Surat Lampung: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Menambahkan konten ringkasan.
Tag: Dikembalikan
k Mengubah Aksara Lampung ke bentuk Unicode
Tag: Suntingan visualeditor-wikitext
(29 revisi perantara oleh 6 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Teks Lampung}}{{Infobox Writing system
|name=Surat Lampung
|altname=Aksara {{script/Lampung|𞜑𞜔𞜎𞜇𞜟𞜏𞜌𞜟𞜊𞜔𞜘}}
|type=[[Abugida]]
|languages=[[Bahasa Lampung|Rumpun bahasa Lampung]], [[Bahasa Melayu|Melayu]]<ref name=":0">{{Cite web|title=Malay manuscripts from south Sumatra - Asian and African studies blog|url=https://blogs.bl.uk/asian-and-african/2015/04/malay-manuscripts-from-south-sumatra.html|website=blogs.bl.uk|access-date=2021-03-15}}</ref>
Baris 15:
|caption=[[Rupa huruf]] aksara Lampung rekaan Koninklijke Joh. Enschedé (1907)}}
 
Sekumpulan'''Surat Lampung''',{{sfn|Pudjiastuti|1996|pp=}} dikenal juga sebagai '''''Surat Ulu''''' atau '''Aksara Lampung''', adalah sekumpulan [[aksara]] tradisional Indonesia yang berkembang di selatan [[pulau Sumatra]] bagian selatan. Aksara ini digunakan untuk menulis [[Bahasa Lampung|rumpun bahasa Lampung]] dan [[bahasa Melayu]].<ref name=":0" /> Surat Lampung merupakan turunan dari [[aksara Brahmi]] melalui perantara [[aksara Kawi]]. Surat Lampung aktif digunakan dalam sastra maupun tulisan sehari-hari masyarakat Lampung sejak pertengahan abad ke-17 hingga pertengahan abad ke-20 sebelum fungsinya berangsur-angsur tergantikan dengan huruf Latin. Aksara ini masih diajarkan di [[Provinsi Lampung]] sebagai bagian dari muatan lokal,{{sfn|Pudjiastuti|1996|pp=60}}<ref name=":2" /> namun dengan penerapan yang terbatas dalam kehidupan sehari-hari.
'''Surat Lampung''', dikenal juga sebagai '''''Surat Ulu''''' atau '''Aksara Lampung''', adalah kekayaan bahasa daerah di Indonesia. Tata tulis khas dari pintu gerbang [[Sumatra]] yang merupakan warisan sejarah [[Nusantara]]
<ref name='lmp'/>.
Aksara Lampung ialah sistem penulisan kuno yang di gunakan [[suku Lampung]], suku di Indonesia kukim di Provinsi Lampung. Sistem tulisan ini juga digunakan oleh suku yang bermukim di daerah pesisir Sumatra Selatan, Bengkulu dan Banten
<ref name='lmp'/>.
Aksara Lampung yakni kelompok aksara tradisional Indonesia yang berkembang. Sistem penulisan ini digunakan untuk menulis bahasa Lampung dan Melayu
<ref name='lmp'/>.
Aksara ini memiliki nilai sejarah yang kaya dan menjadi aset masyarakat Lampung. Aksara Lampung merupakan bagian integral identitas masyarakat Lampung. Untuk menyampaikan nilai-nilai, tradisi dan sejarah<ref name='lmp'>https://indonesia.postsen.com/local/649088/Get-to-know-the-Lampung-script-history-and-complete-children.html</ref>.
 
