Tersidilor, Pituruh, Purworejo: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
daftar kepala desa
Anjas Imaji (bicara | kontrib)
Batas wilayah: Perbaikan kesalahan batas wilayah
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(9 revisi perantara oleh 3 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
[[Berkas:Potret Gapura Desa Tersidilor oleh Vegaditya.jpg|jmpl]]
{{desa
|peta =
Baris 14 ⟶ 15:
'''Tersidi Lor''' adalah [[desa]] di [[kecamatan]] [[Pituruh, Purworejo|Pituruh]], [[Kabupaten Purworejo|Purworejo]], [[Jawa Tengah]], [[Indonesia]].
Desa Tersidi Lor berjarak 3,8 Km berkendara keselatan dari pusat [[kecamatan]] [[Pituruh, Purworejo|Pituruh]] serta 23 Km dari pusat [[Kabupaten Purworejo]]. Desa Tersidi Lor memiliki kontur wilayah berupa dataran rendah dengan Sungai Gebang Besar mengalir dari timur ke selatan [[desa]]. Penduduk Desa Tersidi Lor mayoritas adalah [[petani]], buruh dan sebagian kecil merupakan [[pedagang]]. Rata rata usia produktif di Desa Tersidi Lor lebih memilih pergi merantau. Pada umumnya sebuah [[desa]] yang berada jauh dari pusat pemerintahan [[kabupaten]], pembangunan insfrastruktur di desa ini sudah sangat signifikan saat ini, jika dibandingkan dengan tahun tahun sebelumnya.
 
== Etimologi ==
Dilansir dari laman resmi Pemerintah Desa Tersidilor, secara etimologis kata Tersidi berasal dari Bahasa Jawa yang memiliki makna memeras tenaga dan pikiran. Penamaan tersebut tercipta setelah para pendiri desa berhasil ''membabat alas'' atau membuka lahan menjadi pemukiman. Berdasar cerita temurun, proses pembukaan lahan desa Tersidilor unik karena tidak dengan menebang pohon seperti desa lain melainkan dilakukan dengan cara dibakar. Cara tersebut menjadikan wilayah Tersidi lebih luas dibanding desa di sekitarnya dan memiliki bentuk yang tidak simetris. Kemudian kata ''lor'' memiliki arti utara karena adanya pemecahan wilayah Tersidi menjadi dua yakni Tersidilor di sebelah utara dan Tersidikidul di sebelah selatan. Sampai saat ini, belum ditemukan informasi mengenai kapan dan faktor yang melatarbelakangi pembagian wilayah Tersidi menjadi dua desa.
 
== Batas wilayah ==
Baris 33 ⟶ 31:
# Dusun Kalitan
 
== Daftar Pemimpin ==
Berdasarkan arsip pemerintah desa, berikut daftar pemimpin (demang, glondong, kepala desa) Tersidilor dari tahun 1780 sampai saat ini.
 
# Demang Jogotaruno (1780-1792)
# Demang Jowirogo (1802-1825)
# Demang Jowirogo II (1826-1853)
# Glondong Wiryoredjo (1854-1862)
# Glondong Surodikromo (1862-1880)
# Glondong Sidiprapto (1881-1920)
# Glondong Tirto Disastro (1921-1926)
# Glondong Yahyo Marto Sudarmo (1926-1937)
# Glondong Doto Surohadi Wijoyo (1938-1945)
# Glondong Parto Darmodjo (1945-1971)
# Kepala Desa Soemarmo (1972-1990)
# Kepala Desa Misbah (1990-1998)
# Kepala Desa Sri Kustadi (1998-2007)
# Kepala Desa Misbah II (2007-2013)
# Kepala Desa Mujianto (2013-2019)
# Kepala Desa Sumedi (2019-sekarang)
 
== Potensi ==
Setidaknya terdapat empat aspek yang menjadi potensi Desa Tersidilor yakni sumber daya manusia, pertanian, olahraga, dan kesenian. Keempat aspek tersebut jika dapat dimanfaatkan dan dikelola dengan maksimal tentu akan berdampak positif pada kemajuan Tersidilor kedepannya.
 
