I Gusti Ngurah Made Agung: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
k Mengembalikan suntingan oleh Aseli Nosa (bicara) ke revisi terakhir oleh Nyilvoskt Tag: Pengembalian |
||
(15 revisi perantara oleh 7 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Infobox
|
|
| image = Raja Badung, I Gusti Ngurah Made Agung.jpg
| birth_date = {{birth date|1876|4|5}}▼
| image_size = 250px
| birth_place = {{flagicon|Belanda}} [[Puri Agung Denpasar]], [[Badung]], [[Bali]]▼
| caption = I Gusti Ngurah Made Agung
| death_date = {{death date and age|1906|9|20|1876|1|1}}▼
|
|
|
|
| succession = Raja [[Kerajaan Badung]]
|
| reign = 1902 - 20 September 1906
|
| coronation = 1902
| successor = I Gusti Alit Ngurah (Tjokorda Alit Ngurah)▼
| cor-type = Penobatan
|
| suc-type =
Ida Tjokorda Mantuk Ring Rana▼
| regent =
| reg-type = Pemahkotaan
| birth_name =
| death_place = {{negara|Belanda}} [[Badung]], [[Bali]]
| burial_place =
| spouse =
| spouse-type =
| consort =
| issue =
| issue-link =
| issue-pipe =
| issue-type =
| full name =
| era name =
| era dates =
| regnal name =
▲| posthumous name = Ida Tjokorda Mantuk Ring Rana
| temple name =
| house =
| father = I Gusti Gede Ngurah Pemecutan (Raja Badung IV)
| mother =
| religion = Hindu
| occupation =
| signature_type = Tanda tangan
| signature =
| module =
}}
'''I Gusti Ngurah Made Agung''' atau yang setelah gugur bergelar '''Ida Tjokorda Mantuk Ring Rana''' ({{lahirmati|[[Denpasar]], [[Bali]]|5|4|1876|[[Badung]], [[Bali]]|20|9|1906}}) adalah [[Raja (gelar)|Raja]] [[Kerajaan Badung|Badung]] atau Raja [[Denpasar]] ke-VI dan seorang pejuang yang menentang pemerintahan [[Hindia Belanda]] di [[Bali]] yang diangkat sebagai [[Pahlawan Nasional Indonesia]] oleh Presiden [[Joko Widodo]] pada tanggal [[5 November]] [[2015]].
▲'''I Gusti Ngurah Made Agung''' atau yang setelah gugur bergelar '''Ida Tjokorda Mantuk Ring Rana''' ({{lahirmati|[[Denpasar]], [[Bali]]|5|4|1876|[[Badung]], [[Bali]]|20|9|1906}}) adalah [[Raja (gelar)|Raja]] [[Kerajaan Badung|Badung]] atau Raja [[Denpasar]] ke-VI dan seorang pejuang yang menentang pemerintahan [[Hindia Belanda]] di [[Bali]] yang diangkat sebagai [[Pahlawan Nasional Indonesia]] oleh Presiden [[Joko Widodo]] pada tanggal [[5 November]] [[2015]]. <ref name=":1">{{Cite web|last=Armenia|first=Resty|title=Jokowi Anugerahkan Gelar Pahlawan Nasional Ke Lima Tokoh|url=https://www.cnnindonesia.com/nasional/20151105124500-20-89659/jokowi-anugerahkan-gelar-pahlawan-nasional-ke-lima-tokoh|website=nasional|language=id-ID|access-date=2023-05-19}}</ref>
== Penobatan ==
Pada tahun 1902, I Gusti Ngurah Made Agung dilantik sebagai Raja ke-VI menggantikan Raja sebelumnya, yakni I Gusti Alit Ngurah Pemecutan.
Sebenarnya, yang berhak menggantikan mendiang I Gusti Alit Ngurah Pemecutan adalah I Gusti Alit Ngurah (Tjokorda Alit Ngurah) yang merupakan putra mahkota dari Raja Denpasar V, akan tetapi karena umurnya pada saat itu baru berusia 6 tahun dan belum cukup umur untuk dinobatkan sebagai Raja, maka untuk sementara jabatan Raja dipegang oleh I Gusti Ngurah Made Agung yang merupakan saudara tiri Raja Denpasar V.