Surat Lampung adalah sistem tulisan [[abugida]] yang terdiri dari tiga macam unsur, yaitu ''kelabai surat'' (19 aksara dasar), ''benah surat'' (12 diakritik), dan tanda baca. Seperti aksara [[Rumpun aksara Brahmi|Brahmi]] lainnya, setiap konsonan merepresentasikan satu suku kata dengan vokal inheren /a/ atau /ɔ/ yang dapat diubah dengan pemberian diakritik tertentu. Arah penulisan surat Lampung adalah kiri ke kanan. Aksara ini termasuk dalam rumpun aksara hulu (''[[Surat Ulu]]''). Rumpun aksara ini memiliki ciri khas, yaitu bentuknya berupa goretan patah-patah/lengkung, tidak memiliki ''pasangan'', dan lebih sederhana ketimbang keturunan aksara Kawi lainnya (sepertidi [[Aksara Jawa|Jawa]] dan [[Aksara Bali|Bali]]).<ref>{{Cite web|title=Aksara Kaganga Bengkulu – Kantor Bahasa Bengkulu|url=https://kantorbahasabengkulu.kemdikbud.go.id/aksara-kaganga-bengkulu/|language=id-ID|access-date=2021-03-15}}</ref>
Sekumpulan [[aksara]] tradisional Indonesia yang berkembang di selatan [[pulau Sumatra]]. Aksara ini digunakan untuk menulis [[Bahasa Lampung|rumpun bahasa Lampung]] dan [[bahasa Melayu]].<ref name=":0" /> Surat Lampung merupakan turunan dari [[aksara Brahmi]] melalui perantara [[aksara Kawi]]. Surat Lampung aktif digunakan dalam sastra maupun tulisan sehari-hari masyarakat Lampung sejak pertengahan abad ke-17 hingga pertengahan abad ke-20 sebelum fungsinya berangsur-angsur tergantikan dengan huruf Latin. Aksara ini masih diajarkan di [[Provinsi Lampung]] sebagai bagian dari muatan lokal,{{sfn|Pudjiastuti|1996|pp=60}}<ref name=":2" /> namun dengan penerapan yang terbatas dalam kehidupan sehari-hari.
 
Surat Lampung adalah sistem tulisan [[abugida]] yang terdiri dari tiga macam unsur, yaitu ''kelabai surat'' (19 aksara dasar), ''benah surat'' (12 diakritik), dan tanda baca. Seperti aksara [[Rumpun aksara Brahmi|Brahmi]] lainnya, setiap konsonan merepresentasikan satu suku kata dengan vokal inheren /a/ atau /ɔ/ yang dapat diubah dengan pemberian diakritik tertentu. Arah penulisan surat Lampung adalah kiri ke kanan. Aksara ini termasuk dalam rumpun aksara hulu (''[[Surat Ulu]]''). Rumpun aksara ini memiliki ciri khas, yaitu bentuknya berupa goretan patah-patah/lengkung, tidak memiliki ''pasangan'', dan lebih sederhana ketimbang keturunan aksara Kawi lainnya (seperti [[Aksara Jawa|Jawa]] dan [[Aksara Bali|Bali]]).<ref>{{Cite web|title=Aksara Kaganga Bengkulu – Kantor Bahasa Bengkulu|url=https://kantorbahasabengkulu.kemdikbud.go.id/aksara-kaganga-bengkulu/|language=id-ID|access-date=2021-03-15}}</ref>
 
== Sejarah ==
Baris 32 ⟶ 24:
Para ahli umumnya meyakini bahwa surat Lampung merupakan salah satu turunan [[aksara Brahmi]] melalui perantara [[aksara Kawi]], berdasarkan studi perbandingan bentuk aksara-aksara Nusantara yang pertama kali dijabarkan oleh Holle<ref name="holle">{{Cite Journal|title=Tabel van oud-en nieuw-Indische alphabetten|last=Holle|first=K F|journal=Bijdrage tot de palaeographie van Nederlandsch-Indie|year=1882|place=Batavia|publisher=W. Bruining|oclc=220137657|url=http://dbooks.bodleian.ox.ac.uk/books/PDFs/590496015.pdf}}</ref> dan Kern.<ref name="kern">{{Cite Journal|title=Eene bijdgrade tot de paleographie van Nederlansch-Indie|last=Kern|first=H|journal=Bijdrage tot de Taal-Land-en Volkenkunde van Nederlandsch-indie|year=1882|place=S' Gravenhage|publisher=Martinus Nijhoff}}</ref> Namun begitu, sejarah evolusi surat Lampung tidak dapat dirunut dengan pasti karena surat Lampung sejauh ini hanya ditemukan pada materi yang umurnya tidak lebih dari 400 tahun. Surat Lampung lazim ditulis pada media yang rentan rusak di iklim tropis, dan tidak ada prasasti atau peninggalan tua lainnya yang disetujui sebagai purwarupa langsung surat Lampung.{{sfn|Kozok|1996|pp=233–234}}
 