Dalam aspek sumber daya manusia, Desa Tersidilor dapat dikatakan unggul dan dapat bersaing dengan wilayah lain. Hal ini dibuktikan dengan prestasi-prestasi baik dalam bidang akademik maupun non akademik yang diraih putra/putri Tersidilor di setiap jenjang pendidikan. Pada saat masih diberlakukannya Ujian Nasional, SDN Tersidilor langganan masuk peringkat sepuluh besar SD dengan rata-rata tertinggi di tingkat Kecamatan Pituruh. Tidak hanya itu, cukup banyak putra/putri yang berasal dari desa ini yang berkiprah dalam bidang pemerintahan eksekutif, legislatif, yudikatif, maupun bidang swasta di level daerah hingga nasional.
 
Pertanian merupakan bidang yang menjadi tumpuan utama perekonomian Desa Tersidilor saat ini. Dua komoditas pertanian unggulan Tersidilor yakni padi dan kacang hijau. Setiap tahunnya komoditas padi mampu untuk panen sebanyak dua kali dan kacang hijau satu kali. Berdasarkan data BPS tahun 2020, lahan pertanian di Desa Tersidilor memiliki luas sebesar 130 Hektar. Jika dilihat dari sisi luasan lahan, Desa Tersidilor menempati posisi kedua desa dengan lahan pertanian terluas di Kecamatan Pituruh. Oleh karenanya, desa ini mempunyai peranan penting dalam bidang pertanian di Kecamatan Pituruh.
 
Dalam bidang olahraga, yang terlintas di pikiran ketika mendengar kata Tersidilor yaitu sepak bola karena desa ini mempunyai lapangan sekaligus penghasil talenta berbakat di wilayah Kecamatan Pituruh. Panji Putra yang merupakan klub kebanggaan masyarakat Tersidilor juga masuk ke jajaran klub level tarkam unggulan di Kecamatan Pituruh. Namun, pada saat ini prestasi Desa Tersidilor di bidang sepak bola dapat dikatakan mengalami penurunan. Kondisi tersebut disebabkan oleh faktor internal yaitu generasi muda yang jarang berlatih dan faktor eksternal karena vakumnya turnamen antar desa di kecamatan Pituruh. Prestasi terakhir yang berhasil diraih Panji Putra yaitu menjadi juara pertama Pituruh Cup tahun 2010 dan juara dua Pituruh Cup 2012. Kedua titel tersebut diraih dengan lawan bertanding yang sama yaitu Desa Pituruh. Di luar sepak bola, cabang olahraga lain yang menjadi unggulan dan dapat dikembangkan di Tersidilor yaitu tenis meja dan bola voli.
 
{{Pituruh, Purworejo}}
Kemudian pada aspek kesenian, potensi yang ada di Tersidilor yakni kesenian dengan basis kultural Jawa dan kesenian bernuansa Islam Timur Tengah. Bentuk kesenian berbasis kultural yaitu seperti ketoprak, wayang wong, dan tari-tarian Jawa klasik. Berdasar informasi yang dituturkan sesepuh desa, bentuk-bentuk kesenian tersebut terakhir aktif dipertunjukkan pada era tahun 1980an. Seperangkat gamelan yang dimiliki oleh desa merupakan bukti pernah eksisnya pertunjukkan kesenian klasik di Tersidilor. Selain kesenian kultural lokal, di Tersidilor juga terdapat kesenian bernuansa Islam Timur Tengah seperti kompang/kencreng, hadroh, dan rebana. Berbeda dengan kesenian kultural Jawa yang masih vakum, kesenian nuansa Islam saat ini aktif dan berkembang. Kondisi ini didukung karena dibutuhkannya kesenian ini untuk mengisi acara-acara keagamaan seperti Khotmil Qur’an dan pengajian.{{Pituruh, Purworejo}}
{{Authority control}}