Wayang: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Catatan wayang berdasarkan prasasti Balitung |
kTidak ada ringkasan suntingan |
||
(38 revisi perantara oleh 18 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 32:
[[Berkas:Wayang Bali.jpg|jmpl|Wayang Bali.]]
{{Budaya Indonesia}}
'''Wayang''' (berasal dari {{lang-jv|ꦮꦪꦁ|wayang|bayangan}}) adalah seni pertunjukkan tradisional asli [[Indonesia]] yang berasal dan berkembang pesat di pulau [[Jawa]] dan [[Bali]].
[[UNESCO]], lembaga yang membawahi kebudayaan dari [[PBB]], pada [[7 November]] [[2003]] menetapkan wayang sebagai pertunjukan boneka bayangan tersohor dari [[Indonesia]], sebuah Warisan Mahakarya Dunia yang Tak Ternilai dalam Seni Bertutur ({{lang-en|Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity}}).<ref name=UNESCO>{{cite web|title="Wayang puppet theatre", Inscribed in 2008 (3.COM) on the Representative List of the Intangible Cultural Heritage of Humanity (originally proclaimed in 2003) |url=http://www.unesco.org/culture/ich/index.php?lg=en&pg=00011&RL=00063 |publisher= UNESCO |access-date=10 Oktober 2014}}</ref><ref name=britwayang>{{cite encyclopedia |url = https://www.britannica.com/art/wayang | title = Wayang: Indonesian Theatre | encyclopedia = Encyclopaedia Britannica | year = 2012}}</ref><ref name="History and Etymology for Wayang">{{Cite web|title=History and Etymology for Wayang|url=https://www.merriam-webster.com/dictionary/wayang|access-date=22 Desember 2020|work=Merriam-Webster}}</ref>
Sampai saat ini, catatan awal yang bisa didapat tentang pertunjukan wayang berasal dari [[Prasasti Balitung]] pada
Mpu Kanwa, pujangga istana Airlangga dari Kerajaan Kahuripan, menulis pada
Ketika agama Hindu masuk ke Indonesia dan menyesuaikan kebudayaan yang sudah ada, seni pertunjukan ini menjadi media efektif menyebarkan agama Hindu. Pertunjukan wayang menggunakan cerita [[Ramayana]] dan [[Mahabharata]].
Para [[Wali Songo]] di [[Jawa]], sudah membagi wayang menjadi tiga. Wayang Kulit di timur, wayang wong di Jawa Tengah dan wayang golek di Jawa Barat. Adalah Raden Patah dan Sunan
Demikian juga saat masuknya [[Islam]], ketika pertunjukan yang menampilkan “[[Tuhan]]” atau “[[Dewa]]” dalam wujud [[manusia]] dilarang,
Perkembangan wayang pada dari abad 19 hingga abad 20 tidak lepas dari para dalang yang terus mengembangkan seni tradisional ini. Salah satunya almarhum Ki H. Asep Sunandar Sunarya yang telah memberikan inovasi terhadap wayang agar bisa mengikuti perkembangan zaman dan dikenal dunia.
Ketika misionaris [[Katolik]], Bruder Timotheus L. Wignyosubroto, FIC pada tahun [[1960]] dalam misinya menyebarkan agama Katolik, ia mengembangkan [[Wayang_wahyu|Wayang Wahyu]], yang sumber ceritanya berasal dari [[Alkitab]].▼
Sebenarnya, pertunjukan boneka tidak hanya ada di Indonesia karena banyak pula negara lain yang memiliki pertunjukan [[boneka]]. Namun, pertunjukan boneka (Wayang) di Indonesia memiliki gaya tutur dan keunikan tersendiri, yang merupakan mahakarya asli dari Indonesia. Untuk itulah [[UNESCO]] memasukannya ke dalam [[Daftar Representatif Budaya Takbenda Warisan Manusia|Daftar Representatif Budaya Tak Benda Warisan Manusia]] (Intangible Cultural Heritage) pada 2003.
Tak ada bukti yang menunjukkan wayang telah ada sebelum agama Hindu menyebar di [[Asia Selatan]]. Diperkirakan seni pertunjukan dibawa masuk oleh pedagang [[India]]. Namun, kegeniusan lokal dan kebudayaan yang ada sebelum masuknya Hindu menyatu dengan perkembangan seni pertunjukan yang masuk memberi warna tersendiri pada seni pertunjukan di Indonesia.