Kerabat paling dekat dari surat Lampung adalah rumpun [[Surat Ulu]] seperti [[aksara Rejang]] dan [[aksara Incung]]. Baik rumpun [[surat Batak]] maupun rumpun [[Surat Ulu]] berkembang di wilayah pedalaman Sumatra yang relatif lambat menerima pengaruh luar. Karena itu, ketika Sumatra menerima pengaruh [[Islam]] yang signifikan sejak abad ke-14, kedua wilayah tersebut mempertahankan penggunaan aksara turunan [[Rumpun aksara Brahmi|Brahmi]] selagi wilayah pesisir mengadopsi penggunaan [[huruf Jawi|abjad Jawi]]. Diperkirakan surat Lampung pertama kali berkembang di daerah hulu [[Sungai Komering]] tempat mayoritas penutur [[bahasa Komering]] bermukim. Hal ini tampak dari kemiripan antara bentuk surat Lampung dengan surat Ulu Tengahdi [[Sumatera Selatan]]. Dari Komering, surat Lampung menyebar ke arah selatan dan timur hingga menyentuh pesisir [[Selat Sunda]].{{Citation needed}}
 
Salah satu deskripsi dan tabel surat Lampung paling awal oleh penulis asing dapat ditemukan dalam buku ''History of Sumatra'' oleh William Marsden yang dicetak pada 1784.<ref>{{Cite book|last=Marsden|first=William|year=1784|url=https://www.academia.edu/38062886/History_of_Sumatra_by_William_Marsden_F.R.S.1784.P-000179.pdf|title=History of Sumatra|place=London|page=159-166}}</ref> Namun selain itu, tidak banyak yang diketahui mengenai bahasa, sastra dan surat Lampung di luar masyarakat Lampung sendiri hingga pertengahan abad ke-19. Pada 25 Agustus 1868, atas dukungan dan izin dari Lembaga Penginjil Belanda, ahli bahasa [[Herman Neubronner van der Tuuk]] tiba di Pelabuhan [[Kota Bandar Lampung|Telukbetung]]. Dari Telukbetung, ia menempuh perjalanan ke pedalaman selama tiga bulan hingga akhirnya ia sampai di [[Bumi Agung, Lampung Timur|Desa Lehan]].<ref>{{Cite journal|last=Hollander|first=A. A. den|date=2003|title=review van: Een vorst onder de taalgeleerden; Herman Neubronner van der Tuuk; Afgevaardigde voor Indië van het Nederlandsch Bijbelgenootschap 1847-1873; Een bronnenpublicatie. [Bespreking van: K. Groeneboer (2002) Een vorst onder de taalgeleerden; Herman Neubronner van der Tuuk; Afgevaardigde voor Indië van het Nederlandsch Bijbelgenootschap 1847-1873; Een bronnenpublicatie.]|url=https://research.vu.nl/en/publications/review-van-een-vorst-onder-de-taalgeleerden-herman-neubronner-van|journal=Bijdragen tot de taal-, land- en volkenkunde|language=Dutch|volume=159|pages=629–631|issn=0006-2294}}</ref> Di sana ia mempelajari bahasa dan surat Lampung. Aktivitasnya menelusuri pedalaman Lampung berlangsung hingga 1869. Berdasarkan studi dan pengalamannya dengan masyarakat Lampung, Van der Tuuk menghasilkan materi komprehensif mengenai tradisi lisan dan tulis Lampung.<ref>{{Cite web|last=Lampung|first=Teras|date=2018-03-06|title=Van der Tuuk Meneliti Bahasa Lampung, Bahasa Batak, Hingga Bahasa Bali|url=https://www.teraslampung.com/van-der-tuuk-meneliti-bahasa-lampung-bahasa-batak-hingga-bahasa-bali/|website=Teraslampung.com|language=id-ID|access-date=2021-03-17}}</ref>
 
