Pondok Pesantren Bustanul Ulum Mlokorejo: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k artikel yang terindikasi tidak memenuhi kriteria WP:LAYAK |
k Sfriu memindahkan halaman PP. Bustanul Ulum Mlokorejo ke Pondok Pesantren Bustanul Ulum Mlokorejo Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
(44 revisi perantara oleh 19 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
'''Pondok Pesantren Bustanul Ulum Mlokorejo''' (المعاهد بستان العلوم الإسلامية) adalah salah satu pesantren
▲'''Pondok Pesantren Bustanul Ulum Mlokorejo''' adalah salah satu pesantren kharismatik di [[Kabupaten Jember|Jember]], [[Jawa Timur]]. Pesantren ini bertempat di [[Jl. K.H. Abdullah Yaqien|Jl. K.H. Abdullah Yaqien no 1-5]] Desa [[Mlokorejo, Puger, Jember|Mlokorejo]], [[Puger, Jember|Kecamatan Puger]], [[Kabupaten Jember]], [[Jawa Timur|Provinsi Jawa Timur]]. Secara legal lembaga ini resmi didirikan oleh [[KH. Abdullah Yaqin|KH. Abdullah Yaqien]] (Alm) pada tahun [[1943]] yang pada awalnya dirintis oleh KH. Harun (Alm) dan diteruskan oleh KH. Irsyad Hasyim (Alm).
Pada awalnya, pesantren ini berupa langgar ngaji yang didirikan oleh KH. Harun pada penghujung abad ke-19 (1880an), lalu diteruskan oleh sang menantu, KH. Irsyad Hasyim yang merupakan santri Syaikhona Kholil Bangkalan. Secara legal, lembaga ini kemudian diresmikan oleh pengasuh ke-III, [[KH. Abdullah Yaqin|KH. Abdullah Yaqien]] (menantu KH. Irsyad Hasyim) pada tahun [[1943]] dengan nama "Bustanul Ulum" atas perintah sang guru, R. KH. Abdul Aziz Ali Wafa bin R. KH. Abdul Hamid bin Itsbat.
Nama Pondok Pesantren adalah Pondok Pesantren Bustanul Ulum Mlokorejo, yang mempunyai yayasan yang bernama [[Yayasan]] [[Wakaf]] [[Sosial]] [[Pendidikan]] [[Islam]] (YWSPI). Pengembang Pondok Pesantren ini adalah KH. Abdullah Yaqin yang didirikan pada tahun 1943.▼
▲Nama
Kategori Pondok Pesantren Bustanul Ulum adalah [[salaf]]-[[modern]] dan status Pondok Pesantren adalah Pusat. Status yang ditempati Pondok Pesantren adalah tanah Wakaf yang memiliki luas sekitar 18.719 m2.▼
▲Kategori Pondok Pesantren Bustanul Ulum adalah [[salaf]]-[[modern]] dan status
===Riwayat Pengasuh===▼
Dari Pesantren Mlokorejo ini, terdapat juga beberapa pesantren afiliasi yang diasuh oleh para putra dan menantu alm. KH. Abdullah Yaqin, seperti di antaranya:
* [https://www.facebook.com/pages/category/Cottage/PP-Darussalam-Torjun-Sampang-315394641994863/ PP. Darussalam Torjun], [[Kabupaten Sampang|Kab. Sampang]], pimpinan Alm. KH. A. Dhofir Shah.
* [https://www.laduni.id/post/read/67150/pesantren-bustanul-ulum-lumajang PP. Bustanul Ulum II Krai], [[Kabupaten Lumajang|Kab. Lumajang]], pimpinan Alm. KH. Affan Malik.
*[https://www.facebook.com/pesantrenululalbab1/ PP. Ulul Albab Candipuro], [[Kabupaten Lumajang|Kab. Lumajang]] Candipuro, pimpinan Alm.KH. Abdul Aziz Marwi Hasba.
* [[PP. Bustanul Ulum Kasiyan|PP. Bustanul Ulum III Sultan Agung]], [[Kabupaten Jember|Kab. Jember]], pimpinan KH. Abdul Hamid bin Abdullah Yaqin.
* [https://www.facebook.com/PPBUDaltim/ PP. Bustanul Ulum Mlokorejo Dalem Timur], Mlokorejo, pimpinan KH. Abdul Halim bin Abdullah Yaqin,
*[http://isadul-ummah.blogspot.com/ PP. Isa'dul Ummah], [[Kota Pasuruan|Kab. Pasuruan]], pimpinan alm. KH. Mas Amir Kholili Hasbullah, dan
* [https://www.facebook.com/BustanulUlumAWS/ PP. Bustanul Ulum AWS], Mlokorejo, pimpinan KH. R. Abdullah Hanani Basyamka, M. Hum.