▲Ketika misionaris [[Katolik]], Bruder Timotheus L. Wignyosubroto, FIC pada tahun [[1960]] dalam misinya menyebarkan agama Katolik, ia mengembangkan [[
== Jenis-jenis wayang ==
Baris 54 ⟶ 60:
** [https://surakarta.go.id/?p=24190 Wayang Kulit Gagrag Surakarta]
** [[Wayang Kulit Gagrag Yogyakarta]]
** [[Wayang kulit|Wayang Kulit Gagrag
** [[Wayang Kedu Wonosaban|Wayang Kulit Gagrag Kedu]]
** [[Wayang Kulit Gagrag Banyumasan]]
** [[Wayang Kulit Gagrag Pesisiran
** [[Wayang kulit Bali|Wayang Kulit Bali]]
* [[Wayang Madya]]
* [[Wayang Gedog]]
* [[Wayang Dupara]]
* [[Wayang wahyu|Wayang Wahyu]]
* [[Wayang Suluh]]
Baris 75 ⟶ 82:
* [[Wayang Cupak]]
* [[Wayang Beber]]
* [[Wayang Kulit Banjar|Wayang Kulit Banjar (Wayang Borneo)]]
* [[Wayang Kulit Lampung]]
==== Wayang Bambu ====
Baris 86 ⟶ 95:
# [[Wayang Klithik]]
# [[Wayang Timplong]]
▲# [[Wayang Potehi]]
# [[Wayang Golek Techno]]
# [[Wayang Ajen]]
Baris 98 ⟶ 106:
==== Wayang potehi ====
* [[Wayang potehi|Wayang Potehi]]
==== Wayang Rumput ====
* [[Wayang Suket]]
Wayang suket merupakan bentuk tiruan dari berbagai figur wayang kulit yang terbuat dari rumput (bahasa Jawa: suket). Wayang suket biasanya dibuat sebagai alat permainan atau penyampaian cerita perwayangan pada anak-anak di desa-desa Jawa.
Untuk membuatnya, beberapa helai daun rerumputan dijalin lalu dirangkai (dengan melipat) membentuk figur serupa wayang kulit. Karena bahannya dari rumput, wayang suket biasanya tidak bertahan lama.
Seniman asal Tegal, Slamet Gundono, dikenal sebagai tokoh yang berusaha mengangkat wayang suket pada tingkat pertunjukan panggung.
Bahkan jika menyebut wayang suket, sekarang sudah lekat dengan pertunjukan wayangnya Slamet Gundono lulusan [[Institut Seni Indonesia Surakarta|STSI]] (sekarang [[Institut Seni Indonesia Surakarta|ISI Surakarta]])Pedalangan yang kini menetap di Surakarta. Wayang
Slamet juga dibantu beberapa pengrawit, penari yang merangkap jadi pemain, untuk melengkapi pertunjukannya.
Media bertutur Slamet Gundono tidak hanya wayang suket, tetapi juga wayang kulit dan kadang memakai dedaunan untuk dijadikan tokoh wayang.
Kehebatan bertutur (pendongeng) dalang satu ini sudah tidak diragukan lagi. Banyak kalangan
=== Wayang Motekar ===
Baris 121 ⟶ 130:
Wayang Motekar adalah sejenis pertunjukan [[teater bayang-bayang]] atau di dalam kebudayaan Sunda, Jawa, dan Indonesia pada umumnya dikenal dengan sebutan wayang kulit.
Wayang Motekar ditemukan dan dikembangkan oleh Herry Dim setelah melewati eksperimen lebih dari delapan tahun (1993 - 2001). Kali pertama dipentaskan di Bandung pada 30 Juni 2001, saat itu diberi nama oleh Arthur S Nalan dengan sebutan “gambar motekar,” dan pada perkembangan berikutnya Prof. Dr. Yus Rusyana menambahkan sebutan “teater kalangkang” sehingga menjadi “Teater Kalangkang Gambar Motekar.”
Kini, demi mendapatkan nama yang lebih singkat serta langsung terhubung kepada induk keseniannya
Seluruh eksperimen berlangsung di Studio Pohaci, Bandung, bersama penggagas utamanya yaitu Herry Dim. Di kemudian hari, 1997, barulah eksperimen ini melibatkan pula M. Tavip hingga kemudian ditemukan moda “wayang motekar” seperti yang kita kenal sekarang, yaitu tidak menggunakan lagi OHP melainkan dengan lampu dan layar khusus.
Baris 135 ⟶ 144:
Beberapa seni budaya wayang selain menggunakan [[bahasa Jawa]], [[bahasa Sunda]], dan [[bahasa Bali]] juga ada yang menggunakan [[bahasa Melayu]] lokal seperti [[bahasa Betawi]], [[bahasa Palembang]], dan [[bahasa Banjar]]. Beberapa di antaranya antara lain:
* Wayang Kulit Gaya Surakarta
* Wayang Kulit Gaya Yogyakarta
* Wayang Kulit Gaya Jawa Timuran
* Wayang Kulit Gaya Kedu
* Wayang Kulit Gaya Kaligesing
* Wayang Kulit Gaya Banyumasan
* Wayang Kulit Gaya Pesisiran
* [[Wayang kulit Bali|Wayang Bali]]
* Wayang Sasak ([[NTB]])
* [[Wayang Kulit Banjar (Kalimantan Selatan)]]
* Wayang Palembang ([[
* [[Wayang Kulit Betawi|Wayang Gaya Betawi]] ([[Jakarta]])
* [[Wayang nganjor|Wayang Nganjor]] (Banten)
* Wayang Cirebon ([[Jawa Barat]])▼
* [[Wayang Garing]] (Banten)
▲* Wayang Gaya Cirebon ([[Jawa Barat]])
* Wayang Madura (sudah punah)
* [[Wayang Siam]] ([[Kelantan]], [[Malaysia]])
|