Banyuasin Kembaran, Loano, Purworejo: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan
Muazim99 (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Tag: menambah kata-kata yang berlebihan atau hiperbolis kemungkinan perlu dirapikan VisualEditor
 
(10 revisi perantara oleh 5 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
Pemberian nama Banyuasin Kembaran terjadi pada jaman kewalian Bethara Loano yang sedang melakukan pengembaraan bersama punokawan ( Pengikut ) pada jaman Maja pahit.
{{desa
 
|peta =
 
Ketika itu, mereka sampai disebuah gunung yang disebut gunung bayem ( sekarang disebelah timur desa Banyuasin Kembaran, berupa hutan pinus ), dan melakukan penanaman sayur-sayuran. setelah mendapat hasil panen yang baik ternyata mereka belum mempunyai garam untuk memasaknya. untuk itu bethara Loano berikhtiar untuk mendapatkan garam. berkat kesaktiannya, maka dengan menancapkan tongkat ketanah keluarlah air yang rasanya asin, dan kemudian sekitar mata air itu berubah menjadi laut yang didalannya hidup ikan-ikan ( Pethek ). Dan karena ada sumber air yang asin itulah desa di dekat mata air itu dinamakan desa Banyuasin.
 
Namun ternyata, banyak penduduk desa Banyuasin yang mendapat pesan dalam mimpi agar sumber air itu disumbat/ditutup dengan kepala kerbau putih ( Bule ) yang dibungkus dengan ijuk, karena bila tidak dikerjakan desa Banyuasin Kembaran akan ditimpa bencana yaitu tenggelam oleh air laut yang bersumber dari mata air asin tersebut. Pesan dalam mimpi tersebut kemudian dilaksanakan, lengkap dengan upacara-upacara. Dan akhirnya sumber air itu ditutup oleh kepala kerbau bule yang dibungkus dengan ijuk.
----Kemudian, desa Banyuasin akhirnya berkembang hingga mempunyai pemerintahan sendiri yang dipimpin oleh kyai Rewok dan Nini Rewok selaku perintisnya. Namun tempat ataupun prasati yang menandakan/menyebutkan nama pemerintahan waktu itu sampai kini belum ditemukan.
 
Kemudian di Desa Banyuasin timbul dua pemerintahan yaitu Banyuasin Separe dan Banyuasin Kembaran karena adanya sungai yang membelah desa Banyuasin tersebut menjadi dua bagian. Sungai tersebut dikenal dari kata separo atau setengah, yang berarti setengah bagian dari Banyuasin tersebut. Sedangkan desa Banyuasin Kembaran memperoleh nama tersebut karena untuk mengabadikan nama seorang kyai yang meninggal paling dahulu diantara teman-temannya dalam usaha menyingkir karena tidak suka penjajahan Belanda, Kyai tersebut bernama Kyai Kembar.
Pemerintahan desa pertama kali diadakan pada saat kedatangan kyai Trunosono yang berasal dari yogyakarta. Kyai Trunosono datang ke Banyuasin sekitar awal abad ke 18, karena beliau tidak dapat menerima penjajahan Belanda.
Kedatangan Kyai Trunosono di Banyuasin disertai oleh teman-teman beliau yang juga tidak sudi dijajah Belanda yaitu Kyai Bolu, Kyai Paing dan Kyai Kembar, serta banyak lagi teman-teman seperjuangan lainnya yang belum diketahui namanya.
Suatu ketika, salah satu pengikut Kyai Trunosono yang bernama Kyai Kembar meninggal dunia dan dimakamkan disuatu tempat ( sekarang disebelah barat pasar Banyuasin ). Untuk menghormati beliau maka nama desa Banyuasin deberi tambahan nama menjadi desa Banyuasin Kembaran, yang terdiri dari empat dukuh ( sekarang dusun ), yaitu :
 
# Dusun Ketawang
# Dusun Sebelik
# Dusun Gupakan ( sekarang berganti Gupaan )
# Dusun DukuhTidak lama kemudian, Kyai Wayah juga meninggal dan dimakamkan di tempat tertentu ( sekarang di sebelah timur kantor Kecamatan Loano ). Sedang Kyai Paing dimakamkan disebelah timur kantor kecamatan Sekarang.
 
 
Kyai Trunosono sendiri memerintah di desa Banyuasin ini cukup lama karena mencapai 80 tahun lamanya.
 
 
Sejak akhir abad ke-17 yaitu kira-kira tahun 1786, terdapat sesuatu yang unik di daerah ini yaitu pasar yang kegiatan jual belinya pada malam hari. Pasar ini dilagsungkan pada malam hari karena adanya kepercayaan pada Dayang pasar tersebut yang sumbing sehingga malu kalau keluar pada siang hari.
 