* '''Kiai Harun bin Kiai Rajihan''' (Pendiri & Pengasuh I)
4). [[KH. Syamsul Arifin Abdullah]]▼
Namanya adalah Kiai Harun bin Kiai Rajihan bin Nyai Qarib/Nyai Bi'a binti Kiai Abdul Qasim (Agung Berkoning) bin Kiai Abdul Hisan bin Kiai Amiruddin (Kiai Panggung Wetan) bin Kiai Muhtadi (Kiai Panggung Seppo). Beliau adalah santri Syaikhona Kholil Bangkalan dan dikenal sebagai penyiar agama Islam dari Sampang, Madura. Belum diketahui secara pasti tanggal beliau lahir dan wafat. Namun yang jelas, beliau hidup di pertengahan [[Abad ke 18|abad ke-19]] (±1850an). Beliau adalah penggagas dan peletak batu pertama Pondok Pesantren Mlokorejo.
===Pendidikan===▼
Setelah sekian lama melakukan tirakat/riyadhah dan istikharah, beliau akhirnya mendapatkan isyarat agar mencari sebuah lahan baru yang ditumbuhi satu bunga teratai di tengah lahan tersebut. Setelah lahan itu dicarinya di pulau Madura, usaha beliau tidak mendapatkan hasil. Akhirnya suatu saat beliau dipanggil oleh gurunya, Syaikhona Muhammad Kholil Bangkalan. Lantas, sang guru mengarahkan agar pencarian lahan tersebut dilakukan di pulau Jawa. Sebab, menurut sang guru, isyarat lahan yang dimaksud berada di tanah Jawa.
Setelah lama mencari, akhirnya Kiai Harun mendapati lahan yang dimaksud. Lahan tersebut terletak di desa Mlokorejo. Maka di penghujung abad ke-19 (1880-awal 1900) beliau mendirikan langgar yang menjadi cikal bakal berdirinya Pondok Pesantren Mlokorejo. Langgar itu saat ini menjadi Masjid Jami' KH. Abdullah Yaqin di kompleks Pondok Pesantren Mlokorejo. Konon, Kiai Harun adalah pembabat pertama desa Mlokorejo.
Kiai Harun menikah dengan Nyai Khadijah, dari pernikahan ini beliau mempunyai tiga orang anak: 1) Kiai Adlan/Kiai Sulaiman, 2) Kiai Nur Khatim dan 3) Nyai Habibah/Nyai Maimunah. Putri Kiai Harun yang bernama Habibah yang dikenal dengan Ny. Hj. Maimunah di kemudian hari dinikahkan dengan pemuda yang bernama Hasyim atau KH. Irsyad Hasyim.
Lalu Kiai Harun juga menikah dengan Nyai Ummu Ismail dan dikaruniai satu putra bernama Kiai Ismail bin Kiai Harun.
* '''KH. Irsyad Hasyim bin Muhyiddin Salim''' (Pengasuh II)
Seperti dawuh dari KH. Syamsul Arifin Abdullah bawasannya PP. Bustanul Ulum Mlokorejo ini, akan terus dikembangkan dari segi pembangunan maupun yang lainnya sampai hari kiamat nanti.▼
Bernama lengkap Kiai Muhammad Irsyad Hasyim bin Muhyiddin Salim bin Hisyam bin Abdul Qasim (Agung Berkoning). Beliau adalah salah satu santri [[Kholil al-Bangkalani|Syaikhona KH. Muhammad Kholil bin Abdul Lathif]], [[Kabupaten Bangkalan|Bangkalan]] yang dalam "Manaqib Syaikhona" beliau mendapat doa langsung agar bisa naik haji berulang kali. Sepulangnya dari haji, nama Kiai Irsyad menjadi Muhammad Irsyad Hasyim.
===Pendidikan Formal===▼
Selain itu, Kiai Irsyad merupakan sahabat dekat R. KH. Abdul Aziz Ali Wafa bin R. KH. Abdul Hamid bin Itsbat, pendiri [[pesantren Al-Wafa Tempurejo]] yang dikenal dengan Kiai Sepuh Temporan. Secara sanad keilmuan, keduanya sama-sama pernah mengaji kepada Syaikhona Kholil Bangkalan.