== Meletusnya [[Puputan Badung]] ==
{{utama|Intervensi Belanda di Bali (1906)}}
I Gusti Ngurah Made Agung menentang penjajahan Hindia Belanda ketika terjadi peristiwa kandasnya sebuah kapal dagang berbendera [[Hindia Belanda]] milik seorang pedagang [[Tionghoa]] bernama Kwee Tek Tjiang yang berlayar dari [[Banjarmasin]] di [[pantai Sanur]] pada tahun 1904. Kapal tersebut bernama Sri Komala. Peristiwa kandasnya kapal dagang tersebut membuat prahaya besar di [[Kerajaan Badung]] karena Raja Badung tidak mau mengikuti kehendak pemilik kapal yang didukung oleh [[Hindia Belanda|Pemerintah Hindia Belanda]] di [[Batavia]]. Pada peristiwa tersebut, rakyat Sanur dituduh mencuri isi kapal hingga menyebabkan kerugian di pihak pemilik kapal. Pemilik kapal melaporkan kejadian tersebut ke [[Pemerintah Hindia Belanda]] dan Pemerintah Hindia Belanda menuntut Raja Badung untuk bertanggung Jawab terhadap pencurian tersebut mengingat peristiwa tersebut berada di wilayah Kerajaan Badung. Raja Badung dituntut untuk membayar ganti rugi atas kejadian tersebut sebesar 3.000 dolar perak. Raja Badung menolak klaim sepihak Pemerintah Hindia Belanda karena berdasarkan pengakuan Rakyat Sanur, klaim tersebut tidak benar dan rakyat sanur merasa difitnah oleh Pemerintah Hindia Belanda.
[[Berkas:Body of the Raja Denpasar 1906.jpg|thumb|Jenazah I Gusti Ngurah Made Agung yang gugur saat perang Puputan Badung berkecamuk.]]
Pada September 1906, Pemerintah Hindia Belanda membentuk pasukan besar di bawah pimpinan [[Marinus Bernardus Rost van Tonningen|Jenderal Mayor M. B. Rost van Tonningen]] karena blokade ekonomi tidak berhasil menghancurkan Kerajaan Badung. Pembentukan pasukan ini tidak membuat I Gusti Ngurah Made Agung menyerah. Sebaliknya, ia memilih untuk berperang melawan pasukan Belanda tersebut hingga gugur di medan pertempuran pada 20 September 1906. Pertempuran ini lebih dikenal dengan nama [[Puputan Badung]].
== Penghargaan ==
Atas jasanya tersebut, I Gusti Ngurah Made Agung ditetapkan menjadi [[Pahlawan Nasional Indonesia]] pada tanggal [[5 November]] [[2015]] berdasarkan [[Keputusan Presiden (Indonesia)|Keputusan Presiden (Keppres)]] Nomor 116/TK/Tahun 2015 yang ditandatangani pada Rabu, 4 November 2015 oleh [[Presiden Joko Widodo
Pemkot Denpasar mengabadikan nama I Gusti Ngurah Made Agung melalui nama lapangan yang dulunya bernama "Lapangan Puputan Badung" kini bernama "Lapangan I Gusti Ngurah Made Agung", dimana ditempat tersebut terjadi perang [[Puputan Badung]] tahun [[1906]].
Sosok I Gusti Ngurah Made Agung juga diabadikan dalam monumen patung yang berada di perempatan jalan Veteran-jalan Patimura.
== Karya Sastra ==
Selain sebagai Raja Badung, I Gusti Ngurah Made Agung dikenal pula sebagai seorang sastrawan besar pada masanya. Adapun karya-karya sastra beliau diantaranya Geguritan Dharma Sasana, Geguritan Niti Raja Sasana, Geguritan Nengah Jimbaran, Kidung Loda, Kakawin Atlas, dan Geguritan Hredaya Sastra.
I Gusti Ngurah Made Agung juga diketahui merupakan sosok dibalik sebuah lagu yang sangat legendaris dan terkenal di kalangan masyarakat Bali, yakni [[Ratu Anom]].<ref>{{Cite web|title=RATU ANOM – Puri Agung Denpasar ( Puri Satria )|url=https://puriagungdenpasar.com/?page_id=1438|language=en-US|access-date=2023-08-30}}</ref>
== Referensi ==
Baris 51 ⟶ 81:
[[Kategori:Tokoh Bali]]
[[Kategori:Pahlawan nasional Indonesia]]
[[Kategori:Raja kerajaan di Nusantara]]
[[Kategori:Sastrawan]]
|