Pondok Pesantren Bustanul Ulum Mlokorejo: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Sfriu (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(18 revisi perantara oleh 9 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
'''Pondok Pesantren Bustanul Ulum Mlokorejo''' (المعاهد بستان العلوم الإسلامية) adalah salah satu pesantren kharismatik dan tertua di [[Kabupaten Jember|Jember]], [[Jawa Timur]]. Pesantren ini bertempat di [[Jl. K.H. Abdullah Yaqien|Jl. K.H. Abdullah Yaqien no 1-5]] Desa [[Mlokorejo, Puger, Jember|Mlokorejo]], [[Puger, Jember|Kecamatan Puger]], [[Kabupaten Jember]], [[Jawa Timur|Provinsi Jawa Timur]].
 
Pada awalnya, pesantren ini berupa langgar ngaji yang didirikan oleh KH. Harun pada pertengahanpenghujung abad ke-1819 (1880an), lalu diteruskan oleh sang menantu, KH. Irsyad Hasyim yang merupakan santri Syaikhona Kholil Bangkalan. Secara legal, lembaga ini kemudian diresmikan oleh pengasuh ke-III, [[KH. Abdullah Yaqin|KH. Abdullah Yaqien]] (menantu KH. Irsyad Hasyim) pada tahun [[1943]] dengan nama "Bustanul Ulum" atas perintah sang guru, R. KH. Abdul Aziz Ali Wafa bin R. KH. Abdul Hamid bin Itsbat.
 
Nama pondok pesantren adalah Pondok Pesantren Bustanul Ulum Mlokorejo, namun karena pesantren ini terbilang tua, maka ia sering disebut "Pondhuk Mloko". Pesantren ini juga memiliki yayasan yang bernama [[Yayasan]] [[Wakaf]] [[Sosial]] [[Pendidikan]] [[Islam]] (YWSPI). Menurut catatan sejarah, pondok pesantren ini mengalami perkembangan yang pesat saat kepemimpinan diasuh oleh KH. Abdullah Yaqin pada tahun 1940.
Baris 7:
Kategori Pondok Pesantren Bustanul Ulum adalah [[salaf]]-[[modern]] dan status pondok pesantren adalah pusat. Pesantren ini berakidah Ahlusunah Waljamaah Asy'ari dan bermazhab Syafi'i. Status yang ditempati Pondok Pesantren adalah tanah Wakaf yang memiliki luas sekitar 18.719 m2.[https://laduni.id]
 
Dari Pesantren Mlokorejo ini, terdapat juga beberapa pesantren afiliasi yang diasuh oleh para puteraputra dan menantu alm. KH. Abdullah Yaqin, seperti di antaranya:
* [https://www.facebook.com/pages/category/Cottage/PP-Darussalam-Torjun-Sampang-315394641994863/ PP. Darussalam Torjun], [[Kabupaten Sampang|Kab. Sampang]], pimpinan Alm. KH. A. Dhofir Shah.
Baris 19:
== Riwayat Pendiri & Pengasuh ==
 
* '''SyekhKiai Harun bin Kiai Rajihan''' (Pendiri & Pengasuh I)
 
Namanya adalah Kiai Harun bin Kiai Rajihan bin Nyai Qarib/Nyai Bi'a binti Kiai Abdul Qasim (Agung Berkoning) bin Kiai Abdul Hisan bin Kiai Amiruddin (Kiai Panggung Wetan) bin Kiai Muhtadi bin (Kiai Abdurrahman (AgungPanggung ToronanSeppo). Beliau adalah santri Syaikhona Kholil Bangkalan dan dikenal sebagai penyiar agama Islam dari Sampang, Madura. Belum diketahui secara pasti tanggal beliau lahir dan wafat. Namun yang jelas, beliau hidup di pertengahan [[Abad ke 18|abad ke-1819]] (±1850an). Beliau adalah penggagas dan peletak batu pertama Pondok Pesantren Mlokorejo.
 
Setelah sekian lama melakukan tirakat/riyadhah dan istikharah, beliau akhirnya mendapatkan isyarat agar mencari sebuah lahan baru yang ditumbuhi satu bunga teratai di tengah lahan tersebut. Setelah lahan itu dicarinya di pulau Madura, usaha beliau tidak mendapatkan hasil. Akhirnya suatu saat beliau dipanggil oleh gurunya, Syaikhona Muhammad Kholil Bangkalan. Lantas, sang guru mengarahkan agar pencarian lahan tersebut dilakukan di pulau Jawa. Sebab, menurut sang guru, isyarat lahan yang dimaksud berada di tanah Jawa.
 
Setelah lama mencari, akhirnya Kiai Harun mendapati lahan yang dimaksud. Lahan tersebut terletak di desa Mlokorejo. Maka di penghujung abad ke-1819 (1880-awal 1900) beliau mendirikan langgar yang menjadi cikal bakal berdirinya Pondok Pesantren Mlokorejo. Langgar itu saat ini menjadi Masjid Jami' KH. Abdullah Yaqin di kompleks Pondok Pesantren Mlokorejo. Konon, Kiai Harun adalah pembabat pertama desa Mlokorejo.
 