 
Pada pertengahan abad ke-18 ( sekitar tahun 1866 ), Kyai Trunosono meninggal dunia dan dimakamkan di tempat yang diperkirakan di sebelah barat pasar. Kemudian digantikan oleh putra beliau yang bernama Kyai Trunodrono yang memerintah kurang lebih 60 tahun, yaitu sekitar tahun 1866 hingga sekitar tahun 1926. Pada masa pemerintahan beliau, pasar malam tetap berlangsung meskipun telah dilakukan usaha-usaha untuk merubahnya menjadi pasar siang hari.
 
 
Setelah Kyai Trunodrono meninggal, Pemerintahan desa dipegang oleh Bapak Hardjowikarto mulai tahun 1926 hingga tahun 1974. Pada masa pemerintahannya beliau dibantu  oleh Bapak Tjitrosumarto selaku carik ( Sekarang Sekaris Desa ) yang meninggal pada tahun 1960 dan digantikan oleh Bapak S Pawiro Soetrisno yang memegang jabatan tersebut.
 
 
Setelah Bapak Hardjowikarto diberhentikan dengan hormat karena usia lanjut, terjadi kekosongan jabatan lurah. untuk sementara jabatan tersebut dipegang oleh Bapak Praptodihardjo ( kaur Pemerintahan ) selama kurang lebih 3 bulan. Baru setelah itu jabatan Kepala Desa dipegang oleh Bapak Soedarsono hingga tahun 1979.
 
 
Setelah kurang lebih 5 tahun beliau diberhentikan dari jabatannya karena melanggar Undang-undang no. 5 tahun 1979, terjadi lagi kekosongan jabatan Kepala Desa dan dipegang sementara lagi oleh Bapak Praptodihardjo sementara kurang lebih 6 bulan. Setelah itu diadakan pemilihan lurah pada tahun 1980, maka terpilihlah Bapak Panoet sebagai kepala Desa.
Selama beberapa kali masa pemerintahan kepala desa ( Lurah ), masalah yang selalu dihadapi adalah masih berlangsungnya pasar malam hari. Akibat adanya pasar malam itu, tingkat kriminalitas di desa Banyuasin Kembaran sangat tinggi meliputi pencurian, penipuan, perkelahian dan banyak gadis-gadis yang hamil di luar pernikahan.
Mengingat hal tersebut diatas maka Bapak Camat Loano yaitu Bapak. Drs. Nachrowi Arief dengan menggunakan berbagai pendekatan informal maupun formal, bersama Kepala Desa Banyuasin Kembaran berusaha mengubah kegiatan pasar malam menjadi pasar siang. Upacara peresmian ini dilakukan oleh Ibu Soepantho selaku Ketua Tim Penggerak PKK Tingkat Kabupaten Purworejo. Peresmian di tandai dengan pemberian pohon beringin oleh Ibu Soepantho untuk selanjutnya ditanam di dekat pasar tersebut.
Pernyataan pengubahan pasar malam menjadi pasar siang dilakukan pada tanggal 3 Maret 1984 bersamaan dengan penilaian lomba desa tingkat Kabupaten. Dan waktu itu desa Banyuasin Kembaran terpilih untuk mewakili Kawedanan Loano.{{desa
|peta =
|nama =Banyuasin Kembaran
|provinsi =Jawa Tengah
Baris 7 ⟶ 44:
|kecamatan =Loano
|kode pos =54181
|nama pemimpin =H.Khoirul Musnandar, S.PdMuazim
|luas =-300 km²
|penduduk =-2071 jiwa
|kepadatan =-... jiwa/km²
|website=banyuasinkembaran.desa.id|kepala desa=Ahmad Abdul Azis|RT=11|RW=5|KK=648 Kk|Dusun=Dukuh, Sebelik, Gupaan, Ketawang|situs web=https://banyuasinkembaran.desa.id/|foto=https://banyuasinkembaran.desa.id/desa/logo/File0656__sid__84FGnkW.JPG|dati3=Kecamatan}}
}}
 
'''Banyuasin Kembaran''' adalah [[desa]] di [[kecamatan]] [[Loano, Purworejo|Loano]], [[Kabupaten Purworejo|Purworejo]], [[Jawa Tengah]], [[Indonesia]].
== Pranala luar ==
{{RefDagri|2022}}
 
{{Loano, Purworejo}}
{{kelurahan-stub}}
 
{{Authority control}}
[[jv:Banyuasin Kembaran, Loano, Purwareja]]
 
 
{{kelurahanKelurahan-stub}}