Ratu Adil: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
August.die (bicara | kontrib)
Memperbaiki Ejaan
 
(26 revisi perantara oleh 20 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 3:
{{Refimprove|date=April 2020}}
}}
'''Ratu Adil''' (kadang disamakan dengan [[Satrio Piningit|'''Satria Piningit)''']]) merupakan mitologi dalam tulisan-tulisan kuno Raja Kediri Prabu Jayabaya yang mengatakanpada bahwaabad akan-11 datangmeramalkan seorangkelak muncul sosok sosok pemimpin yang[[Nusantara]] untuk mengakhiri zaman "Kalabendu" (sukar/sengsara). Kedatangannya akan menjadi penyelamat, ia akan membawapembawa keadilan, dan kesejahteraan bagi masyarakatnyamasyarakat. RajaIa tersebut disebut jugadijuluki "Erucokro''Herucokro''". Ramalanyakni tentangorang datangnyayang Ratutidak Adilmengutamakan inikekayaan berasaldan darimateri. [[Jayabaya|PrabuDi dalam kitab Musarar Jayabaya]]. Pertandadisebutkan bahwa kedatangan Ratu Adil adalahditandai adanyadengan kemelut sosial, malapetaka alam, serta jatuhnya raja besar yang ditakuti. Pemerintahan[[Serat yangJayabaya]] menggantijuga rajasering yang ditakuti tidakdisebut berlangsungramalan lamaJayabaya.<ref name="Tribun-Hastabrata">{{Cite news|url=http://www.tribunnews.com/tribunners/2018/02/23/kepemimpinan-hastabrata-dalam-ratu-adil|title=Kepemimpinan Hastabrata Dalam Ratu Adil - Tribunnews.com|work=Tribunnews.com|access-date=2018-05-22|language=id-ID}}</ref>
 
== Istilah ==
Ratu Adil bersenjata [[trisula weda|trisula weda]]. Sebagaimana yang disebutkan oleh ramalan Jayabaya senjata Ratu Adil adalah trisula, senjata bermata tiga & weda atau pengetahuan dalam arti suatu pengetahuan mengenai tiga hal yang memiliki sifat kebenaran, kebijaksanaan, dan keadilan dalam menata dunia. Trisula Weda sendiri sebuah perumpamaan mengenai ilmu rahasia leluhur nusantara yang disebut [[Sastra Jendra Hayuningrat | Sastra Jendra Hayuningrat ]] yaitu ilmu untuk menata dunia dengan metode menghubungkan benang merah antara masa sekarang, masa depan dan masa lalu. Hanya orang yang mengetahui tentang masa lalu yang akan datang mengungkapkan kebenaran dan orang yang mengetahui permasalahan di masa sekarang yang dapat memberikan solusi secara bijaksana hingga berlaku adil sesuai kepercayaan masyarakat apa pun yang telah dibuatkan dalam kitab suci mereka mengenai masa depan yang akan terjadi.
Dalam bahasa Jawa, ''Ratu Adil'' berarti raja yang adil. Ratu dalam bahasa modern digambarkan sebagai pasangan dari raja, pendamping raja, sedangkan dalam bahasa lampau digambarkan sebagai pemimpin tanpa melihat gendernya, dapat perempuan atau laki-laki. Dalam beberapa pembahasan Ratu Adil diistilahkan dengan "S''atria Piningit"'' yang juga disebut dalam [[Ramalan Jayabaya|Jangka Jayabaya]]. Namun pendapat lain percaya bahwa keduanya adalah dua orang yang yang berbeda. Dalam hal orang yang dipercaya sebagai S''atria Piningit'' belum tentu bisa menjadi Ratu Adil.<ref>{{Cite news|last=Solopos|date=2021-12-10|title=Menguak Ramalan Jayabaya soal sosok Ratu Adil|url=https://nasional.okezone.com/read/2021/12/10/337/2514751/menguak-ramalan-jayabaya-soal-sosok-ratu-adil|work=[[Okezone.com]]|language=id-ID|access-date=2022-08-30|first=Agregasi}}</ref> Belum jelas apakah ini merupakan [[metafora]] terhadap karakter ataukah terhadap perseorangan. Serat Jayabaya juga dalam Serat Ronggowarsito menjelaskan tentang tujuh sifat dari kepemimpinan. Tujuh karakter Ronggowarsito ini juga disebut-sebut tersirat dalam salah satu bab dari Babad Tanah Jawi beserta cerita-cerita dari tanah jawa seperti tentang Aji Saka, Siyung Wanara, dan lain-lain.
 