Belum diketahui secara pasti kapan beliau lahir dan tahun berapa beliau wafat. Namun, setelah diambil menantu oleh Kiai Harun, KH. Irsyad Hasyim diberi amanah untuk mengasuh Pesantren Mlokorejo.
KH. Irsyad Hasyim menikah dengan Ny. Hj. Maimunah dan dikaruniai tujuh anak, yaitu: 1) Nyai. Hj. Hamidah Hasyim, 2) Moch. Kholil Hasyim, beliau wafat muda, 3) KH. Hasan Basri Hasyim, 4) KH. Khozin Hasyim, 5) Ny. Hj. Khoiriyah Hasyim, 6) KH. Abdul Karim Hasyim dan 7) Ny Hj. Juwariah Hasyim.
Karena kedekatannya dengan Kiai Sepuh Tempurejo, KH. Irsyad Hasyim pada akhirnya diberi hadiah dua menantu. '''Pertama''', KH. Abdullah Yaqin; merupakan santri senior nan sangat alim yang diutus oleh [https://iqra.id/kh-abdul-hamid-ulama-madura-yang-disegani-penduduk-mekah-216998/ R. KH. Abdul Hamid Itsbat] [[Palenggaan, Pamekasan|Banyuanyar]] untuk mengaji dan membantu mengajar di Pesantren Tempuran (nama akrab PP. Al-Wafa). KH. Abdullah Yaqin dinikahkan dengan putri pertama KH. Irsyad Hasyim, yakni Ny. Hj. Hamidah Hasyim. '''Kedua''', Kiai Sepuh Tempurejo menghadiahkan putranya yang bernama R. KH. Ahmad Said bin R. KH. Abdul Aziz Ali Wafa, untuk dinikahkan dengan Ny. Hj. Khoiriyah Hasyim.
* '''KH. Abdullah Yaqin''' (Pengasuh III)
Nama beliau adalah Raden Kiai Abdullah bin Kiai Abdul Yaqin bin Kiai Abdul Qidam Montor bin Kiai Hasan bin Kiai Isnad bin Kiai Arham bin Kiai Adil bin Kiai Abdul Qidam Arsojih. Namun, beliau lebih akrab disebut KH. Abdullah Yaqin Mlokorejo atau Kiaeh Seppo Mloko. Lahir pada 1911 dan wafat pada 1996.
Secara keilmuan, beliau pernah ber-khdimah dan mengaji di Pesantren Sumberanyar, [[Kabupaten Pamekasan|Pamekasan]], lalu mengaji dan berkhidmah kepada R. KH. Abdul Hamid bin Itsbat di [https://banyuanyar.net/banyuanyartv-profil-pondok-pesantren-banyuanyar.html Pondok Pesantren Banyuanyar]. Selang beberapa tahun kemudian, Kiai Sepuh Banyuanyar (panggilan akrab R. KH. Abdul Hamid bin Itsbat) memberikan sepucuk surat kepada KH. Abdullah Yaqin untuk disampaikan kepada putranya, R. KH. Abdul Aziz Ali Wafa yang hijrah ke Tempurejo mendirikan pesantren. Sebagai seorang santri, KH. Abdullah Yaqin tidak berani membaca surat tersebut, beliau hanya langsung mengantarkannya pada tujuan.
Setelah surat itu dibaca oleh Kiai Sepuh Tempuran, KH. Abdullah Yaqin langsung diamanahkan mengajar di pesantren tersebut, di samping berkhidmah kepada sang Kiai hingga pamit boyong dan dihadiahkan kepada sahabatnya, KH. Irsyad Hasyim. Setelah diambil menantu oleh KH. Irsyad Hasyim, KH. Abdullah Yaqin diberi amanah untuk mengasuh Pesantren Mlokorejo pada tahun 1940 atas perintah mertuanya, KH. Irsyad Hasyim, dan guru, R. KH. Abdul Aziz Ali Wafa. Sementara itu, KH. Irsyad Hasyim hijrah ke desa [[Kasiyan, Puger, Jember|Kasiyan]], Puger untuk mendirikan pesantren lagi dan dikenal dengan nama "[http://wikimapia.org/9020685/Pondok-Pesantren-Irsyadun-Nasyi-in-YPII Irsyadun-Nasyi'in]".