Kiai Harun menikah dengan Nyai Khadijah, dari pernikahan ini beliau mempunyai tiga orang anak: 1) Kiai Adlan/Kiai Sulaiman, 2) Kiai Nur Khatim dan 3) Nyai HabinahHabibah/Nyai Maimunah. Putri KH.Kiai Harun yang bernama Habibah yang dikenal dengan Ny. Hj. Maimunah di kemudian hari dinikahkan dengan pemuda yang bernama Hasyim atau KH. Irsyad Hasyim.
 
Lalu beliauKiai Harun juga menikah dengan Nyai Ummu Ismail dan dikaruniai satu putra bernama Kiai Ismail bin Kiai Harun.
 
* '''KH. Irsyad Hasyim bin Muhyiddin Salim''' (Pengasuh II)
Baris 45:
* '''KH. Abdullah Yaqin''' (Pengasuh III)
 
Nama beliau adalah Raden Kiai Abdullah bin Kiai Abdul Yaqin bin Kiai Abdul Qidam Montor bin Kiai Hasan bin Kiai Isnad bin Kiai Arham bin Kiai Adil bin SyaikhKiai Abdul Qidam Arsojih. Namun, beliau lebih akrab disebut KH. Abdullah Yaqin Mlokorejo atau Kiaeh Seppo Mloko. Lahir pada 1911 dan wafat pada 1996.
 
Secara keilmuan, beliau pernah ber-khdimah dan mengaji di Pesantren Sumberanyar, [[Kabupaten Pamekasan|Pamekasan]], lalu mengaji dan berkhidmah kepada R. KH. Abdul Hamid bin Itsbat di [https://banyuanyar.net/banyuanyartv-profil-pondok-pesantren-banyuanyar.html Pondok Pesantren Banyuanyar]. Selang beberapa tahun kemudian, Kiai Sepuh Banyuanyar (panggilan akrab R. KH. Abdul Hamid bin Itsbat) memberikan sepucuk surat kepada KH. Abdullah Yaqin untuk disampaikan kepada putranya, R. KH. Abdul Aziz Ali Wafa yang hijrah ke Tempurejo mendirikan pesantren. Sebagai seorang santri, KH. Abdullah Yaqin tidak berani membaca surat tersebut, beliau hanya langsung mengantarkannya pada tujuan.
Baris 53:
Dari pasangan KH. Abdullah Yaqin dan Ny. Hj. Hamidah Irsyad Hasyim, Allah SWT menganugerahkan tujuh anak: 1) Ny. Hj. Azizah Abdullah (PP. Darussalam Torjun), 2) Ny. Hj. Azimah Abdullah (PP. Bustanul Ulum II Krai), 3) Ny. Hj. Aisyah Abdullah (PP. Ulul Albab Candipuro), 4) KH. Syamsul Arifin Abdullah (pengasuh Mlokorejo saat ini), 5) KH. Abdul Hamid Abdullah (PP. Bustanul Ulum III Kasiyan), 6) KH. Abdul Halim Abdullah (PP. Bustanul Ulum Dalem Timur Mlokorejo), dan 7) Ny. Hj. Afifah Abdullah (PP. Is'adul Ummah, Susukanrejo, Pasuruan).
 
* '''KH. Syamsul Arifin Abdullah''' (Pengasuh IV, saat ini)
 
Merupakan putra tertua KH. Abdullah Yaqin. Rihlah ilmiah KH. Syamsul Arifin dimulai dari pendidikan sang ayah, lalu beliau mengikuti jejak langkah ayahnya untuk mengaji di Pondok Pesantren Banyuanyar selama kurang lebih 10 tahun. Setelah dianggap cukup, beliau kemudian singgah di Pondok Pesantren Syaikhona Muhammad Kholil Bangkalan untuk kembali menimba ilmu. Tidak hanya sampai di situ, KH. Syamsul Arifin masih meneruskan ngaji-nya di tanah Haramain, Mekah dan Madinah.
 
Beliau menghadiri majelis para ulama dan menyambungkan sanad keilmuan, di antaranya kepada: 1) [[Muhammad bin Alawi al-Maliki|Sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliki]], 2) [https://mubakid.or.id/archives/1149 Syekh Ismail Utsman Zein Yamani] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20210521141925/https://mubakid.or.id/archives/1149 |date=2021-05-21 }} , 3) [https://jurnaltauhid.wordpress.com/2013/09/17/abdullah-dardum-al-fadani-sibuwaih-di-zamannya-2/ Syekh Abdullah Ahmad Dardum], 4) [[Yasin Al-Fadani|Syekh Yasin Isa al-Fadani]] dan beberapa masyayikh [[Madrasah Al-Shaulatiyah|Madarsah Shaulatiyah]]. Baru setelah berlama di tanah [[Hijaz]], beliau kembali ke Indonesia.
 
Sejak tahun 1988, KH. Abdullah Yaqin sudah mengkader putranya, KH. Syamsul Arifin untuk memimpin pesantren. Dan pasca kewafatan KH. Abdullah Yaqin, KH. Syamsul Arifin kemudian diangkat menjadi pengasuh pesantren, 1996.