==Media==
Surat Lampung secara tradisional ditulis di sejumlah media, di antaranya yang paling lumrah adalah [[Bambu betung|bambu]], kulit kayu, tanduk binatang, rotan, dan kertas. Naskah dengan media-media tersebut dapat ditemukan dalam ukuran dan tingkat kerajinan yang bervariasi. Tulisan sehari-hari umum digurat pada permukaan bambu, rotan, atau tanduk dengan pisau kecil (''lading lancip''). Tergantung dari warna dasar media, guratan ini kemudian dilumuri untuk meningkatkan keterbacaan. Bila warna dasar media adalah putih, maka guratan akan dilumuri kemiri bakar. Bila warna dasar media adalah coklat/hitam, maka guratan akan dilumuri kapur sirih (''hapul'').{{sfn|Pudjiastuti|1996|pp=69}} Kebanyakan naskah Lampung Kuno yang ditemukan pada abad ke-18 dan 19 menggunakan kulit kayu sebagai media. Salah satunya adalah naskah milik Jo. Trefusis yang diserahkan kepada [[Bodleian Library|Perpustakaan Bodleian di Oxford]] pada [[1630]]. Naskah ini diyakini sebagai naskah bersurat Lampung Kuno tertua yang pernah ditemukan.<ref name=":0" /> Cara pembuatan naskah dengan media ini serupa dengan pembuatan ''[[pustaha]]'' di [[SumatraSumatera Utara]]. Untuk membuatnya, kulit dalam pohon [[gaharu]] (''Aquilaria malaccensis'') dipotong sesuai keinginan. Setelah itu, dijemur beberapa saat dan kemudian diamplas dengan daun yang keras supaya halus. Terakhir. kedua permukaan (depan dan belakang) kulit dalam itu dilumuri dengan air beras. Berbeda dengan naskah bambu, rotan, dan tanduk, naskah kulit kayu ditulis dengan tinta menggunakan pena dari rusuk daun [[enau|aren]] (''Arenga pinnata'') yang disebut ''kemasi''. Tinta ''kemasi'' terbuat dari campuran buah ''deduruk'' (''[[Melastoma malabathricum|Melastoma malabathricum L.]]''), arang, dan getah kayu ''kuyung'' (''[[Damar (pohon)|Shorea eximia]]'').{{sfn|Pudjiastuti|1996|pp=67}}
 
Kertas baru umum digunakan pada abad ke-19. Kebanyakan kertas yang dipakai saat itu merupakan kertas Eropa yang ditoreh menggunakan pena biasa.{{sfn|Pudjiastuti|1996|pp=66}} Walau begitu, bambu, tanduk, rotan, dan kulit kayu terus digunakan sebagai media utama penulisan surat Lampung hingga abad ke-20 ketika tradisi tulis surat Lampung mulai menghilang.
 
== Penggunaan ==
Pada masa prakemerdekaan Indonesia, masyarakat suku Lampung telah fasih membaca dan menulis surat Lampung. Banyak diantaranya yang bahkan menguasai banyak variasi surat Lampung. Mereka menggunakan surat Lampung untuk berbagai hal, mulai dari sarana komunikasi, sarana pergaulan, hingga penulisan surat-surat penting. Oleh karena itu, tingkat melek huruf suku Lampung sangat tinggi di masa itu.{{sfn|Pudjiastuti|1996|pp=55}}
 
Surat Lampung utamanya digunakan sebagai sarana komunikasi sesama penutur [[rumpun bahasa Lampung]]. Bahkan saat itu, orang Lampung akan merasa sangat malu bila tidak fasih membaca dan menulis surat Lampung.{{sfn|Pudjiastuti|1996|pp=55}}
Baris 55 ⟶ 47:
Pascakemerdekaan Indonesia, surat Lampung tidak lagi digunakan untuk baca tulis secara fungsional. Fungsi surat Lampung secara ''de facto'' tergantikan oleh [[aksara Latin]]. Usaha untuk membangkitkan kembali penggunaan surat Lampung dilakukan oleh pemerintah provinsi dengan menggelar musyawarah pembakuan surat Lampung pada tanggal 23 Februari 1985.<ref>{{Cite book|date=1992|url=https://www.worldcat.org/oclc/27821690|title=Tata bahasa bahasa Lampung dialek Pesisir|location=Jakarta|publisher=Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan|isbn=979-459-192-0|others=Nazaruddin Udin, Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa|oclc=27821690}}</ref> Hasil musyawarah tersebut hingga hari ini masih menuai perdebatan dan ketidaksetujuan dari beberapa pihak.
 