Dari pasangan KH. Abdullah Yaqin dan Ny. Hj. Hamidah Irsyad Hasyim, Allah SWT menganugerahkan tujuh anak: 1) Ny. Hj. Azizah Abdullah (PP. Darussalam Torjun), 2) Ny. Hj. Azimah Abdullah (PP. Bustanul Ulum II Krai), 3) Ny. Hj. Aisyah Abdullah (PP. Ulul Albab Candipuro), 4) KH. Syamsul Arifin Abdullah (pengasuh Mlokorejo saat ini), 5) KH. Abdul Hamid Abdullah (PP. Bustanul Ulum III Kasiyan), 6) KH. Abdul Halim Abdullah (PP. Bustanul Ulum Dalem Timur Mlokorejo), dan 7) Ny. Hj. Afifah Abdullah (PP. Is'adul Ummah, Susukanrejo, Pasuruan).
Merupakan putra tertua KH. Abdullah Yaqin. Rihlah ilmiah KH. Syamsul Arifin dimulai dari pendidikan sang ayah, lalu beliau mengikuti jejak langkah ayahnya untuk mengaji di Pondok Pesantren Banyuanyar selama kurang lebih 10 tahun. Setelah dianggap cukup, beliau kemudian singgah di Pondok Pesantren Syaikhona Muhammad Kholil Bangkalan untuk kembali menimba ilmu. Tidak hanya sampai di situ, KH. Syamsul Arifin masih meneruskan ngaji-nya di tanah Haramain, Mekah dan Madinah.
Beliau menghadiri majelis para ulama dan menyambungkan sanad keilmuan, di antaranya kepada: 1) [[Muhammad bin Alawi al-Maliki|Sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliki]], 2) [https://mubakid.or.id/archives/1149 Syekh Ismail Utsman Zein Yamani] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20210521141925/https://mubakid.or.id/archives/1149 |date=2021-05-21 }} , 3) [https://jurnaltauhid.wordpress.com/2013/09/17/abdullah-dardum-al-fadani-sibuwaih-di-zamannya-2/ Syekh Abdullah Ahmad Dardum], 4) [[Yasin Al-Fadani|Syekh Yasin Isa al-Fadani]] dan beberapa masyayikh [[Madrasah Al-Shaulatiyah|Madarsah Shaulatiyah]]. Baru setelah berlama di tanah [[Hijaz]], beliau kembali ke Indonesia.
Sejak tahun 1988, KH. Abdullah Yaqin sudah mengkader putranya, KH. Syamsul Arifin untuk memimpin pesantren. Dan pasca kewafatan KH. Abdullah Yaqin, KH. Syamsul Arifin kemudian diangkat menjadi pengasuh pesantren, 1996.
Beliau dinikahkan oleh KH. Abdullah Yaqin dengan Ny. Hj. Karimah Aschal, putri [https://www.laduni.id/post/read/903/biografi-kh-abdullah-schal-bangkalan KHS. Abdullah Schal Bangkalan]. Dari pernikahan ini, KH. Syamsul Arifin dianugerahi enam anak: 1) KH. Abdullah Hanani, 2) Ny. Hj. Sulthonah, 3) KH. Abdul Mughits, 4) Lora Muhammad, 5) Ning Romlah Hamidah, 6) Ning Athiyah Muthmainnah.
Pada awalnya, sistem pendidikan Pondok Pesantren Mlokorejo menggunakan metode lama, yaitu sorogan, bandongan dan halakah. Metode sorogan artinya murid membacakan satu kitab di hadapan guru, metode bandongan adalah seorang guru membacakan kitab di hadapan murid, sedangkan halakah adalah istilah untuk sebuah diskusi keilmuan yang dilakukan oleh beberapa orang dengan bentuk melingkar.
Seiring dengan semakin banyaknya santri yang mengaji dan me-santren, pada 1940 atas saran Kiai Sepuh Tempurejo, KH. Abdullah Yaqien memberi nama pesantren dengan nama Pondok Pesantren Bustanul Ulum.
Pada tahun 1950, Pondok Pesantren Bustanul Ulum membuka sekolah formal. Sekolah formal tersebut dibuka dari lembaga yang paling rendah, yaitu ''Roudatul Athfal'' sampai lembaga tinggi pada saat itu, yaitu Pendidikan Guru Agama (PGA).
Setelah berbagai lembaga formal didirikan, pada tahun 1956 KH. Abdullah Yaqin mendirikan Yayasan Wakaf Pendidikan Islam (YWPI). Pendirian yayasan ini dimaksudkan untuk memayungi berbagai lembaga formal dan non-formal yang bekerja sama dengan Pondok Pesantren Bustanul Ulum Mlokorejo.
