Nek Riuh, pada sekitar abad ke-15 M muncul pemerintahan raja yang bernama [[Tan Unggal]] yang terkenal sangat kejam. Karena kekejamannya ini, Raja Tan Unggal kemudian dikudeta oleh rakyat dan setelah itu selama puluhan tahun rakyat di wilayah Sungai Sambas ini tidak mau mengangkat raja lagi. Pada masa kekosongan pemerintahan di wilayah Sungai Sambas inilah kemudian pada awal abad ke-16 M ([[1530]]) datang serombonganrombongan besar orang-orang dari [[Pulau Jawa]] (sekitar lebih dari 500 orang) yaitu dari kalangan Bangsawanbangsawan Kerajaan [[Majapahit]] yang masih beragama [[Hindu]], yaitu keturunan dari Rajaraja Majapahit sebelumnya yang bernama [[Wikramawardhana]].
[[Berkas:Lambang Kesultanan Sambas.png|jmpl|Lambang Kesultanan]]
 
Pada saat itu diWilayah pesisir dan tengah wilayah Sungai Sambas ini telah sejak ratusan tahun didiami oleh orang-orang [[Suku Melayu|Melayu]] yang berasal dari [[Kerajaan Sriwijaya]] yang telah mengalami asimilasi dengan orang-orang [[Dayak]] pesisir di mana karena saat itu wilayah ini sedang tidak ber-Rajabe raja (sepeninggal Raja Tan Unggal) maka kedatangan rombongan pelarian [[Majapahit]] ini berjalan mulus tanpa menimbulkan konflik. Rombongan [[Majapahit]] ini kemudian menetap di hulu Sungai Sambas yaitu di suatu tempat yang sekarang disebut dengan nama "Kota Lama". Setelah sekitar lebih dari 10 tahun menetap di "Kota Lama" dan melihat keadaan wilayah [[Sungai Sambas]] ini aman dan kondusif maka kemudian para pelarian [[Majapahit]] ini mendirikan sebuah Kerajaan hindubercorak [[Hindu]] yang kemudian disebut dengan nama "Panembahan Sambas". Raja Panembahan Sambas ini bergelar "Ratu" (Raja Laki-laki) di mana Raja yang pertama tidak diketahui namanya yang kemudian setelah wafat digantikan oleh anaknya yang bergelar Ratu Timbang Paseban, setelah Ratu Timbang Paseban wafat lalu digantikan oleh adindanya yang bergelar Ratu Sapudak. Pada masa Ratu Sapudak inilah untuk pertama kalinya diadakan kerjasama perdagangan antara Panembahan Sambas ini dengan [[VOC]] yaitu pada tahun [[1609]].
 
Pada masa Ratu Sapudak inilah rombongan Sultan Tengah (Sultan [[Sarawak]] ke-1) bin Sultan Muhammad Hasan (Sultan [[Brunei]] ke-9) datang dari Kesultanan Sukadana ke wilayah Sungai Sambas dan kemudian menetap di wilayah Sungai Sambas ini (daerah Kembayat Sri Negara). Anak laki-laki sulung Sultan Tengah yang bernama Sulaiman kemudian dinikahkan dengan anak bungsu Ratu Sapudak yang bernama Mas Ayu Bungsu sehingga nama Sulaiman kemudian berubah menjadi Raden Sulaiman. Raden Sulaiman inilah yang kemudian setelah keruntuhan Panembahan Sambas di Kota Lama mendirikan Kerajaan baru yaitu Kesultanan Sambas dengan Raden Sulaiman menjadi Sultan Sambas pertama bergelar Sultan Muhammad Shafiuddin I yaitu pada tahun [[1671]].
Baris 114 ⟶ 113:
Armada Angkatan Laut Kesultanan Sambas ini bertugas untuk menjaga kedaulatan wilayah perairan Kesultanan Sambas saat itu yaitu garis pantai yang membentang dari mulai Tanjung Datuk di utara (diatas Paloh) hingga ke Sungai Duri di sebelah selatan. Armada Angkatan Laut Kesultanan Sambas ini dibentuk setelah seringnya serangan para bajak laut terutama bajak laut yang datang dari perairan Sulu dan pembakangan dari kapal-kapal Eropa khususnya kapal-kapal Inggris yang menolak untuk melakukan aktivitas perdagangan di wilayah Kesultanan Sambas dengan melalui pelabuhan induk Kesultanan Sambas yang berada di Sungai Sambas di mana kapal-kapal Inggris ini dengan lancang langsung mengadakan aktivitas dagang dipelabuhan-pelabuhan Kongsi China di Selakau dan Sedau yang merupakan wilayah Kesultanan Sambas tanpa melalui pelabuhan induk Kesultanan di Sungai Sambas. Kongsi-Kongsi itu adalah perkumpulan orang-orang China yang berkelompok beradasarkan lokasi penambangan emas mereka. Orang-orang China ini didatangkan oleh Sultan Sambas sejak tahun 1750 M yaitu untuk mengerjakan pertambangan emas yang tersebar di wilayah Kesultanan Sambas seperti Monteraduk, seminis, Lara, Lumar dan kemudian juga Pemangkat.
 