Surat Lampung bisa dijumpai pada lambang kabupaten/kota/provinsi, plang nama jalan, plat nomor rumah, dekorasi rumah, surat undangan pesta adat, hingga usaha [[ekonomi kreatif]] seperti jam tangan.<ref>{{Citation|title=Unik! Jam Tangan Bermotif Aksara Lampung|url=https://www.youtube.com/watch?v=F1iosJgbstI|accessdate=2021-03-17|language=id-ID}}</ref> Pasanggiri menulis dan membaca surat Lampung mulai rutin digelar, baik oleh pihak pemerintah daerah maupun swasta.<ref>{{Cite web|last=Lampung|first=Poskota|title=Komunitas Aksara Lampung Gelar Lomba Menulis Cerpen dalam Aksara Lampung|url=https://lampung.poskota.co.id/plugin/article/view/3779/komunitas-aksara-lampung-gelar-lomba-menulis-cerpen-dalam-aksara-lampung|website=Poskota Lampung|language=id|access-date=2021-03-17}}</ref><ref>{{Cite web|title=Disdikbud Lamteng akan Gelar Lomba Sastra Daerah dan Kaligrafi Aksara Lampung|url=https://www.radarlamteng.com/2019/11/19/disdikbud-lamteng-akan-gelar-lomba-sastra-daerah-dan-kaligrafi-aksara-lampung/|website=Radar Lamteng|language=id-ID|access-date=2021-03-17}}</ref><ref>{{Cite web|last=Redaksi|date=2019-07-23|title=700 Pelajar Pesawaran Ikuti Lomba Menulis Aksara Lampung|url=https://www.radarlamsel.com/700-pelajar-pesawaran-ikuti-lomba-menulis-aksara-lampung/|website=Radar Lamsel|language=id-ID|access-date=2021-03-17}}</ref><ref>{{Cite web|last=Lampung|first=Poskota|title=Panitia Lomba Menulis Cerpen Gandeng Ahli Aksara Lampung|url=https://lampung.poskota.co.id/plugin/article/view/3807/panitia-lomba-menulis-cerpen-gandeng-ahli-aksara-lampung|website=Poskota Lampung|language=id|access-date=2021-03-17}}</ref> Semua sekolah di Provinsi Lampung diwajibkan mengajarkan muatan lokal Bahasa dan Surat Lampung.<ref name=":2">{{Cite web|title=PERATURAN GUBERNUR LAMPUNG NOMOR: 39 TAHUN 2014 - PDF Free Download|url=https://adoc.pub/gubernur-lampung-peraturan-gubernur-lampung-nomor-39-tahun-223e0ea4213f7bf260b2bb52a060bf4ee44459.html|website=adoc.pub|language=en|access-date=2021-03-17}}</ref> Kedepannya, surat Lampung diharapkan bisa digunakan di media elektronik seperti [[ponsel cerdas]] dan [[komputer jinjing]]/[[Komputer meja|meja]].{{efn|Usaha komputerisasi sudah mulai dirintis. Pada tahun 2016, aksara Lampung didaftarkan ke [[Unicode]] oleh Anshuman Pandey.{{Sfn|Pandey|2016}} Sayangnya hingga hari ini, tidak ada kabar kelanjutannya. Untuk saat ini, para desainer [[Fon komputer|fon]] menggunakan [[ASCII]] sebagai dasar pengetikan aksara Lampung.<ref>{{Cite web|title=Aksara di Nusantara|url=https://aksaradinusantara.com/|website=Aksara di Nusantara|language=en|access-date=2021-03-16}}</ref>|group=catatan}}
 