Sejak didirikannya Yayasan Wakaf Pendidikan Islam (YWPI), perjalanan Pondok Pesantren Bustanul Ulum semakin berkembang. Perkembangan ini ditandai dengan dukungan beberapa cabang madrasah atau sekolah dan pesantren di luar Pondok Pesantren Bustanul Ulum Mlokorejo. Sebagai ketua yayasan, KH. Abdullah Yaqin berkeinginan agar yayasan tidak hanya mengurus bidang pendidikan, tetapi juga turut berkiprah dalam menyejahterakan masyarakat, khususnya masyarakat disekitar pesantren.
Pada tahun 1979 Yayasan Wakaf Pendidikan Islam (YWPI) dirubah atau disempurnakan menjadi Yayasan Wakaf Sosial Pendidikan Islam (YWSPI) dengan akta pendirian nomor 35 tanggal 14 Maret 1979. Setelah tapuk kepemimpinan dipegang oleh KH. Syamsul Arifin Abdullah, pada tahun 1989 lembaga pendidikan formal di lingkungan Pondok Pesantren Bustanul Ulum dinon-aktifkan. Saat itu, penonaktifan ini sangat tepat mengingat lembaga pendidikan formal berjalan kurang maksimal. Demikian ini disebabkan oleh kurangnya sumber daya manusia yang memadai. Berdasarkan hal itu, KH. Syamsul Arifin Abdullah memutuskan untuk mengembalikan pesantren ini pada manhaj salaf dengan harapan para santri menjadi generasi yang ''tafaqquh fi addin,'' yaitu generasi yang tekun memperdalam ilmu agama Islam.
Seiring dengan perkembangan zaman, pembelajaran non-formal saja dirasa belum cukup. Oleh karena itu, para sesepuh, pengurus dan wali santri mengharapkan di lingkungan Pondok Pesantren Bustanul Ulum Mlokorejo didirikan kembali sekolah formal. Setelah melalui proses musyawarah yang panjang akhirnya pada tahun [[2000]] [[google:SMP-SMA Plus Bustanul Ulum, Jalan KH. Abdullah Yaqien, Krajan Timur, Mlokorejo, Jember Regency, East Java|SMP Plus Bustanul Ulum]] didirikan melihat keberminatan santri yang semakin tingggi terhadap ilmu formal.
Setelah tiga tahun kemudian, [[2003]], didirikanlah SMA Sultan Agung Filial Mlokorejo yang kemudian bergani nama menjadi [[google:SMP-SMA Plus Bustanul Ulum, Jalan KH. Abdullah Yaqien, Krajan Timur, Mlokorejo, Jember Regency, East Java|SMA Plus Busatanul Ulum]] pada 2005. Dan pada awal tahun 2007, Pondok Pesantren Bustanul Ulum Mlokorejo bekerja sama dengan [[Universitas Islam Jember|Universitas Islam Jember (UIJ)]] untuk membuka [[Filial|kelas filial]] di lingkungan Pondok Pesantren Bustanul Ulum Mlokorejo. Kemudian pada tahun 2023, pesantren ini membuka perguruan tinggi secara independen, bernama Sekolah Tinggi Raden Abdullah Yaqin, atau yang disingkat STAI RAYA.
▲Seperti dawuh dari KH. Syamsul Arifin Abdullah,
1. R.A Al-Musthafa
Baris 37 ⟶ 91:
3. SMA Plus Bustanul Ulum
4- STAI Raden Abdullah Yaqin
==
1. TPQ Bustanu Ulum (khusus anak dari luar pesantren)
2. Madrasatul Qur’an Al-Lailiyah
3. Madrasah Ibtidaiyah (Ula)
Baris 54 ⟶ 108:
7. Halakah Kitab Kuning
==
1. Masjid
Baris 83 ⟶ 137:
14. Ruang Pertemuan
==
1. Tahfidz al-Qur’an
Baris 114 ⟶ 168:
15. Markaz Bahasa Arab dan Inggris
==
Jl. K.H. Abdullah Yaqien no1-5 Mlokorejo, Puger, Jember
Telpon: (0336) 721234 / (0336) 721444
Kode Pos: 68164
{{Uncategorized|date=Desember 2022}}
=== Rujukan ===▼
* Wawancara dengan R. KH. Abdullah Hanani Syamsul Arifin Abdullah
* Wawancara dengan Lora H. Ismail Abdul Hamid Abdullah
* Situs resmi Ponpes Bustanul Ulum Mlokorejo
|