Walaupun telah dibentuk armada angkatan laut Kesultanan Sambas ini, kapal-kapal Inggris masih dengan angkuhnya tetap melakukan aktivitas perdagangan di wilayah Kesultanan Sambas tanpa melalui pelabuhan induk di sungai sambas. Aturan mesti melewati pelabuhan induk ini merupakan aturan tata perdagangan pada Kerajaan di nusantara ini sejak zaman [[Kerajaan Sriwijaya|Sriwijaya]] sehingga sudah merupakan aturan yang sah dan resmi, yaitu apabila ada kapal asing yang tidak mau melewati pelabuhan induk maka kapal itu akan digiring, bila tidak mau digiring maka kapal itu akan diperangi dan bila kapal itu berhasil dikalahkan maka sebagai hukumannya, seluruh awak akan di tawan dan seluruh harta kapal akan dirampas menjadi milik armada Kerajaan yang memiliki wilayah itu.
 
Tetapi orang-orang eropa khususnya Inggris ini sering meremehkan kedaulatan dan kemampuan kerajaan di nusantara ini yang untuk kasus ini adalah Kesultanan Sambas. Hal ini kemudian membuat sering terjadinya pertempuran Laut antara kapal-kapal Inggris yang juga bersenjatakan meriam itu dengan armada angkatan laut Kesultanan Sambas dibawah pimpinan Pangeran Anom ini dan berkat ketangguhan Pangeran Anom dalam memimpin armada laut Kesultanan Sambas ini, dalam sekitar 4 atau 5 pertempuran laut yang terjadi, seluruhnya dapat dimenangkan oleh armada Pangeran Anom ini.
Baris 253 ⟶ 252:
* Anak-anak dari Pangeran, Pangeran Ratu atau Pangeran Adipati dan Pangeran Muda mahupun berketurunan Orang Kaya-Kaya Daerah semuanya mempunyai sebutan kehormatan '''"Raden"''' dan juga '''"Engku"'''.
* Anak-anak dari Raden mempunyai sebutan kehormatan '''"Urai"'''. "Urai" dapat kemudian menjadi "Raden" tetapi dengan suatu pengangkatan secara resmi oleh Sultan,manakala anak-anak pewaris Orang Kaya-Kaya Daerah dikenali sebagai Engku.
 
 
* Para Syarif dan Sayyid Kesultanan Sambas Raden Nilawati bersuamikan Syarif Ibrahim Bin Syarif Abu Bakar Al-Qadri. Raden Nilawati Binti Sultan Abu Bakar Tajuddin II bersuamikan Syarif Ibrahim Bin Syarif Abu Bakar Al-Qadri.
 
 
* Urai Imik bersuamikan Tuan Sayyid Muhammad Alaydrus digelar Pangeran Kesuma Nata.
 
 
* Utin Timah anak Urai Dinga' bersuamikan Sayyid Ahmad Al-Hinduan digelar Pangeran Kesuma Ningrat mempunyai anak Sayyid Isa Al-Hinduan digelar Datuk Pangeran Riya.
 
* Raden Dewi Kencana Binti Pangeran Ratu Muhammad Taufiq bersuamikan Syarif Edy Al-Haddad mempunyai anak Syarif Edwin Taufiq Al-Haddad menikah dengan Wulan mempunyai anak Syarif Muhammad Ridho Al-Haddad.
 
 
* Urai Riya bersuamikan Urai Sayyid Abdullah Bin Agil digelar Pangeran Sumanata. Urai Riya' Binti Pangeran Paku Negara Binti Sultan Umar Aqamaddin II bersuamikan Pangeran Sumanata (Sayyid Abdullah Bin Agil) mempunyai anak Urai Syarif Muhammad Bin Agil.
 
 
* Urai Aminah digelar Pangeran Rafi'ah bersuamikan Sayyid Ali As-Sambasi.
 
* Raden Zainab dinikahkan dengan Tuan Sayyid Ali Al-Asyi berasal dari Aceh digelar Pangeran Suradilaga. Raden Zainab Binti Sultan Muhammad Tajuddin bersuamikan Syarif Ali Al-Asyi dari Aceh digelar Pangeran Suradilaga mempunyai anak Syarif Najmuddin As-Sambasi digelar Pangeran Adi Kesuma. Raden Lassum bersuamikan Syarif Najmuddin bin Ali Al-Asyi dari Negeri Aceh yang digelar Pangeran Adi Kesuma bin Pangeran Suradilaga.
 
== Lihat pula ==
Baris 266 ⟶ 286:
* {{nl}} [http://books.google.co.id/books?id=exRJAAAAMAAJ&dq=Panembahan%20Batoe&pg=PA13#v=onepage&q=Panembahan%20Batoe&f=false Tijdschrift voor Indische taal-, land-, en volkenkunde, Volume 1 Oleh Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen,Lembaga Kebudajaan Indonesia ]
* {{en}}[http://www.4dw.net/royalark/Indonesia/sambas.htm Sejarah Sambas di situs Royal Ark]
* {{id}}[http://www.sambas.go.id/selayang/sejarah.asp Sekilas sejarah kesultanan Sambas di situs sambas.go.id] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20080221190541/http://www.sambas.go.id/selayang/sejarah.asp |date=2008-02-21 }}
* {{id}}[http://history.melayuonline.com/?a=a28va0xRL1lYcXRCeDdraQ%3D%3D= Sejarah Kerajaan Sambas di MelayuOnline.com] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20070927221824/http://history.melayuonline.com/?a=a28va0xRL1lYcXRCeDdraQ=== |date=2007-09-27 }}