== Bentuk ==
Baris 114 ⟶ 106:
 
:1. {{Note|tabel dalam bahasa Lampung Api}} Tabel ini disajikan dalam [[bahasa Lampung Api]]
:2. {{note|dibaca /x/ atau /χ/ di beberapa dialek}} Juga dibaca [[Konsonan desis langit-langit belakang nirsuara|/x/]] (kha), [[Konsonan desis tekak nirsuara|/χ/]], [[Konsonan desis langit-langit belakang bersuara|/ɣ/]] (gha), atau [[Konsonan desis tekak bersuara|/ʁ/]] (gra){{sfn|Anderbeck|2007|pp=14–15}}
</small>
|}
Baris 186 ⟶ 178:
!pu
!po
!paupaw
!paipay
!pah
!p
Baris 206 ⟶ 198:
 
=== Angka ===
Surat Lampung sebenarnya tidak memiliki angka sendiritersendiri. Angka yang digunakan dalam naskah dan cap bersurat Lampung adalah [[angka Arab]].<ref>{{Cite book|last=Gallop|first=Annabel Teh|date=2019|url=https://books.google.co.id/books/about/Malay_Seals_from_the_Islamic_World_of_So.html?id=v95HwwEACAAJ|title=Malay Seals from the Islamic World of Southeast Asia: Content, Form, Context, Catalogue|publisher=NUS Press|isbn=978-981-325-086-4|language=en}}</ref>
 
=== Tanda Baca ===
Baris 234 ⟶ 226:
| style="text-align: center" |tanda pembuka paragraf
|}
 
Walau begitu, hingga kini, jarang pengguna surat Lampung menggunakan tanda baca baru tersebut.
 
== Ortografi ==
=== Penulisan diakritik''benah -ng,surat'' -n, dan -rkonsonan ===
Apabila suatukombinasi aksara''benah induksurat'' menggunakanvokal diakritikdan vokalkonsonan yang menempelberada di sebelah atas aksara''anak dasarsurat'', diakritik''benah -ng, -n, dansurat'' -rkonsonan ditulis terlebih dahulu.<ref name=":1" /> Penerapannya dapat dilihat sebagaimana berikut:
{| class="wikitable" summary="reordering"
! colspan="6" scope="col" |komponen
Baris 272 ⟶ 266:
 
=== Penulisan suku kata tertutup ===
Pada penulisan suku kata tertutup yang berpola konsonan-vokal-konsonan, diakritik vokal yang normalnya menempelberada padadi aksaraatas dasar''anak surat'' pertama ditempatkan ulang agar menempelberada dengandi aksaraantara dasar''anak keduasurat'' pertama dan diaktrik pematikedua.<ref name=":1">{{Cite web|title=UTN #35: Indonesian and Philippine Scripts and Extensions|url=https://www.unicode.org/notes/tn35/indonesian-philippine.pdf|website=www.unicode.org|page=24|access-date=2022-12-10}}</ref> Penerapannya dapat dilihat sebagaimana berikut:
 
{| class="wikitable" summary="reordering"
Baris 288 ⟶ 282:
| [[Berkas:lam_nengen.png|30px|link=|alt=nengen]]
| style="border-left:#aaaaaa hidden;" | =
| [[Berkas:Lampung syllable tap.png|70px60px|link=|alt=Tap]]
| align="left"| ta + pa + nengen = tap
|- align="center"
Baris 299 ⟶ 293:
| [[Berkas:lam_nengen.png|30px|link=|alt=nengen]]
| style="border-left:#aaaaaa hidden;" | =
| [[Berkas:Lampung syllable tip.png|84px|link=|alt=Tip]] atau [[Berkas:Lampung syllable tip space.png|84px60px|link=|alt=Tip]]
| align="left"|ta + -i + pa + nengen → ta + pa + -i + nengen = tip
|- align="center"
Baris 310 ⟶ 304:
| [[Berkas:lam_nengen.png|30px|link=|alt=nengen]]
| style="border-left:#aaaaaa hidden;" | =
| [[Berkas:Lampung syllable tup.png|70px|link=|alt=Tup]] atau [[Berkas:Lampung syllable tup space.png|70px60px|link=|alt=Tup]]
| align="left"|ta + -u + pa + nengen → ta + pa + -u + nengen = tup
|- align="center"
Baris 321 ⟶ 315:
| [[Berkas:lam_nengen.png|30px|link=|alt=nengen]]
| style="border-left:#aaaaaa hidden;" | =
| [[Berkas:Lampung syllable tep.png|80px|link=|alt=Tep]] atau [[Berkas:Lampung syllable tep space.png|80px60px|link=|alt=Tep]]
| align="left"|ta + -ĕ + pa + nengen → ta + pa + -ĕ + nengen = tĕp
|}
 