== Selayang pandang ==
Ratu Adil, Satria Pininggit bukan [[Imam Mahdi]] atau [[Isa Al-masih]] dan bukan merupakan sosok yang sama, sangat berbeda, [[Jawa kuno]] (dwipa) mengenal sosok Ratu Adil dari zaman dahulu, dia adalah sosok keturunan dari [[Krisna]].
Ratu Adil bersenjata [[trisula weda|trisula weda]]. Sebagaimana yang disebutkan oleh ramalan''Ramalan Jayabaya,'' senjata Ratu Adil adalah trisula''[[Trisula|Trisula,]]'' yakni senjata bergagang tongkat panjang bermata tiga &yang menyimbolkan weda atau pengetahuan. dalamDalam artihal suatuini, pengetahuan mengenaiatau keilmuan tersebut memiliki karakter berupa tiga hal, yang memilikiyaitu sifat kebenaran, kebijaksanaan, dan keadilan. Pembicaraan dalam menataSerat Jayabaya mengacu pada kepengetahuan mengenai penataan dunia atau kepemimpinan. ''Trisula Weda'' sendiri sebuah perumpamaan mengenai ilmu rahasia leluhur nusantara yang disebut [[Sastra Jendra Hayuningrat | Sastra Jendra Hayuningrat ]], yaitu ilmu untuk menata dunia dengan metode menghubungkan benang merah antara masa sekarang, masa depan ,dan masa lalu. HanyaDemikian oranghalnya perlambangan dari ketiga mata dari trisula yang mengetahuidipercaya bahwa mereka-mereka yang berpengetahuan tentang masa lalu yangdapat akanmemberikan datangpengetahuan mengungkapkandengan penuh kebenaran, danjuga orangmumpuni yanguntuk mengetahuimemahami permasalahan dipada masa sekarang yangsehingga dapat memberikan solusisaran pemecahan secara bijaksana. hinggaDengan demikian, mereka dapat berlaku adil sesuai kepercayaandengan situasi kontekstual masyarakat apapada punmasa yangtersebut telahdan dibuatkandapat dalamdipergunakan kitabsebagai sucipegangan mereka mengenaipada masa depanberikutnya. yang akan terjadi.
 
Kepercayaan [[Jawa kuno]] (dwipa) mengenal sosok Ratu Adil dari zaman dahulu. Dia adalah sosok keturunan dari [[Krisna]]. Sosok yang diyakini sebagai bukti janji dari [[Sabdo Palon]] yang merupakan ''[https://news.solopos.com/isi-sumpah-sabdo-palon-kembali-ke-tanah-jawa-1239952 Pamomong]'' tanah Jawa kepada seorang ulama yang membawa ajaran Islam. Ada satu dari keempat janji yang tidak disanggupi ulama Islam, yaitu ajaran Islam tidak akan mengubah orang Jawa menjadi kehilangan kejawaannya. Hal itu hanya mampu dibuktikan sesuai perjalanan waktu yang akan datang hingga saat janji tersebut tidak ditepati maka ''Sabdo Palon'' akan datang untuk menagih janjinya dengan memilih ''momongan'' sebagai Satria piningit atau satria yang tersembunyi untuk menyadarkan kembali masyarakat khususnya di tanah Jawa dalam mengenali jati dirinya.
Dalam Uga Wangsit Siliwangi tertulis jelas bahwa Ratu Adil atau budak angon (kiasan dari orang atau golongan rakyat biasa),
 
disebutkan pula dalamDalam ''Uga Wangsit Siliwangi'' tertulis jelas bahwa ratuRatu adilAdil atau budak angon (kiasan dari orang atau golongan orang biasa) ditemani oleh pemuda berjanggut (orang yang dekat sebagai penasehat). Budak angon sendiri digambarkan sebagai pemuda yang mengembalakanmenggembalakan daun dan ratingranting pohon kering yang bisa diartikan sebagai pemuda yang mengembara, membawa alat tulis guna menjalankan amanatnya mencari solusi dipada masa sekarang dari segala personalanpersoalan yang telah terjadi dipada masa lalu demi menciptakan kedamaian dunia dalam kebaikan dipada masa depan.
 
== Referensi ==