== Contoh teks ==
Berikut adalah sebuah cerita berbahasa Lampung mengenai [[Harun Ar-Rasyid]] pada kertas Eropa dari koleksi Koninklijke Joh. Enschedé (1907):.<ref>{{Cite web|title=Gevonden in Delpher - Letterproef van Oosterse schriften uit de lettergieterij van Joh. Enschedé en Zonen te Haarlem|url=https://www.delpher.nl/nl/boeken/view?coll=boeken&identifier=MMSFUBA02:000013312:00063|website=www.delpher.nl|language=nl|access-date=2022-12-10}}</ref>
{| class="wikitable"
|-
Baris 333 ⟶ 327:
! style="text-align: center"| Terjemahan
|-
|[[Berkas:Lampung story Koninklijke Joh. Enschedé.png|256px190x190px]]
|
|''Wat saisay raja di pĕkon Bardat,''<br>
 
''Gĕlarni Raja Harunarrasit,''<br>
''Marisat anakni ruwa,''<br>
 
''SaiSay bĕbaibĕbay saisay bakas.''<br>
''Marisat anakni ruwa,''
''Gĕlarni saisay bakas Manap,''<br>
 
''Gĕlarni saisay bĕbaibĕbay Potĕri Jar Manigam.''<br>
''Sai bĕbai sai bakas.''
|
 
|Pernah ada seorang raja di ''Pekon'' (Kerajaan) Baghdad,<br>
''Gĕlarni sai bakas Manap,''
yang bernama Raja Harun ar-Rasyid,<br>
 
yang memiliki dua orang anak,<br>
''Gĕlarni sai bĕbai Potĕri Jar Manigam.''
seorang putri dan seorang putra.<br>
|Pernah ada seorang raja di Pekon (Kerajaan) Baghdad,
Anak laki-laki bernama Manaf,<br>
 
yang bernama Raja Harun ar-Rasyid,
 
yang memiliki dua orang anak,
 
seorang putri dan seorang putra.
 
Anak laki-laki bernama Manaf,
 
anak perempuan bernama Putri Jar Manigam.
|}
Baris 364 ⟶ 350:
<gallery mode="packed" heights="160px">
Berkas:Lampung Emblem.svg|Lambang Provinsi [[Lampung]] dengan kata ''Lampung'' ditulis dalam surat Lampung
Berkas:Logo-baru-bandar-lampung1.jpg |Lambang [[Kota Bandar Lampung]] dengan kalimat ''Ragom Gawi'' ditulis dalam surat Lampung
Berkas:Logo Lampung Selatan Baru.jpg|Lambang Kabupaten [[Lampung Selatan]] dengan kalimat ''Ragom Mapakat'' ditulis dalam surat Lampung
Berkas:Dalung Bandar Dewa.jpeg|Naskah Bandar Dewa, prasasti berbahan perunggu yang ditulis pada 1818
Berkas:Plang SDN 1 Podomoro, Pringsewu, Lampung.jpg|Papan tanda SDN 1 Podomoro, Pringsewu, Lampung
Baris 398 ⟶ 382:
* Unduh fon surat Lampung di situs web [https://aksaradinusantara.com/fonta/aksara/lampung Aksara di Nusantara]
 
{{surat Ulu|state=show}}
{{jenis aksara|state=show|state2=show}}
 
{{DEFAULTSORT:Lampung}}